STILISTIKA

Journal of Indonesian Language and Literature

ISSN: 2808-8336

Vol.01, No.02: April 2022, pp-12-25.

DISFEMIA DALAM KOLOM KOMENTAR AKUN YOUTUBE NAJWA SHIHAB

Indri Nur Farida1*, I Ketut Darma Laksana2, dan I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa3 Universitas Udayana

*Surel: [email protected]

doi: https://doi.org/10.24843/STIL.2022.v01.i02.p02

Artikel dikirimkan: 20 September 2021; diterima: 20 Oktober 2021

DYSPHEMIA IN NAJWA SHIHAB'S YOUTUBE ACCOUNT COMMENTS

Abstract .This article examines the use of dysphemia in the comments column of Najwa Shihab's youtube account "Reformation Test". The comment column is a virtual interaction space for netizens. Every netizen can comment in the public space freely. Freedom to comment in the next section leads to the use of dysphemia. Dysphemia is an effort to replace words that mean smooth or ordinary with words that mean rude. There are two problem formulations in this article. 1) what is the form of dysphemia in the comment column of Najwa Shihab's youtube account "Reformation Test" 2) what are the characteristics of hate speech in the column Comments on Najwa Shihab's youtube account "Reformation Test" in terms of the use of dysphemia. The theory used is semantic theory, especially dysphemia. Data collection is carried out by the listening method, free to engage in conversation. Data analysis is carried out using the agih method with the determining element sorting technique (PUP). Presentation analysis results are presented informally and formally. The results of the 70 data showed that the use of dysphemia was dominated by the word form with 36 data. Dysphemia in the form of 26 data phrases, then 2 data in the form of clause dysphemia. The last 6 data form of sentence dysphemia. The existence of this form of dysphemia is intended to sharpen and strengthen the meaning in the commentary aspect. The characteristics of hate speech in the comments column of Najwa Shihab's youtube account "Reformation Test" in terms of the use of dysphemia are divided into four characteristics, namely insults, defamation, provocation, and unpleasant actions.

Keywords: dysphemia; semantics; ujian reformasi.

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu ciri dari makhluk sosial adalah berkomunikasi. Komunikasi menjadi peran sentral agar terciptanya proses interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, agar komunikasi berjalan dengan baik diperlukan media penyampai informasi yang dapat menjadi alat penyampai pesan antara penutur dan lawan tutur. Salah satu media penyampai informasi adalah bahasa. Bahasa merupakan bentuk ujaran yang menjadi tanda sebuah komunikasi pada komunitas masyarakat tertentu. Bahasa memiliki tingkatan struktur yang digunakan sebagai instrumen untuk membedah sistem kebahasaan yang disebut tataran linguistik. Salah satu tataran linguistik adalah semantik. Semantik secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna kata. Semantik merupakan bagian

dari bidang ilmu linguistik untuk mengungkapkan tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Cara kerja atau proses pembentukan makna dalam semantik dikaitkan dengan dua aspek lain yakni sintaksis (pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana) dan pragmatik (penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu).

Sifat bahasa yang dinamis membuat kosakata terus bertambah dari waktu ke waktu. Sebuah kata memiliki lebih dari satu makna bergantung pada konteks yang menyertai. Makna sebuah kata, pada suatu waktu dapat berubah, baik menyempit maupun meluas. Sebuah kata juga dapat hilang atau tidak dapat digunakan lagi dari suatu sistem bahasa tertentu. Hal ini dapat terjadi karena kata dianggap sudah tidak dapat mewakili konsep yang dimaksud (Hardiyanto, 2008:5).

Dewasa ini, tidak hanya bahasa lisan yang mengalami eksistensi, tetapi bahasa tulis juga mengalami kemajuan dan sangat dibutuhkan pada era modern. Adanya kebebasan untuk menulis dalam menuangkan aspirasi serta berpendapat menjadikan kemudahan dalam penyampaian dan cepat diterima oleh masyarakat, misalnya melalui media seperti majalah, surat kabar ataupun karya sastra dan lain sebagainya. Berbeda dengan dahulu, ketika kebebasan berpendapat sangat dibatasi sehingga masyarakat kurang ekspresif dalam menyampaikan pendapat. Mereka cenderung mengikuti aturan dan mengganti ungkapan-ungkapan yang bernilai makna kasar menjadi lebih halus, namun ada sisi negatif yang timbul dari kebebasan tersebut salah satunya adalah disfemia.

