STILISTIKA

Journal of Indonesian Language and Literature

Vol.01, No.01: Oktober 2021, pp-125- 141.

ANALISIS KOHESI, KOHERENSI, DAN SKEMATIK TEKS SURAT PEMBACA BALI POST TERKAIT COVID-19 PERIODE MARET-AGUSTUS 2020

Uun Yemima Situmorang1*, I Wayan Pastika2, dan I Made Madia3 1,2,3)Universitas Udayana

Posel: [email protected]

Artikel dikirim: 31 Agustus 2021; Diterima: 1 Oktober 2021

COHESION, COHERENCE, AND SCHEMATIC ANALYSIS OF BALI POST LETTERS RELATED TO COVID-19 FOR THE MARCH-AUGUST 2020

Abstract - This study discusses cohesion, coherence, and schematic in the text of the Bali Post reader's letters. Reader's letters contain short letters written by the public with topics that are in accordance with the current situation and related to the public interest. The choice of topics related to Covid-19 is due to the fact that currently many people are writing their complaints due to the Covid-19 pandemic or expressions of praise related to handling Covid-19 which are conveyed through letters to readers of Bali Post. The purpose of this study was to determine the tools of cohesion, coherence and schematic of the text of the Bali Post reader's letter. The methods and techniques of data collection used in this study are the method of listening to the technique of note taking. At the data analysis stage, the distribution method and the matching method were used with the deletion and substitution techniques. Based on the analysis, the following results were found. First, it was found the use of cohesion tools, both grammatical cohesion consisting of reference, substitution, deletion, and concatenation as well as lexical cohesion consisting of repetition, word equivalents, opposites, synonyms, and equivalence. Second, the elements of coherence found include cause-and-effect relationships, means-result relationships, cause-reason relationships, means-end relationships, conclusions-setting relationships, slack-result relationships, conditional-result relationships, comparative relationships, and relationships paraphrastic, amplification relationship, time/temporal additive relationship, nontime/temporal additive relationship, identification relationship, generic-specific relationship, and like relationship. Third, a schematic of the text was found consisting of a title structure, opening structure, content structure, and closing structure.

Keywords: cohesion, coherence, reader's letter, schematic

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk fungsi media massa adalah sebagai media komunikasi yang salah satunya direpresentasikan oleh kehadiran surat kabar. Media cetak ini biasanya menyediakan rubrik surat pembaca. Surat pembaca memiliki fungsi sosial yang memberi kesempatan kepada masyarakat pembaca untuk menyampaikan kritik, keluhan, informasi, dan ucapan terima kasih tentang apa saja yang menyangkut kepentingan diri individu, kelompok atau pun masyarakat yang disampaikan dengan tulisan. Rubrik ini merupakan layanan publik yang disediakan redaksi media terhadap masyarakat untuk mendapat perhatian dari lembaga lain atau pemerintah karena menyangkut kepentingan publik. Salah satu wacana tulis di media massa yang menyajikan teks surat pembaca adalah media surat kabar Bali Post. Bali Post adalah nama surat kabar harian yang terbit di Bali dan merupakan salah satu harian dengan oplah terbesar di Bali. Salah satu topik yang sering muncul adalah musibah atau bencana nasional yang terjadi saat ini yaitu pandemi Covid-19 asal Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Musibah tersebut mengakibatkan banyak surat pembaca yang berisikan tentang keluhan dan himbauan terkait dengan Covid-19 ataupun ungkapan pujian terhadap pemerintah dalam penanganan Covid-19.

Dalam memudahkan pemahaman, teks surat pembaca yang dihasilkan harus kohesif, koheren dan memiliki skematik yang jelas. Teks yang kohesif dan koheren merupakan teks yang utuh, yakni informasi dalam suatu teks runtut dari awal sampai akhir. Pada dasarnya, kohesi merujuk pada perpautan bentuk, sedangkan koherensi merujuk pada perpautan makna. Halliday dan Hasan (dalam Rani, dkk. 2006: 117) membagi unsur-unsur kohesi dalam wacana dibagi menjadi dua, yakni kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal merupakan unsur-unsur wacana berupa kata atau kalimat yang digunakan untuk menyusun suatu wacana sehingga memiliki keterkaitan yang padu dan utuh. Kohesi leksikal merupakan keterpautan makna dalam wacana juga dilihat pada segi kosa katanya. Sementara itu, koherensi dapat diartikan sebagai hubungan semantis, artinya hubungan tersebut tejadi antarproposisi. Hubungan semantis yang dimaksud seperti hubungan sebab-akibat, sarana-hasil, alasan-sebab, sarana tujuana, latar-kesimpulan, kelonggara-hasil, syarat-hasil, perbandingan, parafrastis, amplikatif, aditif waktu, aditif non waktu, identifikasi, generik-spesifik, dan ibarat sehingga kesinambungan ide yang terdapat dalam sebuah teks menjadi bermakna dan informasi ada yang disampaikan dengan jelas (Mulyana 2005:31). Dengan memerhatikan uraian tersebut, kohesi dan koherensi adalah bagian yang harus ada dalam sebuah teks. Begitu juga skematik dalam surat pembaca harus diurutkan

sesuai dengan struktur surat pembaca yang terdiri dari struktur judul, pembukaan, isi dan penutup. Skematik merupakan bagaimana bagian dan urutan dikemas secara utuh atau dapat dikatakan dengan kerangka suatu teks. Adanya struktur teks surat pembaca tersebut memudahkan para pembaca untuk memahami bentuk isi dari surat pembaca dari awal sampai akhir.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis kohesi, koherensi, dan skematik pada teks surat pembaca Bali Post karena topik yang dominan dalam teks ialah tentang wabah Covid-19 dengan skala nasional yang sebelumnya belum pernah dianalisis dan surat-surat pendek yang ditulis ini ditulis oleh berbagai kalangan masyarakat dengan variasi penanda kohesi, koherensi, dan skematik yang menarik untuk diteliti.

