STILISTIKA

Journal of Indonesian Language and Literature

Vol.01, No.01: Oktober 2021, pp-36-47.

PERAN GAGASAN DALAM CERPEN “ANJING” KARYA KUNTOWIJOYO: ANALISIS TODOROV

I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani*

Universitas Udayana

Posel: [email protected]

Artikel dikirim: 20 Juli 2021; Diterima: 3 September 2021

THE ROLE OF IDEA IN THE SHORT STORY OF “ANJING” BY KUNTOWIJOYO: TODOROV ANALYSIS

Abstract - This paper aims to investigate the ideas contained in the short story entitled “Anjing” by Kuntowijoyo. There are two views of society towards dogs. On the one hand, this animal is considered an animal that is loyal to his master, on the other hand dog are often considered a disturbing animal and has a negative connotation. This short story describe how dog can affect the lives of neighbors. The method used is an analytic descriptive method. The theory used is narratologi from Todorov. The result obtained is through living as neighbors, we learn to respect the right of other people.

Keywords: dog, Todorov, neighbors

PENDAHULUAN

Hubungan antara manusia dan hewan telah terjalin sejak lama. Ada beberapa jenis hewan yang akrab dengan manusia. Anjing, misalnya dikenal sebagai sahabat manusia. Suatu penelitian tentang DNA anjing menunjukkan bahwa hewan ini kemungkinan merupakan sahabat tertua manusia. Dalam analisis studi yang telah dipublikasikan di jurnal science tersebut diungkapkan bahwa domestikasi anjing dapat ditelusuri ke 11.000 tahun yang lalu hingga akhir Zaman Es terakhir. Temuan ini menegaskan bahwa anjing adalah hewan yang telah dijadikan peliharaan sebelum spesies lainnya (https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/04/ 203000323).

Kedekatan antara manusia dan hewan juga kerap digambarkan di dalam teks-teks sastra. Fabel, misalnya adalah salah satu bentuk sastra rakyat yang sangat populer. Fabel berisi kisah-kisah kehidupan binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Menurut Fang (2016:4) tiap-tiap bangsa di dunia memiliki cerita binatang yang berfungsi sebagai media pendidikan moral, di samping sebagai hiburan. Cerita klasik tentang binatang anjing tercatat di dalam salah satu Fabel Aesop. Konon, Aesop adalah seorang budak dan pembuat cerita yang diyakini hidup pada zaman

Yunani Kuno antara 620-564 SM (https://id.wikipedia.org/wiki/ Anjing_yang_Nakal).

Di zaman modern kisah-kisah tentang persahabatan antara manusia dan anjing dapat ditemukan dalam jumlah yang besar dan bervariasi. Kesusastraan Indonesia juga memiliki khasanah cerita tentang anjing. Salah satu cerita pendek yang memuat kisah tentang hubungan manusia dengan anjing adalah cerpen berjudul “Anjing” karya Kuntowijoyo. Cerpen ini terdapat di dalam kumpulan cerpennya yang terkenal, Dilarang Mencintai Bunga-Bunga (1993). Kuntowijoyo dikenal sebagai sastrawan yang bertangan dingin karena hampir sebagian besar karya yang diciptakannya berhasil memenangkan hadiah sayembara. Lakonnya Rumput-rumput Danau Bento mendapat hadiah Badan Pembinaan Teater Nasional Indonesia (1969) dan lakon-lakonnya Tidak ada cinta bagi Nyonya Fatma, Barda, Cartas, dan Topeng Kayu mendapat hadiah dalam sayembara Penulisan Lakon DKJ (1972 dan 1973). Romannya Pasar juga mendapat hadiah sayembara mengarang Roman (Rosidi, 1977). Di samping itu, Kuntowijoyo juga dikenal sebagai ahli sejarah dan peneliti, sekaligus dosen yang berhasil menyelesaikan Ph.D-nya di Amerika Serikat.

Cerpen “Anjing” ini menarik perhatian terutama ditinjau dari segi pengaluran. Hubungan antarperistiwa yang terjadi pada bagian awal dan tengah cerita baru dapat diketahui maksudnya setelah pembaca menyelesaikan akhir cerita. Cerpen ini memaksa pembaca untuk terus mengikuti cerita dari awal sampai akhir. Cerpen ini menarik pula karena akhir ceritanya yang sangat mengejutkan, di samping membuat pembaca tersenyum. Penyelesaian masalah pada akhir cerita biasanya sudah terbayang di awal cerita, namun kejutan dapat juga disajikan oleh si pengarang seperti terlihat dalam kutipan berikut.

