ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal

Volume 2, No. 1 : 134 – 149, Maret 2014

PELATIHAN CORE STABILITY DAN BALANCE BOARD EXERCISE LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DIBANDINGKAN DENGAN BALANCE BOARD EXERCISE PADA MAHASISWA USIA 18 – 24 TAHUN DENGAN KURANG AKTIVITAS FISIK

Oleh :

Abdurahman Berbudi BL*, N.Adiputra**, Sugijanto***

*Prodi fisioterapi, Poltekkes Dr. Rusdi, Medan

**Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali

***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta

ABSTRAK

Gaya Hidup Sedentary menimbulkan dampak negative bagi kesehatan sehingga akan menimbulkan kegemukan atau obesitas, dimana hal ini akan juga menyebabkan gangguan keseimbangan dan juga resiko terjadinya jatuh bahkan akan menyebabkan terjadinya cidera, untuk memperbaiki hal ini maka aktivitas fisik harus di tingkatkan, dan juga untuk meningkatkan keseimbangan ada beberapa latihan seperti core stability dan balance board. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah latihan core stability dan balance board exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board exercise pada mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. Design penelitian ini menggunakan metode penelitian experimental study pre dan post design. Dimana sampel didapatkan berjumlah 28 orang yang didapatkan dari hasil systematic random sampling. Pada kelompok pertama dilakukan latihan gabungan core stability dan balance board (n=14). Kelompok kedua dilakukan hanya latihan balance board. Karakteristik subjek penelitian didapatkan nilai rerata aktivitas fisik pada kelompok latihan core stability dan balance board (314,68) Mets-menit/minggu, Dan rerata nilai keseimbangan sebelum pada kelompok 1 (14,00) detik pada kelompok balance board (286,4) Mets-menit/minggu. dan rerata nilai keseimbangan sebelum (11,56) detik. dari data yang didapatkan diatas kemudian dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Shapiro wilk didapat bahwa pada core stability dan balance board p<0,05 maka data tidak berdistribusi normal, pada kelompok balance board didapat nilai p>0,05 maka data berdistribusi normal. Uji beda sebelum dan sesudah pada kelompok core stability dan balance board dengan menggunakan Wilcoxon signed rank test didapatkan nilai p= 0,001. p<0,05. Uji beda sebelum dan sesudah pada kelompok balance board dengan menggunakan paired sample test didapatkan nilai p=0,0002 p<0,05 maka didapatkan hasil yang bermakna terdapat perbedaan signifikan. Kesimpulan pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kelompok perlakuan core stability dan balance board dengan hanya balance board saja dapat meningkatkan nilai keseimbangan standing stork test mahasiswa dengan kurang aktivitas fisik.

Kata kunci : Keseimbangan, Aktivitas Fisik, Core Stability, Balance Board.

CORE STABILITY AND BALANCE BOARD EXERCISE BETTER IMPROVING BALANCE COMPARED WITH BALANCE BOARD EXERCISE IN STUDENTS AGES 18-24 YEARS WITH

LESS PHYSICAL ACTIVITIES

By :

Abdurahman Berbudi BL*, N.Adiputra**, Sugijanto***

*Prodi fisioterapi, Poltekkes Dr. Rusdi, Medan

**Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali

***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta

ABSTRACT

Sedentary Lifestyle has negative impact on health that would lead to overweight or obesity, where it will also lead to impaired balance and risk of falling even cause bodily injury, to improve the physical activity it should be improved, and also to improve the balance there are some exercises such as core stability and balance board. The purpose of this study was to analyze whether core stability exercises and balance board exercise in improving balance better than the balance board exercise on students aged 18-24 years with less physical activity. This research design using experimental research methods pre and post study design. Where the samples were obtained 28 in total obtained from the results of systematic random sampling. In the first group conducted joint exercises core stability and balance board (n = 14). The second group was only exercise balance board. Characteristics of the study subjects obtained a mean value of physical activity in the group of core stability exercises and balance board (314.68) Mets-minute/week, and the mean value of the balance before in group 1 (14.00 s) in the group balance board (286.4) Mets-minute/week. and the mean value of the balance before (11.56 s). data obtained from the above then tested using the Shapiro Wilk normality is found that the core stability and balance board p <0.05, the data are not normally distributed, the balance board group obtained a p value> 0.05 then the data were normally distributed. Different test groups before and after the core stability and balance board using the Wilcoxon signed rank test p value = 0.001 is obtained. p<0.05. Different test groups before and after the balance board by using paired sample test found p value = 0.0002 p<0.05 then get a meaningful result there are significant differences. Conclusions in this study showed that the treatment group core stability and balance board compared with the only balance board can increase the value of the balance standing stork test students with less physical activity.