Disfemia adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah atau menunjukkan kejengkelan. Penggunaan disfemia sendiri sering ditemukan dalam sosial media salah satunya account Youtube. Youtube adalah salah satu media sosial dengan situs website yang menyediakan berbagai macam video mulai dari video klip sampai film, serta video-video yang dibuat oleh pengguna (user). Youtube merupakan salah satu media sosial yang sangat populer saat ini. Tingkat kepopuleran Youtube merambat ke setiap elemen masyarakat, mulai dari masyarakat kelas atas hingga kelas bawah, tanpa terkecuali.

Account Youtube menyajikan tiga peran penting didalamnya, terdiri atas pengguna (Youtuber), akun Youtube (platform), dan penikmat (netizen). Youtube sudah menjadi ajang pertunjukan karya setiap penggunanya. Salah satu Youtuber yang karya-karyanya menarik perhatian khalayak ialah Najwa Shihab. Najwa Shihab merupakan seorang pembawa acara di salah satu stasiun TV swasta. Gaya melontarkan pertanyaan Najwa Shihab yang tegas, menusuk, dan kerap sedikit provokatif terhadap karakter bintang tamu/narasumber mampu menghadirkan tampilan (konten) yang

menarik sepanjang durasi penayangan program.

Selain itu ia juga menggunakan aplikasi youtobe untuk menggunggah videonya yang sangat menarik untuk ditonton karena memberikan informasi, pengetahuan, dan tak jarang membahas kontrovesi yang sedang hangat. Saat ini Account Youtube Najwa Shihab memiliki pengikut sebanyak 5,19 jt (Agustus 2020). Najwa Shihab selalu sukses dalam membawakan acara, salah satunya pada acara "Mata Najwa" yang mengangkat tema “Ujian Reformasi” banyak menyita perhatian masyarakat Indonesia karena dalam diskusi tersebut dihadiri oleh beberapa mahasiswa dan pejabat negara yang membahas konflik mengenai desakan mahasiswa dan masyarakat Indonesia tentang pembatalan UU-KPK, penundaan pengesahan RKHUP, dan pengesahan RUU-PKS. Video acara tersebut juga diunggah ke Account Youtube Najwa Shihab pada 25 September dan banyak menyita perhatian warganet. Tingkat antusiasme warganet dapat terlihat pada kolom komentar yang ramai dibanjiri oleh ungkapan-ungkapan warganet yang kesal tehadap keputusan pemerintah terutama DPR.

Masyarakat semakin bebas untuk menyuarakan pendapat mereka. Namun, kebebasan berpendapat yang dimiliki ini justru seringkali disalahgunakan. Warganet (netizen) sering menyebarkan hoax atau berita bohong yang dapat merugikan orang lain dan melanggar UU ITE tentang ujaran kebencian. Dalam kolom komentar sosial media ditemukan komentar-komentar yang menggunakan ungkapan-ungkapan kasar karena terpancing dengan berita yang disampaikan. Di Account Youtube Najwa Shihab yang berjudul “Ujian Reformasi” ditemukan komentar-komentar dari warganet yang berisi ungkapan disfemia. Ungkapan -ungkapan itu merupakan bentuk penyampaian perasaan atas berita atau dialog yang disajikan. Warganet secara tidak langung menggunakan disfemia sebagai bentuk penyampaian ungkapan di kolom komentar. Tidak jarang ungkapan yang berasal dari sebuah kekesalan dan ketidakpuasan justru melahirkan blunder yang bermuara pada hate speech. Hal-hal seperti ini secara tidak langsung memberikan “sampah” pada kolom komentar di media sosial khususnya Youtube. Jika dibiarkan tentu akan berdampak buruk bagi perkembangan media sosial ke depannya.

Peneliti memilih kolom komentar yang ada pada vidio “Ujian Reformasi” pada Account Youtube Najwa Shihab karena video tersebut telah disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi (Trans 7) pada 25 September 2019 dan isi berita pada video tersebut banyak menyita perhatian di negara ini. Terutama pada kolom komentar yang ditemukan komentar-komentar pedas dari para warganet yang mengungkapkan kekesalan mereka atas keputusan pemerintah terutama DPR. Kolom komentar sudah menjadi wadah media komunikasi antara pembuat (konten kreator) dan penikmat (netizen). Siapapun dapat saling unjuk diri untuk memberikan komentar terhadap tampilan visual yang disuguhkan oleh konten kreator tersebut. Kebebasan untuk

memberikan komentar itulah acap kali memberikan potensi adanya hate speech (ujaran kebebencian). Sebagaimana hakekat disfemia dalam ranah kebahasaan ialah mengungkap pengasaran terhadap makna. Cara kerjanya ialah mengelompokkan diksi yang tergolong disfemia sekaligus berpotensi melahirkan ujaran kebencian.

