e--journal FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

Accepted Date: February 6, 2018


Submitted Date: February 5, 2018 Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PANCA USAHA PETERNAKAN BABI DENGAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK PLASMA PADA POLA KEMITRAAN PT. CHAROEN POKPHAND DI BALI

Sadhu, A. T. T., N. W. T. Inggriati, dan N. Suparta

PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali E-mail :[email protected]. HP. 083119594903

ABSTRAK

Usaha ternak babi di Bali dengan pola kemitraan merupakan salah satu usaha yang memegang peranan penting bagi kesejahteraan masyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Pola kemitraan merupakan salah satu upaya pemerintah maupun swasta untuk mendukung usaha peternakan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengetahui tingkat penerapan panca usaha, 2) mengetahui tingkat pendapatan, dan 3) mengetahui hubungan antara tingkat penerapan panca usaha dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali. Responden pada penelitian ini adalah peternak babi yang menjalin kerjasama kemitraan dengan PT. Charoen Phokphand di Bali yang tersebar di Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli. Pengambilan data responden dilakukan secara sensus yaitu dengan mengambil seluruh populasi, yaitu sebanyak 25 orang peternak. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat penerapan panca usaha dengan tingkat pendapatan digunakan analisis Koefisien Korelasi Jenjang Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingat penerapan pemberian pakan memiliki hubungan sangat nyata (P<0,01) dengan tingkat pendapatan peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand, sedangkan faktor lainnya seperti tingkat penerapan secara total,tingkat penerapan pemilihan bibit, tingkat penerapan perkandangan, tingkat penerapan tatalaksana reproduksi, tingkat penerapan pencegahan penyakit, umur responden, pendidikan formal dan pendidikan non formal memiliki hubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand. Untuk meningkatkan tingkat penerapan panca usaha peternakan babi perlu adanya peningkatan pengetahuan dan intensitas komunikasi secara baik dari penyuluh maupun antar sesama peternak plasma kemitraan PT. Charoen Pokhphand.

Kata kunci : kemitraan, panca usaha, tingkat pendapatan, ternak babi

RELETIONSHIP BETWEEN FIVE ACTIONS INPLEMENTATION OF PIG FARMING WITH FARMERS PLASM INCOME LEVEL AT THE CHAROEN POKHPHAND LTD PARTNERSHIP PATTERN IN BALI

ABCTRACT

Pig farming in Bali with partnership pattern is one of action that important for society prosperity, particulary in order to fulfill animal protein needs. Partnership pattern is one of government and private sectors action to support public livestock business. This experiment aim were, 1) to know level of five actions implementation, 2) to know income level, and 3) to know


relationship between level of five actions implementation of pig farming with farmers plasm income level at the Charoen Pokhphand LTD partnership pattern in Bali. Respondents of the experiment were pig farmers that collaborate with the Charoen Pokhphand LTD in Bali that already spread at Tabanan, Badung, Gianyar and Bangli Regencies. Data respondents were collected to all population i.e 25 farmers. Data primer and seconder were insed in the experiment. To know relationship between five action with income level, the Spearman Scale Correlation Coefficient was used. Results of the experiment showed that implementation diet level offered had highly significant relationship (P<0,01) with income level of pig farmers of the Charoen Pokhphand LTD partnership pattern, while other factors such as total implementation level, implementation of germ, implementation level of disease, prevention, respondent ages, formal and informal educations had non significant relationship with income level of pig farming of the Charoen Pokhphand LTD. To increase implementation level of five actions of pig farming it needs to increase knowledge and good communicationintensity of instructor and among sesame farmers of the Charoen Pokhphand LTD partnership.

Keywords : partnership, five actions, income level, pig farming

PENDAHULUAN

Ternak babi merupakan salah satu ternak yang sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Pemeliharaan ternak babi oleh masyarakat Bali umumnya sebagai usaha sambilan dan juga dimanfaatkan untuk keperluan pada saat upacara keagamaan. Kebutuhan ternak babi untuk komsumsi lokal (domestik) maupun ekspor terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan gizi. Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi karena perkembangan produksi dan produktifitas babi masih rendah, hal ini terjadi karena sistem pemeliharaan ternak babi masih bersifat tradisional (Ginting, 2001).

