FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI SAPTA USAHA PETERNAKAN BABI KEMITRAAN PT. CHAROEN PHOKPHAND DI BALI
on
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com
email: jurnaltropika@unud.ac.id
Universitas
e-Journal
e-journal
FAPET UNUD
Udayana
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI SAPTA USAHA PETERNAKAN BABI KEMITRAAN PT. CHAROEN PHOKPHAND
DI BALI
Suryawan, I G. M., G. Suarta dan N. W. T. Inggriati
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar E-mail : suryawan246@gmail.com. Hp : +6287862487779
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi pada peternak pola kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali telah dilaksanakan selama 3 bulan yang diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan/saran bagi instansi terkait dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada peternak kemitraan sehingga tujuan dari suatu peternakan babi dapat tercapai secara efektif. Responden pada penelitian ini adalah peternakan babi yang menjalin kerjasama kemitraan dengan PT. Charoen Phokphand di Bali yang tersebar di Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli. Pengambilan data responden dilakukan secara sensus yaitu dengan mengambil seluruh populasi, yaitu sebanyak 24 orang peternak. Variabel yang diamati untuk mengetahui tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah tingkat sikap, umur, pengetahuan, intensitas penyuluhan, tingkat pendapatan, pendidikan, kepemilikan ternak, dan luas lahan. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Adapun pengukuran variabel menggunakan skala jenjang 5. Untuk mengetahui hubungan faktor digunakan metode Koefisien Korelasi Jenjang Spearman. Hasil penelitian menunjukkan faktor kepemilikan tenak berhubungan nyata dengan tingkat adopsi teknologi sapta usaha pada ternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand, sedangkan faktor lainnya seperti umur, sikap, pengetahuan, intensitas penyuluhan, pendapatan, tingkat pendidikan dan luas lahan memiliki hubungan tidak nyata dengan tingkat adopsi sapta usaha pada peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand hanya dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak.
Kata kunci : kemitraan, sapta usaha, ternak babi, tingkat adopsi
e-Journal
Udayana
FACTORS AFFECTED THE ADOPTION LEVEL OF SAPTA USAHA OF PT. CHAROEN PHOKPHAND PIG PARTNERSHIP IN BALI
ABSTRACT
This research has purposed to find out factors affected the adoption level of sapta usaha of PT. Charoen Phokphand pig partnership farm in Bali and it was performed for 3 months. It was expected that this research to be able giving information and suggestion to both goverment and company for supervision effectively. 24 pig partnership farm of PT. Charoen Phokphand at Tabanan, Badung, Gianyar and Bangli regencies were the responden of this research. Census was carried out to collect the data, and the variables observed were attitude level, age, knowledge, extension intensity, income rate, education level and land ownership. Data used was prime and secondary data, and variable measurement with the 5th stage scaled. To find out correlation of factors used Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (Spearman Stage Correlation Coefficient) method. Research result shows that the livestock ownership factor has significant relation with technology adoption level of sapta usaha pig animal husbandry partnership of PT. Charoen Phokphand, whereas other factors such as age, attitude, knowledge, elucidation intensity, income, education level, and land ownership have insignificant realtion with adoption level of sapta usaha pig animal husbandry partnership of PT. Charoen Phokphand. Therefore, it can be concluded that the rate of adoption pig farm partnership PT. Charoen Phokphand only influenced by the amount of livestock ownership.
Keywords: partnership, sapta usaha (seven efforts), pig animal husbandry, adoption level
PENDAHULUAN
Peternakan merupakan salah satu sub-sektor pertanian yang memegang peranan cukup penting bagi kesejahteraan masyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, meningkatkan pendapatan serta pemerataan kesempatan kerja bagi masyarakat. Masyarakat Bali pada umumnya sudah mengenal budaya beternak sejak dahulu dan melaksanakan pekerjaan beternak secara turun-temurun. Keberadaan ternak babi sudah sangat melekat dengan kehidupan umat Hindu di Bali. Masyarakat Bali pada umumnya memelihara ternak babi selain sebagai usaha sambilan, penghasilan, dan tabungan, juga dimanfaatkan untuk keperluan upacara agama.
