ISSN: 2808-8336

Vol.01, No.02: April 2022, pp-26-38

STILISTIKA

Journal of Indonesian Language and Literature

NOVEL SUSAH SINYAL KARYA IKA NATASSA DAN ERNEST PRAKARSA: KAJIAN STILISTIKA

M Fatkhur Rohman1*, Maria Matildis Banda 2, dan I Nyoman Weda Kusuma 3 Universitas Udayana

* Surel: [email protected]

doi: https://doi.org/10.24843/STIL.2022.v01.i02.p03

Artikel dikirimkan: 19 November 2021; diserahkan: 19 Desember 2021

NOVEL SUSAH SINYAL BY IKA NATASSA AND ERNEST PRAKARSA:

A STYLISTIC STUDY

Abstract. This study aims to determine the description of the structure (plot, setting, character) and style of language, namely the novel "Hard Signal" by Ika Natasya and Ernest Prakasa published by PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, the first edition of 2018 and the book thickness is 272 pages. This type of research is descriptive qualitative research using reading, listening and note-taking techniques. The research procedures include: (1) Understanding the structure and types of language styles, then reading and studying the novel, Difficult Signals, (2) Recording data in the form of novel structures and language styles, (3) Classifying the data that has been obtained, (4) Describing the structure and language style obtained, (5) Concluding the results of the analysis.

The result of this research is the structure contained in the novel of Difficult Signal by Ika Natasya and Ernest Prakasa, namely: The plot used in this novel is a mixed plot but uses more advanced plots. Setting, this novel takes several settings as a story but focuses more on the Sumba setting. In character, the main character in this novel is Ellen, a mother who is firm, independent, and hardworking. Kiara, a high school girl who is growing up is spoiled, kind, and loving. Grandma, a grandmother who loves family, is kind, and also wise. Iwan, a friend and work partner of Ellen who is humorous, and kind, Saodah and Ngatno, workers and housemaids who are humorous, Yos and Melki, a travel and hotel officer who has a humorous and kind character. Abe, one of the hoteliers who is firm, wise, kind, and friendly. Aunt Maya, a hotel owner who is humorous, kind and also compassionate. Next, the language style in the novel, Difficult Signal. The results of this study found that there were 102 uses of language styles in total, from 16 types of language styles, and in 4 classifications.

Keywords: language style; novel structure; stylistic.

PENDAHULUAN

Karya sastra tercipta melalui perenungan yang mendalam dengan tujuan untuk dinikmati dan dipahami oleh masyarakat. Biasanya karya sastra sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra. Menurut Ahyar (2019), karya sastra

dikenal dalam dua bentuk, yaitu fiksi dan nonfiksi. Jenis nonfiksi adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra, sedangkan contoh fiksi adalah prosa, puisi, dan drama. Salah satu contoh karya sastra yang berbentuk prosa dan paling banyak diminati adalah novel.

Novel Susah Sinyal (selanjutnya disingkat SS) diadaptasi dari skenario film Susah Sinyal karya Ernest Prakasa dan Meira Anastasia. Novel SS karya Ika Natassa dan Ernest Prakasa, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cetakan pertama 2018 dan tebal 272 halaman. Novel kalaborasi pertama Ika Natassa dan Ernest Prakasa adalah sebuah novel yang sangat menghibur juga memberikan pelajaran. Kiasan Susah Sinyal sangat cocok menggambarkan hubungan Kiara dan Ellen. Sosok Ellen di novel ini sangat menginspirasi, tidak muda menjalani peran sebagai singel mother, walaupun ia sudah berusaha keras, tetap banyak cibiran dan sindiran yang ia dapatkan. Di novel ini juga mengajarkan kita tentang bagaimana memaafkan masa lalu dan mengatasi rasa bersalah yang terus membayangi.

Kajian stilistika memfokuskan fungsi estetis karya sastra atau dari efek keindahan yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Kajian stilistika merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis bahasa khas yang biasa digunakan seorang pengarang. Melalui kajian tersebut dapat terlihat gaya bahasa (style) pengarang. Pengkajian stilistika juga menyadarkan kita akan kiat pengarang dalam memanfaatkan kemungkinan yang tersedia dalam bahasa sebagai sarana pengungkapannya (Panuti Sudjiman,1993: viii).