Usaha ternak babi sangat menguntungkan, karena selain bertumbuh cepat, permintaan konsumen akan daging babi relatif tinggi. Walaupun wilayah pengembangannya terbatas di beberapa daerah tertentu karena batasan agama dan budaya, namun pada kenyataannya permintaan konsumen terhadap daging babi tinggi terutama di kota-kota besar. Disisi lain, permintaan daging babi yang tinggi dari Negara tetangga memberi peluang kepada peternak Indonesia untuk mengekspor daging babi (Sihombing, 2006).

Karakteristik peternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha. Karakteristik peternak yang terdiri dari umur, sikap, tingkat pendidikan formal, pengetahuan serta intensitas peyuluhan dan komunikasi akan berdampak positif terhadap keberhasilah peternak (Baba et al., 2011).

Untuk mendapatkan ternak babi yang memiliki produktivitas yang tinggi (anak yang banyak dan pertumbuhan cepat), sehingga dapat memberikan penghasilan yang tinggi, maka peternak harus melaksanakan panca usaha peternakan secara baik. Panca usaha tersebut meliputi 1). Pemilihan bibit, 2). Pemberian pakan, 3). Perkandangan, 4). Tatalaksana reproduksi, 5). Pencegahan dan pengendalian penyakit (Darmawan, 1992).

Peternakaan rakyat umumnya memiliki banyak keterbatasan seperti skala usaha kecil, teknologi sederhana, dan kualitas produk yang rendah. Oleh karena itu pemerintah mengupayakan agar antara perusahaan peternakan dengan peternakan rakyat menjalin kerjasama. Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha antara yang besar dan usaha yang kecil, antara yang kuat dan yang lemah. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara cepat bersimbiosis mutualisme sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi. Di samping itu, sekaligus diharapkan dapat mempercepat kemampuan golongan ekonomi lemah, memecahkan masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Hafsah, 2000).

Pembangunan peternakan diarahkan untuk meningkatkan mutu hasil produksi, meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja serta memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat di pedesaan. Keberhasilan yang ingin dicapai akan memacu motivasi peternak untuk berusaha memelihara ternak secara terus menerus dan bahkan menjadi mata pencaharian utama (Suratiyah, 2009). Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang hubungan antara penerapan panca usaha peternakan babi dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penerapan panca usaha peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand, tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand, dan hubungan tingkat penerapan panca usaha peternakan babi dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi dan masukkan/saran bagi instansi terkait dalam memberikan pembinaan penyuluhan kepada peternak kemitraan sehingga tujuan dari suatu peternakan babi dapat tercapai secara efektif, bagi peternak, agar lebih bisa meningkatkan penerapan panca usaha agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal dalam meningkatkan pendapatan peternak, bahan kajian bagi mahasiswa terhadap tingkat penerapan panca usaha

peternakan babi dan tingkat pendapatan peternak plasma dengan pola kemitraan, dan bahan acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa di masa mendatang.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di empat Kabupaten yang tersebar di Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli pada peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu suatu metode penentuan lokasi yang didasarkan atas pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini adalah :

  • 1.    Lokasi tersebut merupakan daerah pengembangan peternakan babi yang melakukan kerjasama kemitraan dengan PT. Charoen Phokphand di Bali.

  • 2.    Belum pernah adanya penelitian mengenai penerapan sapta usaha peternakan babi dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada usaha babi kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali.

  • 3.    Lokasi penelitian mudah dicapai dengan saran transportasi oleh peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam pengumpulan data.

Waktu penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu :

  • 1.    Tahap persiapan dan penjajakan ke lapangan dilaksanakan pada bulan September 2016.

  • 2.    Tahap wawancara dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2016.

  • 3.    Tahap pengolahan data dan penyusunan tulisan dilaksanakan pada bulan November 2016.

Responden

Responden pada penelitian ini adalah semua peternakan babi yang menjalin kerjasama kemitraan dengan PT. Charoen Phokphand di Bali yang tersebar di Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli, pengambilan responden secara sensus yaitu dengan mengambil seluruh populasi yang ada, yaitu sebanyak 25 orang peternak.

Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survai yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mendatangi dan mewawancarai responden secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang sudah disiapkan sebelumnya oleh peneliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik pribadi responden seperti : umur, pekerjaan, tingkat pendidikan formal, jumlah kepemilikan ternak babi, luas lahan yang dimiliki, tingkat penerapan panca usaha ternak babi, tingkat pendapatan peternak, serta beberapa penunjang seperti pendidikan non formal yang pernah diikuti oleh responden. Data sekunder seperti lokasi peternakan dan nama-nama peternak yang digunakan penunjang dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Charoen Phokphand.