Ditemukannya penggunaan disfemia dalam kolom komentar ‘Ujian Reformasi’ pada Account Youtube Najwa Shihab, maka penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan. Tentu tidak semua penggunaan disfemia berpotensi melahirkan ujaran kebencian, akan tetapi penelitian ini difokuskan untuk melihat ujaran kebencian yang didapat dari adanya disfemia dalam kolom komentar. Hal demikian yang mendorong peneliti memilih Account Youtube Najwa Shihab tersebut untuk menjadi objek kajian. Dengan meneliti kolom komentar pada situs tersebut, peneliti bermaksud mengetahui masalah yang dapat dikaji dari penggunaan disfemia pada kolom komentar Account Youtube Najwa Shihab

Penilitian dengan teori analisis disfemia pernah dilakukan sebelumnya. Penilitian-penilitian tersebut mejadi acuan dalam penilitian ini. Adapun penelitian terkait baik dari segi teori maupun objek selain dijadikan sebagai acuan juga digunakan sebagai referensi dalam penulisan. Beberapa penilitian yang menyangkut analisis makna dapat diuraikan di bawah ini.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Dewi Erlinawati (2018) berjudul “Penggunaan Disfemia dalam Komentar para Warganet di situs online Kompas.com Rubrik Politik". Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk disfemia yang digunakan dalam komentar para netizen di situs online Kompas.com pada rubrik "politik", (2) mendeskripsikan bentuk disfemia yang digunakan dalam komentar para netizen di situs online Kompas.com pada rubrik "politik" yang termasuk ke dalam pelanggaran hate speech. Teknik pngumpulan data dalam penelitian ini adalah mencatat dokumen. Data dalam penelitian adalah kata, kata majemuk, frasa dan klausa yang digunakan para Warganet pada situs online Kompas.com. Sumber data dalam penelitian ini adalah situs online Kompas.com

Analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini diperoleh, bentuk disfemia yang terdapat dalam komentar para warganet di situs online Kompas.com dibagi menjadi empat bentuk, yaitu kata, kata majemuk, frasa, dan klausa. Bentuk difemia berupa kata diperoleh sebanyak 456 kata, sedangkan bentuk disfemia berupa kata majemuk diperoleh data sebanyak 34. Selanjutnya bentuk disfemia berupa frasa diperoleh data sebanyak 48, sedangkan bentuk disfemia berupa klausa diperoleh data sebanyak 83. Dari setiap data yang diperoleh, baik berupa kata, kata majemuk, frasa maupun klausa, masih dibagi lagi ke dalam bentuk pelanggaran hate speech, yaitu penghinaan, pencemarana nama baik, penistaan, dan penyebaran berita bohong. Bentuk disfemia berupa kata sebanyak 456

yang termasuk ke dalam pelanggaran hate speech berupa penghinaan sebanyak 23, pencemaran nama baik sebanyak 4, dan penyebaran berita bohong sebanyak 2 data. Bentuk disfemia berupa frasa yaitu 48 data terbagi ke dalam hate speech berupa pelanggaran penghinaan sebanyak 2 data, dan termasuk ke dalam pencemaran nama baik sebanyak 2 data. Selanjutnya, dari 83 data bentuk disfemia berupa klausa yang termasuk ke dalam hate speech berupa pelanggaran sebanyak 9 data, dan termasuk ke dalam penistaan sebanyak 1 data.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Ricky Galih Prasetyo (2018) berjudul “Disfemia dalam Kolom Komentar Warganet di Line Today "Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan (1) Bentuk penggunaan disfemia dalam kolom komentar para warganet dalam kolom komentar berita Line Today. (2) Nilai rasa yang ditimbulkan dari penggunaan disfemia dalam komentar warganet di Line Today. Tujuan warganet menggunakan komentar yang berdisfemia dalam kolom komentar Line Today. Objek penelitian ini adalah kolom komentar warganet dalam Line Today sedangkan subjek penelitian mengenai analisis disfemia dengan menggunakan tinjauan semantik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik membaca dan mencatat dokumen simak. Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, dan klausa yang digunakan warganet dalam kolom komentar Line Today. Sumber data dalam penelitian ini adalah aplikasi Line Today. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini ada dua, yaitu (1) ditemukan data 105 bentuk disfemia yang terbagi atas 62 kata, 23 frasa, dan 20 klausa. (2) Hasil penelitian disfemia dalam bentuk kata yang sebanyak 62 kata mengandung nilai rasa emotif menyeramkan sebanyak 3 kata, nilai rasa mengerikan sebanyak 22 kata, nilai rasa menakutkan sebanyak 1 kata, nilai rasa menjijikkan sebanyak 2 kata, nilai rasa menguatkan sebanyak 34 kata.