Sejauh ini belum ada penelitian yang mengkaji novel SS dari segi gaya bahasanya, padahal novel SS memiliki keindahan dari segi struktur dan gaya bahasanya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai struktur novel SS terutama dari segi alur, latar, dan penokohan serta gaya bahasanya.

Berdasarkan data yang ditemukan, novel SS belum banyak dijadikan bahan penelitian dengan pendekatan stilistika maupun kajian lainnya. Berdasarkan tinjauan yang dilakukan melalui situs-situs internet, ditemukan resensi terkait novel Susah Sinyal dan beberapa skripsi yang relevan sekaligus menjadi referensi dalam penelitian ini.

Iffah Hannah (2018) dengan judul resensi “Resensi Buku Susah Sinyal, Ika Natassa dan Ernest Prakasa” resensi ini membahas tentang novel Susah Sinyal yang sebagian besar menceritakan tentang perjuangan Ellen untuk berusaha memahami putrinya dan kembali dekat dengannya, apalagi setelah kematian Oma Kiara, yang selama ini menjadi pengganti Ellen mengasuh Kiara. Iffah Hannah berpemdapat bahwa novel ini ditulis dengan bahasa yang ringan, diselingi dialog penuh humor antara Ellen dan partner

kerjanya Iwan, juga Ngatno dan Saodah, orang-orang yang membantu pekerjaannya di rumah, tetapi kisah perjuangan seorang ibu dengan segala pilihan-pilihan yang diambilnya, terlepas dari benar dan salah, betul-betul bikin baper!

Ananda Silviana Putri (2021) dengan judul resesnsi “Resensi Buku: Susah Sinyal” resensi ini membahas tentang novel yang diadaptasi dari scenario film Susah Sinyal karya Ernest Prakasa dan Meira Anastasia. Novel kolaborasi ini akan membawa kita ke dalam perjalanan menemukan jati diri sendiri, berdamai dengan masa lalu, dan menerima kenyataan, sepahit apa pun itu, tanpa kehilangan harapan. Ananda Silviana juga berpendapat bahwa pesan yang dapat di petik dari novel Susah Sinyal adalah hargai waktu. Waktu itu tidak bisa diulang dan terus berjalan.

Fimela (2018) denga judul resensi “Review: Novel Susah Sinyal - Ika Natassa & Ernest Prakasa” resensi ini membahas tentang novel yang diadaptasi dengan film berjudul sama ini sangat menghibur sekaligus menginspirasi. Sangat terkesan dengan sosok Ellen. Pastinya tidak mudah menjalani peran sebagai seorang single mom. Meski sudah berusaha dan berjuang untuk menjadi wanita kuat, ada saja cibiran dan sindiran yang ia terima. Belum lagi ketika usahanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik malah membuatnya harus mengorbankan sebagian besar waktu yang seharusnya bisa ia gunakan bersama putrinya. Di novel ini, ada pemaparan soal rasa bersalah yang terus membayangi kehidupan seorang wanita yang rasanya pasti pernah dialami sebagian besar wanita lain di luar sana. Membaca novel ini pun jadi membuat ingin bisa merasakan liburan ke Sumba. Ingin bisa melihat langsung Air Terjun Tanggedu dan melihat gua di puncak Bukit Mau Hau. Juga penasaran dengan Piknik Sinyal seperti yang dilakukan Ellen dan Kiara. Siapa tahu juga bisa ketemu sosok Yos dan Melki yang lucu. Atau ketemu Tante Maya yang selalu bisa mencairkan suasana. Benar-benar dibuat ketawa nggak habis-habis deh waktu mengikuti interaksi mereka. Hubungan ibu dan anak digambarkan dengan begitu menyentuh. Membaca Susah Sinyal jadi mengingatkan kita kembali akan pentingnya keluarga dan perjuangan untuk bisa terus melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya. Bersiap juga untuk dibuat menitikkan air mata ketika membaca soal kehidupan Ellen dan perjuangannya untuk bisa memperbaiki keadaan.

