THE EFFECT OF SUPPLEMENTED CELLULOLYTIC BACTERIA B-6 AS A PROBIOTIC SOURCHES IN DRINKING WATER ON THE PROTEIN, FAT, CHOLESTEROL AND EGG YOLK COLOR CONTENTS IN EGG OF LOHMANN BROWN LAYING HENS AGED 40-48 WEEK
on

e-journal
FAPET UNUD
e-Journal

Universitas Udayana
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: peternakantropika@yahoo.com
Submitted Date: August 1, 2018
Accepted Date: August 15, 2018
Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita & I W. Wirawan
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI SELULOLITIK B-6 MELALUI AIR MINUM TERHADAP KADAR PROTEIN, LEMAK, KOLESTEROL DAN WARNA KUNING TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU
Dananjaya, I B. P. O., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman, Denpasar Email: pradipta231296@yahoo.co.id Telphone : 081237816550
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian probiotik bakteri Selulolitik B-6 melalui air minum terhadap kadar protein, lemak, kolesterol dan warna kuning telur ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu. Penelitian dilaksanakan di Desa Dajan Peken, Tabanan, Bali, selama tiga bulan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah: air minum tanpa penambahan probiotik bakteri Selulolitik B-6 sebagai kontrol (A), air minum dengan penambahan probiotik bakteri Selulolitik B-6 sebanyak 0,2% (B), dan air minum dengan penambahan probiotik bakteri Selulolitik B-6 dengan 0,4% (C). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar protein, lemak, kolesterol dan warna kuning telur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar protein dan warna kuning telur pada perlakuan B dan C nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkkan ayam yang mendapat perlakuan A, sedangkan kadar lemak dan kadar kolesterol kuning telur pada perlakuan B dan C nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan ayam yang mendapat perlakuan A. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian bakteri Selulolitik B-6 sebagai sumber probiotik melalui air minum sebanyak 0,2% dan 0,4% dapat meningkatkan kadar protein dan warna kuning telur serta menurunkan kadar lemak dan kolesterol kuning telur ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu.
Kata Kunci : Probiotik Bakteri Selulolitik B-6, Lohmann Brown, Kuning telur
THE EFFECT OF SUPPLEMENTED CELLULOLYTIC BACTERIA B-6 AS A PROBIOTIC SOURCHES IN DRINKING WATER ON THE PROTEIN, FAT, CHOLESTEROL AND EGG YOLK COLOR CONTENTS IN EGG OF LOHMANN BROWN LAYING HENS AGED 40-48 WEEK
ABSTRACT
The aim of this research is to study the effect of supplemented cellulolytic bacteria B-6 as a probiotic sourches in drinking water on the protein, fat, cholesterol and egg yolk color contents in egg of Lohmann Brown laying hens aged 40-48 week. The research was conducted in Dajan Peken Village, Tabanan, Bali, for three months. The design used in this study was Completely Randomized Design (RAL) with three treatments and six replications.

The treatments were: drinking water without probiotic addition of B-6 Cellulolytic bacteria as control (A), drinking water with probiotics of B-6 Cellulolytic bacteria as much as 0,2% (B), and drinking water with probiotic of B-6 Cellulolytic bacteria with 0,4% (C). The variables observed in this study were egg yolk protein, fat, cholesterol and egg yolk color. The results showed that the egg yolk protein and egg yolk color at treatment of B and C were significantly higher (P<0,05) than those of A treatment, while egg yolk fat and egg yolk cholesterol at treatment of B and C were significantly lower (P<0,05) than those of A treatment. It can be concluded that the supplemented of 0,2% and 0,4% cellulolytics bacteria B-6 as a probiotic sourches in drinking water improvement yolk color and protein content of egg, but decreasing fat and cholesterol content in egg of Lohmann Brown laying hens.
