e-journal FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com

email: jurnaltropika@unud.ac.id

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI PETERNAKAN OLEH PETERNAK SAPI BALI PERBIBITAN Di DESA PEDUNGAN, KECAMATAN DENPASAR SELATAN

WIDIYASTUTI. N, N. K NURAINI DAN N. W. T. INGGRIATI Program Study Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Jln. P.B Sudirman, Denpasar, Bali

Email: noevy.online@yahoo.com, HP:08990159038

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan sumber informasi yang dimanfaatkan oleh responden anggota kelompok dan responden bukan anggota kelompok telah dilaksanakan di Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling, dan penentuan responden dengan menggunakan metode sensus. Responden penelitian ini berjumlah 40 orang, terdiri atas 20 responden anggota Kelompok Tani Ternak Kerdung Indah dan 20 responden peternak bukan anggota kelompok. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survai menggunakan instrument peneilitian berupa kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk mengetahui perbedaan banyaknya sumber informasi yang digunakan oleh responden dianalisis dengan Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon, sedangkan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor penelitian menggunakan metode “Koefisien Korelasi Jenjang Spearman”(Siegel, 1977). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara jumlah sumber informasi yang digunakan oleh peternak anggota kelompok dengan peternak yang bukan anggota kelompok. Faktor sikap anggota kelompok memiliki hubungan nyata (P<0,05) dengan banyaknya sumber informasi yang dimanfaatkan oleh responden. Faktor-faktor lain seperti umur, pendidikan formal, jumlah kepemilikan ternak sapi, persepsi dan sikap masing - masing menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10). Untuk responden bukan anggota kelompok,faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan pemakaian sumber informasi ternyata masing - masing memiliki hubungan yang tidak nyata (P>0,10).

Kata kunci : Sumber informasi, peternakan, sapi bali perbibitan

UTILIZATION OF LIVESTOK INFORMATION SOURCES BY BALI CATTLE BREEDING BREEDERS AT PEDUNGAN VILLAGE, SOUTH DENPASAR REGENCY

ABSTRACT

A research study aimed to find out the difference of information source that used by the respondent as member and non member of the farmer group has been implemented in the Pedungan Village South Denpasar Regency. Selection of the study site was determined using

purposive sampling method, and the sample of respondents was determined by using quota sampling method. The number of sample was 40 persons who were, 20 persons members of Kerdung Indah farmer group and 20 other respondents were farmer who not members of group. The research data was collected by survey method. The data was collected by a survey method using instrument research such as questionnaires. The data was analyzed using descriptive and to test the differences in number of information source that used by farmer group member and non-member by applying Wilcoxon rank sum test, For factors that assumed have correlation with usage of information sources were analyzed by using Spearman's rank correlation coefficient with the formula level according to Siegel (1997). The member of farmer group was significantly (P<0.05) used more sources of information rather than non member of group farmer. From the result of this study also found that the attitude factor of group members has significant (P<0.05) correlation with the number of information sources used by the respondents. Other factors such as age, formal education, number of cattle ownership, perceptions and attitudes respectively showed there is non significant correlation with the livestock information sources utilized (P>0.10). For respondents who are not members of the group, the factors that assumed have correlation with the usage of information source turn out each have no correlation (P> 0.10).

Keywords: Information sources, livestock, bali cattle breeding

PENDAHULUAN

Peternakan merupakan bagian dari pertanian yang memiliki peluang besar menjadi penopang perekonomian di Indonesia. Beberapa komoditi peternakan sudah diperhitungkan keberadaannya dalam menguasai perekonomian rakyat, salah satu dari komoditi peternakan itu adalah sapi bali. Sapi bali merupakan sapi lokal asli Indonesia yang sudah beratus-ratus tahun lamanya begitu dekat dengan petani di bali. Keberadaan sapi bali sangat diperlukan dalam mendukung program pemerintah untuk swasembada daging sapi pada tahun 2014. Akan tetapi dengan semakin meningkatnya populasi ternak sapi, masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi produksi daging sapi dalam negeri secara nasional. Sebagaimana diketahui pola peternakan rakyat yang bersifat tradisional masih dihadapkan pada berbagai kendala, seperti kualitas produksi yang masih rendah, dimana saat ini sapi bali sebagian besar masih diternakkan oleh petani ternak secara tradisional, sehingga belum memberikan hasil yang optimal (Suhubdi dan Dilaga, 1989). Kendala tersebut akan sangat berpengaruh pada konsumen yang selektif dalam memilih makanan. Oleh karena itu perlu dilaksanakan perbaikan dalam sistem pemeliharaan ternak sapi bali dengan baik dan benar. Dalam hal ini dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki potensi dan mampu mengubah pola perilaku dari subsistem menjadi dinamis.