Maria Franzisca Oki (2010), jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang dengan skripsi yang berjudul “Penggunaan Gaya Bahasa Kias Pada Novel Sang Pemimpi tetralogi (KAJIAN STILISTIKA) Karya Andrea Hirata” tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa kiasan pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sesuai penglasifikasian gaya bahasa kiasan menurut Gorys Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa (2006). Perbedaan penelitian ini yaitu

terletak pada objek penelitian. Maria Franzisca Oki (2010) menggunakan objek Novel Sang Pemimpi tetralogi karya Andrea Hirata, sedangkan pada penelitian saya menggunakan objek Novel Susah Sinyal karya Ernest Prakasa dan Ika Natassa. Adapun persamaan penelitian saya yaitu sama-sama memaparkan gaya bahasa dalam novel.

Reza Gusvita Sari Heriyanti (2014), Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran dengan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Pencitraan Dimensi Lain dalam Novel Danur Karya Risa Saraswati: Suatu Kajian Stilistika” tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan gaya bahasa dan diksi atau pilihan kata yang digunakan pengarang Risa Saraswati. Analisis gaya bahasa diantaranya berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa retorik, dan gaya bahasa kiasan. Perbedaan penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian. Reza Gusvita Sari Heriyanti (2014) menggunakan objek Novel Danur Karya Risa Saraswati sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek Novel Susah Sinyal karya Ernest Prakasa dan Ika Natassa. Adapun persamaan penelitian ini yaitu sama-sama memaparkan gaya bahasa kiasan dan bentuk stilistika dalam novel.

Sinta Wira Sasmi (2014) Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang dengan judul skripsi “Gaya Bahasa Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Kajian Stilistika” tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan struktur novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy dan mendeskripsikan jenis gaya bahasa dalam novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy. Perbedaan dari penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian. Sinta Wira Sasmi (2014) menggunakan objek Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy sedangkan pada penelitian saya menggunakan objek Novel Susah Sinyal karya Ernest Prakasa dan Ika Natassa. Adapun persamaan penelitian ini yaitu sama-sama memaparkan struktur novel (alur, latar, dan penokohan) serta memaparkan bahasa kiasan dan bentuk stilistika dalam novel.

Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah metode kepustakaan, yaitu dengan membaca sejumlah pustaka untuk mengumpulkan segala informasi dari sumber-sumber tertulis dan dapat mendukung proses penelitian (Ratna, 2009:39). Teknik yang digunakan pada tahapan ini yaitu teknik baca, simak dan catat.

Selanjutnya, metode analisis data yang digunakan ialah metode deskriptif analisis yakni dengan cara mendeskripsikan fakta yang kemudian disusul dengan analisis. metode deskriptif analisis ini tidak semata-mata hanya menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2009). Data dianalisis menggunakan teknik baca, simak, catat dan interpretasi.

Setelah data dianalisis, data disajikan dengan menggunakan metode informal. Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Jadi, penulis menyajikan hasil penelitian mengenai analisis struktur dan gaya bahasa dalam novel Susah Sinyal dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini akan dipaparkan mengenai penyajian data dan pembahasan data yang terdiri dari struktur (alur, latar, perwatakan) dan aspek stilistika yang terdapat dalam novel SS.

  • 1.    STRUKTUR NOVEL

    • 1.1    Alur

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran. Namun dari keseluruhan alur dalam novel lebih banyak menggunakan alur maju. Alur maju mulai digunakan ketika pengarang menggabarkan keadaan kota Jakarta dan keluarga Ellen yang masih aktif dengan kesibukannya masing-masing. Kemudian alur mundur mulai digunakan ketika tokoh Ellen menjelaskan kepada Kiara tentang kehidupan mamanya sebelum ada Kiara dan alasan kenapa ayahnya meninggalkan keluarga sejak Kiara umur 2 tahun.

  • 1.2    Latar

Latar atau setting adalah tempat, waktu dan suasana peristiwa dalam karya sastra, yang dalam hal ini novel SS karya Ika Natasya dan Ernest Prakasa. Sehingga, latar tempat dalam novel ini berkaitan dengan segala sesuatu yang menjelaskan tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Sedangkan latar waktu yaitu waktu terjadinya peristiwa dalam cerita, dan latar suasana menjelaskan tentang suasana pada saat peristiwa terjadi.

  • 1.3    Penokohan

Adapun tokoh-tokoh yang berperan dalam novel Susah Sinyal karya Ika Natasya dan Ernest Prakasa ini antara lain sebagai berikut.