Key Words : Cellulolytic Bacteria B-6, Lohmann Brown, Egg yolk
PENDAHULUAN
Pada umumnya salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan protein masyarakat di Indonesia adalah dengan mengkonsumsi telur. Begitu besarnya manfaat telur dalam kehidupan manusia sehingga telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi. Menurut Rahayu (2003), kandungan gizi yang cukup lengkap menjadikan telur banyak dikonsumsi dan diolah menjadi produk olahan lain. Kandungan protein telur terdapat pada putih telur dan kuning telur. Kandungan gizi telur antara lain: air 73,7%; protein 12,9%; lemak 11,2%; Karbohidrat 0,9%; dan lemak pada putih telur hampir tidak ada (Komala, 2008). Namun hampir semua lemak di dalam telur terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada putih telur kandungan lemaknya sangat sedikit (Sudaryani, 2003) dan kandungan kolesterol pada kuning telur sebesar 5,20% (Kusmanto, 2004). Tingginya kadar lemak dan kolesterol pada kuning telur menjadi masalah serius yang sering kali dihadapi oleh masyarakat. Akibat dari mengkonsumsi lemak dan kolesterol yang berlebihan dapat mengakibatkan penyakit. Contoh penyakit yang sering terjadi akibat mengkonsumsi lemak atau kolesterol yang berlebihan adalah jantung koroner.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam telur ayam yaitu dengan memanfaatkan bioteknologi probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme lain/inangnya apabila diberikan melalui saluran pencernaan. Pemberian probiotik diharapkan dapat meningkatkan aktivitas enzim endogen untuk menghidrolisis pakan dengan harapan adanya peningkatan peran flora normal dalam saluran pencernaan untuk menghasilkan enzim eksogen, seperti amilase, protease dan lipase (Putra et al., 2015). Bidura et al. (2014) telah berhasil mengisolasi bakteri selulolitik dari rumen kerbau yang potensial sebagai sumber probiotik. Bakteri selulolitik dengan kode B-6 mempunyai kemampuan mendegradasi senyawa selulosa tertinggi yang ditunjukkan dengan adanya aktivitas enzim selulase yang
tinggi. Prabowo et al. (2007) juga menunjukkan bahwa isolat bakteri selulolitik asal cairan rumen kerbau mempunyai aktivitas selulolitik yang paling tinggi dibandingkan dengan mikroba selulolitik ternak lainnya.
Dilaporkan bahwa penggunaan probiotik dapat menurunkan kandungan kolesterol dan lemak. Sibbald dan Wolynetz (1986) menyatakan bahwa penggunaan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan "lysine analoque S-2-aminoethyl-cysteine" dalam saluran pencernaan unggas. Peningkatan kandungan asam amino lisin di dalam tubuh akan meningkatkan retensi energi sebagai protein dan menurunnya retensi energi sebagai lemak dalam tubuh.
Suplementasi probiotik bakteri selulolitik isolat rumen kerbau pada level 0,20-0,60% dalam ransum berbasis ampas tahu nyata meningkatkan pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum, serta menurunkan kadar amonia dalam ekskreta itik (Siti et al., 2016). Menurut Andika et al., (2017) bahwa pemberian kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau sebagai sumber probiotik melalui air minum pada level 0,20% dan 0,40% dapat meningkatkan penampilan itik bali. Pemberian probiotik selulolitik juga berpengaruh terhadap itik bali karena pemberian kultur bakteri selulotik terhadap isolat kerbau rumen sebagai sumber probiotik melalui air minum yang diberikan pada tingkat 0,20%-0,40% dapat meningkatkan persentase daging karkas dan menurunkan persentase lemak karkas itik bali berusia 8 minggu (Manubawa et al., 2016).
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan probiotik selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau melalui air minum terhadap kadar protein, kadar lemak, kadar kolesterol dan warna kuning telur ayam.
MATERI DAN METODE
Materi
Ayam
Ayam yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur Lohmann Brown yang berumur 40-48 minggu (fase peneluran II) sebanyak 36 ekor dengan berat badan homogen (1.527±20,36g). Ayam tersebut diperoleh dari peternak di Desa Dajan Peken, Tabanan, Bali.
Kandang dan perlengkapan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang dengan sistem battery colony dari bilah bambu sebanyak 18 buah. Tiap petak kandang berukuran panjang 50 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 40 cm. Masing-masing kandang diisi 2 ekor ayam Lohmann Brown. Semua petak kandang terletak dalam sebuah bangunan kandang dengan atap genteng dan
sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum yang terbuat dari pipa. Pada bagian bawah lantai kandang dipasang lembaran terpal kecil untuk menampung kotoran ternak, sehingga mudah dibersihkan dengan hanya mengangkat lembaran terpal kecil untuk membersihkan kotoran ayam.