Semuanya akan tenang, andaikata pada malam hari anjing itu tidak menggonggong. Entah apakah suara itu keras atau tidak, tetapi kami selalu terbayang dengan anjing itu. Semacam kejahatan yang disengaja, sebab anjing itu akan diam saja pada siang hari (hlm. 35).

Kejutan dapat menjadi aspek keunggulan cerpen ini. Meskipun demikian pengarang harus berhati-hati dalam menciptakan kejutan karena aspek ini harus berada dalam batas-batas kebolehjadian (plausibility). Sebagaimana disampaikan oleh William Kenney yang mengatakan bahwa “a story has plausibility is simply to say that it is convincing on its own terms” (1966:20). Kebolehjadian dalam cerita dinilai berdasarkan ukuran yang ada dalam karya itu sendiri.

Selain alur, gagasan yang mendasari cerpen “Anjing” juga menjadi aspek yang menarik untuk dicermati. Apa sebenarnya konsep sentral yang ingin dikembangkan pengarang? Kadangkala tidak mudah bagi pembaca untuk menemukan ide cerita karena sifatnya yang tersirat. Oleh karena itu diperlukan pembacaan teks secara lebih cermat. Salah satu cara yang dipakai untuk menganalisis gagasan yang mendasari cerita adalah teori Tzvetan Todorov.

Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap kumpulan cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Pemilihan terhadap buku ini boleh jadi didasarkan pada kualitas cerpen-cerpen yang ada di dalamnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wasi’ah, dkk (2018). Mereka mengkaji lima cerpen yang terdapat di dalam kumpulan cerpen itu dengan memfokuskan pada aspek nilai moral. Salah satu yang dianalisis adalah cerpen berjudul “Anjing”. Adapun nilai moral yang ditemukan adalah nilai kedamaian dan nilai toleransi. Kelemahan telaah yang dilakukan oleh Wasi’ah dkk adalah tafsirannya yang tidak didasarkan kepada suatu teori tertentu. Mereka mendasarkannya pada intuisi belaka. Hal ini tentu saja dapat mengurangi segi keilmiahan dari kajian tersebut.

Penelitian kedua dilakukan oleh Siti Rohayati, dkk. yang menelaah nilai sosial yang terkandung di dalam cerpen-cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Wasi’ah yang tidak menggunakan teori tertentu. Interpretasi hanya didasarkan pada kata, frasa, dan kalimat yang dikaitkan dengan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Akibatnya hasil analisis menjadi sangat subjektif. Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan landasan kerja berupa teori. Dalam penelitian sastra, pemilihan teori diarahkan oleh permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian dan oleh tujuan yang akan dicapai.

Penelitian berikutnya adalah penelitian yang menggunakan teori Todorov. Ada beberapa penelitian yang memanfaatkan teori ini, diantaranya penelitian Kurnianto (2015). Ia mengkaji cerpen “Pemintal Kegelapan” karya Intan Paramaditha dengan menggunakan teori Todorov. Untuk dapat memahami dan menangkap makna cerpen tersebut, peneliti menggunakan teori Todorov yang menitikberatkan pada tiga hal, aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek verbal. Penelitian ini berhasil memberi makna baru pada cerpen tersebut.

Murni Maulina, E. Kosasih, dan Sumiyadi (2020) melakukan telaah terhadap cerpen “Monolog Kucing’ karya Gilang Rahmawati. Alat yang digunakan untuk membedah karya tersebut adalah teori Todorov. Teori ini mempertimbangkan tiga aspek yang membangun sebuah karya sastra, sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Hasil yang diperoleh melalui teori ini adalah peneliti dapat menemukan keutuhan struktur melalui keterjalinan antarunsurnya.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas, ada hal yang mencolok. Keberhasilan dalam pemberian makna terhadap teks sastra ditentukan oleh pilihan atas teori yang digunakan. Teks sastra yang berisi gagasan sederhana dapat dimaknai secara lebih kreatif dengan tetap mempertahankan segi-segi keilmiahannya.

