STILISTIKA

Journal of Indonesian Language and Literature

ISSN: 2528-4940

Vol. 02, No.01: Oktober 2022,pp-1-9

PERUBAHAN BUNYI BAHASA PADA TUTURAN ANAK BALITA

DI PAUD BERIUK TINJAL LOMBOK TIMUR: KAJIAN FONOLOGI

Afianci Gobai1*, I Nyoman Suparwa2, Anak Agung Putu Putra3 Universitas Udayana,

*Surel: afiancygobay@gmail.com

doi: https://doi.org/10.24843/STIL.2022.v02.i01.p01

Artikel diserahkan: 30 April 2022; diterima: 30 Mei 2022

CHANGES IN LANGUAGE SOUNDS IN TODDLER CHILDREN'S SPEECH IN BERIUK TINJAL EARLY CHILDHOOD EDUCATION AT EAST LOMBOK: PHONOLOGICAL STUDIES

Abstract. This research aims to knowing what language sounds are used and the process of sound change in the toddler speech. This research uses a qualitative approach. The data sources this research is five children aged two to three years. The method used in the data collection stage is the listening method with fishing technique, note-taking technique, engagement listening technique and recording technique. The method used to analyze the data is match method and agih method. The presentation of the result of data analysis is carried out by formal methods and informal methods. In this research it was found the acquisition of vowels and consonants in children aged 2-3 years has a different amount of sounds. At the age of two years and one month, get 16 vowels and consonants sounds, videlicet [c], [d], [h], [n], [m], [p], [t], [w], [y], [ a], [i], [u], [ə], [ε], [o], [ŋ]; At the age of two years and three months, get 20 vowels and consonants sounds, videlicet [b], [c], [d], [g], [h], [k], [l], [m], [n], [ p], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o], [ŋ]; and at the age of two years and five months, get 22 vowels and consonants sounds, videlicet [b], [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [s], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o], [ŋ]; At the age of two years and eight months, there is 23 vowels and consonants soundas, videlicet [b], [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [s], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o], [ŋ], [ň]; whereas at the age of three years, get 23 vowels and consonant sounds, namely [b], [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [s], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o], [ŋ], and [ň]. The acquisition sounds which is still not mastered 2-3 years old children are [r] and [z].

Keywords: language acquisition, toddlers, phonology

PENDAHULUAN

Pemerolehan bahasa pada anak balita merupakan proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pada anak terjadi bila anak-anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa, anak-anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Usia balita merupakan usia yang rawan terhadap bahasa di lingkungan sekitar,

mudah terpengaruh dengan perubahan bahasa. Usia balita anak mulai aktif dengan berbagai aktivitas yang dilakukan sehari hari.

Menurut Muslich (2008:1), fonologi merupakan kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujar yang diselidiki oleh cabang linguistik. Oleh fonologi, bunyi-bunyi ujar ini dapat dipelajari dengan dua sudut pandang. Pertama, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata, tidak ubahnya seperti benda atau zat. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim disebut fonetik. Kedua, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujar merupakan unsur-unsur bahasa terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata dan yang sekaligus untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai bagian dari sistem bahasa lazim disebut fonemik.

Penelitian tentang fonologi merupakan suatu penelitian yang mendasar untuk mengetahui struktur suatu bahasa karena membicarakan aspek fonetik dan aspek fonemik bahasa, maksudnya adalah bila kita membicarakan tentang fonologi, ada dua bagian besar yang dibahas, yakni fonetik dan fonemik, yakni, kedua bagian ini tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lainnya. Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsionalnya sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik mempunyai beberapa bagian, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akuistik, dan fonetik audiotoris. Dalam penelitian ini difokuskan penelitiannya pada fonetik artikulatoris karena fonetik ini mengkaji tentang bagaimana proses bunyi-bunyi bahasa dikeluarkan dari alat ucap manusia dan juga fonetik artikulatoris untuk sebagian besar kajiannya adalah bidang linguistik. Akan tetapi, tidak mengabaikan faktor pemerolehan bahasa yang disebabkan oleh fonetik akustik dan fonetik audiotoris karena ketiga bagian dari fonologi tersebut secara segnifikan saling berhubungan, sedangkan fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa hanya dari segi fungsionalnya.