Ransum dan air minum
Ransum yang diberikan berdasarkan perhitungan menurut Scott et al. (l982). Komposisi bahan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk kandungan nutrisi ransum dapat dilihat pada Tabel 2. Air minum yang diberikan bersumber dari air perusahaan air minum (PAM).
Tabel 1 Komposisi Bahan Penyusun Ransum Ayam Lohmann Brown
Bahan Pakan (%) |
Ransum Perlakuan1) | ||
A |
B |
C | |
Dedak Jagung |
50 |
50 |
50 |
Konsentrat Layer KLS Super Plus |
35 |
35 |
35 |
Dedak Padi |
15 |
15 |
15 |
Total |
100 |
100 |
100 |
Probiotik Selulolitik B-62) |
- |
0,2 |
0,4 |
Keterangan:
1). Diberikan air minum tanpa penambahan kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 sebagai kontrol (A), diberikan air minum dengan penambahan 0,2% kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 (B) dan diberikan air minum dengan penambahan 0,4% kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 (C).
2). Dicampur dalam air minum.
Tabel 2 Kandungan nutrisi ransum ayam Lohmann Brown umur 40 – 48 Minggu1)
Kandungan nutrisi ransum |
Perlakuan2) |
Standar3) | ||
A |
B |
C | ||
Energi Metabolisme (kkal/kg) |
2979,5 |
2979,5 |
2979,5 |
2900 |
Protein Kasar (%) |
18 |
18 |
18 |
18 |
Lemak Kasar (%) |
5,3 |
5,3 |
5,3 |
5-104) |
Serat Kasar (%) |
4,9 |
4,9 |
4,9 |
3-84) |
Ca (%) |
3,53 |
3,53 |
3,53 |
3,4 |
Phospor Tersedia (%) |
0,47 |
0,47 |
0,47 |
0,35 |
Keterangan:
1). Perhitungan berdasarkan tabel zat makanan menurut Scott et al. (1982).
2). Diberikan air minum tanpa penambahan kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 sebagai kontrol (A), diberikan air minum dengan penambahan 0,2% kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 (B) dan diberikan air minum dengan penambahan 0,4% kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 (C).
3). Standar Scott et al. (1982).
4). Standar Morrison (1961).
Probiotik kultur bakteri selulolitik
Kultur bakteri yang digunakan pada penelitian ini diproduksi menggunakan isolate bakteri selulolitik terbaik hasil penelitian Bidura et al. (2014) yang diisolasi dari limbah isi rumen kerbau.
Metode
Tempat dan lama penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik petani peternak di Banjar Pande, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Tabanan, Bali dan melakukan analisis di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan , yaitu mulai dari bulan Februari - April 2018.
Rancangan penelitian
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 macam perlakuan dan 6 kali ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan 2 ekor ayam petelur Lohmann Brown umur 40 minggu dengan berat badan dan umur peneluran yang homogen. Ke tiga perlakuan yang dicobakan adalah air minum tanpa penambahan kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 sebagai kontrol (A), air minum dengan penambahan 0,20% kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 (B) dan air minum dengan penambahan 0,40% kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 (C).
Pengacakan ayam
Dari 100 ekor ayam ditimbang 50 ekor untuk mencari berat badan rata-ratanya. Ayam yang digunakan adalah ayam yang bobot badannya masuk kisaran yang dibuat. Kemudian ayam disebar di masing-masing petak kandang yang berjumlah 18 petak, dimana setiap petak diisi 2 ekor ayam sehingga ayam yang digunakan 36 ekor dengan bobot badan yang homogen. Pengacakan kode perlakuan menggunakan kartu yang nantinya akan menjadi identitas petak kandang.