Kajian pustaka dalam penelitian digunakan untuk membandingkan dengan penelitian yang sudah ada. Adapun beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Sifandi (2014), penelitian dan penelitian Rony (2019).

Sifandi (2014) dalam penelitiannya berjudul “Wacana Pengampunan Pajak: Kajian Kohesi dan Koherensi” menggunakan teori kohesi Halliday & Hasan (Dewi 2010: 20) dan teori koherensi yang dikemukakan Kridalaksana (Mulyana 2005: 32). Hasil yang didapat dari penelitian Sifandi antara lain alat-alat kohesi gramatikal meliputi referensi, substitusi, elipsis, konungsi, dan ekuivalensi; unsur koherensi meliputi hubungan sebab-akibat, hubungan sarana-hasil, hubungan alasan-sebab, hubungan sarana-tujuan, hubungan latar-kesimpulan, hubungan kelonggaran-hasil, hubungan syarat-hasil, hubungan perbandingan, hubungan parafrasis, hubungan amplikatif, hubungan aditif waktu, hubungan aditif nonwaktu, hubungan identifikasi dan hubungan generik-spesifik. Penelitian Sifandi dengan penelitian ini gayut karena memiliki persamaan di dalam analisis, yaitu kohesi dan koherensi dengan menggunakan teori yang sama. Perbedaaanya terletak pada objek yang diteliti. Penelitian Sifandi menggunakan teks berita pada media daring, sedangkan dalam penelitian ini digunakan teks surat pembaca Bali Post dan dikaji skematik teks surat pembaca Bali Post.

Penelitian Rony (2019) yang berjudul “Analisis Kohesi, Koherensi dan Peristilahan Medis pada Wacana Media Saluran You Tube Clarin Hayes”. Dalam penelitian Rony digunakan teori kohesi Halliday & Hasan (1976) dan teori koherensi dari Kridalaksana. Hasil yang didapat dari penelitian Rony antara lain alat-alat kohesi gramatikal meliputi referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan unsur koherensi meliputi hubungan sebab-akibat, hubungan sarana-hasil, hubungan alasan-sebab, hubungan sarana-tujuan, hubungan latar-kesimpulan, hubungan

kelonggaran-hasil, hubungan syarat-hasil, hubungan perbandingan, hubungan parafrasis, hubungan amplikatif, hubungan aditif waktu, hubungan aditif nonwaktu, hubungan identifikasi dan hubungan generik-spesifik. Peneitian Rony dengan penelitian ini relevan karena sama-sama menganalisis kohesi dan koherensi dengan teori yang sama. Perbedaaanya terletak pada objek dan rumusan masalah ketiga. Penelitian Rony objeknya ialah wacana Media Saluran You Tube Clarin Hayes, dan aspek yang dikaji adalah peristilahan medis, sedangkan penelitian ini objeknya ialah teks surat pembaca Bali post yang juga mengkaji skematik teks surat pembaca Bali Post.

Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah metode simak (observasi). Metode simak digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015:203). Setelah dilakukan proses simak, dilakukan teknik catat yang dilakukan setelah data berupa surat pembaca yang dinilai cukup untuk dijadikan penelitian kemudian dicatat untuk dianalisis mengenai alat-alat kohesi, koherensi, skematik teks surat pembaca Bali Post.

Selanjutnya, metode analisis data yang digunakan ialah metode agih dengan teknik lesap dan substitusi. Metode agih adalah metode yang alat penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan, yakni berupa wacana tulis yang dibentuk dengan menggunakan bahasa (Sudaryanto, 2015:18). Teknik lesap merupakan teknik yang dilakukan dengan cara melesapkan atau menghilangkan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan, sedangkan teknik ganti (substitusi) menyelidiki adanya kesejajaran distribusi antara satuan lingual atau antara bentuk linguistik yang satu dan satuan lingual lainnya (Sudaryanto, 2015:48). Selain itu, digunakan juga metode padan dengan teknik pilah unsur penentu (PUP). Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentuanya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 2015:25). Daya pilah dalam teknik ini menggunakan daya pilah referensial atau disebut dengan metode padan referensial, yaitu metode padan yang alat penentunya menggunakan referen atau sosok yang diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu (Kesuma, 2007:52).

Setelah data dianalisis, data disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Secara formal hasil analisis disajikan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang, sedangan secara informal disajikan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto 2015:241). Teknik yang digunakan adalah teknik deskriptif, yaitu teknik yang mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir,1988:63).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini dilakukan dengan membagi data berdasarkan kohesi, baik kohesi gramatikal maupun leksikal, unsur koherensi, dan skematik pada teks surat pembaca Bali Post periode Maret--Agustus 2020.

Kohesi

Teori yang digunakan untuk menganalisis kohesi, yaitu teori kohesi yang dikemukakan oleh Halliday dan R. Hasan (1976). Kohesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Berikut uraian mengenai kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang terdapat dalam teks surat pembaca Bali Post.

Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah hubungan kohesif dalam wacana yang dicapai dengan penggunaan elemen dan sistem gramatikal atau hubungan antarunsur. Unsur kohesi gramatikal terdiri dari pengacuan (referensi), penggantian (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi).

Pengacuan (Referensi)

Pengacuan (referensi) adalah bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal (Ramlan dalam Mulyana, 2005: 27). Pengacuan ini

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. Contoh :“Saya menjadi was-was ketika wabah Covid-19 meluas ke mana-mana. Bahkan saya dengar dari teman, kini selain China banyak negara mulai membatasi penerbangan keluar-masuk wilayahnya. Ini artinya potensi penurunan jumlah wisatawan ke Bali sangat terbuka (BMS, 7/3/2020)”. Unsur saya merupakan pronomina persona pertama tunggal bentuk bebas dan termasuk jenis pengacuan yang bersifat eksofora karena acuannya berada di luar teks.

Penggantian (Substitusi)

Penggantian (substitusi) berkaitan dengan penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar berfungsi untuk memeperoleh unsur pembeda atau menjelaskan struktur tertentu. Contoh: “Saya juga membaca di Bali Post, Gubernur Bali Wayan Koster telah mengeluarkan imbauan serupa. Ia mengajak warga untuk tidak meninggalkan Bali atau masuk Bali selama masa tanggap darurat Covid-19 (ITM, 31/3/2020)”. Unsur ia memiliki hubungan substitusi dengan unsur Wayan Koster yang berfungsi untuk menghindari kemonotonan dalam kalimat.

Pelesapan (Elipsis)

Pelesapan (elipsis) berkaitan dengan penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain untuk mendapatkan kepraktisan bahasa yang digunakan menjadi lebih singkat dan mudah dimengerti dengan cepat. Contohnya: “Kabupaten Gianyar saya dengar untuk sementara waktu mengharapkan atau melarang pedagang-pedagang dari Bangli berjualan di pasar-pasar tradisional di wilayah Gianyar. Aturan ini memang kesannya membatasi peluang orang untuk mendapatkan rezeki. Tetapi Ø harus dilakukan untuk memastikan tak ada penukaran lokal dari daerah kabupaten yang dianggap zona merah ( MDP,20/5/2020)”. Terdapat pelesapan lingual unsur frasa nominal yang berfungsi sebagai keterangan, yaitu aturan ini memang. Unsur tersebut terletak setelah kata tetapi dan setelah dilengkapi kalimat tersebut menjadi “Aturan ini memang harus dikeluarkan untuk memastikan tak ada penukaran lokal dari daerah kabupaten yang dianggap zona merah”.

Perangkaian (Konjungsi)

Pada perangkaian terdapat berbagai macam makna, seperti menyatakan hubungan waktu, hubungan syarat, hubungna tujuan, hubungan perlawanan, hubungan pemilihan, hubungan konsesif, hubungan penyebaban, hubungan cara, hubungan penjumlahan, hubungna hasil, hubungan optatif, dan hubungan komplementasi. Contohnya: “Saya tak tahu mau menyampaikan apa dalam hal ini. Ketika banyak berita beredar di media sosial, saya menjadi mendapatkan informasi yang tidak falid dan informasi hoax. Saya tak tau mau menyampaikan apa dalam hal ini (MPPH, 30/3/2020)”. Konjungsi ketika merupakan hubungan waktu yang dipakai untuk menggambarkan informasi tidak valid dan informasi hoax yang berasal dari banyak barita beredar di media sosial.

Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal merupakan hubungan antarunsur secara semantik dalam wacana yang meliputi pengulangan (repetisi), padan kata (sinonim), lawan kata (antonim), sanding kata (kolokasi), dan kesepadanan (ekuivalensi).

Pengulangan (Repetisi)

Pengulangan (repetisi) merupakan pengulangan leksem yang sama dalam wacana. Repetisi digunakan untuk menegaskan maksud pembicara, contohnya: “Pada bulan pertama dan kedua, saya yakin masih banyak pihak yang kuat menyalurkan bantuan. Namun, pada bulan-bulan berikutnya sering kali bantuan seret. Untuk itu agar penyaluran terkoordinasi pemerintah desa mungkin bisa menjadi rujukan terbaik dalam mengaur distribusi bantuan. Hal lainnya, sering kali bantuan salah sasaran. Banyak yang kaya dapat bantuan, sementara yang miskin terabaikan (APB, 15/5/2020)”. Unsur bantuan berupa nomina terdapat adanya

pengulangan (repetisi) sebanyak empat kali yang bertujuan untuk menegaskan penyaluran bantuan dilakukan lebih merata.

Padan Kata (Sinonim)

Padan kata (sinonim) adalah hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana (Sumarlam, 2003:39), contohnya: “Memang kini zaman susah dan mungkin juga memasuki masa sulit, tetapi kepedulian hendaknya tetap dibangun. Para pengusaha ini hendaknya saling membantu dan bergotong royong untuk mempercepat pemulihan Bali (BSM, 13/5/2020)”. Kata susah dan sulit menunjukkan kata-kata sepadan yang mengacu pada makna yang sama, yaitu sukar dan berat untuk untuk dikerjakan.