Proses perubahan bunyi bahasa pada anak-anak menjadi suatu tantangan tersendiri bagi peneliti karena tidak banyak orang yang memperhatikan atau mengkaji bagaimana proses perubahan bunyi bahasa, bunyi-bunyi apa saja yang berubah ketika anak itu berbicara atau bertutur dengan mitra tuturnya. Atas dasar ini, penulis tertarik mengulas secara ilmiah perihal perubahan bunyi bahasa pada anak balita di PAUD Beriuk Tinjal, Desa Pematung, Kecamatan Sakra Barat, Lombok Timur NTB.

Siti Rabiatun Nur Annisa (2016) dengan penelitian yang berjudul “Penguasaan Leksikal pada Anak di TK dan PAUD Tunas Kori Dharma: Kajian Psikolinguistik” menggunakan teori psikolinguistik, teori hipotesis fitur semantik, dan perkembangan anak. Metode dan Teknik penelitian yang digunakan adalah metode dan teknik pengumpulan data berupa metode simak dengan teknik libat cakap. Metode dan Teknik penyajian hasil analisis data menggunakan metode deskripsi kuantitatif dan menyajikan metode informal.

2

Penelitian yang telah dilakukan oleh Annisa tidak sama dengan peneitian ini karena tataran penelitian yang dipilih berbeda. Penelitian tersebut menganalisis makna leksikal bahasa kedua yang diperolah anak secara luas dan umum. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini, adalah dalam penelitian ini dianalisis perubahan bunyi bahasa pada anak balita dengan kajian fonologi.

Andy Firdha Maharany (2016) menyusun skripsi berjudul “Gejala Fonologis Bahasa Indonesia pada Anak Usia 3-4 Tahun di PAUD Permata Hati Kota Kendari”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara mendalam gejala fonologis dan faktor-faktor penyebab gejala fonologis bahasa Indonesia pada anak usia 34 tahun di PAUD Permata Hati Kota Kendari. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang menggambarkan peristiwa atau fenomena dengan data-data yang berbentuk informasi atau kata-kata sesuai kenyataan yang terjadi di lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kosakata yang merupakan tuturan anak usia dini yang berada di PAUD Permata Hati Baruga Kota Kendari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia 3-4 tahun berbeda antara satu dengan yang lain. Penyebab terjadinya gejala fonologis di PAUD Permata Hati dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya faktor usia, kondisi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan bermain. Kemampuan berbicara dan memahami sebuah bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan luar. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kosakata anak juga tergantung pada masukan-masukan yang diterima anak dari luar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak. Perbedaan usia memengaruhi kecepatan dan keberhasilan dalam belajar bahasa. Pada penelitian ini ditemukan bahwa anak yang berusia 4 tahun sudah mampu mengucapkan kosakata yang lebih banyak daripada anak yang berusia 3 tahun.

Desy Indah Wulandari (2018) meneliti “Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 35 Tahun di PAUD Lestari Desa Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemerolehan bahasa Indonesia anak- anak usia dini yang berumur 3-5 tahun di PAUD Lestari Desa Blimbing, Kecamatan Paciran, Lamongan di lingkungan sekolah pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Pusat penelitian ini adalah pemerolehan bahasa Indonesia pada anak-anak usia dini di Desa Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis dan semantik di lingkungan sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan model analisis deskriptif. Penelitian tersebut menganalisis bahasa anak dari tataran fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini, adalah dalam penelitian ini hanya dianalisis dari segi fonologi.

Penelitian yang serupa dengan masalah ini telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dan salah satu peneliti itu adalah Ali Musthofa dengan judul ”Proses Pemerolehan Bahasa Anak”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemerolehan bahasa anak termasuk mengetahui kelemahan anak dalam pemerolehan bahasa. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang berupaya memaparkan data seobjektif mungkin. Hasil penelitiannya adalah memperoleh informasi mengenai proses pemerolehan bahasa anak serta tahap-tahap pemerolehan bahasa, sedangkan dalam penelitian ini diketahui perubahan bunyi bahasa pada tuturan anak.

Metode yang digunakan dalam tahapan pengumpulan data adalah metode simak. Metode simak adalah menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1992). Penelitian ini menggunakan empat teknik untuk mengumpulkan data yaitu, teknik pancing, teknik catat, teknik simak libat cakap, dan teknik rekam.

Pada tahap analisis data digunakan metode padan dan metode agih. Metode padan merupakan metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual penentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan beberapa subjenis, yaitu: metode referensial, yakni alat penentunya adalah kenyataan atau segal sesuatu (yang bersifat luar bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa. Metode fonetis artikulatoris, yakni alat penentunya organ atau alat ucap pembentuk bunyi bahasa. Metode translasional, yakni alat penentunya bahasa atau lingual lain.

