APPLICATION OF SEVERALSLURRYBIOGAS ATDIFFERENT LEVEL TO THE GRO WTH AND YIELD OF Indigofera zollingeriana
on
e--journal FAPET UNUD
e-Journal
Universitas Udayana
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
Submitted Date: August 28, 2017
Accepted Date: August 31, 2017
Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita
APLIKASI BEBERAPA JENIS SLURRY BIOGAS PADA BERBAGAI LEVEL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL HIJAUAN Indigofera zollingeriana
Wirawan, I K., N. N. C. Kusumawati dan A. A. A. S. Trisnadewi PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jln, PB Sudirman Denpasar EHP. 085857238498 email : ikadekwirawan261@gmail.com
ABSTRAK
Pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi leguminosa Indigofera zollingeriana. Salah satu pupuk yang dapat digunakan adalah slurry biogas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil hijauan leguminosa Indigofera zollingeriana yang diberikan jenis dan level pupuk slurry biogas yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 minggu di Rumah Kaca Laboratorium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis slurrybiogas yaituslurry sapi (S), slurry babi (B), dan bio-slurry sapi (P) dan faktor yang kedua adalah level pupuk yaitu tanpa pupuk (0 ton/ha) (D0), 10 ton/ha (D10), 20 ton/ha (D20) dan 30 ton/ha (D30). Terdapat 12 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 48 pot percobaan. Variabel yang diamati yaitu variabel pertumbuhan, hasil hijauan dan karakteristik tumbuh Indigofera zollingeriana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk bio-slurry sapi memberikan pertumbuhan dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana paling tinggi dibandingkan jenis pupuk slurry sapi dan slurry babi. Pemberian level pupuk slurry biogas 10 ton/ha (D10) menghasilkan pertumbuhan hasil paling baik dibandingkan perlakuan 0 ton/ha (D0), 20 ton/ha (D20), 30 ton/ha (D30). Tidak terjadi interaksi antara jenis dan level pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bio-slurry sapi dengan level 10 ton/ha (D10) menghasilkan pertumbuhan dan hasil hijauan paling baik dan tidak terjadi interaksi antara jenis dan level pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana.
Kata kunci : slurry, level slurry biogas, Indigofera zollingeriana, pertumbuhan, hasil
APPLICATION OF SEVERALSLURRYBIOGAS ATDIFFERENT LEVEL TO THE GRO WTH AND YIELD
OF Indigofera zollingeriana
ABSTRACT
Organic fertilizer is required to improve the growth and yield of Indigofera zollingeriana. One could be used is biogas slurry which is excess product of biogas. The experiment aims to find out growth and yield of Indigofera zollingeriana leguminose given different kinds and level of slurry. The experiment carried out for 10 weeks at Laboratory
Greenhouse of Feed Plant, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University. Experiment design was used completely randomize design (CRD) factorial pattern with two factors. The first factor was sources of slurry: which were cattle slurry (S), pig slurry (B), and cattle bioslurry (P), the second factor was level of slurry: without slurry (0 ton/ha) (D0), 10 ton/ha (D10), 20 ton/ha (D20), and 30 ton/ha (D30). There were combination of 12 treatments and each of combination was repeated four times, so there were 48 pots study. Variabeles observed were growth, yield, and growth characteristic. Results of the study showed that cattle bioslurry gave the highest growth, yield, and growth characteristics compare with cattle and pig slurry. Indigofera zollingeriana which were given 10 ton/ha (D10) resulted in thegive the highest growth, yield, and growth characteristics compare with 0 ton/ha (D10), 20 ton/ha (D20), and 30 ton/ha (D30). There was no interaction between the type and level of fertilizer against growth and forage yield. It was concluded that cattle bio-slurry of 10 ton/ha (D10) geve the best growth and yield of Indigofera zollingeriana and there was no interaction between kinds and level of slurry.
Keywords: slurry, level of biogas slurry, Indigofera zollingeriana, growth, yield
PENDAHULUAN
Hijauan pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan untuk peningkatan produktivitas dari ternak ruminansia seperti sapi, kambing, kerbau, dan domba.Produktivitas ternak ruminansia dapat ditunjang dengan ketersediaan pakan ternak yang cukup, baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya. Rendahnya ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun di Indonesia menjadi salah satu penyebab sulit berkembangnnya populasi dan produksi ternak ruminansia. Lahan yang digunakan untuk menanam hijauan pakan semakin lama semakin menyempit sedangkan ternak ruminansia memerlukan hijauan pakan yang cukup setiap harinya. Disamping lahan marginal dan penyempitan lahan, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan secara terus menerus dapat mengganggu sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Cara untuk menjaga keseimbangan sifat fisik dan kimiawi tanah serta mencegah kerusakan lahan adalah konservasi dengan pupuk organik (Ditjen Peternakan, 1992).