METODE

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analitik. Langkah pertama yang dilakukan terhadap objek penelitian ini adalah membaca beberapa kali cerpen berjudul “Anjing” untuk menemukan unsur yang dominan. Langkah kedua, mengidentifikasi aspek-aspek yang penting di dalam cerpen tersebut, seperti tokoh dan alur. Langkah ketiga, melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang ditemukan dengan menggunakan teori Todorov.

Telaah dengan menggunakan teori ini bertujuan untuk mengungkapkan gagasan dasar cerita pendek berjudul “Anjing”. Menurut Todorov, berkaitan dengan tujuan tersebut, maka aspek yang paling berkepentingan ditelaah adalah aspek sintaktis (1985: 12). Telaah tentang aspek sintaksis menjadi pusat perhatian para ahli struktural. Tzvetan Todorov membedakan dua jenis teks yang utama, yaitu urutan logis/urutan temporal dan urutan spasial. Hubungan logis biasanya disebut kausalitas. Kausalitas sangat erat hubungannya dengan tempo. Todorov menunjukkan bagaimana Forster mengacaukan kedua hal itu. Menurut Todorov, kausalitas membentuk alur, sedangkan tempo membentuk cerita (hlm. 41).

Telaah aspek sintaksis teks bermaksud untuk mendeskripsikan satuan isi cerita atau sekuen dan melihat hubungan antarsekuen. Sekuen yang mempunyai fungsi utama yaitu hubungan sebab akibat akan membentuk alur. Lebih lanjut, Todorov (1985: 50-51) mengatakan.

Mula-mula perlu ditentukan satuan yang lebih besar. Kalimat-kalimat tidaklah membentuk rangkaian tanpa akhir, melainkan membentuk lingkaran-lingkaran yang dikenali secara intuitif oleh setiap pembaca (yang memberikan kesan akan suatu keutuhan yang sempurna) dan yang mudah ditemukan dalam analisis. Satuan yang lebih besar itu disebut sekuen. Batas sekuen ditandai oleh pengulangan kalimat awal yang tak lengkap… disepakati bahwa kalimat awal itu menggambarkan suatu keadilan stabil, maka sekuen lengkap terdiri dari-- selalu dan hanya-- lima kalimat.

Menurut Zaimar (1990:33), teks dapat dibagi dalam beberapa sekuen. Setiap bagian ujaran yang membentuk suatu satuan makna, membentuk satu sekuen. Sekuen dapat berbentuk kalimat, paragraf, atau beberapa paragraf. Satu sekuen dapat dipecah menjadi sekuen yang lebih kecil. Sekuen-sekuen yang mempunyai hubungan sebab akibat atau hubungan logis disebut fungsi utama yang menentukan alur cerita, sedangkan sekuen-sekuen yang tidak mempunyai hubungan sebab akibat bersifat katalisator yang menjalin sekuen-sekuen hingga menjadi cerita.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini diuraikan sekuen-sekuen dan fungsi utama cerita

Urutan Sekuen Cerita Pendek “Anjing”

  • 1.    Keberuntungan tokoh saya tinggal di flat bawah

    • 1.1.    Keadaan flat yang memadai, lengkap dan tidak perlu naik turun tangga

    • 1.2.    Dapat bergaul dengan bermacam-macam orang

  • 2.    Pandangan tokoh saya terhadap isterinya yang pandai bergaul, suka

memaafkan orang, sabar menghadapi anak-anak dan senang merawat tanaman.