Lawan Kata (Antonim)

Lawan kata (antonim) adalah satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual lain (Sumarlam, 2003:40). Contohnya sebagai berikut. “Pasar tradisional kini menjadi klaster yang menakutkan. Ratusan pedagang menjalani tes swab di sejumlah pasar. Ini artinya, pasar memang perlu perhatian khusus bagi Bali. Terlebih di pasar tradisional berkumpul para pembeli dan penjual yang juga pendatang (AWBP, 24/6/2020)”. Kata pembeli berlawanan dengan kata penjual. Kata pembeli berarti orang yang membeli sesuatu sedangkan kata penjual berarti orang yang menjual sesuatu.

Sanding Kata (Kolokasi)

Sanding kata (kolokasi) adalah pemakaian kata-kata yang berada di lingkungan yang sama. Kata-kata yang berkolokasi cenderung dipakai dalam suatu dominan ataujaringan tertentu. Contohnya sebagai berikut. “Kejadian outbreak virus Covid-19 ini diakibatkan oleh ketidakstabilan, ketidakharmonisan elemen Tri Hita Karana (manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam”. Unsur ketidakstabilan dan ketidakharmonisan elemen Tri Hita Karana (manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam) termasuk kolokasi. Kata dan frasa tersebut berkolokasi dalam dampak kejadian outbreak Covid-19.

Kesepadanan (Ekuivalensi)

Kesepadanan (ekuivalensi) adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, 2003: 46). Kesepadanan (ekuivalensi) ditandai dengan sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya hubungan kesepadanan. Contohnya sebagai berikut. “Saya berharap mudah-mudahan Bali bisa mengendalikan kematian akibat Covid-19. Jika kita memang harus disiplin maka kita harus bekerja keras. Patuhi aturan pemerintah dan kendalikan diri. Tidak

hanya itu, mudah-mudahan ke depan Bali segera bisa mengendalikan penyebaran Covid-19 sehingga bisa segera pulih (MRKDB, 13/6/2020)”. Terdapat hubungan kesepadanan, yaitu kata mengendalikan dan kendalikan. Kata tersebut terbentuk dari kata dasar kendali

Koherensi

Koherensi berarti hubungan semantis yang terjadi antarproposisi dan direpresentasikan dengan perpautan kalimat (bagian) yang satu dengan yang lain (Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:32). Hubungan semantis yang dimaksud dalam koherensi, yaitu hubungan sebab-akibat, hubungan sarana-hasil, hubungan alasan-sebab, hubungan sarana-tujuan, hubungan latar-kesimpulan, hubungan kelonggaran-hasil, hubungan syarat-hasil, hubungan perbandingan, hubungan parafrastis, hubungan amplikatif, hubungan aditif waktu/temporal, hubungan aditif nonwaktu, hubungan identifikasi, dan hubungan generik-spesifik.

Hubungan Sebab Akibat

Hubungan-sebab akibat dinyatakan dengan kalimat pertama sebagai sebab, sedangkan kalimat berikutnya sebagai akibat. Contohnya sebagai berikut. “Sayangnya, ternyata selama ini pendataan tentang PMI asal Bali tak begitu valid. Angkanya tak jelas. Buktinya, ketika mereka datang tak ada kabupaten/kota yang bisa memastikan berapa jumlah warganya yang bekerja di kapal pesiar atau di luar negeri. Akibatnya ketika mereka datang, beban itu kembali diberikan ke desa adat untuk melakukan pelaporan atau pendataan (MTAP, 17/4/2020)”. Terdapat hubungan sebab-akibat bahwa pendataan PMI asal Bali yang tidak begitu valid dan angkanya tak jelas mengakibatkan beban diberikan ke desa adat untuk melakukan pelaporan atau pendataan. Hal ini ditandai dengan unsur akibatnya.

Hubungan Sarana Hasil

Hubungan sarana-hasil dinyatakan dengan kalimat yang satu menjadi sarana untuk tercapainaya hasil pada kaliamt lainnya. Contohnya sebagai berikut. “Saya secara pribadi juga menyampaikan terima kasih atas dedikasi Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Bali. Mudah-mudahan tetap semangat mengatasi masalah serius ini, terlebih kini angka kematian terus meningkat. Saya juga berharap tanggung jawab untuk menjauh dari pusat-pusat klaster Covid-19 menjadi kepedulian masyarakat (MKKC, 22/7/2020)”. Terdapat sarana hasil bahwa dedikasi Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 menginformasikan sumber-sumber

penularan Covid-19 di pasar tradisional, keluarga, dan perjalanan dalam daerah (PDD). Hal ini ditandai dengan adanya unsur terima kasih.

Hubungan Alasan-Sebab

Hubungan alasan-sebab dinyatakan dengan kalimat pertama menyatakan alasan dan penyebabnya dinyatakan pada kalimat berikutnya. Contohnya sebagai berikut. “Setiap kota dan kabupaten di Bali memiliki pasar malam atau pasar senggol. Dalam pandemi Covid-19 ini ternyata pasar malam tetap buka hingga dini hari. Ini menurut saya segera perlu diterbitkan karena pasar malam selalu ramai dikunjungi orang. Perlunya pembatasan jam operasional pasar malam karena di lokasi ini orang dengan latar belakang berbeda bertemu ( PJOPM, 5/4/2020)”. Terdapat adanya hubungan alasan sebab yang ditandai dengan adanya unsur karena. Data tersebut menjelaskan bahwa bertemunya orang dengan latar belakang berbeda mengakibatkan munculnya pembatasan jam operasional malam.

