PHYSICAL CHEMISTRYAND MICROBIOLOGY OF ETAWAH CROSSBREED GOAT MILK DURING STORAGE AT ROOM TEMPERATURE
on
e-
journal FAPET UNUD
e-Journal
Universitas Udayana
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science email: [email protected] email: [email protected]
Submitted Date: Desember 22, 2018 Accepted Date: January 8, 2019
Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & I Wayan Wirawan
FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG
Anggreani, Y. D. A., N. P. Mariani dan I.A Okarini
P S Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas UdayanaJln. P.B. Sudirman, Denpasar e-mail : [email protected], HP 085258829236
ABSTRAK
Susu kambing segar memiliki nutrisi yang lebih lengkap dan beberapa komponen bioaktif yang berperan menjaga kesehatan tubuh, namun lama simpan pada suhu ruang akan mempengaruhi kandungan nutrisi dan tingkat keamanan pangan. Aspek yang penting dalammenilaikualitassusu adalah sifat fisikokimia dan mikrobiologi, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fisikokimia dan mikrobiologi susu kambing Peranakan Etawah selama penyimpanan suhu ruang. Penelitian dilakukan selama dari tanggal 29 Juni - 2 Agustus 2018. Susu yang digunakan pada penelitian ini adalah susu kambing PE yang di dapat di Desa Sepang Kabupaten Buleleng. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan penelitian yaitu susu kambing segar disimpan pada suhu ruang selama 0 jam (P0); 4 jam (P4) dan 6 jam (P6). Variabel yang diamati adalah uji aroma, nilai pH, kadar BKTL dan total bakteri E. coli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan semakin lama penyimpanan (P0, P4 dan P6) nilai pH menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05), sedangkan lama penyimpanan P4 dan P6 masing-masing pada uji aroma (21,53% dan 37,02%) dan total bakteri E. coli (18,73% dan 41,69%) lebih rendah dibandingkan P0 yang menunjukkan penurunan secara nyata (P<0,05). Untuk kadar BKTL nyata meningkat (P<0,05), dimana P4 (9,83%) dan P6 (8,35%) lebih tinggi dibanding P0. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lama penyimpanan mengakibatkan penurunan nilai kesukaan aroma dan total bakteri E. coli secara nyata, sedangkan kadar BKTL mengalami peningkatan yang sangat nyata dan nilai pH tidak tergantung pada lama penyimpanan.
Kata Kunci : Mutu susu kambing PE, penyimpanan, fisikokimia, mikrobiologi.
PHYSICAL CHEMISTRYAND MICROBIOLOGY OF ETAWAH CROSSBREED GOAT MILK DURING STORAGE AT ROOM TEMPERATURE
ABSTRACT
Fresh goat's milk has more complete nutrition and some bioactive components that play a role in maintaining body health, but leng storage at room temperature will affect the nutritional content and level of food safety. An important aspect in assessing milk quality is physical
chemistry and microbiological properties, therefore this study aims to determine the physical chemistry and microbiological milk of Etawah Crossbreeds goats during storage at room temperature. The study was conducted from 29 June to 2 August 2018. The milk used in this study was Etawah Crossbreed goat milk which was obtained in Sepang Village, Buleleng Regency. The experimental design used was a Completely Randomized Design with three treatments and four replications. The research treatment was fresh goat milk stored at room temperature for 0 hour (P0); 4 hours (P4) and 6 hours (P6). The variables observed were aroma tests, pH values, Solid Non Fat (SNF) levels and total E. coli bacteria. The results showed that with the longer storage time (P0, P4 and P6) the pH value showed no significant difference (P>0.05), while the storage times of P4 and P6 were in the aroma test respectively (21.53% and 37.02%) and total E. coli bacteria (18.73% and 41.69%) lower than P0 which showed a significant decrease (P<0.05). SNF levels increased significantly (P<0.05), where P4 (9.83%) and P6 (8.35%) were higher than P0. Based on this study it can be concluded that the storage time resulted in a marked decrease in the value of aroma preference and total E. coli bacteria, while SNF levels was very significant increase and the pH value did not depend on the length of storage.