Pencampuran ransum
Pencampuran ransum dilakukan setiap minggu selama penelitian berlangsung. Penimbangan dilakukan mulai dari bahan yang komposisinya paling banyak hingga paling sedikit. Pakan disusun dari komposisi paling banyak sampai paling sedikit, selanjutnya dibagi menjadi empat bagian yang sama, dan masing-masing bagian dicampur secara merata, kemudian dicampur silang sampai diperoleh campuran yang homogen. Pakan yang sudah
homogen ditimbang masing-masing 2 kg untuk disimpan di ember yang telah diisi label perlakuan. Pakan tersebut diberikan kepada tiap petak kandang untuk 1 minggu
Pemberian ransum dan air minum
Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Tempat ransum diisi 3/4 bagian, untuk mencegah agar ransum tidak tercecer dan air yang diberikan berasal dari air perusahaan air minum (PAM). Sementara itu, pemberian air minum pada perlakuan A ditambahkan molasis sebanyak 4% atau 40 ml tetapi tidak ditambahkan kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 karena sebagai kontrol, pada perlakuan B dalam 1000 ml air minum diberikan penambahan 4% atau 40 ml molasis lalu dilakukan penambahan 0,20% atau sama dengan 2 ml kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6 dan perlakuan C dalam 1000 ml air minum diberikan penambahan 4% atau 40 ml molasis lalu dilakukan penambahan 0,40% atau sama dengan 4 ml kultur probiotik bakteri Selulolitik B-6.
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah:
-
1. Kadar protein kuning telur: Kadar protein dapat diketahui dengan menggunakan metode Kjeldahl. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein.
-
2. Kadar lemak kuning telur: pengamatan kadar lemak kuning telur dilakukan sekali, yaitu pada minggu terakhir penelitian dengan menggunakan 2 butir telur yang diambil dari masing-masing unit percobaan. Metode ekstraksi soxhlet dengan prinsip lemak dapat diektraksi dengan menggunakan eter atau zat pelarut lemak. Jika zat pelarutnya diuapkan maka akan tertinggal lemaknya (Legowo et al, 2005)
-
3. Kadar kolesterol pada kuning telur: pengamatan kolesterol telur dilakukan sekali, yaitu pada minggu terakhir penelitian dengan menggunakan 2 butir telur yang diambil pada masing-masing unit percobaan. Analisis kolesterol menggunakan metode Lieberman-Burchad dari Plummer (1977). Larutan sterol dalam kloroform direaksikan dengan asam asetat anhidrat asam sulfat pekat. Dalam uji nanti dihasilkan warna dari hijau kebiruan sampai hijau, tergantung kadar kolesterol sampel. Larutan yang dihasilkan tertera pada spektrofotometer untuk mendapatkan densitas optic (DO). Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan DO dari larutan standar, sehingga dapat dihitung besarnya kadar kolesterol sampel.
-
4. Warna kuning telur: diukur dengan “yolk colour fan” yang berkisar 1-15 (dari kuning pucat hingga orange).
Analisis statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel and Torrie, l989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Protein kuning telur
Rataan kadar protein kuning telur yang didapat pada perlakuan (A) 16,07%, perlakuan (B) 17,35% dan perlakuan (C) 17,54%. Kadar protein telur pada perlakuan B dan C meningkat secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan ayam pada perlakuan A sebagai kontrol. Hal ini disebabkan karena penambahan probiotik Selulolitik B-6 sebanyak 0,2% dan 0,4% mampu meningkatkan penyerapan zat-zat makanan termasuk protein. Penyerapan zat-zat makanan ini akibat dari kemampuan probiotik dalam menghasilkan enzim salah satunya yaitu enzim protease yang mana enzim ini berperan dalam proses pemecahan protein menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mudah diserap oleh saluran pencernaan (Rahman, 2006). Disamping itu Sibbald dan Wolynetz (1986) menyatakan bahwa probiotik dapat meningkatkan "lysine analoque S-2 aminoethyl-cysteine" dalam saluran pencernaan unggas. "lysine analoque S-2 aminoethyl-cysteine" adalah asam amino esensial yang sangat diperlukan dalam peningkatan protein telur.
Tabel 3 Pengaruh pemberian probiotik Selulolitik B-6 melalui air minum terhadap kadar protein, kadar lemak, kadar kolesterol dan warna kuning telur ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu.