Ellen adalah tokoh utama yang berperan peting dalam novel ini. Ia adalah seorang singgel mom yang memiliki karakter tegas, mandiri, dan pekerja keras. Kiara adalah anak kandung Ellen yang sangat catik dan memiliki karakter manja, baik hati, dan penyayang. Oma adalah nenek Kiara yang digambarkan memilki karakter yang penyayang, baik hati, dan bijaksana. Iwan adalah seorang teman sekaligus partner kerja Ellen di kantor yang selalu memberi semangat disaat banyak pikiran. Iwan digambarkan memiliki karakter

yang humoris dan baik hati. Saodah dan Ngatno adalah pembantu di rumah Ellen digambarkan memiliki karakter yang humoris karena tingkah laku mereka yang sering bercanda. Yos dan Melki adalah seorang petugas travel dan hotel yang memiliki karakter humoris, dan baik. Abe adalah pemuda gagah yang juga salah satu petugas hotel yang berjiwa tegas, bijaksana, baik hati, dan ramah. Tante maya adalah seorang pemilik hotel yang humoris, baik hati dan juga penyayang.

  • 2.    ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL SS

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, diperoleh data berupa gaya bahasa pada Novel SS karya Ika Natasya dan Ernest Prakasa sebanyak 102 penggunaan gaya bahasa secara keseluruhan, dari 16 jenis gaya bahasa, dan dalam 4 pengklasifikasian. Dalam Novel SS karya Ika Natasya dan Ernest Prakasa terdapat 16 gaya bahasa sebagai berikut.

  • 2.1    Majas Alegori

Majas alegori digunakan untuk menyandingkan suatu objek dengan kata kiasan. Gaya bahasa alegori pada novel ini terdapat 31 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…Sudah terbiasa dengan tingkah dua orang yang sudah mirip Tom and Jerry itu…” (Halaman 11). Kalimat di atas menggunakan majas alegori karena pada kalimat tersebut digunakan untuk menyandingkan suatu objek dengan kata kiasan, Tom and Jerry memiliki tautan yaitu seseorang yang sering bertengkar. Pada kalimat di atas terlihat dua orang yang sering bertengkar meski masalah sepele.

  • 2.2    Majas Metafora

Majas metafora merupakan gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara eksplisit mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan. Gaya bahasa metafora pada novel ini terdapat 13 kutipan. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…dengan julukan macam ruang sidang karena serangannya yang tidak pernah tertebak, membuat lawannya selalu mati kutu…” (Halaman 34). Kalimat di atas menggunakan majas metafora karena pada kalimat tersebut digunakan sebagai kiasan yang secara eksplisit mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan, yakni “macan ruang sidang” adalah kata kiasan yang memiliki arti “julukan untuk seorang pengacara handal”.

  • 2.3    Majas Hiperbola

Majas hiperbola digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara yang berlebihan, bahkan sering tidak masuk akal. Gaya bahasa hiperbola pada novel ini terdapat 26 kutipan. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut.

“…memang tidak ada yang mengalahkan sensasi lari mengelilingi Central Park bahkan pada suhu lima derajat sekalipun…” (Halaman 6). Kalimat di atas menggunakan majas Hiperbola karena pada kalimat tersebut digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara yang berlebihan. Pada kalimat di atas, kita ketahui bahwa seseorang tidak mungkin lari mengelilingi central park apalagi dengan suhu lima derajat”.

  • 2.4    Majas Pars Pro Toto

Majas pars pro toto adalah majas yang digunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Gaya bahasa pars pro toto pada novel ini terdapat 1 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…ruang kerja kosong, tidak ada satu batang hidung pun di ruang rapat…” (Halaman 31). Kalimat di atas menggunakan majas pars pro toto karena pada kalimat tersebut menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukan keseluruhn objek, yakni ruang kerja kosong dan tidak ada satu orang pun di ruang rapat.

  • 2.5    Majas Personifikasi

Majas personifikasi merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi pada novel ini terdapat 6 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…sudah lama dia tidak melihat langit malam sejernih ini. Bulan itu begitu terang seakan-akan menatapnya balik…” (Halaman 113). Kalimat di atas menggunakan majas personifikasi karena pada kalimat tersebut digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia, yakni menganggap bulan seakan-akan memberi jawaban dan menatapnya balik.