Karakteristik peternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha. Karakteristik peternak yang terdiri dari umur,
e-Journal
Udayana
sikap, tingkat pendidikan formal, pengetahuan serta intensitas peyuluhan dan komunikasi akan berdampak positif terhadap keberhasilan peternak (Babaat al., 2011). Tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalitas usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada. Lionberger dalam Mardikanto (2009) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi meliputi : luas usaha tani, tingkat pendapatan, keberanian, umur, tingkat partisipasinya, aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru, serta sumber informasi yang dimanfaatkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mukungeiet al. (2013) yang mengemukakan bahwa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kontak dengan penyuluh, tingkat kesadaran dan partisipasi petani mempengaruhi tingkat adopsi.
Sistem peternakan babi di Bali secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem peternakan komersial dan peternakan sebagai usaha sambilan. Pada peternakan komersial, di samping jumlah ternaknya lebih banyak dan tatalaksana yang relatif lebih baik, pada peternakan komersial ini keuntungan usaha adalah tujuan utama. Sedangkan usaha sambilan adalah beternak sebagai mata pencaharian tambahan dan kadang sebagai tabungan keluarga yang sewaktu-waktu dapat dijual jika ada keperluan mendadak (Mastika,1991). Menurut Darmawan (1992), untuk mendapatkan ternak babi yang memiliki produktivitas yang tinggi (anak yang banyak dan pertumbuhan cepat) sehingga nantinya akan memberikan penghasilan yang tinggi, maka peternak harus melaksanakan sapta usaha peternakan secara baik. Sapta usaha ini meliputi 1). Pemilihan bibit, 2). Pemberian pakan, 3). Perkandangan, 4). Tatalaksana reproduksi, 5). Pencegahan dan pengendalian penyakit, 6). Penanganan limbah dan 7). Penanganan pasca panen dan pemasaran.
Pola kemitraan merupakan salah satu usaha pemerintah maupun swasta untuk mendukung usaha peternakan rakyat. Dampak dari program kemitraan diharapkan tidak hanya menguntungkan bagi pelaku ekonomi saja, melainkan juga harus membawa dampak positif bagi seluruh kehidupan bangsa. Karena misi kemitraan itu sendiri sarat dengan berbagai harapan untuk memecahkan suatu masalah kesenjangan dalam waktu relatif singkat, maka tidak heran
e-Journal
Udayana
bila kemitraan yang ada sekarang ini belum sepenuhnya memenuhi harapan peternak plasma, dibanding memecahkan masalah yang timbul secara mendasar. Dengan kata lain pola kemitraan yang ada saat ini pada umumnya belum dapat memenuhi harapan semua pihak untuk mempercepat keberhasilan usaha peternak (Muhammad, 2000).
Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui penyebab dari belum berhasilnya usaha ternak babi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di empat kabupaten yang tersebar di Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli pada peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu suatu metode penentuan lokasi yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini adalah :
-
1. Lokasi tersebut merupakan daerah pengembangan peternakan babi yang melakukan kerjasama kemitraan dengan PT. Charoen Phokphand di Bali.
-
2. Belum pernah adanya penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali.
-
3. Lokasi penelitian mudah dicapai dengan saran transportasi oleh peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam pengumpulan data.
Waktu penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
-
1. Tahap persiapan dan penjajagan ke lapangan dilaksanakan pada bulan April 2016.
-
2. Tahap wawancara dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2016.
-
3. Tahap pengolahan data dan penyusunan tulisan dilaksanakan pada bulan Juni 2016.
e-Journal
Udayana
Responden
Responden pada penelitian ini adalah semua peternakan babi yang menjalin kerjasama kemitraan dengan PT. Charoen Phokphand di Bali yang tersebar di Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli. Data responden diperoleh dari kuisioner yang telah disiapkan oleh peneliti serta dilakukan pengambilan data secara sensus yaitu dengan mengambil seluruh populasi yang ada sebanyak 24 orang peternak.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survai yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mendatangi dan mewawancarai responden secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang sudah disiapkan sebelumnya oleh peneliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Data primer yang dikumpulkan meliputi data pribadi responden seperti : umur, sikap, pengetahuan, intensitas penyuluhan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kepemilikan ternak, luas kepemilikan lahan dan tingkat penerapan sapta usaha ternak babi serta beberapa penunjang seperti pendidikan non formal yang pernah diikuti oleh responden. Data sekunder seperti lokasi peternakan dan nama-nama peternak yang digunakan penunjang dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Charoen Phokphand.
Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel tingkat penerapan responden dilakukan dengan meminta jawaban responden terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada para peternak. Masing-masing jawaban responden dikelompokkan menjadi lima kategori dan diberi skor. Skor ini dinyatakan dalam bilangan bulat 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk setiap jawaban. Skor tertinggi adalah 5 diberikan untuk jawaban yang paling diharapkan dan skor terendah adalah 1 diberikan untuk jawaban yang paling tidak diharapkan (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Penentuan kategori tingkat penerapan, tingkat pengetahuan, dan sikap berdasarkan perolehan persentase skor yang dicapai oleh responden dengan menerapkan rumus interval kelas
e-Journal
Udayana
dari Dajan (2000), yaitu membagi selisih skor tertinggi dan terendah dengan banyaknya kategori dengan rumus sebagai berikut :
Jarak kelas
Jumlah kelas
Keterangan : i
Jarak kelas
Jumlah kelas
= Interval kelas
= Nilai data tertinggi – nilai data terendah
-
= Jumlah kategori yang ditentukan
dengan menggunakan nilai interval kelas dan berdasarkan persentase pencapaian skor, maka diketahui nilai kategori untuk setiap variabel adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Nilai kategori variabel
No |
Perolehan Pencapaian Skor (%) |
Kategori | |||
Pengetahuan |
Sikap |
Intensitas Penyuluhan |
Tingkat pendapatan | ||
1 |
>84 – 100 |
Sangat tinggi |
Sangat positif |
Sangat banyak |
Sangat menguntungkan |
2 |
>68 – 84 |
Tinggi |
Positif |
Banyak |
Menguntungkan |
3 |
>52 – 68 |
Sedang |
Ragu-ragu |
Sedang |
Kurang menguntungkan |
4 |
>36 – 52 |
Rendah |
Negatif |
Sedikit |
Tidak menguntungkan |
5 |
20 – 36 |
Sangat rendah |
Sangat negatif |
Sangat sedikit |
Sangat tidak menguntungkan |
Analisis Data
Untuk menarik kesimpulan dari data penelitian agar bisa mengetahui karakteristik peternak babi maka digunakan metode analisis statistika inferensial. Statistika inferensial digunakan dengan tujuan untuk menguji kebenaran dari suatu penelitian (Sudrajat, 1985). Untuk mengetahui hubungan antara tingkat penerapan pengetahuan, sikap, pendidikan peternak dan umur peternak masing-masing menggunakan uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman dengan rumus :
e-Journal
Udayana
,■-1 6(∑ d 2)
r = 1 - ≠2≡1)
Keterangan:
rs d
n
= Koefisen korelasi
= Selisih jenjang pasangan unsur yang diobservasi
= Banyak pasangan unsur yang diobservasi
Untuk menguji signifikansi hubungan untuk sampel N ≥10 menurut Siegel (1997) digunakan uji t student dengan rumus :
t = rs
N - 2 i 1—7
Keterangan : rs = Koefisien korelasi
t = Nilai t student N = Jumlah sampel
Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila t hitung > t tabel pada tingkat probabilitas 1% atau 5% sampai 10% dengan db (derajat bebas) = N-2 maka terdapat hubungan yang sangat nyata atau nyata antara kedua variabel yang diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat adopsi sapta usaha peternakan pada usaha ternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah sebesar 83% (baik) (Tabel 3.7), sehingga hipotesis 1 ditolak. Hal ini disebabkan tingkat adopsi sapta usaha peternakan pada ternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada penerapan teknologi sapta usaha ternak babi yaitu pada penerapan pemberian pakan sudah sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak babi yang dipelihara. Tingkat adopsi pada
e-Journal
Udayana
sistem perkandangan sudah cukup baik dan sesuai dengan standar. Tingkat adopsi pada pencegahan penyakit sudah baik yaitu dengan memberikan vaksinasi dan vitamin yang rutin kepada ternak babi. Tingkat adopsi penerapan pada pengolahan reproduksi sudah baik karena peternak sudah mengetahui tanda-tanda birahi dengan tepat.