Variabel |
Perlakuan1) |
SEM2) | ||
A |
B |
C | ||
Protein Kuning Telur (%) |
16,07a3) |
17,35b |
17,54b |
0,18 |
Lemak Kuning Telur (%) |
30,03a |
28,24b |
27,97b |
0,30 |
Kolestrol Kuning Telur (g/dl) |
178,17a |
161,97b |
162,12b |
4,20 |
Warna Kuning Telur (1-15) |
7,81 a |
8,37b |
8,27b |
0,12 |
Keterangan:
1) Ayam yang diberikan air minum tanpa penambahan probiotik bakteri Selulolitik B-6 sebagai kontrol (A), ayam yang diberikan air minum dengan penambahan 0,2% probiotik bakteri Selulolitik B-6 (B) dan ayam yang diberikan air minum dengan penambahan 0,4% probiotik bakteri Selulolitik B-6 (C).
2) SEM : "Standart Error of the Treatment Means"
3) Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Lemak kuning telur
Rataan kadar lemak kuning telur yang didapat pada perlakuan (A) 30,03%, perlakuan
-
(B) 28,24% dan perlakuan (C) 27,97%. Kadar lemak kuning telur ayam pada perlakuan B dan
C menurun secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan ayam pada perlakuan (A) sebagai kontrol. Menurunnya kadar lemak kuning telur disebabkan karena keberadaan probiotik dapat meningkatkan ketersediaan asam amino lysin (lysine analoque-S-2-aminoethyl cysteine) di dalam saluran pencernaan unggas (Sand dan Hankind, 1976). Didukung oleh pernyataan Sibbald dan Wolynetz (1986) yang menyatakan bahwa dengan meningkatnya asam amino lysin dalam tubuh akan meningkatkan retensi energi sebagai protein dan menurunnya retensi energi sebagai lemak dalam tubuh sehingga lemak dalam telur juga akan menurun. Dilaporkan oleh Astuti (1996), meningkatnya konsumsi protein dan asam amino lysin nyata dapat menurunkan perlemakan tubuh ayam. Dilaporkan juga oleh Seaton et al. (1978) bahwa konsumsi protein dan asam amino lysin yang meningkat, menyebabkan menurunnya kandungan lemak dalam tubuh dan meningkatnya jumlah daging dalam karkas, sehingga dapat meningkatkan persentase daging karkas. Konsumsi protein dan asam amino lysin yang tinggi akan dapat meningkatkan retensi energi sebagai protein dan menurunkan retensi energi sebagai lemak dalam tubuh. Pendapat senada dilaporkan oleh Scott et al. (1982) menyatakan bahwa retensi energi sebagai protein yang tinggi akan digunakan untuk membentuk daging sehingga penimbunan lemak dalam tubuh menurun.
Kolesterol kuning telur
Rataan kadar kolesterol kuning telur yang didapat pada perlakuan (A) 178,17 mg/dl, perlakuan (B) 161,97 mg/dl dan perlakuan (C) 162,12 mg/dl. Kadar kolesterol telur pada perlakuan B dan C menurun secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan ayam pada perlakuan A sebagai kontrol. Terjadinya penurunan kadar kolesterol telur ayam Lohmann Brown dikarenakan penambahan probiotik Selulolitik B-6 sebanyak 0,2% dan 0,4% dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl Co-A yang berfungsi untuk sintesis kolesterol dalam hati dan bakteri selulolitik mampu tumbuh dan mengasimilasi kolesterol dalam usus halus (Somadiarsa et al., 2016). Menurut Mahfudz et al. (1996), fermentasi dengan mikroba selulolitik dapat menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya, serta mengubah protein kompleks menjadi asam amino sederhana yang mudah diserap. Didukung hasil penelitian dari Bidura et al. (2008) yang menyatakan bahwa pemberian probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan serum kolesterol pada itik. Hal senada dilaporkan Candrawati et al. (2014) yang mengatakan bahwa suplementasi probiotik dalam ransum nyata dapat menurunkan kadar kolesterol serum darah. Khasiat lain dari produk probiotik adalah dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl Co-A yang berfungsi untuk sintesis kolesterol dalam hati (Tanaka et al, 1992).
Menurut Hermayani (2004), bakteri yang mampu tumbuh dan mengasimilasi kolesterol dalam usus halus mempunyai potensi sebagai pengontrol kadar kolesterol serum darah inang, karena di dalam usus halus terjadi proses absorpsi kolesterol. Kemampuan asimilasi kolesterol oleh bakteri probiotik tersebut bervariasi diantara strain dan memerlukan kondisi yang anaerob serta adanya asam empedu.