Keywords: Balance, Physical Activity, Core Stability, Balance Board.

Volume 2, No. 1 : 134 – 149, Maret 2014

PENDAHULUAN

Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan teknologi mempunyai dampak negatif, yang membuat manusia jarang beraktivitas fisik, gaya hidup yang berubah dan kelebihan asupan nutrisi. Perubahan aktivitas fisik ini menyebabkan kurangnya gerak pada anggota gerak tubuh, dan obesitas,yang mana dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.1,2

Sedangkan factor obesitas di Indonesia sendiri 18,8% penduduk dengan usia > 15 tahun mengalami obesitas Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur > 15 Tahun diatas prevalensi nasional. Prevalensi terbanyak didapat pada provinsi, 3

Sumatera Utara, dan Jakarta.3

Hasil penelitian di Indonesia diketahui bahwa secara nasional hampir separuh penduduk Indonesia berumur > 10 Tahun (48,2%) kurang melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan 33 Provinsi tempat dilakukannya survei nasional ini diketahui 16 provinsi dengan aktivitas fisik yang kurang dimana provinsi Sumatera utara merupakan salah satu

provinsi dengan kurang aktivitas fisik yaitu 52,1%. 3

Aktivitas fisik normal pada laki-laki adalah sekitar 38 Mets dan pada perempuan 35 Mets per minggu, Mets merupakan ratio perkalian energi expenditure dengan resting energi dalam kilocalories, dan rata-rata menurut waktu yang digunakan untuk aktivitas fisik standart normal adalah 60-150 menit per minggu.4

Obesitas merupakan akibat dari kurangnya aktivitas fisik, dimana akan menyebabkan gangguan keseimbangan. Keseimbangan tubuh biasanya dipengaruhi oleh kelemahan otot ekstremitas, stabilitas postural, dan juga gangguan secara fisiologis dari salah satu indera (visual, vestibular, taktil, dan proprioceptive) yang ada didalam tubuh kita.5

Oleh karena itu akibat gangguan tersebut salah satu cara untuk meningkatkan performa dan kualitas hidup, maka aktivitas fisik perlu ditingkatkan dan juga latihan keseimbangan bisa dilakukan bagi mereka yang mengalami.

Tujuan diberikannya latihan keseimbangan adalah, agar terhindar dari jatuh, cidera, dan agar aktivitas sehari-hari bisa terlaksana tanpa

mengalami gangguan.Latihan core stability baik untuk meningkatkan keseimbangan seseorang dan merupakan suatu program latihan untuk dapat memperbaiki keseimbangan diantaranya dengan latihan penguatan kontrol keseimbangan, berjalan pada permukaan yang berbeda dan penguatan otot-otot core pada umumnya.6

Keseimbangan tubuh yang baik tercipta jika tubuh sehat, otot-otot yang menopang kuat, yaitu otot-otot core atau abdomen dan pelvic, serta anggota ekstremitas bawah kuat dan juga sistem Visual, Vestibular, Tactile dan Proprioceptive yang baik tidak mengalami gangguan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Standing Stork Test (SST) nilai keseimbangan yang baik pada usia 15-30 tahun adalah 26– 39 detik.8

Latihan core stability selama 4 minggu dapat meningkatkan keseimbangan dan permorma para athlete.Core stability tidak hanya digunakan sebagai pengobatan, tetapi core stability digunakan juga sebagai program latihan fisik sesorang untuk usia muda maupun lansia agar lebih aktif secara fisik dalam waktu yang lebih lama dari pada mereka yang hanya mendapat perawatan lainya. 7

Latihan balance board berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot pada anggota tubuh bagian bawah (lower extremity), melatih fungsi visual, vestibular, dan somatosensory yang pada akhirnya akan meningkatkan keseimbangan seseorang dan juga mampu untuk mencegah terjadinya sprain ankle pada atlet.9

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :Apakah latihan kombinasi core stabilitydan balance board lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi latihan core stability dan balance board dapat lebih meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun.