Metode agih menggunakan alat penentu dasar bahasa yang diteliti. Dasar penentu di dalam kerja metode agih adalah teknik pemilihan data berdasarkan kategori (kriteria) tertentu dari segi kegramatikalan sesuai dengan ciri-ciri alami yang dimiliki oleh data penelitian (sudaryanto, 1993: 30). Teknik yang digunakan dalam metode agih adalah teknik ganti, dilakukan dengan mengganti unsur satuan lingual data penelitian ini. Teknik lesap, merupakan teknik analisis yang berupa penghilangan atau pelesapan unsur satuan lingual. Teknik ubah ujud, merupakan teknik analisis data dengan cara mengubah atau bentuk satuan kebahasaan yang dianalisis.

Penyajian analisis data dilakukan dengan metode formal dan informal. Metode formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda dan lambang-lambang. Metode formal digunakan dalam menyajikan data statistik, yaitu untuk menjabarkan bunyi-bunyi secara fonetis dalam kosakata yang dilafalkan oleh anak balita. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa. Metode informal digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah dijabarkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis fonologi, peneliti mentranskripsikan data ke dalam bentuk fonetis dan teks. Peneliti akan memaparkan ujaran vokal dan konsonan yang diucapkan 4

oleh subjek penelitian yaitu anak usia dua sampai tiga tahun di Desa Pematung, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur.

  • 1.    [cacit] [apə] [maεh] [eyina] [kepeŋ] sakit. apa. maeh. elina. kepeng.

Berdasarkan pengucapan bunyi pada tatanan fonologis Akbar, usia dua tahun satu bulan sudah dapat membedakan bunyi vokal [ε] dan [ə]. Konsonan frikatif [c] sudah dapat diucapkan tetapi muncul sebagai pengganti [s] dan [k], pada kata [sakit] menjadi [cacit] yang artinya /sakit/. Melalui perkembangan Akbar, bunyi nasal velar [ŋ] sudah muncul tetapi diucapkan pada akhir suku kata. Selain itu, terdapat hal menarik yang terjadi pada konsonan [y] muncul sebagai pengganti konsonan [l], pada kata [elina] menjadi [eyina] yang artinya /elina/. Perkembangan vokal bersifat universal bisa terjadi dalam bahasa apapun dan anak-anak manapun, yang dinyatakan Jacobson (Chaer, 2009, 2009:204-205).

  • 2.    [mbu] [mpaɁ] [ndək] [tatak] [elwin] [bayeŋ] tebu. empak. endek. kakak. erwin. bereng.

Pada data di atas ada bunyi yang ditambahkan Nisa usia dua tahun tiga bulan pada kata [tebu] menjadi [mbu] yang artinya /tebu/. Kata-kata yang diucapkan Nisa juga terjadi penghilangan vakal /e/, pada kata [empak] menjadi [mpak] yang artinya /ikan/ dan pada kata [endek] menjadi [ndek] yang artinya /tidak/. Pengucapan suatu bunyi juga digantikan dengan bunyi lain, pada kata [kakak] menjadi [tatak] yang artinya /kakak/ dan pada kata [bareng] menjadi [bayeng] yang artinya /samaan/. Selain itu juga terjadi pelesapan bunyi konsonan /r/ berubah menjadi /l/ pada kata [erwin] menjadi [elwin] yang artinya /erwin/.

  • 3.    [caŋ] [duluk] [ja] [yeŋ] [mbe] [atəp] [embaŋ] sang. juluk. bangjar. maleng. embe. atap. kembang Pemerolehan bunyi konsonan yang mudah dikuasai Mirza, usia dua tahun lima bulan adalah konsonan [b], [p] dan [m] dimana pembentukan konsonan ini terjadi ketika kedua belah bibir yakni bibir bawah merapat ke bibir atas, pada kata [embe] menjadi [mbe] yang artinya /mana/, pada kata [atap] menjadi [atep] yang artinya /atap rumah/, dan pada kata [kembang] menjadi [embang] yang artinya /bunga/. Bunyi konsonan afrikatif [c] muncul sebagai pengganti [s] yang mengalami penghambatan sehingga bunyi spiral [s] berada di awal kata akan selulu terdengar bunyi afrikatif [c] pada kata [sang] menjadi [cang] yang artinya /mungkin/. Pada Mirza juga terjadi pelesapan bunyi konsonan [j] menjadi [d], pada kata [juluk] menjadi [duluk] yang artinya /nanti dulu/. Selain itu juga, terjadi penghilangan bunyi 5

konsonan alpiko dental [n], bunyi [ŋ], dan velar [g], pada kata [baŋjar] menjadi [ja] yang artinya kelompok. Bunyi konsonan bilabial [m] dan [ə], ketika Mirza mengucapkan bunyi tersebut terjadi penghilangan bunyi, selanjutnya bunyi konsonan semivokal [y] muncul sebagai pengganti konsonan lateral [l], pada kata [maleng] menjadi [yeng] yang artinya /bangun/.