  • 2.6    Majas Simile

Majas simile adalah majas perbandingan yang umumnya digunakan untuk menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu ungkapan. Gaya bahasa simile pada novel ini terdapat 7 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…ngledek kau ya! Suara bu Sondang kembali menyambar bagai api di siram minyak tanah…” (Halaman 29). Kalimat di atas menggunakan majas simile karena pada kalimat tersebut terdapat kata “bagai” dan maknanya dijelaskan secara eksplisit dalam kalimat. Makna “api disiram minyak tanah” dijelaskan dalam kalimat “suara bu sondang kembali menyambar”.

  • 2.7    Majas Asosiasi

Majas asosiasi merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun disamakan dengan menambahkan kata sambung bagaikan, bak, atau seperti. Gaya bahasa asosiasi pada novel ini terdapat 1 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…Kiara yang tanpa dia sadari sudah remaja, dengan wajah yang tidak

mirip Ellen, tapi seperti pinang dibelah dua dengan papanya…” (Halaman 86). Kalimat di atas menggunakan majas asosiasi karena pada kalimat tersebut membandingkan dua objek berbeda, namun disamakan dengan menambah kata sambung bagaikan, bak, atau seperti, yakni wajah Kiara yang tidak mirip Ellen ataupun papanya, ditandai dengan kata “seperti”.

  • 2.8    Majas Paradoks

Paradoks merupakan majas pertentangan yang biasanya membandingkan situasi sebenarnya dengan situasi sebaliknya yang saling bertentangan. Gaya bahasa paradoks pada novel ini terdapat 4 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…pintu yang selalu menyambut walau dalam keadaan tertutup, dan pintu yang senyatanya tergembok walau keadaan terbuka…” (Halaman 10). Kalimat di atas menggunakan majas paradoks karena pada kalimat tersebut membandingkan situasi sebenarnya dengan situasi sebaliknya yang saling bertentangan, yakni pintu yang selalu menyambut walau dalam keadaan tertutup, dan pintu yang senyatanya tergembok walau keadaan terbuka. Pada kalimat di atas terlihat perasaan seseorang yang selalu menyambut dengan senang hati walau sedang melakukan kesibukan, dan perasaan seseorang yang biasa saja walau sedang santai dan tidak melakukan apa-apa.

  • 2.9    Majas Antitesis

Antitesis, juga termasuk salah satu majas pertentangan. Majas antitesis biasanya memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan. Gaya bahasa antitesis pada novel ini terdapat 2 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…ada kuat yang lahir karena pilihan, ada juga yang kuat karena terpaksa…” (Halaman 65). Kalimat di atas menggunakan majas antitesis karena pada kalimat tersebut memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan, yakni pada kalimat di atas seseorang ada yang kuat lahir karena pilihan dan ada juga yang kuat lahir karena terpaksa. Kedua hal tersebut yakni pilihan dan terpaksa merupakan hal yang bertentangan.

  • 2.10    Majas Ironi

Ironi merupakan majas sindiran yang umumnya menggunakan kata kiasan dengan makna yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya. Gaya bahasa ironi pada novel ini terdapat 1 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…rumah ini tidak kecil, tapi juga tidak terlalu besar sampai Kiara tidak mendengar kata-kata ibunya kepada omanya tadi…” (Halaman 48). Kalimat di atas menggunakan majas ironi karena pada kalimat tersebut menggunakan kata kiasan dengan makna yang bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya, yakni Kiara yang tidak menedengar percakapan ibu dan omanya padahal rumahnya yang tidak kecil dan juga tidak terlalu besar. Pada kalimat di

atas merupakan sindiran terhadap Kiara yang tidak mendengar percakapan di dalam rumah.

  • 2.11    Majas Sinisme

Majas sinisme juga termasuk majas sindiran yang digunakan untuk memberi sindiran secara langsung kepada orang lain. Gaya bahasa sinisme pada novel ini terdapat 2 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…namanya juga stripping sinetron. Kalau belum tifus ya belum libur…” (Halaman 83). Kalimat di atas menggunakan majas sinisme karena pada kalimat tersebut menggunakan kalimat sindiran secara langsung kepada orang lain, yakni stripping sinetron yang bermakna seorang artis yang sudah pasti mempunyai jadwal yang padat. Terlebih fungsi sindiran tersebut juga didukung oleh kalimat kalau belum tifus ya belum libur yang bermakna jika seorang artis belum sakit maka tidak dapat libur.