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).Pupuk yang dihasilkan dari limbah pembuatan biogas adalah pupuk organik karena bahan dasarnya berasal dari bahan organik.
Slurry cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair. Slurry yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti nitrogen (N), phospor (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca), kalium (K), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Menurut Barbarick (2006) pupuk organik tidak mengandung unsur hara dalam jumlah besar namun penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat berpengaruh positif terhadap defisiensi nitrogen pada tanaman.Bio-slurry sangat bermanfaat sebagai sumber hara untuk tanaman. Selain itu bio-slurry merupakan pupuk organik berkualitas tinggi yang kaya kandungan humus (Karki et al., 2009).
Indigofera zollingeriana mempunyai kualitas nutrisi dan produktivitas yang tinggi dengan kandungan protein yang bervariasi yaitu 21-25% (Tarigan et al., 2010). Agar produksinya tetap tinggi, leguminosa Indigofera zollingeriana harus dipupuk dengan bahan pupuk yang mudah diserap tanaman dan aman bagi lingkungan yaitu menggunakan pupuk organik.
MATERI DAN METODE
Bibit
Bibit yang digunakan untuk penelitian berasal daribiji tanaman leguminosa Indigofera zollingeriana yang diperoleh dari Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Desa Pengotan, Kabupaten Bangli.
Tanah dan air
Tanah yangdigunakan pada penelitian ini berasal dari Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana di Desa Pengotan, Kabupaten Bangli. Air yang digunakan untuk menyiram pada penelitian ini berasal dari air sumur di tempat penelitian.
Pot
Pot yang digunakan adalah pot plastik tinggi 20 cm dan diameter 28 cm sebanyak 48 pot dan setiap pot diisi 4 kg tanah.
Pupuk
a. Slurry sapi
Slurry sapi yangdigunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Simantri 369 yang bertempat di Desa Kemenuh Kabupaten Gianyar.
Slurry babi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Kendran, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.
-
c. Bio-slurry sapi
Bio-slurry sapi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Simantri 369 yang bertempat di Desa Kemenuh Kabupaten Gianyar.
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul,ayakan kawat ukuran 4 mm × 4 mm, pisau dan gunting, kantong kertas, ovenmerekLabmaster dan Wilson 220V, timbangan merek Nagami kapasitas 15 kg dengan kepekaan 100 g, timbangan elektrikmerek Acis kapasitas 500 g dengan kepekaan 0,1, alat pengukur luas daun (leaf area meter).
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana di Jl. Raya Sesetan, Gang Markisa, Denpasar. Penelitian berlangsung selama 10 minggu dari bulan Januari sampai Maret 2017.
Rancangan percobaan
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan menggunakan dua faktor. Faktor pertma adalah jenis pupuk, yaitu: S: pupuk slurry sap, B: pupuk slurry babi, P: pupuk bio-slurry sapi. Faktor kedua adalah level pupuk yaitu: D0: tanpa pupuk, D10: 10 t/ha (20 g/pot), D20: 20 t/ha (40 g/pot), D30: 30 t/ha (60 g/pot), Dari kedua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi,setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 48 pot pada penelitian ini.
Persiapan penelitian
Sebelum penelitian dimulai, dilakukan persiapan antara lain: tanah yang digunakan dalam penelitian dikeringkan terlebih dahulu kemudian diayak menggunakan ayakan 4 mm × 4 mm, sehingga tanah menjadi homogen. Tanah ditimbang sebarat 4 kg dan dimasukkan pada masing-masing pot yang telah disediakan.
Pemberian pupuk
Slurry sapi, babi, dan bio-slurry sapi dicampur langsung dengan tanah sebelum penanaman bibit sesuai dengan level pupuk yang sudah ditentukan yaitu: level 0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha, dan level 30 ton/ha. Pemberian pupuk dilakukan sekali selama penelitian berlangsung yaitu pada awal penelitian.
Penanaman bibit
Biji disemaikanterlebih dahulu pada trey, setelah berumur 2 minggu selanjutnya diambil satu bibit dan ditanam pada pot. Tanaman yang dipilih adalah tanaman yang tumbuhnya seragam.
