PEMBERIAN TEKNIK MULLIGAN DAN SOFT TISSUE MOBILIZATION LEBIH BAIK DARIPADA HANYA SOFT TISSUE MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI EKSTENSI, ROTASI, LATERAL FLEKSI CERVICAL PADA MECHANICAL NECK PAIN
on
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal
Volume 1, No. 2 : 54 – 69, Nopember 2013
PEMBERIAN TEKNIK MULLIGAN DAN SOFT TISSUE MOBILIZATION LEBIH BAIK DARIPADA HANYA SOFT TISSUE MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI EKSTENSI, ROTASI, LATERAL FLEKSI CERVICAL PADA MECHANICAL NECK PAIN
Sudaryanto1, Dewa Putu Sutjana2, Muhammad. Irfan3
-
1. Prodi Fisioterapi, Poltekkes Negeri Makasar
-
2. Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali
-
3. Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
ABSTRAK
Mechanical neck pain merupakan kasus yang memiliki prevalensi yang sama tingginya dengan low back pain, dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization merupakan salah satu teknik manual terapi yang sangat efektif dan efisien di dalam menangani kasus mechanical neck pain namun masih sangat jarang digunakan oleh fisioterapis di lahan praktek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya Soft Tissue Mobilization terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain. Desain penelitian ini adalah pre test – post test control group design dengan menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok kontrol yang diberikan intervensi Soft Tissue Mobilization dan kelompok perlakuan yang diberikan kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah goniometer, dimana goniometer digunakan untuk mengukur lingkup gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical baik sebelum intervensi maupun sesudah intervensi. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel yaitu 16 orang pada kelompok kontrol dan 16 orang pada kelompok perlakuan. Sampel pada kelompok kontrol memiliki usia rata-rata sebesar 35,69 dengan laki-laki sebanyak 7 orang (43,8%) dan perempuan sebanyak 9 orang (56,2%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 12 orang (75%) dan keterbatasan kiri sebanyak 4 orang (25%). Sedangkan pada kelompok perlakuan memiliki usia rata-rata sebesar 35,94 dengan laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) dan perempuan sebanyak 6 orang (37,5%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 11 orang (62,5%) dan keterbatasan kiri sebanyak 5 orang (31,2%). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji independent sampel t-test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang lebih besar secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization pada mechanical neck pain. Dengan demikian dapat ditarik simpulan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain.
Kata kunci : Mechanical Neck Pain, Teknik Mulligan, Soft Tissue Mobilization
APPLICATION OF MULLIGAN TECHNIQUE AND SOFT TISSUE MOBILIZATION BETTER THAN ONLY SOFT TISSUE
MOBILIZATION TO INCREASE RANGE OF MOTION EXTENSION, ROTATION, SIDE FLEXION CERVICAL ON MECHANICAL NECK PAIN
Sudaryanto1, Dewa Putu Sutjana2, Muh. Irfan3
-
1. Physiotherapy Programme, Poltekkes Makasar
-
2. Science of Physiology, Udayana University, Bali
-
3. Faculty of Physiotherapy, Esa Unggul University, Jakarta
ABSTRACT
Mechanical neck pain has the same high prevalence with low back pain, and commonly found in many of physiotherapy practice. Combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization are one of manual therapy technique highly effective and efficient to care the case of mechanical neck pain but still very rarely used by physiotherapist in fields of practice. This study aimed to know the effectiveness between Mulligan technique – Soft Tissue Mobilization and only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion extension, rotation and side flexion cervical on the mechanical neck pain. The study design was a pre test – post test control group design using two group of samples are control groups that given intervention Soft Tissue Mobilization and treatment groups that given a combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization. Measuring instrument used for data collection was goniometer, that the goniometer was used to measure the range of motion extension, rotation and lateral flexion of the cervical either before the intervention and after the intervention. Sample of this study was 32 people who divided into 2 groups of samples were 16 people in the control group and 16 people in the treatment group. Samples in the control group had a mean age of 35,69 with male of 7 people (43,8%) and female of 9 people (56,2%) as well as limitations of the right direction were 12 people (75%) and left direction were 4 people (25%). Whereas in the treatment group had e mean age of 35,94 with male of 10 people (62,5%) and female of 6 people (37,5%) as well as limitations of the right direction were 11 people (62,5%) and left direction were 5 people (31,2%). The results of hypothesis testing using independent sampel t-test showed a significant difference between the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral flexion of the control groups and the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral flexion of the treatment groups, with value p < 0,05. It is suggests that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization resulting increase range of motion extension, rotation, and side flexion of the cervical that significantly greater than only Soft Tissue Mobilization on the mechanical neck pain. Thus, it can be concluded that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization better than only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion extension, rotation, and side flexion cervical on the mechanical neck pain.