Keywords: Quality of PE goat milk, storage, physicochemistry, microbiology
PENDAHULUAN
Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu penghasil protein hewani yang dapat diarahkan untuk peningkatan produksi susu selain sapi adalah kambing PE.Menurut Moeljanto dan Wiryanta (2002) susu kambing telah dikenal dan dipercaya masyarakat memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh karena tingginya kandungan nutrisi dan komponen bioaktif yang berperan menjaga kesehatan tubuh. Susu mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme (Escherichia coli) apabila berada di suhu ruang dalam waktu yang lama. Aritonang (2017) memaparkan bahwa susu segar akan berangsur-angsur rusak hanya selang 4 jam saja setelah pemerahan. Pada penyimpanan suhu ruang susu akan mengalami penurunan kualitas (rasa, nilai pH dan nilai alkohol) susu setelah 5 jam penyimpanan suhu ruang (Jaman et al., 2013). Anindita dan Sovi (2017) juga menambahkan bahwa menurunnya mutuatau kerusakan susu bisa saja disebabkan karena tercemarnya susu oleh mikroorganisme ataubenda asing lain oleh peternak yang mengakibatkan susu mudah basi dan tidak sehat untuk dikonsumsi.
Untuk mengetahui apakah kulitas susu menurun atau tidak dapat dilakukan pengujian terhadap susu.Aspek yang penting dalam menilai kualitas susu, antara lain sifat fisikokimia (pH, Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) dan kadar laktosa) dan Escherichia coli (Mardalena, 2008).
Susu segar biasanya memiliki pH antara 6,5-6,7. Apabila susu memiliki pH dibawah 6,5 maka dapat dikatakan kualitas susu tersebut menurun atau rusak karena adanya pertumbuhan bakteri dan jika susu memiliki pH di atas 6,7 menunjukkan adanya kelainan seperti mastitis (Umar et al., 2014). Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) dalam susu tersusun atas protein, laktosa, vitamin, enzim, dan gas (Hariono et al., 2011). Kadar BKTL susu dipengaruhi oleh potensi genetik individual dari kambing perah, umur, tingkat laktasi, dan pakan (Nisma et al., 2012). Menurut Vimont et al. (2006) susu dapat terkontaminasi Escherichia coli dikarenakan kurangnya perhatian peternak terhadap kebersihan sanitasi dan Hygiene personal.
Lama penyimpanan akan mempengaruhi susunan fisiko-kimia yang terkandung didalam susu, sehingga perlu adanya pengujian kualitas fisik,kimia,dan mikrobiologi susu kambing PE.
MATERI DAN METODE
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan dari pengambilan susu segar kambing PE di Desa Sepang, Kabupaten Buleleng. Dilanjutkan dengan analisis sampel di Laboratorium Ternak Perah dan Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari bulan Juni – Juli 2018.
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, susu segar kambing PE, aquadest dan Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).Alat-alat yang digunakan antara lain, beaker glass, form panelis, alat tulis, pH meter, vortex, pipet, cawan petri, lampu Bunsen dan kapas.
Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu P0 = 0 jam penyimpanan sebagai kontrol, P4 = 4 jam penyimpanan dan P6 = 6 jam penyimpanan dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 12 unit pengamatan. Sampel dianalisis pada kondisi homogen.
Pelaksanaan penelitian
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
-
a. Persiapan peralatan
Pertama-tama semua peralatan yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu menggunakan deterjen sampai bersih lalu dibilas dengan aquades dan ditiriskan. Peralatan yang sudah kering kemudian di bilas dengan alkohol 70% dan dikeringkan kembali di dalam inkubator;
-
b. Persiapan analisa
Sampel susu segar yang diperoleh dari peternakan langsung dimasukkan ke dalam coolbox berisi es balok selama perjalanan menuju laboratorium untuk dianalisis. Setelah tiba, susu dikeluarkan dari coolbox dan dimasukkan kedalam lemari pendingin untuk dianalisis keesokan harinya dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan. Keesokan harinya susu dikeluarkan dan dicairkan untuk dianalisis sesuai dengan variabel yang akan diamati yaitu uji aroma, pH, BKTL, dan total E.coli dengan perlakuan penyimpanan 0 jam (P0), 4 jam (P4), dan 6 jam (P6) pada suhu ruang.