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pemberantasan hama dan gulma. Penyiraman bibit dilakukan 1 hari sekali dengan menggunakan air sumur di tempat penelitian. Penyiangan gulma dilakukan setiap minggu.
Pemotongan
Pemotongan atau panen dilakukan pada saat tanaman leguminosa Indigofera zollingerianaberumur 10 minggu. Pemotongan tanaman dilakukan pada permukaan tanah.
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan, variabel hasil hijauan dan variabel karakteristik tumbuh. Variabel pertumbuhan diamati setiap minggu, sedangkan variabel hasil hiajauan dan variabel karakteristik tumbuh diamati pada saat panen. Adapun variabel yang diamati adalah
-
a. Variabel pertumbuhanmeliputi: tinggi tanaman dan jumlah daun.
-
b. Variabel hasil hijauanmeliputi: Berat kering daun, berat kering batang, berat kering akar, berat kering total hijauan.
-
c. Variabel karakteristik tumbuhyang dihitung meliputi: Nisbah berat kering daun dengan berat kering batang, nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar (top root ratio), luas daun per pot.
Analisis statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) maka perhitungan dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel and Torrie, 1991).Analisis data menggunakan program SPSS 16.0 dengan metode analisis data rancangan acak lengkap pola faktorial dua faktor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interaksi antara jenis dengan level pupuk berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi tanaman leguminosa Indigofera zollingeriana, pemberianslurry sapi, slurry babi dan bio-slurry sapi dapat meningkatkan tinggi tanaman, hasil hijauan dan karakteristik tumbuh leguminosa Indigofera zollingeriana.Hal tersebut membuktikan bahwa antara jenis dan level pupuk bekerja sendiri-sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan, hasil hijauan dan karakteristik tumbuh hijauan tanamanIndigofera zollingeriana. Seperti halnya dijelaskan oleh Gomez dan Gomez (1995) bahwa dua faktor perlakuan dikatakan berinteraksi apabila pengaruh suatu faktor perlakuan berubah pada saat perubahan taraf faktor perlakuan lainnya. Selanjutnya dinyatakan oleh Steel dan Torrie (1991) bahwa bila pengaruh interaksi berbeda tidak nyata, maka disimpulkan bahwa diantara faktor-faktor perlakuan tersebut bertindak bebas atau pengaruhnya berdiri sendiri.
Tabel 1. Aplikasi beberapa jenis slurry biogas pada berbagai level terhadap pertumbuhan tanaman Indigofera zollingeriana
Variabel |
Jenis Pupuk2) |
Dosis Pupuk3) |
Rataan |
SEM4) | |||
D0 |
D10 |
D20 |
D30 | ||||
S |
43,88 |
47,95 |
50,23 |
50,78 |
48,21b 1) | ||
Tinggi tanaman |
B |
48,12 |
54,75 |
51,88 |
51,88 |
51,66b |
2,90 |
(cm) |
P |
55,38 |
68,88 |
61,63 |
60,75 |
61,66a | |
Rataan |
49,13b |
57,19a |
54,58a |
54,47a | |||
S |
15,75 |
16,75 |
22,50 |
16,25 |
17,81a | ||
Jumlah daun |
B |
13,50 |
19,75 |
18,75 |
22,75 |
18,44a |
2,52 |
(helai) |
P |
18,00 |
26,75 |
18,75 |
22,75 |
21,56a | |
Rataan |
15,75b |
21,08a |
20,75a |
19,50ab |
Keterangan :
1) Nilai dengan huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)
2) S = Slurry sapi; B = Slurry babi; P = Bio-slurry sapi
3) D0 = tanpa pupuk; D10 = dosis 10 ton/ha; D20 = dosis 20 ton/ha; D30 = dosis 30 ton/ha
4) SEM = Standard Error of the Treatment Means
Variabel tinggi tanaman dan jumlah daun yang diberi perlakuan pupuk bio-slurry sapi dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil hijauan leguminosa Indigofera zollingerianapaling tinggi dikarenakan pupuk bio-slurry sapi adalah slurry yang telah difermentasi dengan menggunakan fermentor Biang Kompos (BEKA) sehingga unsur – unsur hara lebih tersedia bagi tanaman, apabila diaplikasikan pada tanah lebih mudah diserap
tanaman sehingga dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman. Pada jumlah daun pemberian pupuk organik bio-slurry sapi (P) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk organik slurry babi (B) dan slurry sapi (S). Hal ini disebabkan oleh unsur nitrogen (N) pada pupuk bio-slurry sapi lebih tinggi dari pada slurry babi dan slurry sapi (Tabel 1). Menurut Setyamidjaja (1986), unsur N dalam pupuk kandang berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman.