Key words : Mechanical Neck Pain, Mulligan Technique, Soft Tissue Mobilization
PENDAHULUAN
Secara mekanikal, cervical spine merupakan regio yang paling mobile dan memiliki peluang terjadinya perubahan beban mekanikal kaitannya dengan perubahan posisi kepala dan perubahan postur cervicothoracal.
Perubahan biomekanik cervical spine dapat mempengaruhi struktur cervical spine dimana cervical spine menerima beban kepala dengan distribusi yang tidak merata, dan hal ini lebih banyak mempengaruhi lower cervical karena lower cervical menjadi paling besar menerima beban akibat perubahan
biomekanik tersebut. Keadaan ini dapat memicu terjadinya nyeri tengkuk.1
Nyeri tengkuk merupakan kondisi yang umum terjadi dimana sekitar 60% orang di dunia dapat mengalami nyeri tengkuk pada setiap waktu dalam kehidupannya. Tipe nyeri tengkuk yang paling sering terjadi adalah non-spesific neck pain yang biasa dinamakan secara sederhana dengan istilah “mechanical neck pain”. Mechanical neck pain mencakup kondisi minor strain/sprain pada otot dan ligamen serta disfungsi facet joint. Kebiasaan postur yang jelek merupakan faktor kontribusi dari mechanical neck pain.2
Dalam penelitian epidemiologi, insiden mechanical neck pain paling banyak dialami populasi usia 18 – 30 tahun sampai usia pertengahan. Mechanical neck pain merupakan problem klinis yang signifikan dengan prevalensi yang sama tinggi dengan prevalensi low back pain. Suatu evidence synthesis di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penderita mechanical neck pain yang melapor sendiri pada populasi umum berkisar antara 146 dan 213 per 1000 pasien per tahun.3 Hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit di Indonesia diperoleh prevalensi nyeri leher disertai dengan nyeri kepala sebesar 24% dari populasi umum.4
Mechanical neck pain, secara khas digambarkan sebagai nyeri lokal atau non-radikular pain dengan intensitas nyeri meningkat saat terjadi gerakan pada cervical.