Pengukuran Variabel

Pengukuran variable tingkat penerapan panca usaha dan pendapatan responden dilakukan dengan meminta jawaban responden terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada para peternak. Masing-masing jawaban responden diberi skor dan dikelompokkan menjadi lima kategori. Skor ini dinyatakan dalam bilangan bulat 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk setiap jawaban. Skor tertinggi adalah 5 diberikan untuk jawaban paling diharapkan dan skor terendah adalah 1 diberikan untuk jawaban yang paling tidak diharapkan (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Penentuan kategori tingkat penerapan dan tingkat pendapatan berdasarkan perolehan persentase skor yang dicapai oleh responden dengan menerapkan rumus interval kelas dari Dajan (2000), yaitu membagi selisih skor tertinggi dan terendah dengan banyaknya kategori dengan rumus sebagai berikut :

. _ Jarak kelas

Jumlah kelas

Keterangan : i               = Interval kelas

Jarak kelas = Nilai data tertinggi – nilai data terendah Jumlah kelas = Jumlah kategori yang ditentukan

Dengan menggunakan nilai interval kelas dan berdasarkan persentase pencapaian skor, maka diketahui nilai kategori untuk setiap variable adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Pengukuran Variabel dengan Menggunakan Interval Kelas

No Pencapaian Skor (%)


Kategori

Penerapan panca usaha            Tingkat pendapatan

1

>84 – 100

Sangat baik

Sangat tinggi

(>5.000.000)

2

>68 – 84

Baik

Tinggi

(>4.000.000)

3

>52 – 68

Sedang

Sedang

(> 3.000.000)

4

>36 – 52

Jelek

Rendah

(>2.000.000)

5

20 – 36

Sangat jelek

Sangat rendah

(>1.000.000)

Sumber : Dajan (2000)

Analisis Data

Untuk menarik kesimpulan dari data penelitian agar bisa mengetahui karakteristik peternak babi maka digunakan metode analisis statistika inferensial. Statistika inferensial digunakan dengan tujuan untuk menguji kebenaran dari suatu penelitian (Sudrajat, 1985).

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat penerapan pengetahuan, sikap, pendidikan peternak dan umur peternak masing-masing menggunakan uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman dengan rumus menurut Siegel (1997) sebagai berikut :

6(d 2)

s         n (n2 -1)

Keterangan: rs = Koefisen korelasi

d = Selisih jenjang pasangan unsur yang diobservasi

n = Banyak pasangan unsur yang diobservasi

Untuk menguji signifikansi hubungan untuk sampel N ≥10 menurut Siegel (1997) digunakan uji t student dengan rumus :

t = r s


N - 2


V 1 - r


Keterangan :


rs = Koefisien korelasi t = Nilai t student N = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila t hitung > t tabel pada tingkat probabilitas 1% atau 5% sampai 10% dengan db (derajat bebas) = N-2 maka terdapat hubungan yang sangat nyata atau nyata antara kedua variable yang diuji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Provinsi Bali merupakan salah satu dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi Bali terdiri dari Pulau Bali, Pulau Nusa Penida serta beberapa pulau-pulau kecil lainnya memiliki luas wilayah 5.632,82 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk sebanyak 4.165.115 Jiwa. Mayoritas penduduk di Provinsi Bali adalah pemeluk Agama Hindu yaitu sekitar 84,5% dari seluruh penduduk di Provinsi Bali. Secara administrasi Pulau Bali terdiri dari delapan kabupaten, satu wilayah kota, 53 kecamatan dan 658 desa/kelurahan, 3563 banjar/dusun/lingkungan. Secara geografis, Provinsi Bali terletak di 8°25’23” lintang selatan dan 115°14’55” bujur timur. Di sebelah barat, Provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur yang terletak di Pulau Jawa dan dipisahkan oleh selat Bali sedangkan di sebelah timurnya Provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dipisahkan oleh selat Lombok (Suryawan, 2016)