Penentuan uji aroma (bau)
Metode pengujian aroma ini sesuai dengan metode Suriasih et al. (2014) yaitu menggunakan kertas standar aroma yang sudah diberi skor dalam skala 1-7 (1 = sangat tidak suka, 2 = agak tidak suka, 3 = tidak suka, 4 = biasa saja, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 =sangat suka), penilaian meliputi aroma yang sangat disukai sampai aroma yang sangat tidak disukai, dengan menggunakan 15 orang panelis semi terlatih sebagai pengujinya.
Penentuan nilai pH
Penentuan nilai pH dilakukan dengan menggunakan pHmeter (Yenrina, 2015). AlatpHmeter distandarisasi menggunakan dua nilai kalibrasi yang masing-masing mewakili nilai pH rendah dan pH tinggi. Buffer standar yang umumnya digunakan di laboratorium untuk kalibrasi pH meter adalah buffer pH 4,0 dan pH > 7,0
Penentuan kadar BKTL
Kadar BKTL diperoleh dari pengurangan Bahan Kering (BK) dengan kadar lemak (L), dimana kadar lemak diperoleh dari volume lemak yang terbentuk (menggunakan metode BSN, 1998) dan BK diperoleh dari perhitungan rumus Fleischmann (Warudju et al., 1989)
Perhitungan
Kadar Lemak (%) = Volume lemak yang terbentuk.
Kadar BKTL (%) = BK – L
BK (%) =1,23 L + 2,71
Penentuan Total E. coli
Pemeriksaan E. colidilakukan denganisolasidan identifikasi (BSN, 1998). Sampel terlebih dahulu di homogenkan lalu masing-masing susu segar diambil sebanyak 1ml, lalu dicampur dengan 9 ml aquadest sehingga didapat pengenceran 1 (10-1). . Selanjutnya dengan carayang sama, daripengenceran 1 (10-1)dibuatpengenceran 2-5 (10-2, 10-3, 10-4, 10-5). Selanjutnya penanaman dilakukan dengan pengambilan sampel sebanyak 0,1 ml diambil dari pengenceran 102, kemudian 1-1,5 ml media EMBA (suhu 44-46ᵒC) dituangkan ke dalam cawan petri selanjutnya dihomogenkan secara perlahan dengan membentuk angka 8. Campuran didiamkan agar memadat, setelah memadat cawan petri diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Penghitungan koloni yang tumbuh berdasarkan metode hitungan cawan. Perhitungan populasi bakteri dengan cara sebagai berikut:
Populasi bakteri = n × cfu/ml
faktor penge
Keterangan:
n = Jumlah koloni yang terdapat pada tabung seri pengenceran ke 10x
cfu/ml = Colony Forming Unity/ml
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisisdengan sidik ragam, apabila terdapat perbedaan nyata (P<0,05) antar perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Data yang diperoleh dari perhitungan jumlah bakteri Escherichia coli terlebih dahulu akan ditranformasikan ke log y, untuk data dari uji aroma susu dianalisa secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis pengaruh lama penyimpanansusu pada suhu ruang (0 jam, 4 jam dan 6 jam) terhadap aroma, pH, Bahan Kering Tanpa Lemak dan bakteri E. colidapat dilihat pada Tabel 1
Uji aroma
Berdasarkan hasil rataan penilaian (Tabel 1) dari 15 panelis P0 rata-rata 6,78 menunjukkan hasil yangdisukai mendeskripsikan bahwa sampel masih beraroma susu (cooked/milky). Pada P4 rata-rata 5,32 agak disukai, mendeskripsikan sampel beraroma seperti daging rebus (brothy), sedangkan P6 dengan rata-rata 4,27 menunjukkan biasa saja yang mendeskripsikan sampel beraroma kambing (waxy/animal) (Park et al., 2017). Hasil penelitian pengaruh perlakuan P0, P4 dan P6 menunjukkan penurunan yang nyata (P<0,05) seiring dengan penurunan citarasa (Nugroho, “un-published”).