Suatu riwayat penyakit yang jelas dan pemeriksaan fisik yang teliti dapat membantu jika nyeri tengkuk tergolong ke dalam mechanical neck pain dengan memperhatikan ada tidaknya tanda-tanda atau gejala-gejala patologi major seperti fraktur, myelopathy, neoplasma, atau penyakit sistemik, dan ada tidaknya tanda-tanda neurologis (refleks tendon, gangguan sensorik/motorik).5
Mechanical neck pain merupakan nyeri leher yang tidak beradiasi ke lengan atau upper extremitas, dimana nyeri tejadi pada area leher, occipital, dan punggung bagian atas. Sesuai dengan namanya “mechanical” maka kondisi ini sangat berhubungan dengan mekanik gerakan.6
Mechanical neck pain sering berhubungan dengan kebiasaan postur yang jelek terutama dalam aktivitas pekerjaan. Pekerjaan yang secara fisik menuntut postur statik yang repetitif memberikan peluang terjadinya mechanical neck pain. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara mechanical neck pain dengan pekerjaan dalam postur statik seperti pengetik, penjahit, pengrajin. Kerja yang berat, kerja yang berulang, gaya dan fleksi leher yang statik dalam posisi duduk, semuanya berhubungan dengan kejadian mechanical neck pain.7 Posisi duduk dengan postur yang jelek merupakan posisi yang paling sering menyebabkan stress postural pada cervical, dimana sering terjadi duduk dengan kepala dalam posisi protrude.8
Sumber gejala dari mechanical neck pain khususnya berasal dari zygapophyseal joint atau uncovertebral joint pada cervical, dan umumnya menyebabkan keterbatasan gerak ke segala arah terutama gerak rotasi, lateral fleksi dan ekstensi cervical.9 Hilangnya lingkup gerak cervical pada mechanical neck pain sangat berhubungan dengan nyeri yang diikuti oleh minor positional fault pada facet joint dan muscle guarding/splinting pada otot-otot paravertebralis cervical, levator scapulae, dan upper trapezius.
Beberapa intervensi dapat diterima sebagai standar penatalaksanaan untuk mechanical neck pain seperti traksi, latihan aktif dan pasif, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), edukasi pasien, dan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid, tetapi bukti penelitian yang substansial menyangkut efektifitasnya masih kurang.10 Manual terapi dan/atau mobilisasi spine umumnya digunakan dalam penatalaksanaan mechanical neck pain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan manual terapi spine pada cervical spine merupakan intervensi yang efektif dan efisiensi biaya pengobatan untuk pasien-pasien mechanical neck pain.9 Meskipun demikian, beberapa pengamatan peneliti di beberapa Rumah Sakit dan lahan praktek (klinik mandiri) daerah Denpasar masih jarang sekali menggunakan intervensi manual terapi spine.
Manual terapi spine memiliki beberapa metode, antara lain adalah Soft Tissue Mobilization dan teknik Mulligan. Soft tissue mobilization merupakan salah satu metode manual terapi yang efektif untuk kasus-kasus vertebra khususnya mechanical neck pain. Muscle Energy Technique merupakan salah satu metode Soft tissue mobilization yang biasa dikenal sebagai metode manipulasi osteopathic soft tissue yang menggabungkan arah dan kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi isometrik, yang didesain untuk memperbaiki fungsi muskuloskeletal dan menurunkan nyeri. Metode Muscle Energy memiliki aplikasi yang ditujukan pada normalisasi struktur-struktur jaringan lunak seperti otot-otot yang memendek (tension/hipertonus), namun secara tidak langsung memberikan implikasi pada sendi yang berkaitan dengan otot yang memendek, sehingga metode ini dapat juga digunakan untuk membantu memperbaiki mobilitas sendi melalui efeknya pada jaringan lunak yang disfungsi.11
Myofascial Release Technique merupakan salah satu metode Soft tissue mobilization yang memfokuskan pada jaringan lunak yaitu fascia dan otot, berperan untuk memberikan regangan atau elongasi pada struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir adalah mengembalikan kualitas cairan atau lubrikasi pada jaringan fascia, mobilitas jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi normal.12
Kedua metode Soft tissue mobilization di atas sangat berperan di dalam menurunkan ketegangan otot dan taut band yang akhirnya berimplikasi pada peningkatan lingkup gerak sendi cervical. Penelitian Nayak (2012), dengan topik “Combined Effect of Myofascial Release And Muscle Energy Technique In Subjects With Mechanical Neck Pain” menunjukkan adanya penurunan nyeri dan perbaikan lingkup gerak sendi cervical yang bermakna pada pasien-pasien mechanical neck pain.