Kemampuan komunikasi peternak diharapkan sudah menjadi lebih baik, termasuk dengan adanya dialog antar sesama peternak atau antara peternak dengan ketua kelompok, dan dengan para penyuluh atau dengan pihak-pihak terkait. Berkembangnya komunikasi antar petani dalam mengadopsi teknologi dan informasi mengenai usaha ternak sapi bali, maka perlu pembenahan pola komunikasi dalam penyuluhan agar partisipasi petani dapat semakin ditingkatkan. Dengan kemampuan petani ternak menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam mencari, mendapatkan atau menerima, mengolah dan memanfaatkan peluang, menyerap serta menerapkan informasi peternakan yang tepat dan relevan, diharapkan akan berpengaruh positif terhadap tingkat produktivitas.

Penyuluhan peternakan merupakan pendidikan nonformal yang diharapkan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan peternakan. Masyarakat harus dilibatkan sebagai subyek pembangunan, sehingga perlu menjalani proses pembelajaran untuk mengetahui adanya kesempatan memperbaiki kehidupan. Dalam hal ini, penyuluh berfungsi sebagai fasilitator bagi masyarakat yang perlu mengalami proses belajar memperbaiki dirinya sendiri (Selamet, 1992). Untuk mengembangkan usaha peternakan dengan hasil yang maksimal, maka diperlukan tenaga kerja yang mampu memanfaatkan sarana produksi yang tersedia dan menerima inovasi yang bersifat membangun. Inovasi yang bisa diterima oleh petani ternak tidak terlepas dari sumber atau saluran informasi yang mereka manfaatkan atau gunakan. Sumber informasi tersebut misalnya dari petugas pemerintah, televisi dan radio (Susanto, 1982). Selanjutmya Susanto (1982) menyatakan informasi yang diberikan harus disesuaikan dengan latar belakang pendidikan, sosial budaya dan pengalaman sasaran.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan sumber informasi antara lain faktor umur dan pendidikan. Faktor umur dalam usia kerja sangat mempengaruhi proses penerimaan teknologi baru. Berdasarkan pengalamannya, petani lebih tua akan bersikap lebih hati-hati terhadap adanya teknologi baru dibandingkan dengan petani muda. Sedangkan pendidikan seseorang merupakan faktor penting dalam mempercepat proses perkembangan inovasi. Tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap penggunaan media massa sebagai sumber informasi, Sebab penyajian suatu informasi dari media massa, seperti radio biasanya tidak lengkap karena tidak dapat dilihat secara langsung oleh sasaran. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan relatif rendah sulit untuk menangkap dan memahami

pesan-pesan yang hanya diterima dari penyuluh (Mardikanto, 1991). Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peternak anggota kelompok Kerdung Indah dan peternak bukan anggota kelompok memanfaatkan sumber informasi dalam memelihara ternak sapi bali dan bagaimana hubungan antara sumber informasi yang dimanfaatkan oleh peternak dengan usaha ternak sapi bali yang saat ini ditekuni oleh peternak responden.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Kerdung Indah, Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, yang berlangsung dari bulan Febuari sampai Maret 2014. Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan dan mengadakan wawancara dengan responden yaitu peternak sapi dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan yang ada pada kelompok ternak maupun Dinas Peternakan.