  • 2.12    Majas Repetisi

Majas repetisi merupakan gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat. Gaya bahasa repetisi pada novel ini terdapat 1 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…pelan-pelan ya, El. Ada mama kok di sini. Selalu ada mama buat kamu di sini…” (Halaman 151). Kalimat di atas menggunakan majas repetisi karena pada kalimat tersebut mengulang kata-kata dalam suatu kalimat, yakni ada mama kok di sini dimaksudkan untuk menyatakan perasaan oma kepada Ellen yang selalu mendampingi disaat butuh omanya, termasuk mengurus Kiara. Pada kalimat selanjutnya ditegaskan kembali ada mama buat kamu di sini yang bermakna mama yang selalu ada untuk mendampingi Ellen.

  • 2.13    Majas Retorik

Majas retorik Merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat Tanya tetapi sebenarnya tidak perlu dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindiran. Gaya bahasa repetisi pada novel ini terdapat 4 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…apotek? Beli obat? Emang oma sakit?...” (Halaman 35). Kalimat di atas menggunakan majas retorik karena pada kalimat tersebut menggunakan gaya Bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi sebenarnya tidak perlu dijawab, yakni apotek? Beli obat? Emang oma sakit? Merupakan Pertanyaan yang sebnarnya tidak perlu di jawab karena pergi ke apotek memang tujuannya untuk beli obat.

  • 2.14    Majas Klimaks

Majas klimaks merupakan gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara berurutan dimana tingkatannya semakin lama semakin tinggi. Gaya bahasa klimaks pada novel ini terdapat 1 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…mengeluarkan ponsel dari saku, menghidupkannya, mulai mengecek satu per satu pesan yang masuk sejak tadi…” (Halaman 21). Kalimat di atas menggunakan majas klimaks karena pada kalimat tersebut menggunakan gaya Bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara berurutan dimana tingkatannya semakin lama semakin tinggi, yakni aktifitas rutin yang dilakukan Ellen selesai mengurus sidang Ellen mengeluarkan ponsel, menghidupkan ponsel, dan mengecek satu per satu pesan yang masuk.

  • 2.15    Majas Antiklimaks

Majas Antiklimaks Merupakan gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah. Gaya bahasa anti klimaks pada novel ini terdapat 1 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…menemukan kenyamanan dalam aroma tubuh anaknya yang familier, embusan napas anaknya, rengkuhan anaknya, denyut jantungnya…” (Halaman 249). Kalimat di atas menggunakan majas antiklimaks karena pada kalimat tersebut menggunakan gaya Bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah, yakni pada kalimat di atas menyebutkan bagian tubuh anaknya yang familier. Pertama menyebutkan embusan napas anaknya, ke dua adalah rengkuhan anaknya, dan terakhir adalah denyut jantung anaknya. Kutipan di atas jelas terbukti karena menyebutkan urutan dari tertinggi ke terendah. Napas anaknya sudah jelas bisa dirasakan seorang ibu karena itu benar-benar anaknya, rengkuhan dan denyut jantung anaknya belum bisa dipastikan dapat dirasakan seorang ibu kepada anaknya.