Problem keterbatasan gerak yang ditimbulkan oleh zygapophyseal joint (facet joint) tidak dapat secara efektif dan efisien diatasi oleh Soft Tissue Mobilization karena target jaringan dari metode ini adalah jaringan lunak di sekitar sendi, meskipun memiliki dampak secara tidak langsung pada facet joint. Penambahan teknik Mulligan pada intervensi soft tissue mobilization dapat menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi cervical yang lebih efektif dan efisien dimana problem sendi akan terlepas secara maksimal. Secara khas, konsep Mulligan adalah mobilisasi spine dalam posisi weight bearing dan arah mobilisasi paralel terhadap bidang gerak facet spinal. Passive oscillatory mobilization yang dinamakan dengan “NAGs” (Natural Apophyseal Glides) dan sustained mobilization dengan gerakan aktif yang dinamakan “SNAGs” (Sustained Natural Apophyseal Glides) merupakan
teknik utama dari konsep pengobatan pada spine.14
Penelitian Kumar et al. (2011), dengan topik “Efficacy of Mulligan Concept (NAGs) on Pain at available end range in Cervical Spine: A Randomised Controlled Trial” menunjukkan hasil adanya perbaikan lingkup gerak cervical dan penurunan nyeri yang signifikan pada pasien-pasien mechanical neck pain. Berdasarkan hal tersebut di atas yang didukung dengan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti mencoba mengambil topik tentang “Pemberian teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi cervical pada mechanical neck pain”.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklnik Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital, Jalan Tantular No. 6 Renon Denpasar, yang dilaksanakan selama 12 minggu mulai tanggal 1 April sampai tanggal 22 Juni 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pre test – post test control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari penambahan teknik Mulligan pada intervensi soft tissue mobilization terhadap peningkatan lingkup gerak sendi cervical pada mechanical neck pain.
Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah pasien yang datang berkunjung di Poliklinik Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital dengan keluhan nyeri dan kaku pada leher selama penelitian berlangsung. Sampel penelitian adalah sejumlah sampel yang diambil dari populasi terjangkau dan sesuai dengan kriteria inklusi dalam pengambilan sampel. Berdasarkan hasil rumus Pocock diperoleh jumlah sampel sebanyak 17 orang (16,8 dibulatkan menjadi 17) pada setiap kelompok sampel sehingga total sampel sebanyak 34 orang. Namun selama penelitian berlangsung, terdapat 1 orang yang drop out pada kelompok kontrol dan 1 orang yang drop out pada kelompok perlakuan, sehingga jumlah sampel pada setiap kelompok adalah 16 orang dan total sampel sebanyak 32 orang.
Kelompok kontrol
Kelompok kontrol diberikan intervensi soft tissue mobilization, terdiri atas Muscle Energy Technique (MET) dan Myofascial Release Technique (MRT). MET dilakukan sebanyak 3 kali repetisi setiap kali kunjungan, frekuensi terapi 3 kali seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali terapi. MRT dilakukan 30 kali stroking pada jaringan lunak setiap kali kunjungan, frekuensi 3 kali seminggu dengan interval
waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali terapi.
Kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan diberikan intervensi teknik Mulligan dan soft tissue mobilization. Penambahan teknik Mulligan dilakukan 6 kali repetisi dengan 2 set latihan setiap kali kunjungan, frekuensi terapi 3 kali seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali setiap sampel.
-
C. Cara Pengumpulan Data
Sebelum diberikan intervensi pertama maka sampel terlebih dahulu diukur lingkup gerak sendi cervical-nya yang meliputi lingkup gerak ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi dengan menggunakan goniometer. Pada akhir intervensi keempat yaitu sesudah intervensi dilakukan kembali pengukuran lingkup gerak sendi cervical dengan menggunakan goniometer yang sama.
Prosedur pengukuran lingkup gerak sendi cervical
-
1. Pengukuran LGS ekstensi cervical
-
a. Center fulcrum dari goniometer diletakkan pada external auditory meatus.
-
b. Lengan proksimal goniometer harus tegak lurus atau paralel dengan lantai.