Warna kuning telur
Rataan warna kuning telur yang didapat pada perlakuan (A) 7,81, perlakuan (B) 8,37 dan perlakuan (C) 8,27. Warna kuning telur pada perlakuan B dan C meningkat secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan ayam pada perlakuan A sebagai kontrol. Terjadinya peningkatan warna kuning telur ayam Lohmann Brown dikarenakan penambahan probiotik Selulolitik B-6 sebanyak 0,2% dan 0,4% mampu mempengaruhi pigmen karotenoid yang secara efisien diserap dan dimanfaatkan oleh ayam yang mana pigmen karotenoid ini mampu meningkatkan warna kuning telur. Selain itu, peningkatan warna kuning telur terjadi karena adanya β-karoten dalam ransum perlakuan yang berfungsi sebagai penambah warna kuning telur. β-karoten ini memiliki peran sebagai prekusor vitamin A yang dapat sebagai pigmen pada kuning telur. Hal ini didukung oleh pendapat Yuwanta (2007) yang menyatakan bahwa warna kuning telur ditentukan oleh pakan yang mengandung karotenoid yang mempunyai struktur seperti vitamin A. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan warna kuning telur dipengaruhi oleh karotenoid dalam bentuk karoten dan xantofil. Menurut Kurtini et al. (2014), kualitas warna kuning telur (yolk) ditentukan secara visual, yaitu membandingkan dengan berbagai warna standar dari roche yolk colour fan berupa lembaran kipas warna standar dengan skor 1-15 dari warna pucat sampai orange tua (pekat). Semakin tinggi skor warna kuning telur maka semakin baik kualitas telur tersebut (Muharlien, 2010).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian bakteri Selulolitik B-6 melalui air minum sebanyak 0,20% dan 0,40% dapat meningkatkan kadar protein dan warna kuning telur, serta menurunkan kadar lemak dan kadar kolesterol kuning telur ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu.
Saran
Disarankan kepada peternak ayam petelur bahwa bakteri Selulolitik B-6 dapat digunakan sebagai feed supplemen dalam air minum untuk meningkatkan kadar protein dan
warna kuning telur, serta menurunkan kadar lemak kuning telur dan kadar kolesterol kuning telur ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang diberikan pada penulis di Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Andika, I.P.D., et al. 2017. "Pengaruh pemberian probiotik bakteri selulolitik isolat rumen kerbau melalui air minum terhadap penampilan itik bali". Peternakan Tropika Vol.5 No.1 Th.2017: 11-22.
Astuti, A. 1996. Tempe dan antioksidan: Prospek pencegahan penyakit degeratif. Dalam Bunga Rampai Tempe Indonesia. Yayasan Tempe Indonesia, Jakarta.
Bidura, I. G. N. G., D. P. M. A. Candrawati, and I. B. G. Partama. 2014. "Selection of Saccharomyces spp isolates (isolation from colon beef of Bali cattle) as probiotics agent and colon cancer prevention and its effect on pollard quality as feed." Journal of Biological and Chemical Research 31.2: 1043-1047.
Bidura, I.G. N.G., I. B. G. Pratama, dan T. G. O. Susila. 2008. Limbah Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Udayana Press, Universitas Udayana Denpasar
Candrawati, D. A, Warmadewi and I. G. N. G. Bidura. 2014. Implementation of Saccharomyces spp.S-7 isolate (Isolated from manure of Bali Cattle) as a probiotics agent in diets on performance, blood serum cholesterol, and ammonia-N concentration of broiler excreta. International Jurnal of Research Studies in Biosciences (IJRSB). Vol 2 (8): 6-16
Hermayani, E. 2004. Peran Probiotik dalam Menurunkan Kolesterol. Makalah Seminar Nasional “Probiotik dan Prebiotik sebagai Makanan Fungsional”. Tanggal 30 Agustus 2004, Kerjasama Pusat Kajian Pangan, Lemlit Unud dengan Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria (ISLAB). Denpasar: Univ. Udayana.
Komala, I. 2008. Kandungan Gizi Produk Peternakan. Studen Master Animal Science, Fac. Agriculture-UPM.