Selain nilai rasa emotif juga ditemukan dalam bentuk kata yang mengandung nilai rasa ketabuan. Membandingkan manusia dengan hewan secara umum melalui perilaku sebanyak 3 kata, mengucapkan hal atau kata-kata tabu yang mencakup organ-organ tubuh berupa fisik maupun kata-kata yang mengarah kepada kehidupan seksual sebanyak 3 kata, menyebutkan kekurangan fisik maupun kekurangan mental sebanyak 2 kata. Selanjutnya bentuk disfemia frasa dari 23 frasa mengandung nilai rasa emotif menyeramkan sebanyak 7 frasa, nilai rasa mengerikan sebanyak 1 frasa, nilai rasa menakutkan sebanyak 5 frasa, nilai rasa menjijikkan sebanyak 4 frasa, nilai rasa menguatkan sebanyak 6 frasa. Selain nilai rasa emotif juga ditemukan dalam bentuk kata yang mengandung nilai rasa ketabuan tidak ditemukan bentuk frasa yang mengandung nilai rasa ketabuan membandingkan manusia dengan hewan secara umum melalui perilaku, mengucapkan hal atau kata-kata tabu yang mencakup organorgan tubuh berupa fisik maupun kata-kata yang mengarah kepada kehidupan

seksual sebanyak 1 frasa, menyebutkan kekurangan fisik maupun kekurangan mental sebanyak 4 frasa. Terakhir yaitu bentuk disfemia klaussa ditemukan sebanyak 20 klausa yang mengandung nilai rasa emotif menyeramkan sebanyak 9 klausa, nilai rasa mengerikan sebanyak 4 klausa, nilai rasa menakutkan sebanyak 0 klausa, nilai rasa menjijikkan sebanyak 2 klausa, nilai rasa menguatkan sebanyak 5 klausa.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak bebas libat cakap. Metode simak bebas libat cakap adalah metode yang tidak melibatkan peneliti dalam pembentukan dan pemunculan data (Sudaryanto, 1993:133). Metode ini digunakan dengan cara menyimak kolom komentar di Account Youtube Najwa Shihab tema “Ujian Reformasi”.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat. Yakni mencatat hasil dari proses menyimak pada kolom komentar komentar Account Youtube Najwa Shihab “Ujian Reformasi" bagian 1-7. Cara kerjanya ialah pertama membaca komentar warganet dalam kolom komentar Account Youtube Najwa Shihab. Kemudian menentukan komentar Warganet yang mengandung disfemia sesuai kriteria yang sudah ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Prosedurnya yakni mengambil tangkapan layar (screenshoot) dari komentar Warganet yang berdisfemia, pencatatan komentar ke dalam tabel, lalu menandai bentuk disfemia dengan huruf tebal agar memudahkan peneliti dalam melakukan analisis.

Analisis data merupakan bagian utama dalam penelitian ini, sebab melalui analisis data dapat diperoleh hasil penelitian dan simpulan. Pengelompokan data menggunakan metode padan. Metode padan, sering juga disebut metode identitas (identity method), adalah suatu metode yang dipakai untuk menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan menggunakan alat penentu di luar bahasa yang bersangkutan. Analisis data menggunakan metode agih, merupakan metode yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan tanpa melihat luarnya (Sudaryanto, 1993:15).