Hubungan Sarana-Tujuan

Hubungan sarana-tujuan dinyatakan dengan kalimat yang satu menyatakan hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang dinyatakan pada kalimat lainnya, contohnya sebagai berikut. “Gerakan menjaga Bali sudah digulirkan. Ini menjadi cara baru Bali menghadapi tantangan. Saya baca di harian Bali Post, ada banyak agenda yang dipaparkan Gubernur Bali Wayan Koster terkait tagline “We Love Bali” movement. Ini tentu menjadi kebijakan dan tagline yang mestinya menginspirasi semua elemen di Bali untuk bergerak mengatasi tantangan Bali ke depan (TBBD, 9/3/2020)”. Terdapat adanya hubungan sarana tujuan yang menjelaskan bahwa dalam mengatasi tantangan Bali ke depan terdapat agenda yang dipaparkan Gubernur Bali Wayan Koster, yaitu tagline “We Love Bali” movement. Hal ini ditandai dengan adanya unsur untuk.

Hubungan Latar Kesimpulan

Hubungan latar-kesimpulan dinyatakan dengan salah satu kalimat yang menyatakan kesimpulan atau bukti, contoh sebagai berikut. “Saya berharap Bali juga melakukan pembatasan serius bagi wisatawan dari negara-negara yang kini terjangkit wabah Covid-19 . Kita jangan dulu mengundang mereka datang ke Bali, sementara negara lain sudah membatasi kunjungan ke negerinya. Bayangkan, Arab Saudi saja berani menunda sementara umat Islam untuk umroh. Itu artinya ada kepentingan yang lebih strategis dalam menjaga keselamatan warganya (SAC, 3/3/2020)”. Terdapat adanya hubungan latar-kesimpulan yang menjelaskan bahwa

Bali dan Arab Saudi melakukan pembatasan serius bagi wisatawan dari negara-negara yang kini terjangkit Covid-19, sementara umat Islam di Arab Saudi umroh. Hal ini ditandai dengna unsur artinya.

Hubungan Kelonggaran-Hasil

Hubungan kelonggaran hasil dinyatakan dengan salah satu kalimat yang menyatakan kegagalan suatu usaha, contohnya sebagai berikut. “Saya menjadi waswas ketika wabah Covid-19 meluas ke mana-mana. Bahkan, saya dengar dari teman kini selain China banyak negara mulai membatasi penerbangan keluar-masuk wilayahnya. Ini artinya potensi penurunan jumlah wisatawan ke Bali sangat terbuka. Saya yakin Bali akan makin sepi. Terlebih ketika saya baca Bali Post, ada banyak pramuwisata mulai mengeluh. Di Kintamani banyak pramuwisata juga mulai mengeluh dan ada yang juga mulai melirik profesi lain (BMS, 7/3/2020)”. Terdapat adanya hubungan kelonggaran-hasil bahwa wabah Covid-19 yang meluas kemana-mana menyebabkan terbukanya penurunan jumlah wisatawan ke Bali dan banyak pramuwisata yang mengeluh bahkan mulai melirik profesi lain. Hal ini ditandai dengan adanya unsur penurunan.

Skematik

Skematik adalah kerangka suatu teks bagaimana teks tersebut disusun secara utuh. Menurut Van Djik, skematik atau alur menunjukkan bagaian-bagian dalam teks yang disusun hingga membentuk kesatuan arti (Eriyanto, 2011: 227). Skematik teks surat pembaca berbeda dengan surat menyurat pada biasanya. Dalam surat pembaca, alamat tujuan surat pembaca tidak ditulis pada bagian tersendiri sebagaimana surat biasa, tetapi demikian secara tersirat bisa diketahui surat pembaca itu ditujukan kepada siapa. Skematik teks surat pembaca terdiri atas struktur judul, pembukaan, isi, dan penutup.

Struktur Judul

Judul dapat diartikan sebagai cerminan mengenai suatu masalah yang diangkat dalam sebuah tulisan secara cepat yang letaknya berada pada paling awal. Judul dalam teks surat pembaca dapat diklasifikasikan berdasarkan dua bagian, yaitu berdasarkan segi struktur satuan kebahasaan dan berdasarkan tipe kalimat

Berdasarkan Struktur Satuan Kebahasaan

Berdasarkan struktur satuan kebahsaan, judul surat pembaca Bali Post ditemukan beberapa klasifikasi, yaitu dari segi frasa dan klausa. Klausa terdiri atas klausa lengkap dan tidak lengkap. Contoh sebagai berikut. “Anggaran Kesehatan Publik (3/4/2020)”. Judul tersebut merupakan frasa nominal yang frasa intinya ialah

anggaran kesehatan. “Bali Makin Sepi (7/3/2020)”. Judul tersebut merupakan klausa lengkap karena terdiri atas subjek dan predikat. Unsur Bali berfungsi sebagai subjek dan makin sepi berfungsi sebagai predikat. “Gudang Pangan di Bali (25/4/2020)”. Judul tersebut merupakan klausa tidak lengkap karena hanya terdiri atas subjek atau predikat saja dalam klausa. Unsur gudang pangan berfungsi sebagai subjek dan di Bali sebagai keterangan. \