  • 3.    Perasaan tokoh saya yang bahagia melihat kehidupan rumah tangganya,

keadaan isterinya, dan tanggapan tetangganya yang positif

  • 4.    Kenangan pada tetangga atas yang baru pindah menyebabkan kesedihan

isteri saya

  • 4.1.    Keakraban mereka bertetangga sehingga tak ada rahasia lagi

  • 4.2.   Kebebasan anak-anak bermain

  • 5.    Kepedulian isteri kepada tetangga yang lainnya

  • 6.    Kehadiran tetangga baru

    • 6.1.   Sikap ramah isteri dengan menawarkan undangan makan tetangga itu

    • 6.2.    Seorang bujang yang lebih suka mengurung diri dan tidak ramah

    • 6.3.    Pertentangan saya dan isteri saya

  • 7.    Keberadaan tetangga baru

    • 7.1.   Kesibukannya di fakultas

    • 7.2.   Kesangsian saya terhadap moral tetangganya

    • 7.3.   Kegiatan saya mencari informasi tentang tetangganya

      • 7.3.1. Tetangga itu sudah berkeluarga

  • 8.     Kedatangan isteri tetangga

    • 8.1.   Isteri saya tidak berminat lagi

    • 8.2.    Perkenalan saya dan isteri saya dengan isteri tetangga

    • 8.3.   Bahan pembicaraan saya dan isteri saya

  • 9.    Keberadaan anjing

    • 9.1.    Perselisihan saya dan isteri tentang suara gonggongan anjing

    • 9.2.    Keadaan isteri yang tidak tenteram dan menjadi sinis terhadap tetangganya

    • 9.3.    Kejengkelan dan keheranan saya terhadap suara anjing itu

  • 10.    Ketidakpedulian tetangga atas masalah yang menimpa saya dan isteri saya

  • 11.    Perubahan fisik dan mental isteri saya akibat keadaan tersebut yang menjadi kurus dan suka marah-marah tanpa sebab

  • 12.    Usaha saya untuk memberitahu sang suami tentang keadaan itu

    • 12.1.    Keadaan yang sama dialami sang suami

    • 12.2.    Keinginan suaminya minta bantuan saya

  • 13.   Perubahan sikap isteri saya setelah mendengar isteri tetangga pintar mengaji

  • 14.   Cerita isteri saya tentang kunjungannya ke tetangga itu

    • 14.1.  Pendapatnya tentang anjing tetangga yang baik

    • 14.2.  Pendapatnya tentang isteri

    • 14.3.    Memperkenalkan sang isteri dengan tetangga lain

    • 14.4.    Keheranan isteri saya terhadap anjing yang menggonggong ketika suami tetangganya itu datang, sementara ia tidak menggonggong.

  • 15.    Perubahan pandangan isteri saya tentang anjing

  • 16.    Kejadian ribut-ribut pada malam hari

    • 16.1.    Perasaan bersalah isteri saya atas kunjungan semalam

    • 16.2.    Saran isteri saya untuk menemui sang suami di Fakultas

  • 17.    Keadaan sepi di flat atas menimbulkan tanda tanya saya dan isteri saya

  • 18.    Sang suami mengubur anjingnya dan mengatakan isterinya telah pergi tanpa pamit lebih dulu kepada tetangga lain

  • 19.    Penyesalan isteri saya atas kejadian itu

  • 20.    Berita kepergian sang isteri tersebar luas

  • 21.    Kemunculan sang suami dengan seorang wanita

    • 21.1.    Keterkejutan isteri saya ketika sang suami memperkenalkan wanita itu sebagai isterinya.

  • 22.    Keakraban bertetangga mulai dijalin lagi dengan cara mengunjunginya

    • 22.1.    Peringatan saya terhadap sikap isteri saya yang menghabiskan waktu di tetangga

  • 23.    Cerita isteri saya tentang arti gonggongan anjing dan apa yang terjadi sebenarnya pada malam-malam hari. Anjing itu ditugasi untuk menjaga sang suami agar tidak menyentuh isterinya yang dulu. Anjing itu menjadi saksi bahwa suaminya masih jejaka.

Fungsi Utama Cerpen

Setelah memperhatikan urutan sekuen di atas, maka kita dapat melihat fungsi utama cerita pendek tersebut sebagai berikut.