  • 4.    [agi] [uhnan] [ndək usah] [puyuh] [cayaňa] [cepanjaŋ] lagi. usnan. ndak usah. puluh. caranya. Sepanjang

Data diatas adalah tuturan Azizi usia dua bulan delapan tahun, dalam pemelorehan bunyi bahasa sudah mampu menempatkan beberapa konsonan. Namun, dalam pengucapan konsonan lateral [l] terjadi penghilangan bunyi, pada kata [lagi] menjadi [agi] yang artinya /lagi/. Selain itu juga muncul konsonan [h] sebagai pengganti konsonan [s], pada kata [usnan] menjadi [uhnan] yang artinya /usnan/. Konsonan frikatif bersuara ini juga paling sering diucapkan anak-anak, meskipun terkadang ucapan anak tersebut kurang begitu jelas, pada kata [ndak usah] menjadi [ndak usah] yang artinya /tidak usah/. Pada Azizi, usia dua tahun delapan bulan sudah dapat menempatkan konsonan [l] di semua posisi pelapalan, tetapi konsonan lateral [l] juga dapat luluh, ketika konsonan [l] diapit oleh vokal [u], pada kata [puluh] menjadi [puyuh] yang artinya /puluh/. Konsonan frikatif [c] muncul karena artikulator aktif menghambat aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Konsonan [c] muncul sebagai pengganti Konsonan [s], pada kata [sepanjang] menjadi [cepanjang] yang artinya /sepanjang/, tetapi tidak selalu Azizi mengucapkan konsonan [c], pada kata [caranya] menjadi [cayanya] yang artinya /caranya/ memiliki kesatuan arti. Bunyi vokal dan konsonan yang muncul pada anak usia dua tahun delapan bulan yaitu, [a], [i], [u], [o], [ə], [ε]. Bunyi vokal sudah dapat menempati posisi pelapalan, hanya saja ada bunyi vokal tersebut sesekali mengalami penghambatan saat diucapkan. Bunyi vokal [ə] mengalami penghambatan ketika dihimpit oleh konsonan bilabial [b], dan konsonan [t] sehingga diganti dengan vokal [a]. Bunyi-bunyi konsonan yang muncul pada anak usia dua tahun delapan bulan yaitu [b], [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [s], [t], [w], [y], [ŋ], dan [ň].

  • 5.    [wat] [niɁ] [ciaŋ] [tutil] [gulu] [luluŋ] lewat. ninik. siang. sutil. guru. lulung Berdasarkan data di atas, pengucapan Naufal berusia tiga tahun pada keseluruhan suku kata atau kelas bunyi yang tidak terucapkan yaitu pada kata /lewat/ disingkat mejandi [wat] yang artinya /lewat/ dan pada kata [ninik] disingkat menjadi [nik] yang artinya /nenek/. Selain itu, bunyi yang digantikan oleh Naufal 6

dengan bunyi lain, pada kata [siang] menjadi [ciang] yang artinya /siang/. Bunyi konsonan [s] juga mengalami perubahan menjadi konsonan [t], ketika Naufal mengucapkan kata [sutil] menjadi [tutil] yang artinya /alat dapur/, tetapi hal semacam ini jarang terjadi ketika anak-anak sudah mencapai usia tiga tahun. Bunyi konsonan getaran atau trill [r] adalah permasalahan yang masih ditemukan ketika anak sudah mencapai usia tiga tahun, karena artikulator aktif belum dapat melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif sehingga getaran bunyi yang semula akan dihasilkan tidak pernah terjadi, pada kata [guru] menjadi [gulu] yang artinya /guru/, dan pada kata [rurung] menjadi [lulung] yang artinya /jalan/.