Berdasarkan Tipe Kalimat

Berdasarkan tipe kalimat, judul yang ditemukan dalam surat pembaca Bali Post terdiri atas (1) tipe pernyataan (deklaratif), (2) tipe perintah (imperatif), (3) tipe pernyataan (interogatif), dan (4) tipe seruan (eksklamatif). Contoh sebagai berikut. “Surat Palsu Rugikan Diri Sendiri (17/4/2020)”. Contoh tersebut merupakan judul dengan tipe pernyataan yang isinya berupa berita. Judul tersebut bermakna bahwa adanya oknum yang memperjualbelikan surat keterangan sehat palsu yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang-orang sekitar. “Mohon Tetap Awasi PMI (17/4/2020)”. Contoh tersebut termasuk judul dengan tipe perintah yang ditandai dengan unsur mohon. Makna judul tersebut ialah permohonan agar pendataan pendatang PMI lebih akurat. “Kapan Puncak Pandemi di Bali (27/4/2020)”. Contoh tersebut termasuk judul dengan tipe pertanyaan yang ditandai dengan kata tanya kapan. Makna dalam judul tersebut ialah adanya pertanyaan penulis kapan puncak pandemi Covid-19 terjadi di Bali. “Bersyukur Kenormalan Baru Dibuka”. Contoh tersebut merupakan judul dengan tipe seruan yang bermakan adanya ungkapan syukur bahwa kenormalan baru telah dibuka yang ditandai dengan unsur bersyukur.

Struktur Pembuka

Secara umum teks surat pembaca Bali Post diawali penulis dengan pengenalan topik melalui opini yang disampaikan dan tidak dimulai dengan salam pembuka atau pun pengenalan identitas. Topik yang terdapat dalam surat pembaca Bali Post dapat diklasifikasikan menjadi beberapa topik, seperti tentang dampak Covid-19, upaya dalam mengatasi Covid-19, pujian/dukungan kepada pemerintah dalam penanganan dampak Covid-19, kritikan terhadap kinerja pemerintah dalam penanganan Covid-19, pemberian informasi terbaru terkait penyebaran Covid-19, sektor paparan Covid-19, peningkatan mobilitas penduduk, pengetatan pencegahan penularan Covid-19, informasi kategori hasil rapid test. Contoh sebagai berikut.

Topik Tentang Dampak Covid-19

“Saya menjadi waswas ketika wabah Corona meluas ke mana-mana. Bahkan, saya dengar dari teman kini selain China banyak negara mulai membatasi

penerbangan keluar–masuk wilayahnya. Ini artinya potensi penurunan jumlah wisatawan ke Bali sangat terbuka (7/3/2020)”.

Data tersebut termasuk dampak Covid-19 yang terjadi di sektor pariwisata dan ekonomi Bali. Pengenalan topik tersebut disampikan dalam bentuk pernyataan bahwa penulis menyampaikan informasi dampak yang terjadi di sektor pariwisata, yaitu bahwa banyak negara-negara sudah membatasi pernerbangan keluar-masuk wilyahnya yang artinya akan berpengaruh pada penurunan jumlah pariwisata Bali.

Topik Tentang Upaya/Kebijakan dalam Mengatasi Dampak Covid-19

“Gerakan menjaga Bali sudah digulirkan. Ini menjadi cara baru Bali menghadapi tantangan. Saya baca di harian Bali Post, ada banyak agenda yang dipaparkan Gubernur Bali Wayan Koster terkait tagline ‘’We Love Bali’’ Movement. Ini tentu menjadi kebijakan dan tagline yang mestinya menginspirasi semua elemen di Bali untuk bergerak mengatasi tantangan Bali ke depan (TBK, 9/3/2020).” Data tersebut sebagai struktur pembuka yang diawali dengan pengenalan topik tentang upaya yang dilakukan pemerintah dalam menstabilkan pariwisata. Penulis mengenalkan topik dalam bentuk pernyataan bahwa pemerintah telah melakukan gerakan menjaga Bali temasuk gerakan We Love Bali sebagai langkah untuk menstabilkan pariwisata Bali. Kalimat selanjutnya sebagai penegas mengenai topik yang telah disampaikan.

Topik Tentang Pujian/Dukungan kepada Pemerintah dalam Penanganan Dampak Covid-19

“Saya mengapresiasi kinerja Pemerintah Provinsi Bali dalam siaga Covid-19. Sudah ada kebijakan dan solusi mengatasi masalah. Jumpa pers dengan wartawan juga disediakan dan ini sangat membantu publik mendapat informasi yang valid. (PHMK, 24/3/2020)”. Pengenalan topik tersebut dinyatakan bahwa jumpa pers dengan wartawan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam membantu masyarakat mendapatkan informasi valid. Hal itu ditandai dengan bentuk kalimat seruan pada kalimat pertama berupa unsur mengapresiasi yang menunjukkan adanya ungkapan rasa senang penulis terhadap tindakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi sebuah masalah yang melanda saat ini. Struktur Isi

Struktur isi merupakan teks yang mendukung topik pembicaraan. Pada bagian ini terdapat beberapa kategori isi opini penulis yang terdiri atas keluhan, kekhawatiran, harapan, kritikan, dukungan dan harapan, permohonan, saran,

himbauan, permintaan penjelasan, dan penyampaian argumentasi.

Keluhan

Isi teks yang mengandung keluhan salah satunya dapat dilihat pada contoh berikut: “Ini artinya potensi penurunan jumlah wisatawan ke Bali sangat terbuka. Saya yakin Bali akan makin sepi. Terlebih ketika saya baca Bali Post, ada banyak pramuwisata mulai mengeluh. Di Kintamani banyak pramuwisata juga mulai mengeluh dan ada yang juga mulai melirik profesi lain. Mudah-mudahan hal ini tak meluas (BMS, 7/3/2020)”. Penulis menyampaikan informasi bahwa terdapat pramuwisata mengeluh dengan keadaan pandemi saat ini karena menyebabkan penurunan jumlah wisatawan. Keluhaan itu dilanjutkan penulis dengan menyampaikan harapannya agar hal tersebut tidak meluas. Hal ini ditandai dengan adanya unsur mengeluh dan mudah-mudahan.