-
c. Lengan distal goniometer harus segaris dengan base of the nares.
-
d. Selama pengukuran, lengan proksimal goniometer
dipertahankan tetap tegak lurus dengan lantai sedangkan lengan distal tetap dipertahankan mengikuti gerakan dan segaris dengan base of the nares.
-
2. Pengukuran LGS rotasi cervical
-
a. Center fulcrum dari goniometer diletakkan diatas pusat os cranial dari kepala
-
b. Lengan proksimal harus paralel dengan garis imajinasi antara kedua processus acromion.
-
c. Lengan distal harus segaris dengan ujung hidung.
-
d. Selama pengukuran, lengan proksimal dipertahankan tetap paralel dengan garis imajinasi antara kedua processus acromion sedangkan lengan distal tetap dipertahankan mengikuti gerakan dan segaris dengan ujung hidung.
-
3. Pengukuran LGS lateral fleksi cervical
-
a. Center fulcrum dari goniometer diletakkan diatas processus spinosus vertebra C7.
-
b. Lengan proksimal harus segaris dengan vertebra thoracal sehingga tegak lurus dengan lantai.
-
c. Lengan distal harus segaris dengan midline dorsal kepala, patokan menggunakan occipital protuberance external.
-
d. Selama pengukuran, lengan proksimal dipertahankan tetap segaris dengan vertebra thoracal sedangkan lengan distal tetap dipertahankan mengikuti gerakan dan segaris dengan occipital protuberance external.
Dalam menganalisis data penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti menggunakan beberapa uji statistik sebagai berikut :
-
1. Uji statistik deskriptif, untuk memaparkan karakteristik sampel berdasarkan usia, jenis kelamin dan arah keterbatasan gerak.
-
2. Uji Persyaratan Analisis, menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal (p>0,05) atau tidak berdistribusi normal (p<0,05), dan menggunakan uji Levene’s test untuk mengetahui apakah sampel homogen (p>0,05) atau sampel tidak homogen (p<0,05).
-
3. Uji analisis komparatif, menggunakan uji statistik parametrik atau non-parametrik. Hasil uji persyaratan analisis menunjukkan data berdistribusi normal maka digunakan uji statistik parametrik yaitu uji paired sample t dan uji independent sample t.
-
4. Uji paired sample t digunakan untuk menganalisis data pre test dan post test pada setiap kelompok sampel dengan
hipotesis statistik yaitu taraf signifikansi 95% (nilai p < 0,05).
-
5. Uji independent sample t digunakan untuk menganalisis data post test antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dengan tujuan untuk
membuktikan efektifitas dari penambahan teknik Mulligan, dengan
hipotesis statistik yaitu taraf
signifikansi 95% (nilai p < 0,05).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
karakteristik sampel. Dilihat dari umur diperoleh nilai 35,69 ± 7,525 tahun untuk kelompok kontrol dan diperoleh nilai 35,94 ± 6,952 tahun untuk kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel tergolong ke dalam usia dewasa baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Kemudian, dilihat dari jenis kelamin pada kelompok kontrol diperoleh sampel laki-laki sebanyak 7 orang (43,8%) dan sampel perempuan sebanyak 9 orang (56,2%). Sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh sampel laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) dan sampel
Rerata dan Persentase Sampel berdasarkan karakteristik Sampel |
perempuan sebanyak 6 orang (37,5%). Dilihat dari arah keterbatasan, pada kelompok kontrol diperoleh data bahwa keterbatasan kearah | |||
Karakteristi |
n |
Rerata ± SB |
kanan sebanyak 12 orang (75%) dan | |
k sampel |
(%) |