Manfaat yang dapat diambil pada penelitian ini adalah untuk (1) menambah sumber referensi ataupun bahan perbandingan bagi kegiatan yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pelayanan kesehatan. (2) Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya aktivitas fisik, dan pengaruhnya bagi kesehatan yang akan mengakibatkan obesitas dan

menyebabkan gangguan keseimbangan. (3) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat latihan core stability dan balance board dalam meningkatkan keseimbangan. (4) Memberikan pengetahuan sejauh mana pemberian latihan Core Stability dan Balance Board untuk meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 1824 tahun.

MATERI DAN METODE

  • A.    Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Poltekkes Dr.Rusdi Medan pada bulan Maret sampai Mei 2013. Penelitian ini bersifat Eksperimental study pre test and post test group design. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pelatihan core stability dan balance board exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board exercise pada mahasiswa usia 18 – 24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. Nilai aktivitas fisik diukur dengan menggunakan IPAQ (International Physical Activity Questionaire), dan untuk keseimbangan diukur dengan menggunakan Standing Stork Test.

  • B.    Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa yang kuliah di

Poltekkes YRSU Dr.Rusdi Medan. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi secara random dengan teknik random sampling, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan pembanding (intervensi dengan core stability dan latihan balance board) dan kelompok kontrol (Latihan Balance Board). Sampel Penelitian didapat dari rumus Pocock berjumlah 28 orang, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, yang mana setiap kelompok teridir dari 14 orang.

Kelompok Perlakuan I

Kelompok Perlakuan I diberikan latihan core stability dan balance board 3 kali seminggu selama 4 minggu untuk mengetahui peningkatan keseimbangan. Kelompok Perlakuan II

Kelompok Perlakuan II diberikan hanya latihan balance board saja, 3 kali seminggu selama 4 minggu untuk mengetahui peningkatan keseimbangan. C. Cara Pengumpulan Data

Sebelum diberikan latihan baik kelompok Perlakuan I dan Kelompok perlakuan II, dilakukan terlebih dahulu wawancara aktivitas fisik, untuk mengetahui aktivitas fisik yang rendah, kemudian dilakukan pemeriksaan

ISSN : 2302-688X keseimbangan dengan menggunakan Standing Stork Test, untuk mengetahui nilai keseimbangan, mahasiswa yang memiliki keseimbangan dibawah nilai 26-39 detik dipilih menjadi sampel penelitian.

Prosedur Pengukuran Aktivitas Fisik

Untuk Mengukur Aktivitas Fisik maka digunakan International Physical Activity Questionaire (IPAQ).aktivitas fisik terdiri dari aktivitas fisik rendah yang terdiri dari berjalan kaki, lari ringan, duduk sambil membaca, dan di ruang kerja, aktivitas fisik sedang (moderate) aktivitas yang bersifat seperti sepeda santai, mengelap lantai, bermain badminton beregu, aktivitas fisik berat (vigorous) merupakan aktivitas fisik yang bersifat seperti bersepeda dengan cepat, mengangkat barang berat, mencangkul, senam aerobic. Aktivitas fisik dikatakan kurang jika nilainya kurang dari 600Met-Min/week, Aktivitas fisik sedang 600 Met-Min/week-1499 Met-Min/week, aktivitas fisik tinggi diatas 1500 Met-Min/Week.

Prosedur Pengukuran Standing Stork Test

Untuk mengukur keseimbangan digunakan Standing Stork Test, responden diminta untuk mengangkat 1

kaki sampai berapa ketahanan yang ia sanggup dalam waktu beberapa detik.

  • D. Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer dengan SPSS versi 17, adapun analisis data yang dilakukan antara lain:

  • 1.    Uji statistik deskriptif untuk menganilisis umur, jenis kelamin, pekerjaan, faktor resiko, dan lain-lain.

  • 2.    Uji normalitas data dengan Saphiro Wilk Test,untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Apabila Nilai p lebih besar dari 0,05 ( p>0,05), maka data berdistribusi normal.

  • 3.    Uji homogenitas data dengan Leven,s Test, untuk mengetahui sebaran data bersifat homogen atau tidak. Apabila Nilai p lebih besar dari 0,05 ( p>0,05), maka data bersifat homogen.