Kekhawatiran

Isi teks yang mengandung topik ‘kekhawatiran’ salah satunya dapat dilihat pada contoh: “Ada banyak dokter di belahan dunia yang meninggal karena terpapar. Ada banyak perawat juga meninggal dan masyarakat dunia jutaan diinformasikan sudah meninggal terpapar Covid-19. Namun, ketika belakangan media banyak memberitakan rumah sakit menjadi klaster, maka kekhawatiran baru akan muncul di masyarakat. Ke mana kita aman berobat jika sakit? Ini tentu bukan hal sederhana untuk dijawab. Masalahnya dokter praktik juga jarang menerima pasien. (RSJK, 29/6/2020). Data struktur isi tersebut disampaikan dengan adanya kekhawatiran masyarakat setelah mendengar informasi bahwa rumah sakit menjadi klaster penyebaran Covid-19. Pesan tersebut dilanjutkan dengan adanya pertanyaan penulis ke mana nantinya akan berobat jika sakit mengingat dokter jarang menerima pasien. Hal ini ditandai dengan adanya unsur kekhawatiran dan kata tanya kemana.

Harapan

Harapan dalam hal ini diartikan sebagai kalimat yang mengungkapkan keinginan terjadinya sesuatu. Kalimat ini biasanya didahului dengan unsur kata harap, berharap, mudah-mudahan dan semoga. Contohnya adalah sebagai berikut. “Kenormalan baru yang kini digulirkan pemerintah, semoga membuka harapan baru bagi kami untuk bangkit dan bekerja kembali. Intinya mudah-mudahan kita semua dalam lindungan Tuhan. Saya juga bersyukur pemerintah Bali sudah melakukan pendekatan ritual secara niskala untuk membantu krama Bali aman dari wabah ini. Tujuan dari Pamahayu Jagat di Pura Besakih tentu agar kita bersama bisa melewati tantangan yang ada. BKBD, 9/7/2020). Data tersebut sebagai struktur isi yang didalamnya terdapat harapan penulis agar kernormalan baru saat ini dapat membuat masyarakat kembali semangat untuk bekerja dan harapan agar semuanya

berada dalam lindumgan Tuhan. Hal ini ditandai dengan unsur semoga dan mudah-mudahan.

Struktur Penutup

Struktur penutup merupakan bagian yang akan mengakhiri atau menyimpulkan pembicaraan dalam teks. Dalam penelitian ini, teks surat pembaca ditutup dengan bentuk motif kalimat imperatif, harapan, kombinasi kalimat imperatif permintaan dan kaliamt harapan, kombinasi kalimat imperatif permintaan dan imperatif ajakan, kombinasi kalimat interogatif, harapan, dan permohonan, salam penutup, penegasan masalah dan harapan, serta saran yang diikuti dengan pengenalan nama penulis.

Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif dalam bagian penutup, salah satunya dapat dilihat pada contoh berikut: “Pemimpin Bali mohonlah bicara dan lakukan pendekatan. Bali masih perlu langkah-langkah terukur untuk menuju keamanan dari pandemi Covid-19. Kami perlu kepastian. Saat ini banyak imbauan dan instruksi sudah kami dengar dan patuhi. Sayangnya bantuan juga belum dirasakan merata di sejumlah wilayah. Pemimpin Bali dan para bupati/wali kota mohon pastikan kami krama Bali bisa terlindungi dengan kebijakan tegas. I Wayan Arsana (MLKKT, 19/5/2020)”. Contoh tersebut merupakan ungkapan penulis, I Wayan Arsana, yang menyampaikan permintaan kepada pemerintah agar memberikan perlindungan kepada krama Bali dengan kebijakan yang tegas. Data tersebut sebagai penutup teks termasuk kalimat imperatif permintaan yang ditandai dengan unsur mohon dan partikel –lah sebagai penegas.

Kalimat Harapan

Kalimat harapan dalam bagian penutup, salah satunya dapat dilihat pada contoh berikut: “Saya selaku warga Nusa Penida yang merantau di Kota Denpasar berharap agar para pelaku pariwisata dan pengusaha di Nusa Penida agar tetap optimis menjalani tantangan yang berat ini. Jangan pernah putus asa, karena badai akan berlalu. Tetap bersyukur atas apa yang terjadi saat ini. Mudah-mudahan cobaan ini segera berlalu. I Ketut Winatha (PNPHTO, 19/3/2020)”. Contoh tersebut menunjukkan adanya harapan penulis, I Ketut Winatha agar para pengusaha Nusa Penida tetap optimis dan semangat menjalani kehidupan di masa pademi Covid-19 dab berharap wabah tersebut segera berlalu. Hal ini ditandai dengan unsur berharap dan mudah-mudahan.