Kontrol |
Perlakuan |
keterbatasan kearah kiri sebanyak 4 orang |
Umur (tahun) Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan Arah Keterbatasa |
16 7 (43,8) 9 (56,2) 12 |
35,69±7,5 25 - - - |
35,94±6,9 52 - - - |
(25%). Sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh data bahwa keterbatasan kearah kanan sebanyak 11 orang (68,8%) dan keterbatasan kearah kiri sebanyak 5 orang (31,2%). Tabel 2 Rerata LGS (derajat) berdasarkan nilai pre test, post test dan selisih |
n : |
(75) |
- |
- |
Klp Rerata LGS dan Simpang Baku |
Kanan |
4 (25) |
sampel Pre test Post test Selisih | ||
Kiri |
Ekstensi : | |||
Tabel di atas dan persentase |
menunjukkan sampel |
nilai rerata berdasarkan |
Kontrol 53,31±5,606 67,25±4,041 13,94±4,419 Perlakuan 49,12±6,386 71,19±4,651 22,06±5,483 Rotasi : |
Kontrol |
56,69±3,478 |
69,25±2,176 |
12,56±3,366 |
Perlakuan |
56,00±3,882 |
72,94±2,265 |
16,94±3,872Uji Normalitas Data dan Homogenitas |
Lat.fleksi |
Varian | ||
Kontrol |
32,50±2,066 |
42,38±2,527 |
9,88±1,544 |
Perlakuan |
32,44±2,128 |
45,13±1,455 |
12,69±2,243 Tabel 3 |
Uji normalitas data dan homogenitas varian
Tabel di atas menunjukkan nilai rerata sampel berdasarkan nilai LGS pre test, post test dan selisih. Pada kelompok kontrol, dilihat dari LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar 53,31o ± 5,606 dan rerata post test sebesar 67,25o ± 4,041 dengan selisih rerata sebesar 13,94o ± 4,419. Dilihat dari LGS rotasi, diperoleh rerata pre test sebesar 56,69o ± 3,478 dan rerata post test sebesar 69,25o ± 2,176 dengan selisih rerata sebesar 12,56o ± 3,366. Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi diperoleh rerata pre test sebesar 32,50o ± 2,066 dan rerata post test sebesar 42,38o ± 2,527 dengan selisih rerata sebesar 9,88o ± 1,544. Pada kelompok perlakuan, dilihat dari LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar 49,12o ± 6,386 dan rerata post test sebesar 71,19o ± 4,651 dengan selisih rerata sebesar 22,06o ± 5,483. Dilihat dari LGS rotasi, diperoleh rerata pre test sebesar 56,00o ± 3,882 dan rerata post test sebesar 72,94o ± 2,265 dengan selisih rerata sebesar 16,94o ± 3,872. Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi diperoleh rerata pre test sebesar 32,44o ± 2,128 dan rerata post test sebesar 45,13o ± 1,455 dengan selisih rerata sebesar 12,69o ± 2,243.
Kelompo k data |
p uji normalitas (Shapiro Wilk) |
Homogenitas dengan Levene’s test | |
Kontrol |
Perlakuan | ||
Ekstensi : | |||
Sebelum |
0,248 |
0,375 |
0,447 |
Sesudah |
0,158 |
0,480 |
0,502 |
Rotasi : | |||
Sebelum |
0,580 |
0,542 |
0,485 |
Sesudah |
0,093 |
0,069 |
0,876 |
Lat.fleksi | |||
0,055 |
0,521 |
0,451 | |
Sebelum |
0,129 |
0,254 |
0,010 |
Sesudah |
Tabel di atas menunjukkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk test dan uji homogenitas varian dengan Levene’s test. Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal. Dilihat dari LGS rotasi, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Dilihat dari LGS lateral fleksi, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Berdasarkan uji homogenitas dengan Levene’s test diperoleh data untuk LGS ekstensi sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen. Dilihat dari LGS rotasi, hasil uji Levene’s test sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen. Dilihat dari LGS lateral fleksi, hasil
uji Levene’s test sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu nilai p < 0,05 yang berarti data tidak bersifat homogen.