Karakteristik Reponden
Ada enam variabel karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini yaitu : umur, pekerjaan pokok, pendidikan formal, pendidikan non formal, kepemilikan ternak, dan kepemilikan lahan.
Umur responden
Rataan umur responden peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand berkisar antara 35 tahun sampai 57 tahun dengan rataan 40,92 tahun. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur
No |
Umur (Tahun) |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
35-45 |
13 |
54,17 |
2 |
45-55 |
7 |
29,17 |
3 |
55-65 |
4 |
16,67 |
Jumlah |
24 |
100,00 |
Umur anggota usaha peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Pada penelitian ini diperoleh rataan umur seluruh anggota peternak yaitu 40,92 tahun.Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
e-Journal
Udayana
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15-64 tahun. Hasil penelitian menunjukan variabel umur tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat adopsi sapta usaha pada anggota peternak babi kemitraan. Hal ini dikarenakan semua peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand sudah mendapatkan pelatihan-pelatihan dalam pemeliharaan ternak babi serta mampu menerapkan sapta usaha ternak babi dengan baik.
Pekerjaan pokok responden
Pekerjaan pokok responden sebagai peternak 11 orang, PNS sebanyak 4 orang, petani sebanyak 3 orang, pegawai swasta sebanyak 2 orang, arsitek sebanyak 1 orang, pengusaha kost sebanyak 1 orang, pengusaha bengkel sebanyak 1 orang dan pedagang sebanyak 1 orang. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Berikut:
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan pokok
No |
Pekerjaan Pokok |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
Peternak |
11 |
45,83 |
2 |
PNS |
4 |
16,67 |
3 |
Petani |
3 |
12,5 |
4 |
Pegawai swasta |
2 |
8,33 |
5 |
Arsitek |
1 |
4,17 |
6 |
Pengusaha kost |
1 |
4,17 |
7 |
Pengusaha bengkel |
1 |
4,17 |
8 |
Pedagang |
1 |
4,17 |
Jumlah |
24 |
100,00 |
Pendidikan formal
Tingkat pendidikan formal responden cukup bervariasi yaitu dari berpendidikan tamat SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Data selengkapnya disajiakan pada Tabel 4.
e-Journal
Universitas Udayana
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pendidikan formal
No Pendidikan Formal |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali Jumlah (Orang) Persentase (%) |
|
3 12,50 - - 9 37,50 1 4,17 11 45,83 |
Jumlah |
24 100,00 |
Tingkat Pendidikan formal pada anggota peternak babi kemitraan pada PT. Charoen Phokphand memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Hal ini disebabkan karena hampir 82,5% dari seluruh anggota pengusaha peternak babi kemitraan pada PT. Charoend Phokphand sudah mengenyam pendidikan dari SMA hingga S1, hanya 12,5% anggota peternak babi yang mengenyam pendidikan SD. Sehingga cenderung tingkat adopsi sapta usaha peternakan oleh peternak relatif sama.Tingkat pendidikan formal berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh oleh para peternak. Dari hasil penelitian Saptono (1985),menunjukkan petani yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan mudah menerima dan mempertimbangkan hal-hal baru, sedangkan petani yang memiliki tngkat pendidikan yang lebih rendah biasanya hanya ikut ikutan saja. Namun hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan formal peternak tidak mempengaruhi tingkat adopsi sapta usaha peternakan, hal ini disebabkan karena sikap peternak yang positif sehingga seluruh peternak mempunyai tingkat adopsi yang hampir sama.