Salam Penutup

Salam penutup tidak selalu digunakan pada tulisan surat pembaca, tetapi dalam penelitian ini ditemukan beberapa saja; salah satu contohnya: “Saya juga secara khusus menyampaikan rasa terima kasih kepada para dokter dan paramedis yang telah berjibaku mengatasi masalah ini. Saya juga salut dengan dedikasi para pemimpin Bali yang telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi penyebaran Covid-19. Mohon patuhi anjuran mereka demi keselamatan kita bersama. I Wayan Sujanata (30/3/2020). Contoh tersebut sebagai salam penutup yang disampaikan dengan adanya unsur terima kasih. penulis, I Wayan Sujanata menyampaikan salam penutup dengan ucapan terima kasih dan pujian kepada para dokter dan para medis yang turut serta mengatasi masalah pandemi Covid-19 dan dilanjutkan dengan himbauan kepada masyarakat agar mematuhi anjuran dari mereka untuk tetap waspada.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis teks surat pembaca Bali Post diperoleh tiga kesimpulan. Pertama, alat-alat kohesi yang ditemukan, yakni kohesi gramatikal (berupa referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi) dan kohesi leksikal (berupa repetisi, sinonim, antonim, kolokasi, dan ekuivalensi). Kedua, unsur koherensi yang ditemukan terdiri atas hubungan sebab-akibat, hubungan sarana hasil, hubungan alasan-sebab, hubungan sarana-tujuan, hubungan kesimpulan, hubungan kelonggaran-hasil). Ketiga, skematik teks surat pembaca meliputi struktur judul yang diklasifikasikan berdasarkan satuan kebahasaan (frasa dan klausa) dan berdasarkan tipe kalimat (pernyataan, perintah, pertanyaan, dan seruan), struktur pembuka yang terdiri atas beberapa topik (topik tentang dampak Covid-19, upaya/kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak Covid-19, pujian/ dukungan kepada pemerintah dalam penanganan dampak Covid-19), struktur isi terdiri atas beberapa kategori (keluhan, kekhawatiran, dan harapan), struktur penutup meliputi beberapa motif (kalimat imperatif, kalimat harapan, dan salam penutup).

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S. selaku pembimbing I dan Dr. Drs. I Made Madia, M. Hum. selaku pembimbing

II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan, meberikan saran, dan dorongan semangat yang sangat berguna selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana atas segala ilmu, didikan, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menempuh pendidikan di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua yang saya kasihi Karmen Situmorang dan Ngikut Karo Sekali, kakak: Evi Sasanty Situmoran, adik : Oktrin Situmorang, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan moral dan materi, semangat, motivasi, dan nasihat selama menempuh pendidikan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media.   Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Eriyanto. 2012. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: LkiS.

Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan. 1976. Cohession in English. London: Longman.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta. Carasvatibooks.

Lingga, Ronny Rosintan. 2019. “Analisis Kohesi, Koherensi dan Peristilahan Medis pada Wacana Media Saluran Youtube Clarin Hayes". Skripsi Program Sarjana (S-1) Sastra Indonesia Universitas Udayana, Denpasar.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana, Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nazir, Moh.2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia (PDF).

Rani, Abdul, Bustanul Arifin dan Martutik. 2006. ANALISIS WACANA: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia.

Sifandi. 2018. Wacana Pengampunan Pajak: Kajian Kohesi dan Koherensi. Skripsi Program Sarjana (S-1) Sastra Indonesia Universitas Udayana, Denpasar.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sumarlam. 2003. Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra

PROFIL PENULIS

Uun Yemima Situmorang merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2017. Pada tahun 2017 pernah menjadi anggota bidang olahraga Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia. Pada tahun 2018 pernah menjadi sekretaris II Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia.

I Wayan Pastika adalah profesor linguistik dan bahasa Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Pendidikan Doktor linguistik umum diselesaikan di Department of Linguistics, Faculty of Arts, The Australian National University di Australia tahun 2000, dengan disertasinya bertajuk Voice Selection in Balinese Narrative Discourse. Sejak 1 November 1985 - sekarang menjadi staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan 1 April 2017 - 1 April 2019 mengajar linguistik dan bahasa Indonesia di Graduate School of Language and Culture Osaka University, Jepang. Buku yang diterbitkan tiga tahun terakhir: Fonetik dan Fonologi: Tata Bunyi Bahasa (2019), Teks Media: Bahasa Politik Acara Televisi Indonesia (2020), BAHASA INDONESIA Buku Ajar untuk Mahasiswa (ko-editor, 2020). Linguistik Forensik diberi perhatian tiga tahun terakhir dan beberapa makalah seminar dalam topik itu telah ditulisnya.

I Made Madia meraih gelar sarjana muda (1981) dan gelar sarjana (1982) di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Magister dalam bidang Ilmu Budaya (Program Studi Linguistik) diperoleh tahun 1993 di Program Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta. Tahun 2018 meraih gelar doktor di Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Sejak 1 Maret 1983 diangkat sebagai dosen tetap di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana dengan pengalaman mengampu mata kuliah bahasa Indonesia, pengantar linguistik umum, morfologi, sintaksis, semantik, etnolinguistik, keterampilan berbicara di depan umum, metode penelitian bahasa, dan metode pembelajaran BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Sejak tahun 1998 menjadi pengajar tetap keterampilan berbahasa Indonesia di program BIPA dan sejak 2018 ikut mengajar di Program S-2 Linguistik dengan pengalaman mengampu mata kuliah morfologi, metode pembelajaran bahasa, seminar proposal, metodologi penelitian, dan sintaksis. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (1987—1990), Ketua Jurusan Sastra Indonesia (2002—2004), dan Ketua Program BIPA (1998-2004). Selama delapan tahun (1994— 2002) menjabat sebagai Sekretaris Umum Ikayana (Ikatan Alumni Universitas Udayana) Pusat.

141