Pengukuran variabel persepsi menggunakan skala jenjang lima. Sedangkan untuk mengukur variabel sikap digunakan skala Likert. Pemberian skor skala ini berdasarkan lima kategori jawaban dari setiap pertanyaan yang disusun. Skor tertinggi yaitu lima, diberikan untuk jawaban yang paling diharapkan dan skor terendah yaitu satu, diberikan untuk jawaban yang paling tidak diharapkan. Untuk variabel sikap respon sangat setuju diberi skor lima, selanjutnya berurut diberi skor terendah satu apabila respon sangat tidak setuju terhadap suatu obyek sikap yang bersifat positif.

Penentuan kategori persepsi dan sikap berdasarkan persentase skor yang dicapai oleh responden dengan menggunakan rumus interval kelas dari Dajan (1986), yaitu membagi selisih skor tertinggi dan terendah dengan banyaknya kategori dengan rumus sebagai berikut:

t = —X 100%

SMI

keterangan : i = interval kelas

X = perolehan skor

SMI = skor maksimum ideal

Berdasarkan atas pencapaian persentase skor sesuai dengan rumus interval kelas maka diketahui kategori untuk setiap variabel, seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kategori Variabel Berdasarkan Persentase Skor yang Diperoleh

No

Persentase pencapaian                            Variabel

skor (%)            Persepsi                           Sikap

1

2

3

4

5

20-36                 Sangat buruk                   Sangat negatif

  • > 36-52               Buruk                        Negatif

  • > 52-68               Sedang                        Ragu-ragu

  • > 68-84                Baik                           Positif

>84-100               Sangat baik                     Sangat positif

Data mengenai sumber informasi yang dimanfaatkan oleh petani ternak baik anggota kelompok maupun yang bukan anggota kelompok dalam melaksanakan pemeliharaan ternak sapi bali dianalisis secara deskriptif, yaitu suatu metode yang dipakai untuk memperoleh gambaran (deskriptif) yang berguna untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk mengetahui tingkat signifikansi perbedaan antara 2 variabel yang diuji menggunakan rumus uji jumlah jenjang Wilcoxon dari Djarwanto (1985). Dimana kriteria pengambilan keputusan adalah jika R hitung < dari R tabel pada P 0,05/0,01 untuk n1 = n2 = 20 maka terdapat perbedaan yang nyata antara kedua variabel yang diuji.

Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan sumber informasi yang digunakan oleh petani anggota kelompok dan bukan anggota kelompok dalam memelihara ternak sapi masing-masing dianalisis dengan menggunakan uji koefisien korelasi jenjang Spearman dengan rumus menurut (Siegel, 1997)

Untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan nilai t hitung dibandingkan dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel (P0,05/0,10) db N-2 maka terdapat hubungan yang nyata antara kedua variabel yang diamati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan rataan umur responden anggota kelompok adalah 54,3 tahun dengan rentangan umur antara 34-77 tahun. Sebanyak 19 orang (47,5%) responden anggota kelompok dan bukan anggota kelompok berumur antara 41-64 tahun. Sebagian besar responden baik untuk anggota kelompok (75%) dan bukan anggota kelompok (80%) merupakan petani ternak yang berada dalam usia kerja produktif (umur 34-64 tahun). (Tabel 2.). Berdasarkan hasil analisis uji jumlah jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) mengenai umur anggota kelompok dan bukan anggota kelompok. Faktor umur

menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan pemakaian sumber informasi. Hal ini menunjukkan bahwa umur responden tidak berpengaruh terhadap sumber informasi yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh pengalaman responden, yang sebagian besar memelihara ternak sapi merupakan tradisi yang turun temurun dilakukan oleh keluarga dan orang-orang disekitarnya. Lingkungan memiliki pengaruh terhadap persepsi tentang sumber informasi baru, peternak lebih percaya kepada pengalaman dan kurang berani mengambil risiko. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mardikanto (1991) yang menyatakan faktor kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi salah satunya adalah keberanian mengambil risiko.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No