Peranan aroma dalam bahan makanan sangatlah penting, karena aroma merupakan indek mutu yang menentukan penerimaan konsumen. Perubahan aroma (bau) khas susu segar disebabkan oleh beberapa senyawa yang mudah larut bersifat mudah menyerap bau, pada suhu dan kelembaban lingkungan dimana susu ditempatkan. Khususnya aroma spesifik dari kandungan asam-asam lemak tidak jenuh, seperti aroma ternak kambing. Oleh sebab itu, beberapa jam setelah pemerahan atau penanganan selanjutnya utuk disimpan pada suhu rendah segera, agar aroma susu segar belum mengalami perubahan, perlumendapatkan perhatian selama penyimpanan. Saleh (2004) dan Getaneh et al. (2016) melaporkan bahwa aroma susu dipengaruhi oleh tingginya kadar asam lemak rantai sedang seperti asam lemak kaprat, kaprilat dan kaproat, dimana pada susu kambing kandungan ketiga asam lemak tersebut lebih dominan 15% dibanding pada susu sapi yakni hanya 5%. Selain itu, perubahan aroma bisa saja disebabkan bakteri penyebab flavor pada susu seperti Coliform yang menyebabkan bau busuk pada susu (Aritonang, 2017). Hal ini didukung dengan semakin meningkatnya total Coliform pada susu selama penyimpanan suhu ruang (Hariyanto, “un-published”).
Nilai pH
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai pH susu segar Kambing PE. Hal ini dapat dilihat pada Tabel. Rataan nilai pH yang dihasilkan pada penelitian ini termasuk ke dalam nilai pH normal susu segar, yaitu 6,5-6,7 (Legowo et al.,2009) dan nilai standar pada Tabel 1.
Nilai pH yang tidak berbeda nyata (P>0,05) kemungkinan pertumbuhan bakteri berada pada fase lambat dimana pada fase tersebut bakteri baru beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, sehingga jumlah bakteri dalam susu belum mengalami peningkatan dan bila dilakukan pengukuran pH maka didapatkan nilai pH normal dikarenakan asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri dari hasil fermentasi laktosa masih sedikit (Ningsih, 1997; Nugroho, “un-published”). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jaman et al. (2013) yang didapatkan pada susu kambing PE pada penyimpanan 2 sampai 5 jam belum terjadi penurunan pH yang nyata. Menurut Fardiaz (1983) pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba selama penyimpanan susu. Selama penyimpanan pada suhu kamar susu akan mengalami perubahan pH yang sangat mempengaruhi jenis mikroba yang tumbuh serta kecepatan pertumbuhannya. Perubahan nilai pH pada susu merupakan akibat adanya beberapa mikroba yang dapat memecah asam yang secara alamiah ada didalam susu atau yang ditambahkan (Buckle et al.,1987).
Tabel 1 Pengaruh lama penyimpanan susu kambing PE pada suhu ruang terhadap aroma, pH,
BKTL dan bakteri E.coli | |||||
Variabel |
Perlakuan1) |
Standar | |||
P0 |
P4 |
P6 |
TAS2) |
BSN3) | |
Uji Aroma |
6,78a4)±0,18 |
5,32b±0,14 |
4,27 c±0,14 |
- |
- |
Nilai pH |
6,62 a±0,05 |
6,62 a±0,07 |
6,60 a±0,07 |
6,3 – 6,8 |
6,5 – 6,8 |
Kadar BKTL (%) |
8,14 b±0,45 |
8,94 a±0,42 |
8,82 a±0,04 |
Min 7,8% |
Min 8,25% |
Total E. coli (cfu/ml) |
7,6x103a±5,1x102 |
1,2x103b ±1,8x102 |
1,7x102c±4,1x101 |
Negatif |
<3/ml5 |
Keterangan : 1) P0 yaitu penyimpanan suhu ruang selama 0 jam
P4 yaitu penyimpanan suhu ruang selama 4 jam
P6 yaitu penyimpanan suhu ruang selama 6 jam
-
2) TAS 2008 (Thai Agricultural Standart)
-
3) BSN 2011 (Badan Standarisasi Nasional)
-
4) Nilai yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama, menunjukkanberbeda nyata (p<0,05)
-
5) SNI 7338 : 2009
Anggreani et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 9 - 20 Page 15
Kadar BKTL
Hasil sidik ragam kadar BKTL susu segar kambingPE selama penyimpanan pada suhu ruang,menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang nyata (P<0,05). Kadar BKTL yang didapatkan pada penelitian ini P0 (8,14%), P4 (8,94%) dan P6 (8,82%) (Tabel 1),tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh pada penelitian Helmit dan Fitcher (2012) yakni kadar BK (10,52% –15,36%) dikurangi dengan kadar lemak (2,81%–5,54%) mendapatkan kadar BKTL kambing berkisar 7,71% – 10,15%.