FU I

*kedatangan tetangga baru

*kedatangan isteri tetangga

*dugaan-dugaan saya dan isteri

FU II

*Perselisihan saya dan isteri tentang suara gonggongan anjing

FU III

*Keadaan isteri saya yang tidak tentram dan sinis kepada isteri tetangga

FU IV

*Perubahan fisik dan mental isteri saya menjadi kurus dan pemarah

FU V

*Perubahan sikap isteri saya setelah mendengar isterinya mengaji

FU VI

*Perubahan pandangan isteri saya tentang anjing

FU VII

*Keributan yang terjadi pada malam hari

FU VIII

*Penguburan anjing dan kepergian isteri tetangga

FU IX

*Kepergian suami

*Kemunculan suami dengan seorang wanita yang ternyata isterinya

FU X

*Perkenalan isteri saya dengan wanita itu

*Cerita isteri saya tentang makna gonggongan anjing

Alur

Kedatangan tetangga baru yang kemudian disusul dengan isterinya menimbulkan dugaan-dugaan pada tokoh saya. Rangsangan diawali ketika suara anjing menggonggong terdengar setiap malam (FU.I). Mulailah terjadi konflik. Gonggongan itu mengundang perselisihan di antara saya dan isteri saya (FU.II). Pada mulanya saya tidak menghiraukan suara tersebut, sebaliknya sang isteri merasa tidak tenteram dengan hadirnya suara anjing yang sangat mengganggu. Keadaan bertambah gawat. Ia pun menjadi cepat tersinggung dan bersikap sinis terhadap isteri tetangga itu (FU.III). Ketidakpedulian tetangga lain menambah buruk

keadaan isteri saya. Klimaksnya, isteri saya mengalami perubahan mental dan fisik, seperti sering marah-marah tanpa sebab, badannya kurus, dan suasana rumah tangga menjadi dingin (FU.IV). Tokoh saya lama-kelamaan menjadi jengkel, lalu berusaha memberitahukan sang suami. Ternyata keadaan suami juga sama, justru ia ingin meminta tolong tokoh saya. Kemudian terjadi perubahan pada sikap isteri saya setelah mendengar suara isteri tetangga itu mengaji (FU.V). Isteri saya berkunjung ke tetangga itu. Pikirannya tentang anjing berubah (FU.VI). Kemudian terjadilah peristiwa hebat pada malam itu (FU.VII). Besoknya keadaan sepi, isterinya pergi dan suaminya mengubur anjingnya (FU.VIII). Ia lalu pergi. Kehadiran suami itu dengan seorang wanita (FU.IX). Perkenalan isteri saya dengan wanita itu. Cerita isteri saya tentang arti gonggongan anjing pada malam-malam sebelum kepergian isterinya dulu (FU.X).

Tokoh

Telaah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang gagasan yang terdapat di dalam cerita pendek ini. Oleh karena itu, telaah tokoh dititikberatkan pada watak, pemikiran, dan tindakan tokoh serta interaksinya dengan tokoh lainnya. Telaah tokoh akan dibatasi pada empat orang, yaitu isteri saya, saya, tetangga, dan isteri tetangga.

Isteri Saya

Isteri tokoh saya ini sejak awal digambarkan sebagai wanita yang pandai bergaul. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini: “…Dan, bagaimana pun isteri saya kikuk hidup di lingkungan orang-orang bari pada hari pertama, lekas pula menyesuaikan diri. Agaknya berkat pembawaannya yang mudah bergaul (hlm.23)”. “Di samping itu, isteri saya tertarik dengan berbagai sifat manusia karena ia pernah belajar psikologi (hlm.23)”. Ia juga mudah tersinggung (hlm.27), mempunyai semangat kolektif yang besar (hlm.28), sopan santun (hlm.36), perasaannya sangat halus (hlm.40). Perubahan sikap isteri saya terlihat ketika isteri saya tidak dapat mengatasi pikirannya tentang anjing itu sebagaimana terlihat pada kutipan berikut.

Tetapi ia mulai kurus. Itu diketahuinya, sebab ia mulai memeriksakan badannya ke dokter dan menimbang berat badannya. Meskipun kesehatannya boleh dikatakan tidak terganggu, rumah tangga kami tidak tentram lagi. Ia suka marah. Misalnya, saya sekali lupa menutup pintu kamar mandi. Beberapa perkataan buruk yang pernah diucapkannya selama ini keluar (hlm.36)

Pandangan isteri saya tentang isteri tetangga itu berubah kembali ketika ia mengetahui bahwa isteri tetangga itu bisa mengaji. Suara gonggongan anjing itu pada malam hari tidak ia pedulikan lagi. Ia juga mengubah pandangannya tentang anjing setelah berkunjung ke sana (hlm.39), bahwa anjing bermanfaat untuk menjaga rumah, lagipula suaranya berbeda dengan anjing kampung biasa. Berbeda dengan pandangannya dulu sebelum mengenal wanita itu sebagaimana terlihat pada kutipan berikut.