Wilayah Bali secara umum beriklim laut tropis, yang dipengaruhi oleh angin musim. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba, dengan curah hujan berkisar antara 0,0 – 425,4 mm per tahun. Rata-rata suhu maksimum berkisar antara 29,8 °C – 33,4°C dan rata-rata suhu minimum berkisar antara 21,9 °C – 32,5 °C. Dari kondisi iklim tersebut, beberapa kabupaten di Bali seperti kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli cocok sebagai daerah sentra pengembangan ternak babi (Suryawan, 2016)

Populasi ternak babi di Provinsi Bali pada tahun 2011 mencapai 922.739 ekor, tahun 2012 populasi ternak babi 890.598 ekor, tahun 2013 populasi ternak babi 840.409 ekor, tahun 2014 populasi ternak babi 817.489 ekor dan pada tahun 2015 populasi ternak babi 825.658 ekor. Peningkatan populasi ternak babi dari tahun 2014 ke tahun 2015 di Provinsi Bali adalah sebesar 1,00% (Suryawan, 2016).

Karakteristik Reponden

Umur Responden

Sebagian besar (72 persen) responden berumur antara 35-45 tahun, dan hanya sedikit (28 persen) umur responden antara 45-65 tahun. Hal ini berarti sebagian besar peternak plasma sudah berumur pada umur produktif, sehingga dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja

seseorang dan besar kemungkinan dapat mengembangkan lebih lanjut usaha peternakannya. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur o    (Tahun)

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (Orang)             Persentase (%)

1       35-45

2      45-55

3       55-65

18                        72,00

5                        20,00

2                          8,00

Jumlah

25                        100,00

Pendidikan Formal

Hasil penelitian menunjukan tingkat pendidikan formal responden sebagian besar (48 persen) S1 atau menempuh perguruan tinggi, tamat SMA (36 persen), dan hanya sedikit responden (16 persen) yang hanya tamatan SD. Hal ini berarti sebagian besar responden sudah menempuh pendidikan yang relatif tinggi, sehingga peternak akan lebih mudah untuk mengembangkan hal yang baru dan tentu bisa lebih baik dalam mengadopsi sesuatu inovasi untuk dapat menunjang kelancaran dan dapat mengembangkan usaha peternakannya. Data selengkapnya disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal

No

Pendidikan Formal

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1

Tamat SD

4

16,00

2

Tamat SMP

-

-

3

Tamat SMA

9

36,00

4

D3

-

-

5

S1

12

48,00

Jumlah

25

100,00

Pendidikan Non Formal

Hasil penelitian menunjukan tingkat pendidikan non formal responden cukup bervariasi. Peternak yang pernah mengikuti pelatihan 1 kali sebanyak 15 orang(60 persen), peternak yang mengikuti pelatihan 2 kali sebanyak 7 orang (28 persen), dan peternak yang mengikuti pelatihan 3 kali sebanyak 3 orang(12 persen). Hal ini menunjukan kurangnya peternak mengikuti pelatihan

sehingga tidak bisa menambah pengetahuan bagi peternak plasma untuk bisa mengembangkan usaha peternakannya. Data selengkapnya disajikan pada tabel 4.

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Non Formal

No

Mengikuti Pelatihan (Seminar)

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1

Tidak pernah

-

-

2

1 Kali

15

60,00

3

2 Kali

7

28,00

4

3 Kali

3

12,00

Jumlah

25

100,00

Tingkat Penerapan Panca Usaha Peternakan Babi oleh Peternak Plasma

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase skor tingkat penerapan panca usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 88% kategori sangat baik. Peternak yang menerapkan panca usaha peternakan dengan kategori sangat baik sebanyak 24 orang (96 persen) dan 1 orang peternak (4 persen) yang menerapkan panca usaha dengan kategori baik, hal ini artinya tingkat penerapan peternak plasma sudah diterapkan secara sangat baik mulai dari cara pemilihan bibit, pemberian pakan yang sesuai kebutuhan ternak, manajemen perkandangan yang selalu diperhatikan agar ternak selalu merasa nyaman dan tidak stress, menerapkan tatalaksana reproduksi secara sangat baik, serta pencegahan dan pengendalian penyakit sudah diterapkan secara sangat baik. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Panca Usaha