Teknik yang digunakan ialah teknik pilah unsur penentu (PUP). Teknik dasar yang dimaksudkan di sini adalah teknik pilah unsur penentu atau teknik PUP. Alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Sesuai dengan jenis penentunya, maka daya pilah itu dapat disebut daya pilah referensial, daya pilah ortografis, dan daya pilah pragmatis (Zaim, 2014:102-103). Daya pilah yang digunakan adalah daya pilah referensial. Daya pilah yang dimiliki oleh peneliti dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan referen, sehingga dia dapat membagi satu satuan lingual menjadi berbagai jenis, misalnya, nomina, verba, adjektiva, dan lain sebagainya. Daya pilah itu dapat dipandang sebagai alat, sedangkan penggunaan alat yang

bersangkutan disebut teknik, yaitu, teknik pilah unsur penentu (Zaim, 2014:102-103). HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis disfemia merupakan cara mengungkapkan pikiran dengan menggunakan kata-kata yang mempunyai makna-makna yang kasar ataupun berkonotasi tidak sopan (Prasetyo, 2018:35). Selain itu, disfemia juga digunakan untuk menggantikan kata yang maknanya halus, biasa atau tidak menyinggung perasaan dengan kata yang maknanya keras, kasar, dan bernotasi tidak sopan. Pemakaian disfemia dapat diketahui dari konteks peristiwa atau berita yang disajikan. Kolom komentar Account Youtube Najwa Shihab perihal tema “Ujian Reformasi” menyuguhkan berbagai dinamika tanggapan netizen tentang peristiwa aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Perdebatan sengit para akademisi khususnya mahasiswa dan wakil-wakil rakyat membuat netizen berbondong-bondong memberikan tanggapannya. Tanggapan tersebut beragam, mulai dari merespon, mengutip, hingga mengumpat yang dituangkan di kolom komentar. Berbagai respon yang dilontarkan oleh netizen dalam kolom komentar dituangkan dalam bentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat. Bentuk-bentuk tersebut mengindikasikan adanya penggunaan disfemia dalam struktur komentar tersebut.

Disfemia dalam kolom komentar Account Youtube Najwa Shihab dikelompokkkan menjadi empat bentuk yakni kata, frasa, klausa, dan kalimat Keempat bentuk tersebut dipaparkan dengan tambahan tangkapan gambar disertai analisis untuk mengulas secara penuh bentuk disfemia didalamnya. Dari total 70 data yang dianalisis ditemukan 36 disfemia bentuk kata yakni kata jijik, bacot, idiot, congor, burik, tampol, bejat, enek, waras, ngebebek, oon, dungu, iblis, kadrun, berak, ketololan, bacok, belat-belit, goblok, babi, bajingan,penjilat, gila, asem, budek, kampret, nonjok, keciduk, congor, keblinger, munafik, bobrok, antek-antek, ludahin, telanjang, dan pecut. 26 bentuk frasa yakni gangguan jiwa, ngegas mulu, silat lidah, bebel amat, kenalpot bocor, ngaco banget, otak kinderjoy, casan kodok, baku hantam, kepiting rebus, mati kutu, asu kabeh, politikus bangsat, bau tanah, kutu loncat, tukang obat, mabok kecubung, gobloknya kebablasan, sakit jiwa , peler gede, otak selangkangan, biji peler, muka badak, mulutnya bau, dan kacung kapitalis.

Dua bentuk disfemia klausa yakni mobil jenazahnya sudah menunggu dan mulutnya bau kebusukan. Serta enam bentuk disfemia kalimat selankanganku milik pacarku, bukan milik negara, lempar pisok enak kali ya mulutnya, lambemu kui fahri hamzah jaluk di sampluk clurit, kowe gawe ruu, meh ngetok palu sak-sak mu tenan ora nyadar su, otak apa kembang kol, dan gobloknya sampe sumsum tulang belakang. Bertaut dari fakta tersebut, berikut diuraikan bentuk-bentuk disfemia dalam kolom komentar Account Youtube Najwa Shihab “Ujian Reformasi”.

Disfemia Bentuk Kata

Disfemia bentuk kata dalam kolom komentar Account Youtube Najwa Shihab “Ujian Reformasi” begitu kentara ditampilkan. Kata berdisfemia ini ada yang berupa kata dasar dan kata yang terbentuk karena proses morfemis. Kata merupakan satuan gramatikal bahasa yang paling kecil yang dapat berdiri sendiri. Sesuai dengan kriteria analisis kata, yang termasuk disfemia disini mengacu kepada penggunaan kata yang mempunyai nilai yang kasar dan secara konteksnya tidak tepat untuk digunakan. selain itu, kata yang ditemukan diperhitungkan dengan pembacaan mandalam serta interpretasi simbolik guna melihat potensi adanya muatan ujaran kebencian didalamnya.