Kadar BKTL susu kambing dipengaruhi oleh kadar BK (11,55% - 14,47%, (Anggreani, “un-published”)) dan kadar lemak (3,08% - 5,73%, (Nugroho, “un-published”)). Hal ini didukung oleh pendapat Susilowati et al. (2013) jika kadar BKTL tinggi maka kandungan BK juga akan meningkat, sedangkan kandungan BK sendiri dipengaruhi oleh kadar lemak (Nurmayanti, 2016). Supriyati (2010) menambahkan bahwa kadar lemak yang tinggi maka BJ (1,0282 – 1,0295, (Hariyanto, “un-published”)) pada susu kambing akan semakin tinggi pula. Nilai BJ yang semakin tinggi disebabkan karena terbebasnya gas-gas seperti CO2 dan N2 yang terdapat dalam susu yang baru saja diperah dari proses pemerahan dan memadatnya lemak, (Rosartio et al., 2015; Roza dan Aritonang, 2006). Hadiwiyoto (1994) memaparkan, bahwa berat jenis susu akan berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan pada suhu ruang, dimana berat jenis yang dekat dengan waktu saat pemerahan antara lain disebabkan oleh memadatnya lemak. Selama penyimpanan pada suhu ruang kadar lemak pada susu kambing akan meningkat dikarenakan ikatan globula pada lemak lebih kecil serta rapuh yang mengakibatkan pemecahan lemak (lipolisis) dan terjadilah penguapan disertai penggumpalan lemak (Hayam et al., 2014).
Total bakteri E. coli
Hasil penelitianterhadap uji total bakteri E.coli yang dilakukan pada lama penyimpanan suhu ruang pada susu segar kambing PE menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan susu pada suhu ruang, maka terjadi penurunan total bakteri E.coli. Hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap jumlah total bakteri E.coli. Dilihat dari data pada tabel 1, diperoleh bahwa rerata bakteri E.coli pada P0, P4 dan P6 masing - masing 7,6x103 cfu/ml, 1,2x103 cfu/ml dan 1,7x102 cfu/ml. Hal ini tidak sesuai dengan BSN (2009), tentang persyaratan susu segar terhadap jumlah cemaran bakteri E.coli adalah <3/ml.
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yakni pH dan aktivitas mikroba lainnya (Rofi’i, 2009). Menurut Yusuf (2011) pH optimum untuk pertumbuhan E. coli adalah 7,0 – 7,5, sedangkan rentang pH pada susu diketahui 6,59 – 6,62 yang menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh bahkan mati. Hal ini dapat dikarenakan nilai pH pada susu tidak sesuai dengan pH untuk pertumbuhan bakteri tersebut, sehingga dapat mempengaruhi kerja enzim pada aktivitas bakteri tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson (2008), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang santa jelas antara pH dan kemampuan pertumbuhan E. coli. Selain itu, disebabkan oleh pertumbuhan spesies mikroba lainnya yakni total BAL yang meningkat (Nugroho, “un-published”). Dimana BAL akan menghasilkan asam-asam organik (asam laktat, asam asetat, asam format), hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin yang bersifat antibakteri. Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Sifat antibakteri oleh genus Lactobacillus mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen golongan Enterobacteriaceae (Salmonella sp, E. coli, Shiigella sp), Bacillus cereus dan Stapylococcus aureus (Khikmah, 2015).