Umur

Anggota kelompok

Bukan anggota kelompok

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1

34-40

6

30

6

30

12

30

2

41-64

9

45

10

50

19

47,5

3

65-77

5

25

4

20

9

22,5

Jumlah

20

100

20

100

40

100

Berdasarkan hasil analisis Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) antara lama pendidikan anggota kelompok dengan bukan anggota kelompok ternak. Pendidikan formal yang pernah ditempuh responden cukup beragam yaitu dari tidak pernah mengenyam pendidikan formal sampai jenjang perguruan tinggi. Sebagian besar responden (52,5%) berpendidikan tamat SD. Responden anggota kelompok sebanyak 11 orang (55%) dan responden bukan anggota kelompok sebanyak 10 orang (50%) berpendidikan tamat SD. Hanya 1 orang (5%) dari anggota kelompok yang mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. (Tabel 3). Faktor pendidikan responden dalam penelitian menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan sumber informasi yang digunakan petani ternak anggota kelompok maupun bukan anggota kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal tidak mempengaruhi petani ternak dalam menggunakan sumber informasi. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan serta kebiasaan-kebiasaan yang telah mereka lakukan secara turun temurun dalam memelihara ternak sapi, di samping itu petani ternak responden memelihara ternak sapi hanya sebagai pekerjaan sampingan.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden anggota kelompok (90%) maupun yang bukan anggota kelompok (60%) memiliki pekerjaan pokok sebagai petani.

Untuk responden bukan anggota kelompok memiliki pekerjaan pokok sebagai buruh (15%) dan karyawan swasta (25%) (Tabel 5).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

No

Pendidikan

Anggota kelompok

Bukan Anggota kelompok

Jumlah (orang)

%

jumlah

%

Jumlah

%

1

Tidak sekolah

1

5

2

10

3

7,5

2

SD

11

55

10

50

21

52,5

3

SLTP

1

5

4

20

5

12,5

4

SLTA

6

30

4

20

10

25

5

Perguruan tinggi

1

5

-

-

1

2,5

jumlah

20

100

20

100

40

100

Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan non formal atau kursus yang diikuti responden dibagi menjadi dua jenis yaitu: kursus pertanian dan peternakan. Sebanyak 14 orang (70%) dari anggota kelompok pernah mengikuti kursus pertanian, sedangkan kursus peternakan pernah diikuti oleh seluruh (100%) responden anggota kelompok, jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan peternak bukan anggota kelompok, dimana hanya 20% peternak yang mengikuti kursus pertanian dan tidak ada yang mengikuti kursus peternakan. (Tabel 4). Tabel 4.Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Non Formal

No

Kursus

(

Anggota kelompok

Bukan anggota kelompok

rang

%

Orang

%

1

Pertanian

14

70

4

20

2

Peternakan

20

100

-

-

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok.

No

Pekerjaan Pokok

Angkota Kelompok

Bukan Anggota Kelompok

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

(Orang)

(Orang)

(Orang )      %

1

Petani

18

90

12        60

30

75

2

Peternak

-

-

--

-

-

3

Buruh

-

-

3           15

3

7,5

4

Karyawan swasta

1

5

5         25

6

15

5

Sopir

1

5

--

1

2,5

Jumlah

20

100

20        100

40

100

Pekerjaan sampingan responden anggota kelompok dan bukan anggota kelompok adalah sebagai peternak dan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang dan nelayan hanya 7,5% dan 2,5% (Tabel 6).

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan

No

Pekerjaan sampingan

Anggota kelompok

Bukan kelompok

anggota

Jumlah (Orang)

%

Orang

%

Orang

%

1

Peternak

20

100

20

100

40

100

2

Pedagang

2

10

1

5

3

7,5

3

Nelayan

1

5

-

-

1

2,5

Sebagian besar responden anggota kelompok ( 95% ) dan responden bukan anggota kelompok (100%) memiliki televisi sebagai media informasi. Untuk kepemilikan media informasi radio responden anggota kelompok sebanyak 55% dan responden bukan anggota kelompok sebanyak 90%, sedangkan hanya sebagian kecil yang memiliki media surat kabar (20%) dan buku (2,5%) sebagai media informasi. (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Media Informasi