Berat kering daun dan berat kering batang hijauan tanaman Indigofera zollingeriana yang mendapatkan perlakuan jenis pupuk bio-slurry sapi cenderung lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan pupuk slurry sapi dan pupuk slurry babi (Tabel 2). Hal ini disebabkan pupuk bio-slurry sapi lebih cepat tersedia sehingga lebih mudah diserap oleh tanaman. Disamping itu kandungan N pada pupuk bio-slurry sapi lebih tinggi dari pada pupuk slurry sapi dan slurry babi sehingga luas daun dan batang paling tinggi yang mengakibatkan berat kering daun dan batang paling tinggi. Hal ini didukung oleh luas daun yang juga mempengaruhi berat kering daun, jika proses fotosintesis lebih banyak maka nutrisi bagi tanaman juga akan banyak sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Syarief, 1986).
Tabel 2. Aplikasi beberapa jenis slurry biogas pada berbagai level terhadap hasil hijauan tanaman Indigofera zollingeriana
Variabel |
Jenis Pupuk2) |
Dosis Pupuk3) |
Rataan |
SEM 4) | |||
D0 |
D10 |
D20 |
D30 | ||||
Berat kering daun (g) |
S |
4,45 |
5,60 |
6,85 |
5,22 |
5,53a 1) | |
B P |
4,70 5,55 |
7,02 7,12 |
6,18 6,32 |
6,52 7,07 |
6,11a 6,52a |
0,69 | |
Rataan |
4,90b |
6,58a |
6,45a |
6,27a | |||
Berat kering |
S |
1,28 |
3,65 |
2,92 |
1,42 |
2,32a | |
B |
1,50 |
2,95 |
2,98 |
2,32 |
2,36a |
0,34 | |
P |
1,80 |
3,20 |
2,98 |
1,82 |
2,45a | ||
batang (g) |
Rataan |
1,52b |
3,27a |
2,85a |
1,85b | ||
Berat |
S |
1,82 |
2,40 |
2,98 |
2,02 |
2,31b | |
B |
2,65 |
5,45 |
3,78 |
3,48 |
3,47a |
0,43 | |
kering akar (g) |
P |
3,08 |
5,45 |
4,10 |
3,58 |
4,05a | |
Rataan |
2,52c |
3,94a |
3,62ab |
3,02cb | |||
Berat |
S |
6,32 |
7,38 |
9,78 |
7,48 |
7,73b | |
B |
6,08 |
9,48 |
9,65 |
8,95 |
8,28b |
1,07 | |
kering total |
P |
7,88 |
11,78 |
9,30 |
10,48 |
9,86a | |
hijauan (g) |
Rataan |
6,76b |
9,54a |
9,24a |
8,97a |
Keterangan :
1) Nilai dengan huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)
2) Slurry sapi = S; Slurry babi = B; Bio-slurry sapi = P
3) D0 = tanpa pupuk; D10 = dosis 10 ton/ha; D20 = dosis 20 ton/ha; D30 = dosis 30 ton/ha
4) SEM = Standard Error of the Treatment Means
Variabel berat kering akar hijauan tanamanIndigofera zollingeriana yang mendapatkan perlakuan pupuk bio-slurry sapi dan slurry babi lebih tinggi (P<0,05) dari pupuk slurry sapi, sedangkan pupuk slurry babi lebih rendah (P>0,05) dengan pupuk bioslurry sapi. Hal ini menunjukkan bahwa berat kering akar pada penggunaan pupuk bio-slurry sapi cenderung lebih tinggi dibandingkan pupuk lainnya karena penggunaan pupuk organik bio-slurry sapi yang telah difermentasi dengan fermentor Biang Kompos (BEKA) dapat lebih cepat terdegradasi sehingga unsur-unsur hara lebih cepat tersedia bagi tanaman.