  • 4.    Analisis komparasi digunakan uji sebagai berikut:

  • a.    Pengujian hipotesis 1 dengan menggunakan Wilcoxon match pairs test untuk menguji peningkatan keseimbangan sebelum dan sesudah latihan balance board (Kel Kontrol).

  • b.    Pengujian hipotesis 2 dengan menggunakan uji Paired Sampel T Test untuk mengetahui peningkatan keseimbangan

Karakteristik

Kel.I

Kel II

Subjek

Mean + SD

Mean + SD

Umur (Tahun)

21,5 + 0,85

19,3 + 1,00

Aktivitas Fisik

314,68 +

286,39 +

101,39

84,28

Indeks Massa

23,99 + 2,10

23,52 + 1,92

Tubuh

Keseimbangan :

Sebelum

14,00 + 5,35

11,56 + 4,92

Sesudah

38,64 + 6,20

25,89 + 4,76

Selisih

24,64 + 3,27

14,32 + 3,06

(sebelum dan sesudah latihan)

dengan latihan core stability (Kel Kasus).

  • c.    Pengujian hipotesis 3 yaitu: Untuk mengetahui perbedaan peningkatan keseimbangan antara (latihan core stability&balance board dengan latihan balance board saja setelah mendapatkan latihan selama 4 minggu, untuk pengujian ini digunakan Independenty sample t-test.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Sampel penelitian berjumlah 28 orang yang dimana dibagi kedalam 2 kelompok (14 orang setiap kelompok). sehingga diikutkan dalam penelitian ini. Dimana 10 orang (35,7%) diantaranya

laki-laki dan 18 orang (64,3%) adalah perempuan, dimana hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak pada penelitian ini. proporsi pada Kelompok I Wanita berjumlah 8 orang (57,1%), Laki-laki 6 orang (42,9%), proporsi pada kelompok II wanita berjumlah 10 orang (71,4%), sedangkan laki-laki berjumlah 4 orang (28,6%).

Tabel 1

Distribusi Data Sampel Berdasarkan Karakteristik Subjek Penelitian

Pada Kelompok I memiliki rerata umur (21,5 ± 0,85), Kelompok II (19,3 ± 1,00), hal tersebut memberikan gambaran bahwa sampel penelitian ini mewakili Kelompok usia kategori dewasa muda. Nilai skor pengukuran aktivitas fisik didapatkan bahwa pada Kelompok I yang mendapatkan latihan Core Stability dan Balance Board memiliki rerata nilai aktivitas fisik (314,68 ± 101,39) dan pada Kelompok II memiliki rerata nilai aktivitas fisik (286,4 ± 84,28). hal tersebut memberikan gambaran bahwa sampel penelitian ini mewakili Kelompok kurang aktivitas fisik berdasarkan

standart IPAQ (International Physical Activity Questionaire).

Didapatkan rerata nilai IMT pada Kelompok I (23,99+ 2,10) sedangkan pada Kelompok II memiliki rerata nilai IMT (23,52 + 1,92), hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian ini tergolong kelebihan berat. Sebelum mendapatkan latihan kombinasi Core Stability dan Balance Board, Kelompok I nilai rerata prosentase prediksi keseimbangan Standing Stork Testadalah 14,00 ± 5,35. Setelah mendapatkan latihan kombinasi Core Stability dan balance board nilai rerata meningkat menjadi 38,64 ± 6,20, Kelompok II Sebelum mendapatkan latihan Balance Board, didapatkan nilai rerata prosentase prediksi keseimbangan Standing Stork Testadalah 11,56 ± 4,92. Setelah mendapatkan latihan Balance Board nilai rerata meningkat menjadi 25,89 ± 4,76.

Tabel 2

Uji Normalitas Data dan Uji Homogenitas Varian.

Kel Data

Normalitas Data

Homogenitas

Umur

Dengan Shapiro Wilk

Test

Kel I    Kel II

P      p

-               -

Dengan Levene’s Test

p

0,498

IMT

-

-

0,442

Aktivitas Fisik

-

-

0,971

Keseimbangan

0,034

0,519

0,107

Sebelum

Keseimbangan

0,099

0,607

0,790

Sesudah Selisih

0,460

0,779

0,945

Untuk uji normalitas distribusi dengan menggunakan Shapiro-Wilks Test didapatkan Kelompok data keseimbangan sebelum intervensi pada Kelompok I p= 0,034 nilai p<0,05, yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal. Pada Kelompok II, p= 0,519 nilai p>0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal.