No

Peroleh Skor

Kategori

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

>84-100

Sangat Baik

24

96,00

2

>68-84

Baik

1

4,00

3

>52-68

Sedang

-

-

4

>36-52

Jelek

-

-

5

20-36

Sangat Jelek

-

-

Jumlah

25

100

Tingkat Penerapan Pemilihan Bibit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase skor tingkat penerapan panca usaha pada pemilihan bibit peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 87%

kategori sangat baik. Peternak yang menerapkan pemilihan bibit dengan kategori sangat baik sebanyak 14 orang peternak (56 persen)dan 11 orang peternak (44 persen) menerapkan pemilihan bibit dengan kategori baik. Hal ini artinya tingkat penerapan pemilihan bibit sudah dilakukan dengan sangat baik oleh semua peternak plasma kemitraan PT. Charoen Phokphand. Data selengkapnya disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 Distribusi Responden BerdasarkanPemilihan Bibit

No

Peroleh Skor

Kategori

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

>84-100

Sangat Baik

14

56,00

2

>68-84

Baik

11

44,00

3

>52-68

Sedang

-

-

4

>36-52

Jelek

-

-

5

20-36

Sangat Jelek

-

-

Jumlah

25

100

Tingkat Penerapan Pemberian Pakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase skor tingkat penerapan panca usaha pada pemberian pakan peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 100% kategori sangat baik. Hal ini artinya sudah semua responden memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan ke ternak babi. Data selengkapnya disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Pemberian Pakan

No

Peroleh Skor

Kategori

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

>84-100

Sangat Baik

25

100

2

>68-84

Baik

-

-

3

>52-68

Sedang

-

-

4

>36-52

Jelek

-

-

5

20-36

Sangat Jelek

-

-

Jumlah

25

100

Tingkat Penerapan Perkandangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase skor tingkat penerapan panca usaha pada perkandangan peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 72% kategori baik. Tingkat penerapan responden terhadap manajemen perkandangan yaitu 72% responden menerapkan dengan baik, dan 28% responden menerapkan dengan kategori sedang. Data selengkapnya disajikan pada tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan PenerapanPerkandangan

No

Peroleh Skor

Kategori

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

>84-100

Sangat Baik

-

-

2

>68-84

Baik

18

72,00

3

>52-68

Sedang

7

28,00

4

>36-52

Jelek

-

-

5

20-36

Sangat Jelek

-

-

Jumlah

25

100

Tingkat Penerapan Tatalaksana Reproduksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase skor tingkat penerapan panca usaha dalam hal tatalaksana reproduksi peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 96% kategori sangat baik. Semua responden (100 persen) sudah menerapkan manajemen mengawinkan babi dengan baik, yaitu dimulai dari penentuan birahi secara efektif, penentuan waktu yang tepat untuk mengawinkan baik secara alami atau secara inseminasi buatan, dan penyediaan kondisi babi yang baik untuk pengawinan. Data selengkapnya di sajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Responden BerdasarkanPenerapan Tatalaksana Reproduksi

No

Peroleh Skor

Kategori

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (orang)                Persentase (%)

1

>84-100

Sangat Baik

25                           100

2

>68-84

Baik

-                                                 -

3

>52-68

Sedang

-                                                 -

4

>36-52

Jelek

-                                                 -

5

20-36

Sangat Jelek

-                                                 -

Jumlah

25                           100

Tingkat Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase skor tingkat penerapan panca usaha pada pencegahan dan pengendalian penyakit peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 88% kategori sangat baik.Tingkat penerapan panca usaha pada pencegahan dan pengendalian penyakit ternak babi kemitraan PT. Charoen Phokpand,(76 persen) responden sudah melakukan penerapan dengan sangat baik, dan (24 persen) responden menerapkan dengan kategori baik. Hal ini artinya hampir semua responden selalu memperhatikan pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternaknya, karena pencegahan dan pengendalian penyakit sangat

penting dilakukan agar meminimalisir terjadinya kematian yang bisa mengakibatkan kerugian pada peternak. Data selengkapnya di sajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan PenerapanPencegahan dan Pengendalian Penyakit

No

Peroleh Skor

Kategori

Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1

>84-100

Sangat Baik

19

76,00

2

>68-84

Baik

6

24,00

3

>52-68

Sedang

-

-

4

>36-52

Jelek

-

-

5

20-36

Sangat Jelek

-

-

Jumlah

25

100

Tingkat Pendapatan Peternak Plasma pada Usaha Kemitraan Babi

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendapatan peternak plasma pada usaha kemitraan babi PT. Charoen Pokphand sangat bervariasi yaitu ada responden yang pendapatannya berkategorisangat tinggi berjumlah 6 orang (24 persen), pendapatan responden berkategori tinggi ada 9 orang (36 persen), dan ada juga pendapatan responden yang berkategori rendah dan sangat rendah sebanyak 10 orang (40 persen). Data selengkapnya di sajikan pada tabel11.