Manajemen hygiene dan sanitasi merupakan aspek yang mempengaruhi tingkat kontaminasi mikroorganisme dalam susu ( Rysanek et al., 2009; Firman, 2010). Kemungkinan mikroba yang ditemukan dalam susu dapat disebabkan oleh penanganan susu yang kurang baik. Kontaminasi mikroba dalam susu dapat berasal dari badan ternak, kandang, alat pemerah, proses pemerahan, udara dan sumber air. Hal ini dibuktikan pada saat pemerahan, ambing hanya dicuci dengan air hangat dan dilap tanpa ada pemberian alkohol dan lantai kandang hanya disapu tanpa ada penyiraman dengan air bertekanan tinggi selanjutnya pemerah tidak mencuci tangan setelah membersihkan kandang.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama penyimpanan mengakibatkan penurunan nilai kesukaan aroma dan total bakteri E. coli secara nyata, sedangkan kadar BKTL mengalami peningkatan yang sangat nyata dann nilai pH tidak tergantung pada lama penyimpanan.
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini yaitu, perlu diperhatikan tentang manajemen sanitasi sebelum, saat dan sesudah pemerahan serta perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh lama penyimpanan suhu dingin.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K) dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS serta kedua pembimbing penulis Dr. Ir. Ni Putu Mariani, M.Si dan Dr. Ir. Ida Ayu Okarini, M.Si atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis di Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak A. A. Putu Putra Wibawa, S.Pt., M. Si selaku Penyunting Jurnal Peternakan Tropika serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
BAB I DAFTAR PUSTAKA
Anindita, N.S. dan D. S. Soyi. 2017. Studi kasus : pengawasan kualitas pangan hewan melalui pengujian kualitas susu sapi yang beredar di Yogyakarta. J. Peternakan Indonesia 19 (2) : 93-102
Aritonang, S. N. 2017. Susu dan Teknologi.Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas. Sumatera Barat
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2782-1998/Rev.1992 tentang Metode Pengujian Susu Segar. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta
Badan Standardisasi Nasional.2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. SNI 7388 : 2009. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia (SNI)01-3141- 2011 tentang Syarat Mutu Susu Segar. Dewan Standarisasi Nasional.Jakarta
Buckle, K.A.,R. A. Edwards, G.H. Fleet.dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan:
Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia.Jakarta
Fardiaz, S. 1983. Keamanan Pangan, Jilid 1: Bakteriologi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Firman,A. 2010. Agribisnis sapiperah: Bisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Widya Padjadjaran. Bandung.
Getaneh, G., A. Mebrat, A. Wubie dan H. Kendie. 2016. Review on goat milk composition and its nutrive value. J. Nutr Health Sci. 3 (4) : 401
Gibson. 2008. Optimal conditions for the growth of escherichia coli. microbiology and molecular biology reviews. 65 (2) : 232-260
Hadiwiyoto. S. 1994. Teknik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty. Yogyakarta
Hariono, B., Sutrisno K, B. Seminar dan R. R. A. Maheswari. 2011. Uji Sifat Fisik dan Kimia Susu Sapi dan Susu Kambing yang dipapar dengan Ultraviolet Sistem Sirkulasi. Prosiding Seminar Nasional Pertera : 173-186
Hayam, M. A., F. A. M. Hassan, M. A. M. A. El-Gawad dan A. K. Enab. 2014. Physicochemical Characteristics of Goat’s Milk. J. Life Sci. 11 (1) : 307 - 317
Jaman, M. F. V. 2012. Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah selama Penyimpanan Suhu Ruang ditinjau Dari Rasa.pH dan Uji Alkohol. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar.