Untuk Kelompok data sesudah intervensi pada Kelompok I p= 0,099, nilai p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Demikian pula dengan hasil analisis pada Kelompok II p= 0,607, nilai p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal.

Untuk Kelompok data nilai selisih pada Kelompok sampel I didapatkan p= 0,460, nilai p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Demikian halnya dengan Kelompok II p= 0,779, nilai p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal.

Pada uji Homogenitas varian dilakukan dengan menggunakan Levene’s test didapatkan nilai p=0,498,

nilai p>0,05 untuk Kelompok kelompok umur maka data bersifat homogen, pada kelompok IMT p=0,442 nilai p>0,05 maka data bersifat homogen, data sebelum intervensi yang berarti bahwa data bersifat homogen. Pada Kelompok data sesudah intervensi didapatkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa data bersifat homogen. Demikian pula dengan Kelompok data selisih nilai pada setiap Kelompok sampel, didapatkan nilai p>0,05 yang berarti data selisih

Jenis Perlakuan

N

Mean + SD

t p

Core Stability

14

24,64

8,59 0,0001

dan Balance

+ 3,27

Board

(Kel.I)

Balance

14

14,32

Board

+ 3,06

(Kel II)

memiliki sifat yang homogen.

Tabel 3 Uji Hipotesis I dan II

Diketahui dari hasil Analisis statistik dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai p = 0,001, dan nilai z (-3,296) maknanya: ada perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah latihan kombinasi Core Stability dan Balance Board karena nilai p<0,05 dalam hal rerata nilai keseimbangan Standing Stork Test.

Diketahui dari hasil Uji Paired Sampel t Test Rerata peningkatan

keseimbangan awal dan sesudah dilakukan latihan Balance Board adalah 14,33 detik dengan rerata persentase peningkatan sebesar 56,67%. Analisis statistik dengan uji T dependenmenunjukkan nilai t = -17,47 dannilai p = 0,0001. Karena nilai p<0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal rerata nilai keseimbangan

Variabel

N

Mean + SD (Kel I)

Mean + SD (Kel II)

p

Sebelum

14

14,00 +

11,56

0,001*

5,35

+4,92

Sesudah

14

38,64 +

25,89 +

0,0001**

6,20

4,76

* Uji Hipotesis I (uji Wilcoxon Signed Rank

Test)

**Uji Hipotesis II (Uji Paired Sampel t Test)

sebelum dan setelah latihan Balance Board.

Tabel 4

Uji Independent Sampel T Test uji beda selisih nilai Kelompok I dan

Kelompok II terhadap peningkatan keseimbangan Standing Stork Test.

Pada tabel 4 memperlihatkan selisih nilai rerata keseimbangan pada pre dan post Kelompok perlakuan (I) yang mendapatkan Core Stability dan Balance Board adalah: 24,63, sedangkan pada Kelompok perlakuan (II) yang mendapatkan hanya balance board adalah: 14,32. Analisis statistik

uji beda Independent Sampel T test pada masing - masing 14 subyek menunjukkan nilai p = 0,0001. Karena nilai p<0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian kombinasi Core Stability dan Balance Board ( kel.I ) dengan hanya Balance Board (kel.II), dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa dengan kurang aktivitas fisik.

Pengaruh kombinasi core stability dengan balance board exercise (Kel.I) dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik.

Rerata nilai keseimbangan pada 14 subjek diukur dengan standing stork test, di awal penelitian adalah 14,00 detik (pre exercise). Setelah mendapatkan latihan kombinasi core stability dan balance board exercise Selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan, nilai rerata keseimbangan Standing Stork Test meningkat menjadi 38,64 detik. Rerata selisih peningkatan nilai keseimbangan standing stork test setelah 4 minggu latihan core stability dan balance board exercise adalah 24,64 detik.