Berat kering total hijauan tanaman Indigofera zollingeriana yang mendapatkan perlakuan jenis pupuk bio-slurry sapi nyata (P<0,05) lebih tinggi dari pada pupuk slurry sapi dan slurry babi, sedangkan slurry babi lebih tinggi (P>0,05) dari slurry sapi (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh kandungan unsur hara pada pupuk bio-slurry sapi lebih tinggi dari pada slurry sapi dan slurry babi dan sudah mengalami fermentasi dengan fermentor Biang Kompos (BEKA) sehingga lebih tersedia bagi tanaman. Husma (2010) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik (pupuk kandang) berpengaruh terhadap tanaman seperti peningkatan kegiatan respirasi, bertambahnya lebar daun yang berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis yang bermuara pada produksi dan kandungan bahan kering.
Variabel nisbah berat kering daun dengan berat kering batangtanaman Indigofera zollingerianayang diberikan perlakuan jenis pupuk bio-slurry sapi dan slurry babi nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan pemberian pupuk slurry sapi (Tabel 3). Hal ini disebabkan oleh jenis pupuk bio-slurry sapi dan slurry babi merupakan pupuk organik yang mudah terdegradasi daripada slurry sapi sehingga unsur hara pada tanah cepat tersedia bagi tanaman. Hal lain yang mempengaruhi adalah persentase dari berat kering daun yang lebih banyak pada hijauan leguminosa dapat mempengaruhi kandungan karbohidrat dan protein semakin tinggi yang mengindikasikan kualitas hijauan semakin baik. Budiana (1993) menyatakan semakin banyak kandungan karbohidrat dan protein dalam tanaman maka berat kering tanaman itu akan semakin tinggi.
Variabel karakteristik tumbuh nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar (top root ratio) tanaman Indigofera zollingeriana yang diberi pupuk organik slurry sapi lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan bio-slurry sapi dan slurry babi (Tabel 3). Hal ini didukung oleh adanya berat kering akar yang lebih rendah pada slurry sapi dari pada bio-slurry sapi dan slurry babi.
Variabel luas daun per pot tanaman leguminosa Indigofera zollingerianayang diberikan pupuk bio-slurry sapi tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan pupuk slurry
babi dan slurry (Tabel 3). Hal ini karena ketiga jenis pupuk mengandung unsur N yang tinggi sehingga lebih mudah diserap oleh akar tanaman dan dapat meningkatkan jumlah daun daripada luas daun sehingga tanaman yang diberi ketiga pupuk ini menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.
Pengaruh pemberian pupuk organik pada berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan tanaman Indigofera zollingerianapada semua variabel menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) kecuali pada nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan oleh pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap kegiatan respirasi, bertambahnya lebar daun yang dapat meningkatkan proses fotosintesis yang bermuara pada produksi dan kandungan bahan kering. Tabel 3.Aplikasi beberapa jenis slurry biogas pada berbagai level terhadap karakteristik tumbuh tanamanIndigofera zollingeriana
Variabel |
Jenis Pupuk2) |
Dosis Pupuk3) |
Rataan |
SEM4) | |||
D0 |
D10 |
D20 |
D30 | ||||
Nisbah |
S |
3,16 |
3,78 |
2,53 |
2,31 |
2,12b 1) | |
berat kering daun dengan |
B P |
3,56 2,58 |
2,98 1,60 |
2,50 2,13 |
2,71 2,16 |
2,94a 2,95a |
0,35 |
berat kering batang |
Rataan |
3,09a |
2,79ab |
2,38b |
2,39b | ||
Nisbah |
S |
3,94 |
3,56 |
3,40 |
3,82 |
3,68a | |
berat kering total |
B |
2,30 |
2,40 |
2,30 |
2,68 |
2,42b | |
hijauan dengan berat kering |
P |
2,88 |
2,12 |
2,31 |
3,21 |
2,65b |
0,49 |
akar (Top root ratio) |
Rataan |
3,04a |
2,71a |
2,67a |
3,23a | ||
Luas daun |
S |
84,56 |
133,34 |
128,18 |
113,13 |
114,81a | |
(cm2) |
B |
92,81 |
136,70 |
114,87 |
85,51 |
107,47a |
11,03 |
P |
96,43 |
133,80 |
138,53 |
107,46 |
119,06a | ||
Rataan |
91,27b |
134,61a |
127,19a |
102,04b |
Keterangan :
1) Nilai dengan huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)
2) S = Slurry sapi; B = Slurry babi; P = Bio-slurry
3) D0 = tanpa pupuk; D10 = dosis 10 ton/ha; D20 = dosis 20 ton/ha; D30 = dosis 30 ton/ha
4) SEM = Standard Error of the Treatment Means
Pemberian pupuk dengan level yang berbeda 0 ton/ha (D0) 10 ton/ha (D10), 20 ton/ha (D20), 30 ton/ha (D30) pada veriabel pertumbuhan, hasil hijauan dan karakteristik tumbuh tanaman Indigofera zollingerianamenunjukkan bahwa level 10 ton/ha (D10) lebih tinggi dibandingkan level pupuk 0 ton/ha (D0) 20 ton/ha (D20), 30 ton/ha (D30). Pada pemberian
level 10 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan, hasil hijauan dan karakteristik tumbuh paling baik pada semua veriabel yang diamati dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hakim et al., (1986) menyatakan bahwa produksi hijauan pakan dapat dicapai seoptimal mungkin jika macam dan jumlah hara yang ditambahkan dalam jumlah yang cukup dan seimbang dengan kebutuhan tanaman.