Jaman, M. F. V., I. K. Suada, I. P. Sampurna. 2013. Kualitas susu kambing Peranakan Etawah selama penyimpanan suhu ruang ditinjau dari rasa. pH dan uji alkohol. J. Indonesia Mediscus Veterinus 2(25) : 469-478
Khikmah, N. 2015. Uji antibakteri susu fermentasi komersial pada bakteri pathogen. J. Penelitian Saintek. 20 (1) : 45 - 52
Legowo, A. M., S. Mulyani dan Kusrahayu. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Mardalena. 2008. Pengaruh waktu pemerahan dan tingkat laktasi terhadap kualitas susu sapi perah Peranakan Fries Holstein. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan 9 (3) : 107-111
Helmut, K.M dan G. Fietcher. 2012. Physicochemical characteristics of goat’s milk in Austria-seasonal variations and differences between six breeds. J. Dairy Sci and Technol. 92 (2) : 167 - 177
Moeljanto, R. D. dan B. T. W. Wiryanta. 2002. Sehat dengan Ramuan Tradisional Khasiat dan Manfaat Susu Kambing Susu Terbaik dari Hewan Ruminansia. PT. Agro Medika Pustaka. Depok
Ningsih, P.1997. Pengaruh Konsentrasi Hidrogen Peroksida pada Susu Perahan Padi dan Sore ditinjau dari Angka Lempeng Total Bakteri, pH dan Uji Alkohol selama Penyimpanan Suhu 5°C. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar
Nisma, A. D, A. C. T. Nurhajati dan A. T. Soelih E. 2012. Potensi pemberian formula pakan konsentrat komersil terhadap konsumsi dan bahan kering tanpa lemak susu. J. Agroveteriner 1 (1) : 11-16
Numaryati. 2016. Komposisi Susu Segar dari Sapi Perah PenderitaMastitis Subklinis di Peternakan Kunak Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Park, Y. W., C. Jeanjulien dan A. Siddique. 2017. Factors affecting of sensory quality of goat milk cheeses : a review. J. Adv Dairy. 5 (3) : 1 – 9
Rofi’i, F. 2009. Hubungan antara Jumlah Total Bakteri dan Angka Katalase terhadap Daya Tahan Susu. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosartio, R., Suranindyah. Y., Bintara. S.. Ismaya. 2015. Produksi dan komposisi susu kambing peranakan ettawa di dataran tinggi dan dataran rendah daerah istimewa yogyakarta. Buletin Peternakan 39 (3): 180-188
Roza, E. dan S. Aritonang. 2006. Pengaruh lama penyimpanan setelah diperah terhadap pH. berat jenis dan jumlah koloni bakteri susu kerbau. J. Peternakan Indonesia. 11 (1): 74-78
Rysanek, D,M.Zouharova danV.Babak.2009. Major mammary pathogens as contributors to total bacterial counts in raw milk.Acta Vet.78:455–461
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak.USU Digital.Library Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Steel, R. H. dan J. H. Torrie. 1993. Statistik Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Supriyati. 2010. Nilai berat jenis dan total solid susu Kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. J. Ilmiah Peternakan. 1 (3): 1071-1077
Suriasih, K., M. Hartawan, N. Sucipta, S. A. Lindawati and I. A. Okarini. 2014. Microbiological. cemical and sensory characteristics of yoghurt prepared from blended cow and goat milk. J. Food Science and Quality Management. 34 : 93-102
Susilowati, D. R., S. Utami dan H. A. Suratim. 2013. Nilai berat jenis dan total solid susu Kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. J. Ilmiah Peternakan 1 (3): 1071-1077
Swadayana A., Sambodho. dan C. Budiarta. 2012. Total bakteri dan pH susu akibat lama waktu dipping puting kambing Peranakan Ettawa laktasi. J. Animal Agricultural. 1(1): 12 – 21
Thai Agricultural Standard.TAS 6006-2008. Raw Goat Milk.National Bureauof Agricultural Commodity and Food Standards. Ministryof Agriculture and Cooperatives. ICS 67.100.01.Published in the Royal Gaze tteVol. 125 Section 139 D. Thailand .
Umar, Razai. dan Andi N. 2014. Derajat keasaman dan angka reduktase susu sapi pasteurisasi dengan lama penyimpanan berbeda. J. Medika Verteriner. 8 (1) : 43-46
Vimont,A.,C.V. Rozand and M.L.D. Muller. 2006. Isolation of Escherichia coli O157: H7 and Non O157 STEC in Different Matrices: Reviewof The Most Commonly Use Enrichment Protocols. Lett. Appl. Microbiol. 42 : 102-108
Warudju, B., S. Budhiarta dan B. Sumiarto. 1989. Penelitian rumus fleischmann untuk menentukan bahan kering susu pada berbagai suhu di Jawa Tengah. J. Bulletin FKH-UGM 1989. 9 (2) : 5-8
Yenrina, R. 2015. Metode Analisis Bahan Pangan dan Kompnen Bioaktif.Andalas University Press. Sumatera Barat
Yusuf, A. 2011. Tingkat Kontaminasi Escherichia coli pada Susu Segar diKawasan Gunung Perak. Kabupaten Sinjai. Skripsi. Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanudin. Makassar.
Anggreani et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 9 - 20
Page 21
Discussion and feedback