Analisis statistik dengan uji Wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai p = 0,001 karena nilai

ρ<0,05disimpulkan bahwaada perbedaanyang signifikan dalam hal rerata nilai keseimbangan sebelum perlakuan (sebelum latihan) dan setelah 12 kali (seminggu 3 kali selama 4 minggu) mendapatkan perlakuan terapi kombinasi core stability dan balance board exercise (pasca latihan).

Aktivitas fisik, umur mempengaruhi postural stability, balance and strength. Dimana hal ini disebabkan pada orang yang low activity dan umur yang semakin tua akan terjadi penurunan kekuatan otot, penurunan waktu reaksi. dan penurunan fungsi indra seperti visual, vestibular dari kesemuanya itu akan berkontribusi untuk terjadinya peningkatan resiko jatuh hingga menyebabkan penurunan keseimbangan.10

Latihan core stability dalam intervensi fisioterapi pada seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan, dan pada lansia dengan resiko terjatuh, dan athlete telah terbukti dapat meningkatkan keseimbangan dan menurunkan resiko jatuh pada lansia.menyatakan bahwa latihan core stability dan balance board exercise efektif dalam menurunkan resiko terjadinya jatuh pada lansia, meningkatkan keseimbangan pada

dewasa muda sehat, mengurangi resiko terjadinya cidera pada athlete. 11,12

Otot core termasuk otot dari abdominal, lumbar bagian bawah, dan daerah tubuh pada panggul (pelvic).Otot-otot tersebut bertanggung jawab utuk mensupport tulang belakang (spine) anda dan memberikan keseimbangan, serta stabilitas kepada anda. Latihan inti tradisional termasuk gerakan seperti sit ups, crunches, bridges dan planks. Namun banyak atlet termasuk para gymnasts telah dapat mengembangkan otot core yang hebat sekali tanpa melakukan latihan latihan tersebut. Sedangkan factor obesitas di Indonesia sendiri 18,8% penduduk dengan usia > 15 tahun mengalami obesitas Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur > 15 Tahun diatas prevalensi nasional. Prevalensi terbanyak didapat pada provinsi, Sumatera Utara, dan Jakarta.3

Penelitian menunjukkan bahwa jika bergerak diatas permukaan yang tidak stabil bisa dengan menggunakan balance board dapat meningkatkan stabilisasi, keseimbangan, koordinasi, meningkatkan pengerahan otot core, dan kemungkinan membantu mencegah terjadinya cedera Banyak otot bagian

atas dan bawah menempel pada bagian inti dari panggul dan tulang belakang. Berlatih diatas suatu permukaan yang tidak stabil dapat memperbaiki kordinasi muscular dan meningkatkan efisiensi tenaga pada saat bergerak.13

Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara suatu ‘fixed base of support’ dalam satu jangka waktu tertentu dan berlatih diatas balance board dapat meningkatkan proprioception, yaitu kesadaran atas gerakan tubuh dan posisi tubuhnya. Hal ini memainkan peranan penting bagi atlit yang memelihara posisinya di lapangan. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera adalah variable yang paling penting dilakukan pada saat berlatih . Jika otot bagian panggul tidak direkrut secara tepat disebabkan oleh kurangnya stabilitas di daerah pinggul, maka bagian lain akan mengimbangi sehingga akan mengurangi resiko terjadinya cidera. Dengan memiliki core yang kuat dan stabil dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cidera.12,13

Pemberian latihan core stability dan balance board exercise yang dikombinasikan maka akan memberikan kekuatan pada otot-otot core dan peningkatan fungsi vestibular. Peningkatan fungsi vestibular didapat

dari latihan balance board karena subjek dilatih untuk mempertahankan posisi dimana hal ini akan membuat organ vestibular bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek latihan kombinasi core stability dengan balance board exercise terhadap peningkatan keseimbangan dengan nilai p < 0,05.

Pengaruh balance board exercise (Kel.II) Dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik.

Rerata nilai peningkatan keseimbangan standing stork test pada 14 subjek di awal penelitian adalah 11,56 detik setelah 4 minggu latihan dengan menggunakan balance board ternyata nilai reratanya meningkat menjadi 25,89 detik. Rerata selisih peningkatan nilai keseimbangan standing stork test setelah 4 minggu latihan balance board adalah 14,32 detik.

Analisis statistik paired sampel t testmenunjukkan nilai p = 0,0001, karena nilai p<0,05 maka dapatdisimpulkan bahwa balance board exercise mempunyai efek terhadap peningkatan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik.