Pendidikan non formal
Tingkat pendidikan non formal responden cukup bervariasi. Peternak yang pernah mengikuti pelatihan 1 kali sebanyak 15 orang, peternak yang mengikuti pelatihan 2 kali sebanyak 7 orang dan peternak yang mengikuti pelatihan 3 kali sebanyak 2 orang. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.
e-Journal
Udayana
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pendidikan non formal
Mengikuti Pelatihan o (Seminar) |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali Jumlah (Orang) Persentase (%) |
|
- - 15 62,50 7 29,17 2 8,33 |
Jumlah |
24 100,00 |
Jumlah kepemilikan ternak
Jumlah ternak babi yang dipelihara responden berkisar antara 49-155 ekor dengan rataan 88,25 ekor. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan jumlah kepemilikan ternak babi
No |
Jumlah Kepemilikan Ternak Babi |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
40-60 |
1 |
4,17 |
2 |
61-80 |
10 |
41,67 |
3 |
81-100 |
7 |
29,17 |
4 |
101-120 |
3 |
12,50 |
5 |
>120 |
3 |
12,50 |
Jumlah |
24 |
100,00 |
Jumlah kepemilikan ternak pada anggota peternak babi kemitraan pada PT. Charoen Phokphand memiliki hubungan nyata (P<0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Rogers dan Shoemaker (1971) yang mengatakan bahwa petani ternak yang mempunyai ternak lebih banyak akan lebih cepat menerima ide-ide baru, sehingga tingkat adopsi akan semakin baik. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah ternak babi yang dipelihara peternak cukup banyak yaitu rata-rata 88,25 ekor setiap peternak. Sehingga, semakin banyak peternak
e-Journal
Udayana
memiliki ternak babi maka semakin sedikit peternak tersebut untuk dapat mengaplikasikan sapta usaha ternak babi yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan peternak tersebut tidak mampu untuk mengontrol semua ternak yang dimilikinya, serta peternak tersebut sudah menggunakan tenaga kerja untuk memelihara semua ternak yang dimilikinya.
Luas kepemilikan lahan
Luas kepemilikan lahan dari responden berkisar antara 3,7-32 are dengan rataan 11,28 are. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan
Luas Kepemilikan o Lahan (are) |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali Jumlah (Orang) Persentase (%) |
1 1-4 2 5-10 3 11-15 4 > 15 |
1 4,17 15 62,50 4 16,67 4 16,67 |
Jumlah |
24,00 100,00 |
Luas kepemilikan lahan pada anggota peternak babi kemitraan pada PT. Charoen Phokphand memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Luas rata-rata lahan yang dimiliki peternak sebesar 11,28 are. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin luas lahan yang dimiliki peternak maka tingkat adopsi sapta usaha ternak babi yang dimiliki peternak semakin menurun. Hal ini dikarenakan peternak tidak hanya menggarap lahan menjadi kandang tenak melainkan sebagian lahan juga digarap sebagai lahan perkebunan yang nanti hasinya dapat digunakan sebagai pendapatan tambahan. Mardikanto (1994)menyatakan bahwa petani dengan luas pemilikan tanah garapan yang luas, baik dalam permodalan, baik dalam pengetahuan dan keterampilan, dan juga kerap kali baik dalam semangat dan keinginannya untuk maju. Dalam hal ini, petani yang mempunyai luas lahan yang luas akan mudah menerapkan setiap teknologi baru yang dianjurkan oleh penyuluh dalam memperbaiki usahanya.
e-Journal
Udayana
Kategori Variabel Berdasarkan Pencapaian Persentase Skor
Adapun distribusi responden berdasarkan tingkat adopsi, pengetahuan, sikap, intensitas penyuluhan dan tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan variabel penelitian
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di
Variabel Bali
Skor |
Kategori | |
Tingkat adopsi |
83% |
Baik |
Pengetahuan |
73% |
Tinggi |
Sikap |
86% |
Sangat tinggi |
Intensitas penyuluhan |
88% |
Sangat sering |
Tingkat pendapatan |
91% |
Sangat menguntungkan |
Tingkat adopsi sapta usaha pada peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand
Hasil penelitian pada Tabel 9. menunjukkan rataan persentase skor tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 83% (kategori baik). Seluruh responden (100%) memiliki tingkat adopsi sapta usaha ternak babi kemitraan PT. Charoen Phokpand dengan skor 75% responden dengan kategori baik dan 25% responden dengan kategori sangat baik.