Parwata et al. (2016) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik bio-slurry dengan dosis 10 ton/ha (C10) pada variabel tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukkan hasil tertinggi dibandingkandengan dosis 0 ton/ha (C0), 5 ton/ha (C5) dan 15 ton/ha (C15). Hal ini karena pada dosis 10 ton/ha tanaman leguminosa kembang telang (Clitoria ternatea) memanfaatkan unsur hara untuk pertumbuhan vegetatif secara optimal sehingga dapat memberi hasil yang maksimal. Tata (1995) menyatakan bahwa pemupukan yang berlebihan tidak selalu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pupuk bio-slurry sapi memberikan pertumbuhan, hasil hijauan dan karakteristik tumbuh paling baik. Pupuk slurry biogas pada level 10 ton/ha (D10) memberikan pertumbuhan dan hasil hijauan paling baik. Tidak terjadi interaksi antara jenis dan level pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan tanaman leguminosa Indigofera zollingeriana.
Saran
Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi leguminosa Indigofera zollingeriana dapat disarankan menggunakan pupuk bio-slurry sapi dengan dosis 10 ton/ha, sesuaikan dengan kondisi setempat. Perlu dilakukan penelitian lapangan untuk mengetahui pengaruh jenis dan level pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan leguminosa Indigofera zollingeriana.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang selalu memberi support dan dukungan selama menjalani masa perkuliahan. Bapak/ Ibu Staf Dosen Laboratorium Tubuhan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah membantu selama proses penelitian sampai skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Barbarick, K.A. 2006. Organic Materials As Nitrogen Fertilizers. Colorado State
University, Colorado.
Budiana. 1993. Produksi Tanaman Hijauan Pakan Ternak Tropis, Fakultas Peternakan Gajah Mada, Yogyakarta.
Ditjen Peternakan. 1992. Pedoman Indentifikasi Faktor Penentu Teknis Peternakan. Proyek Peningkatan Produksi Peternakan. Diklat Peternakan, Jakarta.
Gomez, K.A. dan Gomez A.A. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta : UI – Press, hal :13 – 16
Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. A. Diha., Go Ban Hong., dan H. H. Baily. 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas lampung. Lampung.
Husma, M., 2010. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Curcumis melo L.). Tesis Program Studi Agronomi Universitas Haluoleo.
Karki, A.B., J.N. Shrestha, S.Bajgain and I.Sharma. 2009. Biogas: As Renewable Source of Energy in Nepal Theory and Development. BSP-Nepal. 262 p. Fungsional Pertanian. Bogor, 2004. Balai Penelitian Ternak. Hal 38-42.
Parwata, I N. A., N. N. C. Kusumawati, dan N. N. Suryani, 2016. Pertumbuhan dan Produksi Hijuan Kembang Telang (Clitoria ternatea) pada Berbagai Level Aplikasi Pupuk BioSlurry. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 142-155.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/22727
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan: CV. Simplex, Jakarta.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suriadikarta dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai besar dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Syarief. 1986. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana, Bandung.
Tarigan, A., Abdullah, L., Ginting, S.P ., Permana, I.G.2010. Produksi dan Komposisi Nutrisi Serta Kecernaan In Vitro Indigofera sp pada Interval dan Tinggi Pemotongan Berbeda. JITV. 15:188 -195.
Tata, T. 1995. Pengaruh Jenis dan Dosis Kotoran Ternak Terhadap Produktivitas Arachis pintoi. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.
Wirawan et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 2 Th. 2017:262 - 272
Page 272
Discussion and feedback