Berdasarkan penelitian yang berjudul “The Effects of Balance Training on Dynamic Balance Capabilities in the Elite Australian Rules Footballer.”ternyatabalance board exercise dapat meningkatkan keseimbangan, mengurangi resiko terjadinya cidera pada atlete, seperti sprain dan strain ankle. 14

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa balance board exercise berpengaruh dalam meningkatkan keseimbangan seseorang, karena balance board berfungsi melatih juga otot-otot core, dan melatih fungsi visual, vestibular, dan proprioceptive dimana kesemuanya saling berkesinambungan             dalam

mempertahankan keseimbangan tubuh baik statis, maupun dinamis.

Berlatih diatas papan keseimbangan maka otot-otot bagian ekstremitas bawah mulai dari panggul sampai ankle secara bersamaan akan bekerja, meningkatkan proprioception, yaitu kesadaran atas gerakan tubuh dan posisi tubuhnya. Pada orang tua latihan balance board dapat mengurangi resiko terjatuh dikarenakan kekuatan otot inti yang melekat dari vertebrae sampai pelvic mengalami penguatan dan juga otot ekstremitas bawah untuk menopang

dan menjaga posisi tubuh agar tetap stabil.15

Banyak sekali cidera dapat diminimalkan dengan kontrol postural, dan untuk mempertahankan kontrol postural, otot core yang kuat diperlukan.Penguatan core harus mencakup isometrik dan isotonic.Kontraksi isometrik harus fokus pada stabilitas otot yang mendalam termasuk transverse abdominis dan multifidus. Menerapkan program keseimbangan fungsional di atas balance board memungkinkan untuk kontraksi isometric otot core secara anatomis dan dengan demikian mencapai stabilitas fungsional kompleks pinggul dan lumbopelvic.16 Beda pengaruh perlakuan Kelompok I dengan perlakuan Kelompok II dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik.

Pada penelitian ini uji beda memperlihatkan selisih peningkatan nilai rerata Keseimbangan Standing Stork Test pada pre dan post Kelompok perlakuan I yang mendapatkan core stability dan balance board adalah 24,63 detik, sedangkan pada Kelompok perlakuan II Yang mendapatkan hanya balance board exercise adalah 14,32

detik analisis statistik Uji Independent Sampel t-Test pada masing- masing 14 subjek menunjukkan nilai p adalah 0,0001. Karena nilai p<0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian core stability dan balance board exercise (kel.I) dengan balance board exercise saja (kel.II), dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa dengan kurang aktivitas fisik.

Pada pengujian hipotesis satu arah menunjukkan p<0,05, Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi pada Kelompok I (kombinasi Core Stability dan balance board) lebih efektif secara signifikan dibandingkan dengan intervensi pada Kelompok II (balance board exercise) dalam meningkatkan nilai keseimbangan standing stork test mahasiswa usia 18-24 tahun.

Ternyata dikarenakan latihan balance board juga melatih otot-otot core maka latihan gabungan core stability dan balance board lebih efektif. Otot core mencakup otot pada Trunk dan tulang belakang.Melatih otot-otot core dalam lingkungan yang tidak stabil telah ditemukan untuk menghasilkan aktivasi yang lebih besar selama latihan.Otot core yang menstabilkan panggul dan tulang

punggung terutama otot-otot perut anterior, termasuk transversus abdominis, internal dan obliques eksternal dan rektus abdominis, dan otot punggung posterior termasuk erector spinae, kuadratus lumborum dan multifidus. Sistem saraf pusat 2-7 mengaktifkan stabilisasi otot dinding perut anterior dan kembali otot posterior menyediakan platform yang stabil untuk gerakan pada tungkai bawah.14,17

KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Terdapat peningkatan yang signifikan pada pemberian balance board exercise dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik, (2) Terdapat peningkatan yang signifikan pada kombinasi core stability dan balance board exercise dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. (3) Terdapat perbedaan yang bermakna antara perlakuan kombinasi kombinasi core stability dan balance board exercise dengan balance board exercise saja terhadap peningkatan keseimbangan mahasiswa dengan kurang aktivitas fisik.