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan tingkat adopsi sapta usaha
No |
Peroleh Skor |
Kategori |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | |||
1 |
>84 – 100 |
Sangat baik |
6 |
25,00 |
2 |
>68-84 |
Baik |
18 |
75,00 |
3 |
>52-68 |
Sedang |
- |
- |
4 |
>36-52 |
Jelek |
- |
- |
5 |
20-36 |
Sangat jelek |
- |
- |
Jumlah |
24 |
100 |
e-Journal
Udayana
Tingkat pengetahuan responden dalam mengadopsi sapta usaha pada peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand
Hasil penelitian pada Tabel 10 menunjukkan rataan persentase skor pengetahuan responden dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 73% (kategori tinggi). Seluruh responden (100%) memiliki tingkat pengetahuan dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokpand dengan skor 37,5% responden dengan kategori sedang, 50% responden dengan kategori tinggi dan 12,5% responden dengan kategori sangat tinggi.
Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
No |
Peroleh skor |
Kategori |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | |||
1 |
>84 – 100 |
Sangat tinggi |
3 |
12,5 |
2 |
>68-84 |
Tinggi |
12 |
50 |
3 |
>52-68 |
Sedang |
9 |
37,5 |
4 |
>36-52 |
Rendah |
- |
- |
5 |
20-36 |
Sangat rendah |
- |
- |
Jumlah |
24 |
100 |
Tingkat pengetahuan pada anggota peternak babi kemitraan pada PT Charoen Phokphand memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Hal ini disebabkan hampir semua peternak pernah mengikuti pendidikan formal dan pendidikan non formal sehingga tingkat pengetahuan terhadap tingkat adopsi sapta usaha ternak hampir sama. Supriyatno (1978) menyatakan bahwa orang yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi tentang suatu inovasi tersebut cenderung akan menerapkan lebih baik, dari pada mereka yang memiiliki pengetahuan lebih rendah. Lebih lanjut Lunadi (1987) mengemukakan bahwa petani melakukan sesuatu, setelah ia memperoleh pengetahuan tambahan tentang teknologi dan dibarengi dengan penyediaan material yang mendukungnya.
e-Journal
Udayana
Tingkat sikap responden dalam mengadopsi sapta usaha pada peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand
Hasil penelitian pada Tabel 11. menunjukkan rataan persentase skor tingkat sikap responden dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 86% (kategori sangat positif). Seluruh responden (100%) memiliki sikap dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokpand dengan skor 20,83% responden dengan kategori positif dan 79,17% responden dengan kategori sangat positif.
Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap
No |
Peroleh Skor |
Kategori |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | |||
1 |
>84 – 100 |
Sangat positif |
19 |
79,17 |
2 |
>68-84 |
Positif |
5 |
20,83 |
3 |
>52-68 |
Ragu-ragu |
- |
- |
4 |
>36-52 |
Negatif |
- |
- |
5 |
20-36 |
Sangat negatif |
- |
- |
Jumlah |
24 |
100 |
Tingkat sikap pada anggota peternak babi kemitraan pada PT. Charoen Phokpand memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Mar’at (1981) menyatakan bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi jika seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya.Menurut Swasta (1987) sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku petani dalam menerima suatu inovasi. Semakin banyak peternak memperoleh pendidikan formal maupun non formal maka semakin baik sikap dari peternak. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat sikap peternak tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat adopsi sapta usaha ternak babi kemitraan tetapi terdapat hubungan yang asimetris sehingga semakin tinggi tingkat sikap peternak maka semakin rendah tingkat adopsi sapta usaha ternak babi kemitraan.
e-Journal
Udayana
Tingkat intensitas penyuluhan dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand
Hasil penelitian pada Tabel 12. menunjukkan rataan persentase skor tingkat intensitas penyuluhan dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 88% (kategori sangat sering). Seluruh responden (100%) memiliki tingkat intensitas penyuluhan dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokpand dengan skor 29,17% responden dengan kategori sering dan 70,83% responden dengan kategori sangat sering.
Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan tingkat intensitas penyuluhan
No |
Peroleh Skor |
Kategori |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | |||
1 |
>84 – 100 |
Sangat sering |
17 |
70,83 |
2 |
>68-84 |
Sering |
7 |
29,17 |
3 |
>52-68 |
Sedang |
- |
- |
4 |
>36-52 |
Sedikit |
- |
- |
5 |
20-36 |
Sangat sedikit |
- |
- |
Jumlah |
24 |
100 |
Tingkat intensitas penyuluhan pada anggota peternak babi kemitraan pada PT. Charoen Phokphand memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Menurut Ahmadi (1991) semakin tinggi intensitas penyuluhan maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh maka semakin besar perubahan yang akan ditimbulkannya kearah lebih lanjut. Pada peternakan babi kemitraan, peternak sering melakukan komunikasi terhadap para penyuluh sehingga tingkat intensitas penyuluhan dari seluruh anggota peternak babi hampir sama.
e-Journal
Udayana
Persepsi tingkat pendapatan dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand
Hasil penelitian pada Tabel 13 menunjukkan rataan persentase skor tingkat pendapatan yang dirasakan peternak dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand adalah 91% (kategori sangat menguntungkan). Seluruh responden (100%) memiliki tingkat pendapatan dalam mengadopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokpand dengan skor 95,83% responden dengan kategori sangat menguntungkan dan 4,17% responden dengan kategori menguntungkan.
Tabel 13. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan
No |
Peroleh Skor |
Kategori |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) | |||
1 |
>84 – 100 |
Sangat menguntungkan |
23 |
95,83 |
2 |
>68-84 |
Menguntungkan |
1 |
4,17 |
3 |
>52-68 |
Kurang menguntungkan |
- |
- |
4 |
>36-52 |
Tidak menguntungkan |
- |
- |
5 |
20-36 |
Sangat tidak menguntungkan |
- |
- |
Jumlah |
24 |
100 |
Tingkat pendapatan pada anggota peternak babi kemitraan pada PT. Charoen Phokphand memiliki hubungan tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat adopsi sapta usaha ternak babi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendaptan peternak tidak mempengaruhi tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan. Hal ini disebabkan rata-rata tingkat pendapatan peternak babi pada pola kemitraan hampir sama sehingga tingkat adopsi sapta usaha oleh peternak juga hampir sama. Ini sejalan dengan pendapat Mardikanto (2009) yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendapatan peternak maka kemampuan peternak dalam mengadopsi sapta usaha juga semakin tinggi.
e-Journal
Udayana
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali
Tabel 14. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali
No |
Faktor-faktor |
Peternak Babi Kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali | |
rs |
t hitung | ||
1 |
Umur |
0,223 |
1,073tn |
2 |
Sikap |
-0,028 |
-0,131tn |
3 |
Pengetahuan |
0,326 |
1,617 tn |
4 |
Intensitas penyuluhan |
-0,123 |
-0,581 tn |
5 |
Tingkat pendapatan |
0,235 |
1,135 tn |
6 |
Tingkat pendidikan |
0,243 |
1,066 tn |
7 |
Kepemilikan ternak |
-0,367 |
-1,850 n |
8 |
Luas lahan |
-0,329 |
-1,634 tn |
Keterangan :
rs = koefisien korelasi
n = nyata t (P<0,10) db 22 = 1,717
Dari hasil penelitian,menunjukkan bahwa pengaruh tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali dilihat dari faktor umur, sikap, pengetahuan, intensitas penyuluhan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan luas lahan secara statistik menunjukkan tidak berpengaruh nyata (P>0,10). Kepemilikan ternak secara statistik memberikan pengaruh yang nyata (P<0,10) terhadap tingkat adopsi sapta usaha peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand di Bali.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
-
1. Tingkat adopsi teknologi sapta usaha pada peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand tergolong dalam kategori baik.