  • (1)    Yang Jijik Sama Fahri Hamzah Like!!! (DKN.69.2019) Yang terganggu sama fahri hamzah Like


A. Mousawi ∙ 1 tahun yang Ialu

yang Jijiksama fahri hamzah likeiπ A A A

aS 14 rb ζP ≡] 143

Komentar (1) merupakan disfemia bentuk kata. Kata yang dimaksud ialah kata jijik. Kata jijik merupakan padanan kata yang digunakan untuk mengasarkan makna dari kata terganggu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jijik artinya kata seru untuk menyatakan rasa tidak suka (karena keji, kotor, dan sebagainya). Konteks ujaran tersebut ditujukan terhadap salah satu oknum anggota DPR sebagai ekspresi kekecewaan netizen. Jijik merupakan jenis kata keterangan untuk menyatakan sesuatu. Akan tetapi, dalam makna semantiknya, kata tersebut mengalami bentuk disfemia untuk menggantikan kata terganggu. Dilihat dari segi nilai rasa, kata jijik dalam kalimat (1) mengandung nilai rasa kasar serta emotif cibiran yang mengarah pada ujaran kebencian.

  • (2)    Sumpill itu bapack bapack banyak bachott ya nyebelin (DKN.12.2019)

Sumpah itu bapak-bapak banyak bicara ya buat kesal

Nada Syifa ∙ 9 bulan yang Ialu

19 ∕ Sumpilllitubapackbapackbanyakbachottya nyebelinn

α⅛2 ςp                              :

Kata bachot dalam kalimat (2) tersebut merupakan bentuk disfemia dalam bentuk kata. Bachot merupakan penegasan dari kata bacot. Penambahan konsonan h di tengah-tengah kata membuat nilai rasa kasar serta emotif penegasan kekesalan. Kata bacot merupakan pengasaran dari kata banyak bicara. Banyak bicara memiliki makna yang lebih halus dari pada bacot. Biasanya kata tersebut digunakan dengan perasaan atau nilai rasa emosi terhadap lawan berbicara yang kelewat batas. Tampaknya netizen meluapkan kekesalannya terhadap pembicara dalam diskusi di Account Youtube Najwa Shihab “Ujian Reformasi”. Konteks ujaran kata bacot tersebut, ditujukan untuk oknum bapak-bapak dalam tayangan Youtube tersebut. Bapak-bapak yang terlalu banyak bicara tersebut membuat kesal para netizen yang diungkapkan dalam komentar (2).

Disfemia Bentuk Frasa

  • (3)    Fhr gaguan jiwa (DKN.20.2019)

Aki-aki ngegas mulu korupsi yaa uppsss

Afidah as maul ■ 1 tahun yang Iaiu

Fhr gaguan jiwa⅛⅛

& ςc H                 :

AkmilNadira-Sbulanyanglalu

Aki aki ngegas Mulu ^

Korupsi yaa uppsss

⅛        W               j

Komentar (36) dan (37) masing-masing terdapat disfemia bentuk frasa. frasa tersebut adalah gangguan jiwa dan ngegas mulu. Frasa gangguan jiwa merupakan pengasaran dari frasa hilang akal. Gangguan jiwa memiliki nilai rasa kasar dan emtotif menjatuhkan perasaan mental orang. Paling tidak, sebelum mendiaknosa atau memberikan justifikasi terhadap kondisi kejiwaan seseorang diperlukan pemahaman mendalam perihal masalah kejiwaan. Sebab, setiap orang tidak dapat dengan besar hati menerima frasa gangguan jiwa.

Frasa ngegas mulu dalam komentar (37), merupakan padanan kata untuk mengasarkan makna dari berbicara terus. Ngegas mulu dilihat dari bentuk leksikal, terdiri atas dua kata yakni ngegas dan mulu. Kedua kata tersebut masing-masing merupakan bentuk kata tidak baku. Ngegas merupakan pelesetan atau bahasa gaul untuk kata berbicara. Orang yang suka berbicara terus-menerus diibartkan sedang

mengegas sebuah kendaraan. Lebih lanjut, kedua frasa di atas tidak sepatutnya digunakan dalam kolom komentar.

Disfemia Bentuk Klausa

  • (1)    “oh sudah selesai?”

Mobil jenazahnya sudah menunggu (DKN.7.2019)

ling Ingwi * 1 tahun yang Ialu "oh sudah selesai?"

Mobiljenazahnya sudah menunggu..