Kusmanto, D. 2004. Penggunaan Minyak Goreng Bekas dan Minyak Sawit dalam Pakan Ayam Petelur terhadap Kinerja Produksi, Asam Lemak dan Kolesterol Telur. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Kurtini , T dan M . Hartono. 2014. Uji Probiotik dari Mikrobial Lokal Untuk Layer Dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan, Performa Ayam, dan Kualitas Telur. Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Legowo, A. M., Nurwantoro, Sutaryo. 2005. Analisis Pangan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Mahfudz, L. D., K. Hayashi, M. Hamada, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1996. The Effective Use of Shochu Ditellery By-Product as Growth Promoting Factor for Broiler Chicken. Japanese Poult. Sci. 33 (1): 1-7
Manubawa, I K.V., I. G. N. G. Bidura, I. A. P. Utami. 2016. Pengaruh pemberian kultur bakteri selulolitik melalui air minum sebagai sumber probiotik terhadap komposisi fisik karkas itik bali. Peternakan Tropika Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 337 – 350.
Morrison, F.B. 1961. Feed and Feeding Abridged. 9th Ed. Iowa: Morrison Pub. Co. Clinton.
Muharlien. 2010. Meningkatkan kualitas telur melalui penambahan teh hijau dalam pakan ayam petelur. http://jitek.ub.ac.id/index.php/jitek/ article/download/154/-147. Diakses tanggal 21 Februari 2018.
Plummer, D. T. 1977. An Introduction to Practical Biochemistry. McGraw-Hill Book Co. Ltd. New Delhi.
Prabowo, A., S. Padmowijoto, Z. Bachrudin, dan A. Syukur. 2007. Potensi mikrobia seluloltik campuran dari ekstrak rayap, larutan feses gajah dan cairan rumen kkerbau. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32[3].
Putra, A.N., N.B.P. Utomo and Widanarni. 2015. Growth performance of tilapia (Oreochromis niloticus) fed with probiotic, prebiotic and synbiotic in diet. Pakistan Journal of Nutrition 14 (5): 263-268
Rahayu, I, 2003. Karakteristik fisik, komposisi kimia dan uji. organoleptic Ayam Merawang dengan pemberian pakan bersuplemen omega 3. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XIV.(3) : 199-205.
Rahman, S., 2006. Pengaruh Pemberian Probiotik Bacillus spp. Terhadap Kompposisi Kimia Daging Ayam Broiler. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.
Romanoff, A.L., A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. New York: John wiley and Sons, Inc.
Sand, D.C. and L. Hankind. 1976. Fortification of Foods by Fermentation with Lysine-Exreting Mutants of Lactobacilli. J. Agric. Food Chem. 24: 1104- 1106
Scott, M.L., M.C. Nesheinm and R.J. Young. 1982. Nutrient of The Chicken. 3rd Edition. M. L. Scott and Associates, Itacha, New York.
Seaton, K.W., O.P. Thomas, R.M. Gous and E.H. Bossard. 1978. the effect of diet on liver glycogen and body composition in the chick. Poult. Sci. 57: 692- 697
Sibbald, I.R., and M.S. Wolynetz. l986. Effects of dietary lysine and feed intake on energy utilization and tissue synthesis by broiler chicks. Poult. Sci. 65: 98-105
Siti, N. W., Bidura, I. G. N. G., & Utami, I. A. P. (2016). The effect of supplementation culture cellulolytic bacteria isolated from the rumen of buffalo in the tofu-based rations on the performance and N-Nh3 concentration in excreta of duck. Journal of Biological and Chemical Research, 33, 214-225.
Somadiarsa, I K., I. G. N. G. Bidura, dan N. W. Siti. 2016. Pengaruh pemberian kultur bakteri selulolitik isolat rumen kerbau melalui air minum sebagai sumber probiotik terhadap lemak abdomen dan kolesterol darah itik bali. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 156 -169
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1989. Principles and Procedures of Statistics. Mc Graw-Hill Book Co, Inc., Pub. Ltd. London.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Cetakan ke-4. Jakarta.
Tanaka K, et al. (1992) A new cdc gene required for S phase entry of schizosaccharomyces pombe encodes a protein similar to the cdc 10+ and SW14 gene products. EMBO J 11(13):4923-32
Yuwanta,T. 2007. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dananjaya et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 489- 500
Page 500
Discussion and feedback