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

No

skor

Tingkat pendapatan Peternak PT. Charoen Phokpand

kategori

jumlah

persentase %

1

5

Sangat tinggi

6

24,00

2

4

Tinggi

9

36,00

3

3

Sedang

0

0

4

2

Rendah

8

32,00

5

1

Sangat rendah

2

8,00

Jumlah

25

100

Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pendapatan Peternakan BabiKemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

Dari hasil analisis data dengan uji koefisien korelasi senjang Spearmanmenunjukkan bahwa faktor pemberian pakanmemiliki hubungan sangat nyata (P<0,01) dengan tingkat pendapatan ,sedangkan faktor tingkat penerapan secara total atau keseluruhan, faktor pemilihan bibit, perkandangan, tatalaksana reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, umur, pendidikan

formal dan pendidikan non formal berhubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat pendapatan peternak babi kemitraan PT. Charoen Pokhphand. Rincian data selengkapny di sajikan pada tabel12.

Tabel 12. Hubungan antara Beberapa Faktor dengan Tingkat Pendapatan Peternakan PlasmaBabi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

No

Faktor-faktor

Pendapatan Peternak Plasma Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali

rs

t hitung

1

Penerapan panca usaha

0,183

0,890 tn

2

Pemilihan bibit

0,266

1,325 tn

3

Pemberian pakan

0,599

3,588 sn

4

Perkandangan

-0,106

-0,513 tn

5

Tatalaksana reproduksi

0,395

2,061tn

6

Pencegahan dan pengendalian penyakit

0,265

1,319 tn

7

Umur

0,130

0,631tn

8

Pendidikan formal

0,086

0,415tn

9

Pendidikan non formal

0,100

0,484 tn

Keterangan : rs = Koefisien Korelasi, sn= sangat nyata, t tabel (0,01) d.b 23 = 2,807, n = nyata, t tabel (0,05) d.b

23 = 2,069, tn= tidak nyata

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan panca usaha peternakan babi berhubungan

tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali. Hal ini disebabkan oleh penerapan inovasi atau teknologi panca usaha ternak babi memang sudahditerapkan oleh peternak plasma, namunmengenai harga penjualan bibit atau pemasaran diserahkan sepenuhnya kepada inti. Banyak maupun sedikit jumlah anak perkelahiran yang dihasilkan atau yang diserahkan kepada inti, peternak plasma hanya mendapat pendapatan atau upah Rp. 80.000 per ekor. Bila bibit babi yang dihasilkan kurang atau sedikit (dibawah 8 ekor), maka peternak tidak akan mendapatkan bonus atau pendapatan lebih dari inti, karena inti juga memberikan bonus atau tambahan pendapatan kepada peternak plasma. Ini adalah salah satu upaya inti agar bisa menambah semangat peternak plasma untuk lebih meningkatkan pemeliharaan babi, terutama pada penerapan tatalaksana reproduksinya.Oleh karena itu tingkat penerapan panca usaha peternakan babi yang di terapkan oleh peternak plasma memiliki hubungan yang tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand di Bali.

Pada penerapan pemilihan bibit induk babi di usaha peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola

kemitraan PT. Charoen Pokhphand di Bali. Hal ini disebabkan karena pada pola kemitraan babi, kualitas bibit induk babi sudah diperhatikan oleh inti sehingga kualitas bibit babi di masing-masing peternak hampir sama dan pasti baik, maka penerapan pemilihan bibit tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan peternak plasma. Menurut AAK (1981) keberhasilan dalam usaha peternakan babi sangat tergantung pada pemilihan bibit. Oleh karena itu, para peternak tidak perlu memilih bibit induk babi lagi karena sudah disediakan oleh inti.