Jenis media

Anggota kelompok

Bukan anggota kelompok

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

Televisi

19

95

20

100

39

97,5

Radio

11

55

18

90

29

72,5

Surat kabar

5

25

3

15

8

20

Buku

1

5

-

-

1

2,5

Berdasarkan hasil analisis uji jumlah jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) mengenai jumlah kepemilikan ternak sapi antara anggota kelompok dengan bukan anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukkan rataan pemilikan ternak sapi anggota kelompok adalah sebesar 2,9 ekor dan untuk petani ternak bukan anggota kelompok sebesar 2,7 ekor. Sebagian besar petani ternak anggota kelompok (85%) dan bukan anggota kelompok (80%) memiliki ternak sapi pada kisaran 1-3 ekor. (Tabel 8). Faktor jumlah kepemilikan ternak menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan pemakaian sumber informasi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ternak tidak mempengaruhi peternak dalam menggunakan sumber informasi. Hal ini terjadi karena ternak sapi yang dimiliki relatif tidak

banyak dan peternak merasa tetap dapat memelihara ternak sapi dengan baik berdasarkan pengalaman yang dimiliknya, serta beternak sapi hanya sebagai pekerjaan sampingan saja.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Ternak Sapi

No

Jumlah kepemilikan ternak (ekor)

Anggota kelompok

Bukan kelompok

Orang

anggota

%

Jumlah (Orang )

%

Orang

%

1

1 sampai 3

18

90

16

80

34

85

2

4 sampai 6

2

10

4

20

6

15

3

7 sampai 9

-

-

-

-

-

-

4

10 sampai 12

-

-

-

-

-

-

5

13 sampai 15

-

-

-

-

-

-

Jumlah

20

100

20

100

40

100

Tingkat persepsi responden mengenai sumber informasi yang digunakan

Dari penelitian ini diperoleh rataan pencapaian persentase skor persepsi anggota kelompok yaitu sebesar 60,35% (kategori sedang). Sebanyak 40% dari anggota kelompok ternak termasuk dalam kategori baik (30%) dan sangat baik (10%) dan hanya 15% dalam kategori buruk.

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Mengenai Pemakaian Sumber Informasi

No

Persepsi

Anggota kelompok

Bukan anggota kelompok

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1

Sangat baik

2

10

-

-

2

5

2

Baik

6

30

-

-

6

15

3

Sedang

9

45

8

40

17

42,5

4

Buruk

3

15

12

60

15

37,5

5

Sangat buruk

-

-

-

-

-

-

Jumlah

20

100

20

100

40

100

Berdasarkan hasil analisis uji jumlah jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan nyata (P<0,05) antara persepsi anggota kelompok dengan bukan anggota kelompok mengenai pemakaian sumber informasi. Rataan pencapaian skor persepsi responden bukan anggota kelompok yaitu 51,23% (kategori buruk). Sebanyak 40% memiliki persepsi dalam kategori sedang dan sebanyak 60% dalam kategori buruk (Tabel 9). Faktor persepsi menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan pemakaian sumber informasi. Hal ini

menunjukkan tingkat persepsi (kategori sedang) tidak mempengaruhi pemakaian sumber informasi yang digunakan oleh peternak. Ini terjadi karena peternak merasa bahwa walaupun tanpa menggunakan sumber informasi dari luar mereka tetap bisa memelihara ternak sapi dengan baik berdasarkan pengalaman dan tradisi yang dilakukan secara turun temurun dari keluarga dan lingkungan.

Sikap responden terhadap sumber informasi yang diterima

Untuk responden anggota kelompok rataan pencapaian persentase skor sikap yaitu 79% dari skor maksimal ideal sebesar 75. Persentase menunjukkan bahwa sikap anggota kelompok tani ternak tergolong positif. Sebanyak 17 orang (85%) anggota kelompok menunjukkan sikap yang positif dan sebanyak 3 orang (15%) memiliki sikap sangat positif (Tabel 10). Berdasarkan hasil analisis uji jumlah jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) mengenai sikap anggota kelompok dengan bukan anggota kelompok terhadap pemakaian sumber informasi. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 11

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Pemakaian Sumber Informasi

No

Kategori

Anggota kelompok

Bukan anggota kelompok

Jumlah

%

Jumlah %

Jumlah

%

1

Sangat positif

35

-

-

3

7,5

2

Positif

17       5

20

100

37

92,5

3

Ragu-ragu

--

-

-

-

-

4

Negatif

--

-

-

-

-

5

Sangat negatif

--

-

-

-

-

Jumlah

20      100

20

100

40

100

Tabel 11. Hasil Analisis Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon untuk Mengetahui Perbedaan Variabel Umur, Pendidikan, Jumlah kepemilikan ternak sapi, Persepsi dan Sikap) Antara Kedua Kelompok Responden.