Pasti mereka, siapa lagi, katanya. Nada suaranya menunjukkan kemarahan. Engkau kurang tidur kata saya. Tidak ini penghinaan. Pertama ia tak bisa bergaul dengan anjing. Kedua, air liur anjing itu najis. Ketiga, suatu kebetulan pada pagi itu, ketika dia mau sembahyang subuh anjing itu hilang. Ia merasa terhina. Si Najis itu terletak di atas di kepala kita. Saya katakan hal itu tak apa. Ia marah dan menuduh saya bukan muslim yang baik kalau tidak terhina… saya menjadi alamat kemarahannya. Dan, baru kemarin dia mengatakan bahwa tetangga itu bisa diharapkan baik, sekarang ia mencacinya. Putaran pikiran yang cepat (hlm.32).

Dari kutipan di atas dijelaskan bagaimana watak isteri saya yang dapat berubah-ubah dengan cepatnya. Di samping itu, isteri saya digambarkan juga memiliki perasaan ingin tahu yang besar (hlm.41) sebagaimana terlihat pada kutipan berikut.

Suatu siang isteri saya menyambut kedatangan saya dari kerja dengan berbisik. Rumah atas sunyi saja sejak pagi. Mereka tak membuka jendela. Dan ada terdengar orang menangis. Saya menjawab: Setiap orang punya urusannya sendiri! Di kota orang tak bisa berbuat apa pun pada tetangga, kecuali kalau diminta. Rupanya isteri saya telah berusaha mendengar-dengarkan apa yang telah terjadi di atas.

Saya

Tokoh saya memiliki sifat yang bertolak belakang dengan isteri saya. Saya tidak pintar bergaul : …. Isteri saya pintar bergaul. Saya senang, itu bisa menutupi kekurangan saya sendiri. (hlm.24-25). Ia juga peduli dengan sekitarnya (hlm.28). saya juga sangat memperhatikan isterinya. Setiap isterinya habis mengalami peristiwa tertentu dan bercerita kepadanya, ia selalu menjadi pendengar yang baik (hlm.38): Pulang dari kerja, saya disambut isteri saya dengan cerita tentang anjing besar di atas. Bulunya hitam mengkilat. Ternyata anjing itu ialah anjing yang sejinak-jinaknya yang pernah dilihatnya…

Suami Tetangga

Laki-laki yang menghuni flat di atas bukan tipe orang yang ramah (hlm.27). Tokoh saya menduga laki-laki itu terlalu sibuk bekerja. Ia juga tipe laki-laki yang pendiam (hlm.28) dan juga tidak suka bergaul sebagaimana terlihat pada kutipan berikut.

Ia datang dan pergi dengan tergesa, meloncat ke mobil lalu kabur ke rumah atas, atau meloncat ke mobil lalu menghilang. Ia suka menutup pintu-pintu. Entah apakah ia selalu tidur di rumah atau tidak kami tidak tahu. Ia suka menutup pintu ke tangga keras-keras seolah memberitahukan ia tak suka bergaul, hingga keinginan untuk kunjung-mengunjungi musnah (hlm.27).

Isteri Tetangga

Isteri tetangga yang tinggal di atas adalah seorang yang ramah (hlm.30). ia memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada isteri saya. Isteri saya mengganggap isteri tetangga itu masih terlalu muda. Kesimpulan isteri saya ini diperoleh setelah mereka berdua mengobrol lama sebagaimana terlihat pada kutipan berikut

Dia terlalu muda, masih hijau, kata isteri saya. Belum tahu soal-soal rumah tangga, boleh dikata belum menyadari betul apa arti kawin. Lain sekali dengan suaminya dalam umur, pengalaman, tingkah laku. Dia bisa menutup kekurangan suaminya, umurnya belum mencapai dua puluh tahun (hlm.30)

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat melihat pengarang tampaknya ingin menekankan peran isteri saya. Ia menitikberatkan penggambaran tokoh yang sangat jelas pada isteri saya. Hal ini berkaitan dengan sudut pandang yang digunakan dalam cerita yang menggunakan orang pertama saya. Secara lahiriah, keempat tokoh tersebut digambarkan berbeda-beda, akan tetapi watak masing-masing pasangan suami isteri itu sebenarnya saling melengkapi. Tokoh saya yang tak pintar bergaul dilengkapi oleh sikap isteri saya yang pandai bergaul. Demikian pula tetangga laki-laki yang pendiam itu dilengkapi dengan isterinya yang cerewet.