Melihat keseluruhan hasil uji persyaratan analisis diatas maka peneliti dapat mengambil keputusan untuk menggunakan uji statistik parametrik (uji paired sample t) untuk masing-masing kelompok sampel (kontrol dan perlakuan) dan uji statistik parametrik (uji independent sample t) untuk membuktikan efektifitas antara kedua kelompok sampel, sebagai pilihan pengujian statistik
Uji Beda Rerata LGS cervical sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Tabel 4
Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol
Kelompok data |
Sebelum |
Sesudah |
p |
Ekstensi : | |||
Rerata |
53,31 |
67,25 |
0,0001 |
SB |
5,606 |
4,041 | |
Rotasi : | |||
Rerata |
55,75 |
69,25 |
0,0001 |
SB |
3,022 |
2,176 | |
Lat.fleksi |
32,19 |
42,38 |
0,0001 |
Rerata |
2,455 |
2,527 | |
SB |
Tabel diatas menunjukkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji paired sample t untuk kelompok kontrol. Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS lateral fleksi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi Soft Tissue Mobilization dapat memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang bermakna pada kondisi mechanical neck pain.
Tabel 5
Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
Kelompok data |
Sebelum |
Sesudah |
p |
Ekstensi : | |||
Rerata |
49,12 |
71,19 |
0,0001 |
SB |
6,386 |
4,651 | |
Rotasi : | |||
Rerata |
54,94 |
72,69 |
0,0001 |
SB |
3,623 |
2,358 | |
Lat.fleksi |
30,94 |
45,00 |
0,0001 |
Rerata |
2,144 |
1,549 |
SB
Tabel diatas menunjukkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji paired sample t untuk kelompok perlakuan. Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS lateral fleksi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dapat memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang bermakna pada kondisi mechanical neck pain.
Uji Beda Rerata LGS cervical sesudah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Tabel 6
Uji beda rerata LGS (derajat) sesudah intervensi antara kontrol dan perlakuan
Kelompok
Kontrol Perlakuan p
data
Ekstensi :
Rerata 67,25 71,19 0,016
SB |
4,041 |
4,651 | |
Rotasi : | |||
Rerata |
69,25 |
72,69 |
0,0001 |
SB |
2,176 |
2,358 | |
Lat.fleksi | |||
42,38 |
45,00 |
0,002 | |
Rerata |
2,527 |
1,549 | |
SB |
Tabel diatas menunjukkan hasil uji independent sample t untuk pengujian hipotesis diatas, mulai dari LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi. Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah intervensi LGS ekstensi yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh nilai nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah intervensi LGS rotasi yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah intervensi LGS lateral fleksi yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang lebih besar secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization pada mechanical neck pain. Hasil pengujian hipotesis diatas telah
membuktikan bahwa “Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain”.
Efek teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization serta hanya Soft tissue Mobilization terhadap peningkatan LGS ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain
Mechanical neck pain merupakan kondisi kronik nyeri leher yang melibatkan lesi facet joint cervical dan muscle spasm atau muscle tightness disekitar leher, sehingga kondisi ini menyebabkan keterbatasan gerak pada cervical terutama gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical.6
Problem keterbatasan gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi umumnya ditemukan oleh peneliti pada setiap sampel, dan rasa nyeri umumnya dirasakan pada akhir keterbatasannya. Berdasarkan pengamatan dan penulusuran peneliti dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa problem keterbatasan ekstensi umumnya disebabkan oleh lesi facet joint cervical, sedangkan problem keterbatasan rotasi dan lateral fleksi umumnya disebabkan oleh muscle spasm atau muscle tightness pada otot-otot leher terutama splenius capitis, semispinalis cervicis dan upper trapezius.