Pada penerapan pemberian pakan babi di usaha peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan sangat nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokphand di Bali. Hal ini disebabkan karena pada pola kemitraan, peternak didukung oleh pemberian pakan berkualitas baik sesuai standar kebutuhan untuk ternak babi yang diberikan oleh inti, sehingga akanterpenuhinya tingkat nutrisi yang terkandung dalam pakan yang diberikan pada ternak babi. Hal ini berarti bahwa bagaimanapun baiknya bibit babi induk, tentu harus juga mendapat asupan pakan yang bermutu baik, agar produksi juga bisa lebih baik. Hal ini sesuai dengan North(1984) bahwa tingkat konsumsi ransum dipengaruhi oleh keseimbangan dari energy dan protein yang tersedia pada pakan ternak. Lebih lanjut Ginting dan Elisabeth (2003) menyatakan bahwa, mutu suatu bahan pakan ditentukan oleh interaksi antara unsur gizi, tingkat kecernaan dan tingkat konsumsi.

Pada penerapan perkandangan babi di usaha peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand di Bali. Hal ini disebabkan karena oleh adanya persyaratan kandang yang harus diikuti oleh peternak plasma, sehingga semua bentuk kandang yang dimiliki oleh peternak plasma sudah sangat standar, sehingga tidak tampak pengaruhnya terhadap produksi maupun tingkat pendapatan. Menurut pendapat Sugeng (2000), bahwa besarnya bangunan yang didirikan disesuaikan dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara, yaitu dengan tujuan memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman untu ternak babi.

Pada penerapan tatalaksana reproduksi babi di usaha peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand di Bali. Hal ini disebabkan oleh kebijakan dan keharusan bagi peternak untuk menerapkan tatalaksana reproduksi dengan baik di bawah kontrol petugas penyuluh lapangan (PPL) yang ditugaskan oleh inti. Inti juga selalu Bila semua peternak

mengikuti aturan pemeliharaan dengan baik, maka dampaknya kepada pendapatan menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pendapatan Pfizer (1992) tatalaksana reproduksi sangat penting dilakukan dan diperhatikan untuk mencapai lajunya konsepsi induk yang tinggi, serta jumlah anak perkelahiran yang banyak dan sehat.

Pada penerapan pencegahan dan pengendalian penyakit babi di usaha peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand di Bali. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran peternak dalam menerapkan bio security di kandang sebagai upaya pencegahan penyakit pada ternak. Pada kondisi ternak babi yang sakit biasanya inti sudah memberikan obat kepada peternak plasma. Peternakplasma cenderung melakukan pengobatan dengan berusaha mengobati ternaknya sendiri, namun masih terkontrol oleh inti. Bila semua peternak plasma mengikuti semua aturan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit dengan baik, maka dampaknya kepada pendapatan menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pernyatan Darmawan (2013), bahwa sering dijumpai masyarakat yangmengalami kegagalan dalam beternak babi, terutama terkait dengan masalah kesehatan atau penyakit ternaknya.

Umur anggota peternak pada usaha babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatanpeternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand. Hal ini disebabkan oleh peternak yang berumur lebih tua atau yang berumur lebih muda didalam usaha untuk meningkatkan pendapatannya harus sesuai dengan kemampuan menerima teknologi baru dan didapat melalui pengalaman peternak. Pengalaman peternak yang telah memilihara ternak babi rata-rata lebih dari 10 (sepuluh) tahun mempengaruhi pengetahuan dari peternak, sebab pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Oleh karena itu, peternak yang berumur lebih tua biasanya mampu belajar dengan baik dalam situasi lingkungan yang mendukungnya untuk memperoleh pendapatan yang lebih meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo (1973) yang menyatakan bahwa faktor umur dalam usia kerja sangat berpengaruh dalam penerimaan teknologi baru, tetapi berdasarkan pengalamannya peternak yang lebih tua akan bersikap lebih berhati-hati terhadap adanya teknologi baru yang akan berkaitan dengan tingkat pendapatan di usaha ternaknya.

Pendidikan formal peternak pada usaha babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand. Hal ini dikarenakan pendidikan formal memiliki hubungan tidak langsung dengan tingkat pendapatan peternak, tingkat pendidikan formal berkaitan dengan pengetahuan seseorang. Sehingga tidak nampak secara nyata pengaruhnya pada tingkat pendapatan peternak. Hasil penelitian menunjukan 84% dari seluruh anggota pengusaha peternak babi kemitraan pada PT. Charoen Phokphand sudah mengenyam pendidikan dari SMA hingga S1, hanya 16% anggota peternak babi yang mengenyam pendidikan SD. Sehingga cenderung tingkat penerapan panca usaha dan tingkat pendapatan peternak relatif sama. Menurut Suryawan (2016), tingkat pendidikan formal berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh oleh para peternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soedijanto (1980) menyatakan pengetahuan petani sangat menunjang kelancaran petani dalam mengadopsi sesuatu inovasi untuk kelanggengan usaha peternakan. Namun hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan formal peternak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan panca usaha peternakan, hal ini disebabkan karena sikap peternak yang positif sehingga seluruh peternak mempunyai tingkat pendapatan panca usaha yang hampir sama.