6 601 ςP ≡] 18                         =

Klausa mobil jenazahnya sudah menunggu merupakan bentuk pengasaran makna yang digunakan oleh netizen dengan maksud untuk :menyuruh” salah satu nara sumber yang mengucapkan kalimat “oh sudah selesai” untuk pulang saja. Klausa mobil jenazahnya sudah menunggu mengisyaratkan makna yang kasar seolah-olah “mendoakan” seseorang untuk lebih cepat meninggalkan alam dunia. Hal tersebut tentu tidak elok jika dipandang dari perpsektif esensi kemanusiaan. Akan tetapi. Komentar tersebut ditulis oleh netizen, berangkat dari adanya pernyataan salah seorang narasumber pada diskusi “Ujian Reformasi” di Account Youtube Najwa Shihab memicu lahirnya komentar tersebut.

  • (1)    Kakek’ GK inget umur udh pen mati juga masih ae mulutnya bau kebusukan wkwk (DKN.13.2019)

Komentar 7,3 rb                   z X

k Zidni Altiyan K ■ 1 tahun yang Ialu

Kakek" GK inget umur udh pen mati juga masih ae mulutnya bau kebusukan wkwk

[62 ςp Ej                        :

Komentar tersebut memberikan adanya indikasi penggunaan disfemia berbentuk klausa. Klausa yang dimaksud ialah mulutnya bau kebusukan. Dilihat dari segi leksikal, klausa tersebut terdiri atas mulutnya, bau, dan kebusukan. Mulut merupakan organ tubuh manusia, bau merupakan apa yang ditangkap oleh indera

penciuman, dan kebusukan merupakan sebuah kejelekan. Jika dibedah lagi, kebusukan mengalami proses morfemis yakni terdiri atas konfiks [ke-an]. Klausa mulutnya bau kebusukan dimaksudkan untuk mengumpamakan pembicaraan narasumber dalam Account Youtube Najwa Shihab yang tidak disukai sehingga apa yang dibicarakan dianggap menyimpan sebuah kejelekan. Klausa tersebut seharusnya tidak digunakan sebab mengalami bentuk pengasaran.

Disfemia Bentuk Kalimat

  • (1)    Selankanganku milik pacarku, bukan milik negara (DKN.70.2019)

Gendra Achir ∙ 9 bulan yang Ialu

"Selangkanganku milik pacarku, bukan milik negara~"

  • □54 ςp ei

Komentar tersebut merupakan disfemia bentuk kalimat. kalimat yang dimaksud ialah mengacu pada kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Kata selangkangan pada kalimat tersebut tidak mengandung maksud sebenarnya. Perhatika arti selangkangan dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang berarti celah kangkang; kunci paha. Akan tetapi, dalam kalimat tersebut selangkangan yang dimaksud ialah organ intim. Maksunya dapat dilihat dari keutuhan kalimat yakni perihal konteks kalimat, didapatkan sebuah modus untuk menyampaikan kritikan perihal masalah hubungan percintaan adalah ranah privat yang harus dilindungi oleh Negara bukan dilegitimasi oleh Negara. Aspek-aspek kenyamanan dalam berwarna Negara yang dicoba ditonjolkan dalam komentar tersebut.

Selain itu, dari segi nilai rasa, kalimat tersebut mengandung unsur-unsur ketabuan yang dapat menimbulkan bias perpsepsi. Jika tidak berterima dengan baik, maka kalimat tersebut akan mengarah pada ujaran kebencian. Ujaran kebencian tersebut misalnya tergolong dalam bentuk penghinaan terhadap gender yang tidak selaras dengan komentar tersebut.

(1) Oh udh selesai? (DKN.9.2019)

Lempar pisok enak kali ya mulutnya


Rahma Anisa • 1 tahun yang Ialu

Oh udh selesai?

Lempar pisok enak kali ya m 22itnya -

Kalimat tersebut merupakan kalimat yang sudah mengalami pengasaran. Seharusnya kalimat yang digunakan ialah memberikan peringatan terhadap orang yang tidak disukai tersebut. Jika dilakukan dengan cara demikian pada kalimat di atas, maka akan menimbulkan kekesaran. Dilihat dar segi nilai rasa, maka kalimat tersebut memiliki rasa kejam.