Gagasan Utama

Menurut Zaimar (1990:110), gagasan sebuah cerita tersebar dalam teks dan muncul secara berulang-ulang. Pada umumnya pengulangan digunakan untuk menekankan gagasan yang terdapat di dalam karya tersebut. Berdasarkan

pembacaan teks, ternyata ditemukan kurang lebih lima pernyataan yang memiliki makna yang sama. Kelima pernyataan itu adalah sebagai berikut:

  • 1)     Sangat mengasyikkan bergaul, asal bisa membawakan diri tentu bisa banyak

belajar dari tetangga (hlm.23)

  • 2)    Ya, tidak ada yang lebih terpuji selain kedamaian bertetangga (hlm.25)

  • 3)    Tidak dapat melarang apa-apa pada tetangga atau menyuruhnya berbuat apa

yang kita suka, sebab mereka mempunyai juga hak asasi sebagai manusia (hlm.30)

  • 4)     Pesan saya padanya supaya ia hati-hati, ialah karena dapat mengerti bahwa

ada keluarga yang lebih suka membiarkan rumah tangganya tertutup bagi orang lain (hlm.38)

  • 5)    Di kota orang tak bisa berbuat apa pun pada tetangga, kecuali kalau diminta

(hlm.41)

Kelima pernyataan di atas secara jelas menggambarkan gagasan tentang situasi bertetangga, mempunyai teman di sekeliling tempat tinggal, dan tempat berbagi cerita. Melalui hidup bertetangga kita juga belajar menghargai hak setiap orang. Pembaca diingatkan untuk menyadari kapan perlu membantu orang lain dan kapan tidak perlu mencampuri urusan mereka.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis sintaksis di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:

  • 1.    Gagasan yang ingin dikemukakan dalam cerpen “Anjing” ini adalah

mengenai pentingnya hidup bertetangga dalam batas-batas tertentu.

  • 2.    Gambaran watak sepasang suami isteri tersebut saling melengkapi. Tokoh

saya pendiam dan tidak pandai bergaul, sementara isteri saya orang yang luwes bergaul. Tokoh suami yang pendiam dilengkapi oleh kegesitan isteri tetangga itu.

DAFTAR PUSTAKA

Fang, Liaw Yock. 2016. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. (cet ke-2). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Kenney, William. 1996. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press.

Kuntowijoyo.1993. Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Kurnianto, Ery Agus. 2015. Analisis Tiga Tataran Aspek Semiotik Tzvetan Todorov pada

Cerpen Pemintal Kegelapan. Jurnal Kandai, Vol. 11, No.2, November.

Maulina, Murni, E. Kosasih, dan Sumiyadi. 2020. Analisis Strukturalisme Todorov Pada Cerpen “Monolog Kucing” Karya Gilang Rahmawati. Paper dalam Seminar

Internasional Riksa Bahasa XIII. Prosiding UPI Bandung. http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/1090

Rohayati, Siti, Chairil Effendy, Agus Wartiningsih. 2018. “Nilai-Nilai Sosial yang Tercermin dalam Kumpulan Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo”.      Dalam     Jurnal      Khatulistiwa,      Vol.7,      No.7.

(https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/26892)

Rosidi, Ajip.1977. Laut Biru Langit Biru. Jakarta: Pustaka Jaya.

Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Zaimar, Okke K.S.1990. Menelusuri Makna Ziarah Karya Iwan Simatupang. Jakarta: Intermasa.

Wasi’ah, Dede, Tuti Saripah, Dela Wahyu Stiyanti, Raden Ika Mustika. 2018. “Analisis Nilai Moral Pada Lima Cerpen Karya Kuntowijoyo dalam Buku Dilarang Mencintai Bunga-Bunga”. Jurnal Parole, Vol.1, No.2, Maret.

Sumber Internet:

(https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/04/203000323)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Anjing_yang_Nakal)

PROFIL PENULIS

I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani adalah dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Udayana. Tamat S1, S2, dan S3 dari Universitas Indonesia. Menulis berbagai artikel tentang kajian sastra dan budaya di berbagai jurnal, prosiding, dan buku. Kumpulan puisinya yang telah terbit: Mencari Pura dan Aku Lihat Bali. Saat ini menjabat sebagai Ketua BIPA FIB Universitas Udayana (20202024) dan Ketua HISKI Komisariat Bali (2020-2024).

47