Pendidikan nonformal usaha peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berhubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatanpeternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand. Hal ini disebabkan karena pendidikan nonformal yang diberikan seperti seminar, kursus, dan pelatihan belum diterapkan maksimal dalam peningkatan pengetahuan peternak untuk menunjang penerapannya, sehingga otomatis produksi menurun dan pendapatan juga menurun. Hasil penelitian menunjukan hanya 40% peternak yang pernah mengikuti pelatihan 2-3 kali pelatihan, sedangkan 60% peternak baru mengikuti pelatihan 1 kali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supriyanto (1978) bahwa orang yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi tentang suatu inovasi tersebut cenderung akan menerapkan lebih baik, daripada mereka yang memiliki pengetahuan lebih rendah. Oleh karena itu semakin sering peternak mengikuti pelatihan maka tingkat pengetahuan untuk menunjang pendapatan akan lebih baik. Pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting dalam menerapkan inovasi baru yang didapatkan dari pendidikan nonformal.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tingkat penerapan panca usaha peternakan babi oleh peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokphand adalah berkategori sangat baik (88%); tingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokphand adalah 60% pendapatannya tinggi dan 40% pendapatannya rendah; dan pemilihan bibit, perkandangan, tatalaksana reproduksi serta pencegahan dan pengendalian penyakit memilki hubungan tidak nyata dengan tingkat pendapatan peternak plasma, sedangkan pemberian pakan memiliki hubungan sangat nyata dengantingkat pendapatan peternak plasma pada pola kemitraan PT. Charoen Pokhphand.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rector Universitas Udayana Prof. Dr. dr. AA Raka Sidan, Sp.S.(K) dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang diberikan serta para responden yang telah membantu memberikan informasi dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

A.A.K. 1981. Beternak Babi, Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Baba, S, Isbandi, T. Mardikanto dan Waridin. 2011, Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi peternak sapi Perah dalam penyuluhan di Kabupaten Enrekang. Jurnal ITP Vol. 1 No.3.

Dajan. 2000. Pengantar Metode Statistik, Jakarta.

Darmawan, A.A.N. 1992. Beternak Babi. Dinas Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Bali, Denpasar

Darmawan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Elisabeth, J., dan S.P. Ginting. 2003. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak. Prosiding Lokakarya National : Sistem Integrasi Kelapa Sawit. Bengkulu 910 September 2003. P. 110-119.

Ginting N. 2001. Teknik Beternak Babi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sumatera Utara.

Hafsah, J.M.. 1999. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

North, M.O. 1984. Commercial Chiken Production Manual Third edition Avi Publ Com. Inc. Wesport, Connecticut.

Pfizer, 1992. Beternak Babi Sukses. Divinisi Kesehatan Hewan. PT. Pfizer Indonesia, Jakarta.

Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sihombing, D.T.H. 2006. Petunjuk Praktis Beternak Babi. Fakultas Peternakan, IPB. Edisi Kedua, Bogor.

Soedijanto. 1978. Beberapa Konsep Proses Belajar dan Implikasinya. Institut Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian, Bogor.

Soeharjo dan Patong. 1973. Komunikasi Sosial dan Metode Penyuluhan. CV. Yasa Guna, Jakarta.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metodelogi Penelitian Survai. LP3S, Jakarta.

Sudrajat, 1985. Statistik Non Parametrik. Suatu Penafsiran dan Karya Sidney Siegel. Non Parametric Behavior Science. CV. Armino, Bandung.

Sugeng, Y. B. 2000. Beternak Sapi Potong. PenebarSwadaya, Jakarta.

Supriyanto. 1978. Adopsi Teknologi Baru Di Kalangan Petani, Argoekonomi, Departemen Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta

Suryawan. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Sapta Usaha Peternakan Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali. Skripsi Fapet Universitas Udayana, Denpasar.

Sadhu et al, Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 65 - 82

Page 82