SIMPULAN

Bersumber analisis di atas, dapat diambil sebuah simpulan sebagai berikut. Pertama, bentuk disfemia yang digunakan netizen dalam kolom komentar account youtube Najwa Shihab “Ujian Reformasi" terdiri atas bentuk kata, frasa, klausa dan kalimat. Dari total 70 data, penggunaan disfemia didominasi oleh bentuk kata dengan 36 data. Disfemia bentuk frasa 26 data, kemudian 2 data bentuk disfemia klausa. Terakhir 6 data bentuk disfemia kalimat. Adanya bentuk disfemia tersebut dimaksudkan untuk mengasarkan dan menguatkan pemaknaan dalam aspek komentar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga jurnal yang berjudul “Disfemia Dalam Kolom Komentar Account Youtube Najwa Shihab” dapat diselesaikan pada waktunya. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Ketut Darma Lakasana, M.Hum., selaku pembimbing I dan Drs. I Gst. Ngr. Kt. Putrayasa M.Hum selaku pembimbing II atas bantuan, perhatian, serta bimbingan dalam penyelesaian jurnal ini. Terima kasih kepada Dra. Ni Putu N. Widarsini, M. Hum., selaku PA atas bimbingan dan semangat yang diberikan selama masa perkuliahan. Keluarga saya tercinta kepada kakek saya, paman , adek, dan segenap kelurga yang telah memberi kasih sayang perhatian dan moril dan materil serta dukungan dan semangat untuk saya agar dapat menyelesaikan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. (2010). Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Allan, Keith. 1991. Euphemism dan Dysphemism Language Used As Shield an Weapons .

London: United States Of London Oxford University Press.

Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Chaer, Abdul. (2010). Sosiolingiustik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul, 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).Jakarta: Pusat Bahasa.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguitik:Rancangan Metode Penelitian dan

Kajian. Bandung: Eresco.

Hardiyanto. 2008. Leksikologi Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.

Lestari. 2013. “Disfemia dalam Rubrik Bola Nasional pada Tabloid Bola”. Skripsi. Prodi

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Moloeng, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda.

Muhadjir, Noeng, 2000, “Metode Penelitian Kualitatif, Jogja: Rake Sarasin.

Rahmita.2008. Tindak Tutur Ekspresif Pada Wacana Ruprik Sms Anda Tabloid Cempaka”.

Skripsi Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetyo, 2018. “Disfemia Dalam Kolom Komentar Warganet Di Line Today ”. Skripsi.

Universitas Negeri Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa Dan Seni: Jakarta.

Santoso, Joko. 2003. Semantik. Diktat. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni UNY.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana

Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Verhaar,J. W. M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada.

Zaim. M. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural. Padang: Sukabina Press Padang.

Sumber Internet

Erlinawati. 2017. “Penggunaan Disfemia Dalam Kolom Komentar Para netizen Di Situs Online Kompas.com Pada rubrik Politik”. Skripsi. https://eprints.uny.ac.id/. Diakses 2 Agustus 2020.

PROFIL PENULIS

Indri Nur Farida seorang mahasiswa dari Prodi Sastra Indonesia angkatan tahun 2017. Lulusan di salah satu SMAN 1 Petanahan pada tahun 2017. Kemudian di tahun 2017 dia memilih untuk melanjutkan pendidikannya dan mengikuti tes masuk perguruan tinggi di Universitas Udayana.

Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum. memproleh gelar Magister Humaniora dan Doktor Linguistik pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta/Depok. Tesis (1994) dan disertasinya (2003) masing-masing dengan sedikit perubahan, terbit menjadi buku Majas dalam Bahasa Pers dan Tabu Bahasa: Salah Satu Cara Memahami Kebudayaan Bali. Saat ini, dia menjabat Guru Besar bidang etnolinguistik yang dikukuhkan pada 6 November 2010 dan masih mengajar pada Program Studi Sastra Indonesia dan Program Magister (S-2) dan Program Doktor (S-3) Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa meraih gelar sarjana muda tahun 1980 dan sarjana 1981 di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Udayana. Gelar magister dalam bidang ilmu linguistik diperoleh pada tahun 1998 di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Judul tesisnya adalah ”Hubungan Kekerabatan Bahasa Rote_Dawan_Tetun: Kajian Linguistik Historis Komparatif”. Sejak tahun l983 sampai saat ini bertugas sebagai dosen di almamaternya Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Udayana. Mengampu mata kuliah Teori Semantik, Teori Sintaksis, Linguistik Historis Komparatif, Seminar Proposal, dan MKU Bahasa Indonesia. Aktif melakukan kegiatan ilmiah, seperti pengabdian masyarakat, penelitian, seminar, dan kegiatan ilmiah lainnya.

25