SARAN

  • 1    Untuk menghasilkan peningkatan keseimbangan yang lebih besar pada seseorang yang mengalami gangguan

  • 2    Keseimbangan maka pemberian kombinasi teknik core stability dan balance board exercise menjadi salah satu pilihan utama dalam menangani kasus gangguan keseimbangan.

  • 3    Berdasarkan penelitian sebelumnya dan berdsarkan penelitian yang dilakukan maka latihan core stability dan balance board dapat menjadi sebuah SOP untuk menangani kasus gangguan keseimbangan.

  • 4    Perlu dilakukan Meta Analisis dan uji klinis lebih lanjut pada penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Lau David C.W, James D. Douketis, Katherine M. Morrison, Irene M. Hramiak, Arya M. Sharma, Ehud Ur, 2007. “Canadian clinical practice guidelines on the management and prevention of obesity in adults and children”.Canadian        Medical

Association ;CMAJ 2007 ; Vol 176.

  • 2.    WHO, 2003 Obesity and Overweight. Global Strategy On Diet, Physical Activity, and Health.

  • 3.    Riskesdas, 2007. “Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan”. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Aktivitas Fisik, Hal 192194.

  • 4.    Loitz C, Tanya R B, Cawley John, 2009. “Senior Research Associate Alberta Centre for Active Living Faculty of Physical Education and Recreation”. Alberta Survey on Physical Activity: A Concise Report. Kanada : The Alberta Centre for Active                     Living;

www.centre4activeliving.ca

  • 5.    Jonathan C K, 2012. “Obesity as Malnutrition: The Role of Capitalism in the Obesity Global Epidemic”. American Journal Of Human Biology 24:261–276 (2012).

  • 6.    Kahle Nicole, 2009. “The Effects of Core Stability Training on Balance Testing in Young, Healthy Adults”.

  • 7.    Dendas A.M, 2010. “The Relationship Between Core Stability

And Athletic Performance”, A Thesis, Humbolt State University, August 2010.

  • 8.    Samson Kimberly M, 2005. “The Effects of a Five-Week Core Stabilization-Training Program on Dynamic Balance in Tennis Athletes”. Thesis submitted to the School of Physical Education at West Virginia University in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Science In Athletic Training.

  • 9.    Verhagen E, 2005. “An Economic Evaluation Of A Proprioceptive Balance Board Training Programme For The Prevention Of Ankle Sprains In Volleyball”. Br J Sports Med 2005;39:111–115.

  • 10.    Skelton D.A, 2001, “Effect Of Core Stability on Postural Stability”. British Geriatrics Society, Age And Aging 2001; 30-S4: 33-39.

  • 11.    Fredericson M, MD, Moore Tammara, PT, 2005. “Muscular Balance, Core Stability, and Injury Prevention for Middle- and LongDistance Runners”. Phys Med

Rehabil Clin N Am. 16 Page 669– 689.

  • 12.    Tantawi Sameh Sh, 2011. ”Effect of Core Stability Training on Some Physical Variables and the Performance Level of the Compulsory Kata for Karate Players“.World Journal of Sport Sciences 5 (4): 288-296, ISSN 2078-4724.

  • 13.    Kibler W B, 2006. “The Role of Core Stability in Athletic Function”. Sports Med 2006; 36 (3): 189-198.

  • 14.    Larcom Adam, 2013. “The Effects Of Balance Training On Dynamic Balance Capabilities In The Elite Australian Rules Footballer”. A Research Thesis Presented To School Of Sport And Exercise Science, Victoria University.

  • 15.    Young W, StuartFerguson, Se´ bastien Brault, Cathy Craig, 2010. “Assessing and training standing balance in older adults: A novel

approach using the ‘Nintendo Wii’ Balance Board”. GAIPOS-3128;No.of Pages 3.

  • 16.    Reynolds W, 2010. "Sprained Ankle Injury Avoidance and Recovery Exercises". in Sports Injury Bulletin "balance-board training has been used for decades by sports-medicine specialists to rehabilitate and treat a wide range of injuries to the foot, ankle, shin, calf, knee, hip and trunk.

  • 17.    Oliver Gretchen D and Brezzo Ro Di, 2009. “Functional Balance Training In Collegiate Women Athletes”. Journal of Strength and Conditioning Research. National Strength and Conditioning Association. 23(7)/2124–2129.

149