No

Variabel

Anggota kelompok

Bukan anggota kelompok

R

1

Umur (tahun)

54,3

51,3

390tn

2

Pendidikan (tahun)

8,15

7,2

390tn

3

Jumlah kepemilikan ternak(ekor)

2,9

2,7

395,5tn

4

Persepsi (skor)

27,75

21,05

330,5n

5

Sikap (skor)

61

59,5

352,5tn

Keterangan : R tabel P 0,05 N1=N2 =20 (337)

Untuk responden bukan anggota kelompok memiliki rataan persentase skor sikap 78,28% (kategori positif). Sebanyak 20 orang (100%) memiliki sikap positif terhadap pemakaian sumber informasi yang digunakan. (Tabel 10). Faktor sikap menunjukkan hubungan nyata (P<0,05) dengan pemakaian sumber informasi yang digunakan oleh petani ternak anggota kelompok, sedangkan untuk responden bukan anggota kelompok menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10). Hal ini terjadi karena petani ternak anggota kelompok lebih banyak menggunakan sumber informasi dan lebih banyak berinteraksi dengan individu lain. Semakin positif sikap mereka terhadap informasi yang diterima maka semakin banyak sumber informasi yang dicari.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Swasta (1987) yang menyatakan bahwa sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku dalam menerima inovasi.

Sumber Informasi yang Digunakan oleh Peternak

Dalam memelihara ternak sapi bali ada beberapa sumber informasi yang digunakan oleh peternak anggota kelompok Kerdung Indah. Sumber informasi tersebut adalah PPL, diri sendiri (pengalaman), petani ternak sesama anggota kelompok, brosur dan TV Sumber informasi dari PPL (31,25%) sedangkan sumber informasi paling sedikit adalah dari brosur dan televisi masing-masing 0,20%.

Sebagian besar peternak bukan anggota kelompok 72,37% menggunakan sumber informasi dari diri sendiri (pengalaman). Demikian juga halnya dengan responden yang merupakan anggota kelompok, sebagian besar (52,8%) masih mengandalkan pengalaman secara turun temurun yang mereka warisi mengenai cara memelihara ternak sapi (Tabel 12).

Perbedaan banyaknya sumber informasi yang dipergunakan oleh petani ternak anggota kelompok dengan bukan anggota kelompok dalam memelihara ternak sapi Bali setelah dianalisis menggunakan uji jumlah jenjang Wilcoxon didapatkan hasil yaitu R hitung (254,5) < R tabel (337) ini berarti terdapat perbedaan nyata antara sumber informasi yang digunakan oleh peternak anggota kelompok dengan peternak bukan anggota kelompok. Peternak anggota kelompok lebih beragam menggunakan sumber informasi seperti PPL, diri sendiri, peternak sesama anggota kelompok, peternak bukan anggota kelompok, brosur dan media masa seperti televisi, sedangkan peternak bukan anggota kelompok lebih dominan menggunakan sumber informasi dari diri sendiri atau berdasarkan pengalaman. Hal ini disebabkan oleh adanya

perbedaan kewajiban antara peternak anggota kelompok dan bukan anggota kelompok, dimana peternak anggota kelompok memiliki kewajiban untuk mengembalikan sapi kepada Dinas Peternakan sebagai syarat mendapatkan sapi kadasan. Karena adanya rasa tanggung jawab petani terhadap pemerintah, maka peternak angggota kelompok berusaha memelihara ternak sapi sebaik mungkin dengan cara mendengarkan pengarahan atau penyuluhan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) tentang cara memelihara ternak sapi yang baik dan benar. Peternak bukan anggota kelompok lebih banyak menggunakan sumber informasi dari diri sendiri (pengalaman), dimana petani ternak lebih cenderung berpatokan terhadap pengalaman mereka secara turun temurun dalam memelihara ternak sapi.