SIMPULAN

Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa Pemerolehan bunyi vokal dan konsonan pada anak usia 2-3 tahun di PAUD Beriuk Tinjal, memiliki jumlah bunyi vokal dan konsonan yang berbeda-beda. Pada Akbar berusia dua tahun satu bulan memperoleh 16 bunyi vokal dan konsonan yakni [c], [d], [h], [n], [m], [p], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o] dan [ŋ]; Nisa berusia dua tahun tiga bulan memperoleh 20 bunyi vokal dan konsonan yakni [b], [c], [d], [g], [h], [k], [l], [m], [n], [p], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o], [ŋ]; Mirza berusia dua tahun lima bulan memperoleh 22 bunyi vokal dan konsonan yakni [b], [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [s], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o], dan [ŋ]; pada Azizi yang berusia dua tahun delapan bulan terdapat 23 pemerolehan bunyi vokal dan konsonan yakni [b], [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [s], [t], [w], [y], [a], [i],[u], [ə], [ε], [o], [ŋ], dan [ň]; sedangkan bunyi konsonan yang sudah dimunculkan oleh Naufal berusia tiga tahun sebanyak 23 bunyi yakni [b], [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [s], [t], [w], [y], [a], [i], [u], [ə], [ε], [o], [ŋ], dan [ň]. Dari hasil data-data penelitian diatas dapat disimpulkan anak usia 2-3 tahun masih belum menguasai pemerolehan bunyi konsonan [r] dan [z] dan belum bisa membedakan bunyi konsonan [p], [f] dan [v].

Penelitian perubahan bunyi bahasa pada tuturan anak balita berdasarkan kajian fonologi ini termasuk penelitian yang dianggap masih langka ditemukan. oleh karena itu, dalam penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Sehingga, penulis menyarankan agar penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya yang berlandaskan analisis kajian fonologi dapat lebih melengkapi hal-hal yang belum ditemukan saat ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas anugerah-Nya, penelitian ini dapat terlaksanakan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-bearnya kepada Bapak Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suparwa, M.Hum. selaku pembimbing I, dan Bapak 7

Dr. Drs. Anak Agung Putra, M.Hum. selaku pembimbing II, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Andre, Martinent. 1988. Pengantar Linguistik Umum, Jakarta: PT Karunia Esa.

Annisa, Siti Rabiatun Nur. 2016. Penguasaan Leksikal pada Anak TK dan PAUD Tunas Kori Dharma di Denpasar: Kajian Psikolinguistik. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Udayana. Denpasar.

Ardhanariswari, Putri Dwi. 2007. Karakteristik Bahasa Anak Sekolah Dasar Muhammadiyah II Denpasar: Kajian Fonologi. Denpasar: Universitas Udayana

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Clark, Herbert H. dan Eve V. Clark. 1977. Psychology and Language: An Introduction to Psycolinguistik New York: Harcourt Brace Jovanovich Inc.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA, Kisah Perolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati, 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks.

Kridalaksan, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maharany, Andy Firdha. 2016. Gejala Fonologis Bahasa Indonesia pada Anak Usia 3-4 Tahun di Paud Permata Hati Kota Kendari.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya (Edisi Revisi).

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhammad. 2011. Paradigma Kualitatif Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Liebe Book Press.

Muhammad. 2012. Metode dan Teknik Analisis Data Linguistik. Yogyakarta: Liebe Book Press.

Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pastika, I Wayan. 2005. Fonologi Bahasa Bali. Denpasar: Pustaka Larasan.

Ratna, Dewi dan Widya Wendi. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Klaten: PT. Intan Pariwara.

Schane, Sanford A. 1973. Generative Phonology. Prentice Halle, Englewood Cliffts, New Jersey.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Pendidikan Wahana Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1998. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Weir, Ruth H. 1962. Language in the Crib. The Hague: Mouton & Co.

Wulandari, Desi Indah. 2018. Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 3-5 Tahun di Paud Lestari Desa Blimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Yusuf, S. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.

http://ithasartika91.blogspot.com/2011/05/analisis-perubahan-bunyi-pada- pelafalan.html. 9-07-2011. 05:55.

http://muslich-m.blogspot.com/2009/03/perubahan-bunyidalam-bahasa-indonesia.html. 907-2011. 05:48.

http://www.docstoc.com/docs/70888685/FAKTOR-USIA-YANG-MEMPENGARUHI-PEMEROLEHAN-BAHASA. 9-07-2011.

PROFIL PENULIS

Afianci Gobai adalah mahasiswa angkatan 2015. Penulis lahir di Timika-Papua, pada 01 Februari 1998. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 (sarjana) di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

9