-
2. Faktor kepemilikan tenak berhubungan negatif nyata dengan tingkat adopsi teknologi sapta usaha pada ternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand, ini berarti semakin
e-Journal
Udayana
banyak kepemilikan ternak maka tingkat adopsi teknologi sapta usaha semakin rendah. Faktor lainnya seperti umur, sikap, pengetahuan, intensitas penyuluhan, pendapatan, tingkat pendidikan, luas lahan memiliki hubungan tidak nyata dengan tingkat adopsi tingkat sapta usaha pada peternakan babi kemitraan PT. Charoen Phokphand.
-
3. Pada peternak babi kemitraan PT. Charoen Phokphand peran penyuluh mampu memberikan informasi kepada peternak sehingga tingkat adopsi sapta usaha oleh peternak semakin baik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana beserta staf dan jajarannya atas segala dukungan dan bantuannya. Kepada Ir. Ni Nyoman Candraasih Kusumawati, MS selaku Pembimbing Akademik atas segala dukungan dan nasehatnya selama masa kuliah. Serta kepada Ir. Gede Suarta, M.Si sebagai pembimbing pertama dan Dr. Ir. Ni Wayan Tatik Inggriati, MP sebagai pembimbing kedua yang telah menyediakan waktu, memberikan motivasi, saran dan nasehat dengan penuh kesabaran serta memberikan bimbingan sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan penelitian, hingga penyelesaian penulisan skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Psikologi Sosial. Renika Cipta, Jakarta.
Baba, S, Isbandi, T. Mardikanto dan Waridin, 2011, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Peternak Sapi Perah dalam Penyuluhan di Kabupaten Enrekang. Jurnal ITP Vol. 1 No.3
Dajan, 2000, Pengantar Metode Statistik, Jilid I, II, LP3ES, Jakarta
Darmawan, A.A.N. 1992. Beternak Babi. Dinas Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Bali,
Denpasar
e-Journal
Udayana
Febrina, D. 2009, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Beternak Sapi di Desa Kotobenai, Kecamatan Benai, Kabupaten Suantan Sengigi. Jurnal Peternakan.
Ginting N. (2001). Teknik Beternak Babi. Balai Pengkajian Teknologi Pertania, Sumatera Utara.
Hafsah, J.M., 2000, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Kartasapoetra, Marsatyo. 2005. Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produksi Kerja. Rinerka Cipta : Jakarta.
Lunadi, A.G. 1987. Pendidikan Orang Dewasa, Sebuah Uraian Praktis Untuk Pembimbing, Penatar, Pelatih, dan Penyuluh Lapangan. Gramedia. Cetakan kelima. Jakarta
Mar’at, I.W. 1981. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia
Mardikanto, T. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press,Surakarta
Mastika, I M.1991. Potensi Limbah Pertanian dan Industri Pertanian Serta Pemanfatannya Untuk Makan Temak. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Ilmu Makanan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.
Muhammad. J. H. 2000. Kemitraan Usaha: KonsepsidanStrategi. PenerbitSinarHarapan, Jakarta
Mukungei P.K., C. Grace, A. Eudia, C. Kamunyan and M. 2013. Pacifica, Socio-Economic Factors Affecting Farmers’ Decisions toAdopt Agro-silviculture in Turbo Division,Uasin Gishu County, Kenya. Journal of Emerging Trends in Economics and Management Science (JETEMS) 4(1): 8-14.
Rogers, E.M, dan F.F, Shoemaker. 1971. Communication Onf Innovations. The Press, New York
Saptono, 1985. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berubahnya Usahatani. Skripsi Fakultas Pertanian Unversitas Udayana.
Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metodelogi Penelitian Survai. LP3S, Jakarta.
Sudrajat, 1985. Statistik Non Parametrik. Suatu Penafsiran dan Karya Sidney Siegel. Non Parametric Behavior Science. CV. Armino, Bandung.
e-Journal
Udayana
Supriyatno, 1978. Adopsi Teknologi Baru di Kalangan Petani Tanaman Hias Di Kelurahan Sukabumi Hilir. Jakarta Barat. Agroekonomika, Bogor
Swasta, B.D.H. 1987. Asas-asas Marketing. Liberti : Yogyakarta
Suryawan et al. Peternakan Tropika Vol. 4 No. 3 Th. 2016: 603 - 623
Page 623
Discussion and feedback