  • 2.16    Majas Pararelisme

Majas pararelisme merupakan gaya bahasa yang mengulang-ulang sebuah kata untuk menegaskan makna kata tersebut dalam beberapa definisi yang berbeda. Biasanya jenis majas ini digunakan pasa sebuah puisi. Gaya bahasa anti klimaks pada novel ini terdapat 1 kutipan. Adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut. “…pintu untuk memasuki hati seseorang, termasuk anak sendiri, tidak bisa dibuka dengan didobrak, tapi harus diketuk pelan-pelan, penuh kesabaran, butuh ketenangan…” (Halaman 79). Kalimat di atas menggunakan majas pararelisme karena pada kalimat tersebut menggunakan gaya Bahasa yang mengulang-ulang sebuah kata untuk menegaskan makna kata tersebut dalam beberapa definisi yang berbeda, yakni dalam membuka pintu tidak bisa didobrak. Kalimat tersebut dijeskan ulang dengan pengertian yang berbeda yakni diketuk pelan-pelan, penuh kesabaran, dan butuh ketenangan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis novel Susah Sinyal karya Ika Natassa dan Ernest prakasa diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Alur yang digunakan novel ini adalah alur campuran namun lebih banyak menggunakan alur maju. Latar, novel ini mengambil bebrapa latar sebagai cerita namun lebih difokuskan latar daerah Sumba di Nusa Tenggara Timur. Perwatakan, tokoh utama yaitu Ellen sosok ibu yang tegas, mandiri, dan pekerja keras. Kiara, gadis SMA yang menginjak dewasa bersifat manja, baik hati, dan penyayang. Oma, seorang nenek yang penyayang dari keluarga, baik hati, dan juga bijaksana. Iwan, seorang teman sekaligus partner kerja Ellen yang humoris, dan baik hati, Saodah dan Ngatno, Pekerja dan pembatu rumah tangga yang humoris, Yos dan Melki, seorang petugas travel dan hotel yang memiliki karakter humoris, dan baik. Abe, salah satu petugas hotel yang tegas, bijaksana, baik hati, dan ramah. Tante maya, seorang pemilik hotel yang humoris, baik hati dan juga penyayang. Selanjutnya, gaya bahasa pada novel Susah Sinyal. Hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 102 penggunaan gaya bahasa secara keseluruhan, dari 16 jenis gaya bahasa, dan dalam 4 pengklasifikasian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Maria Matildis Banda, M.S., selaku pembimbing I dan Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., selaku pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan, meberikan saran, dan dorongan semangat yang sangat berguna selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana atas segala ilmu, didikan, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menempuh pendidikan di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua yang saya kasihi Misbahul Munir dan Muhayati, kakak: Lilik Wahidah, Islamiyah, Samsul Hariyanto, Sriwulan Ndari, Yuyun Agustina, adik: Sandi Kurniawan, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan moral dan materi, semangat, motivasi, dan nasihat selama menempuh pendidikan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa Dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ahyar, Juni. 2019. Apa Itu Sastra: Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra. Sleman: Deepublish.

Arikunto, S. 2010. Metode Peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.

Djoko Pradopo, Rachmad. 1997. Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Endraswara. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.

Gorys Keraf. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa (cetakan XVI). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harimurti, Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik (edisi IV). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hasan, Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi 3). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Balai Pustaka.

Heriyanti, Reza Gusvita Sari. 2014. Gaya Bahasa Pencitraan Dimensi Lain dalam Novel Danur Karya Risa Saraswati: Suatu Kajian Stilistika. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, B. 2010. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, B. 2018. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM press.

Oki, Maria Franzisca. 2010. Penggunaan Gaya Bahasa Kias Pada Novel Sang Pemimpi tetralogi (Kajian Stilistika) Karya Andrea Hirata. Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prakasa, Ernest. 2018. Novel: Susah Sinyal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pranawa, Erry. 2005. Analisis Stilistika Novel Burung-burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya (Tesis). Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ratna, Nyoman Kutha. 2016. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sasmi, Sinta Wira. 2014. Gaya Bahasa Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Kajian Stilistika. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Duta Wacana University Press.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistik. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

PROFIL PENULIS

M Fatkhur Rohman merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2017. Pada tahun 2017 pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia. Pada tahun 2019 pernah meraih juara pertama lomba fotografi tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi di Riau.

Maria Matildis Banda adalah dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana Denpasar Bali (1986 sampai sekarang). Aktif dalam penelitian dan seminar bidang bahasa, sastra, dan kebudayaan. Menulis karya kreatif yang berkaitan dengan bidang kesehatan seperti Rabies (2005), Wijaya Kusuma dari Kamar Nomor Tiga (2015), Suara Samudra (2017), Doben (2017). Dua novel baru Bulan Patah dan Pasola akan diterbitkan. Kolumnis tetap ruang Parodi Situasi Minggu Harian Umum Pos Kupang (2001 sampai sekarang). Maria sudah menulis 1000 episode parodi situasi (sekitar 2000 halaman) tentang isu pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan isu sosial budaya lainnya.

I Nyoman Weda Kusuma adalah dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana Denpasar Bali (1986 sampai sekarang). Beliau menempuh gelar S1 di Universitas Udayana, selanjutnya menempuh pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada, dan Mendapatkan gelar Doktor di Universitas Indonesia.

39