Tabel 12. Sumber Informasi yang Dimanfaatkan dalam Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

No

Sumber Informasi

Anggota Kelompok (%)

Bukan Anggota kelompok (%)

1

Interpersonal

- PPL

31,25%

0,16%

- Diri sendiri

52,89%

72,37%

- Petani ternak bukan anggota kelompok

6,61%

27,15%

2

Kelompok

- Petani ternak anggota kelompok

8,85%

0,32%

3

Media massa

- Brosur

0,20%

-

- Televisi

0,20%

-

Jumlah

100%

100%

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sumber informasi yang dimanfaatkan oleh peternak anggota kelompok maupun bukan anggota kelompok

Dari hasil penelitian ini ternyata faktor sikap petani ternak anggota kelompok memiliki hubungan nyata (P<0,05) dengan pemakaian sumber informasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif sikap responden terhadap sumber informasi yang diperoleh, maka akan semakin banyak sumber informasi yang dimanfaatkan. Faktor-faktor lain seperti persepsi, umur, pendidikan formal dan jumlah kepemilikan ternak menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10). Untuk responden bukan anggota kelompok semua faktor yang diduga memiliki hubungan dengan pemakaian sumber informasi ternyata menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10). (Tabel 13)

Tabel 13. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sumber Informasi yang Dimanfaatkan oleh Peternak Anggota Kelompok Maupun Bukan Anggota Kelompok.

Keterangan : rs tn n


No

Faktor-faktor              Anggota kelompok Bukan anggota kelompok

rs t hitung        rs          t hitung

1

2

3

4

5

Umur                       0,0421     0,178tn      0,2455       1,074tn

Pendidikan                  0,1785     0,769tn      0,1179       0,503tn

Kepemilikan ternak sapi     0,1938     0,837tn      0,297       1,319tn

Persepsi                     0,1853     0,798tn       0,064        0,272tn

Sikap                       0,5067     2,493n      0,2104       0,912tn

= Koefisien korelasi

= tidak nyata

t(P0,05) db 18 = 1,734

t(P0,10) db 18 = 1,330


= nyata

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • 1.    Terdapat perbedaan jumlah sumber informasi yang dimanfaatkan oleh peternak anggota kelompok dengan peternak bukan anggota kelompok. Peternak anggota kelompok menggunakan sumber informasi yang lebih beragam dibandingkan dengan peternak bukan anggota kelompok.

  • 2.    Faktor yang berhubungan dengan pemakaian sumber informasi adalah sikap untuk anggota kelompok, sedangkan faktor umur, pendidikan, jumlah kepemilikan ternak sapi, persepsi dan sikap masing-masing menunjukkan hubungan yang tidak nyata dengan pemakaian sumber informasi. Untuk responden bukan anggota kelompok semua faktor masing-masing menunjukkan hubungan yang tidak nyata dengan pemakaian sumber informasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Wayan Tama selaku ketua Kelompok Tani Ternak Kerdung Indah dan seluruh peternak responden atas bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES. Jakarta

Djarwanto, P.S. 1985.Statistik Non Parametrik.Badan Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Mardikanto.1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University

Press. Surakarta

Selamet, M. 1992. “Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era

Tinggal Landas”. Dalam: Penyuluhan Pembangunan Indonesia Menyongsong Abad

XXI. Diedit oleh: Aida V, Prabowo T, Wahyudi R. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta

Siegel, S., 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Judul Asli : Non

Parametric Statistics for the Behavioral Sciences.Diterjemahkan oleh Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Soeharjo dan Patong, 1973. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. CV. Jasa Guna

Jakarta

Suhubdi,Y dan Dilaga.1989. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahannya. Bumi

Aksara. Jakarta

Susanto, P. A. S. 1982. Komunikasi Massa.Binacipta.Bandung

Swasta, B. D. H. 1987. Asas - Asas Marketing. Liberti. Yogyakarta

Widiyastuti et al. Peternakan Tropika Vol. 2 No. 3 Th. 2014: 447 – 460

Page 460