Soft Tissue Mobilization dapat memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang bermakna, dimana peningkatan LGS cervical dihasilkan oleh adanya efek post isometric relaxasi (PIR) dan reciprocal inhibition (RI) serta efek elongasi serabut otot. Efek PIR dan RI dihasilkan oleh intervensi Muscle Energy Technique, sedangkan efek elongasi serabut otot dihasilkan oleh intervensi Myofascial Release Technique. Menurut Chaitow (2006), efek PIR dan RI dapat menghasilkan refleks relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi stretch, karena Efek PIR dapat mengaktivasi golgi tendon organ (GTO) pada otot yang bersangkutan dimana GTO memiliki sifat inhibitor yang dapat mempengaruhi sekumpulan motor neuron sehingga efek tersebut dapat menyebabkan penurunan tonus atau ketegangan otot. Kemudian, efek RI yang dihasilkan oleh MET dengan mengaktivasi kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat menginhibisi tonus otot agonis yang spasme/tightness sehingga akan menunjukkan penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi (Chaitow, 2006). Adanya penurunan tonus otot yang dihasilkan oleh Muscle Energy Technique dapat mengeliminir penghambat restriktif sehingga akan terjadi peningkatan lingkup gerak sendi. Disamping itu, efek elongasi serabut otot yang dihasilkan oleh Myofascial Release Technique juga dapat mengaktivasi golgi tendon organ
(GTO) pada musculotendinogen junction. Menurut Kisner and Colby (2007), adanya stretch pada serabut otot akan mengaktivasi GTO, dimana aktivitas GTO akan menghasilkan efek inhibitory pada level otot yang mengalami ketegangan khususnya jika gaya stretch dipertahankan dalam waktu yang lama. Inhibisi dari komponen kontraktile otot oleh GTO dapat memberikan kontribusi terhadap refleks relaksasi otot sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan lingkup gerak sendi.17
Menurut Mulligan, lesi pada facet joint cervical umumnya menyebabkan minor positional fault didalam permukaan facet joint sehingga terjadi keterbatasan gerak fisiologis pada cervical. Minor positional fault atau minor subluksasi tersebut dapat dikoreksi dengan teknik Mulligan. Secara khas, teknik Mulligan adalah mengombinasikan mobilisasi gerak asesori dengan gerak fisiologis secara aktif dan/atau pasif, dimana mobilisasi gerak asesoris selalu diaplikasikan pada sudut perpendicular atau paralel terhadap bidang facet joint (bidang pengobatan Kaltenborn).14 Teknik SNAGs yang merupakan salah satu metode Mulligan dapat mengembalikan minor positional fault permukaan sendi facet dan mengembalikan keluasan gerak asesoris sendi facet sehingga efek tersebut dapat mengembalikan kebebasan gerak fisiologis pada cervical. Aplikasi teknik SNAGs dapat dengan mudah diterapkan pada regio cervical karena adanya efek sebelumnya dari Soft
Tissue Mobilization yang menghasilkan penurunan tonus atau ketegangan otot regio cervical. Hal ini dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan lingkup gerak sendi cervical.
Efektifitas antara teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya Soft Tissue Mobilization terhadap peningkatan LGS ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain
Penambahan teknik Mulligan pada intervensi Soft Tissue Mobilization dapat menghasilkan peningkatan LGS ekstensi, rotasi, dan lateral fleksi yang lebih besar secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization. Hal ini disebabkan karena teknik Mulligan dapat mengoreksi adanya faulty minor positional dari facet joint. Menurut Exelby (2002), keterbatasan gerak cervical dapat disebabkan oleh adanya kesalahan kecil dari posisi permukaan sendi facet atau dapat dikatakan terjadi minor subluksasi didalam sendi facet. Aplikasi teknik SNAGs yang berulang dan kontinyu dapat mengoreksi adanya minor subluksasi didalam sendi facet sehingga terjadi keluasan gerak asesoris sendi facet yang akhirnya terjadi peningkatan lingkup gerak sendi cervical yang cepat dan bebas nyeri. Pemberian Soft Tissue Mobilization sebelum aplikasi teknik SNAGs sangat besar manfaatnya didalam memfasilitasi prosedur
dan efek dari teknik SNAGs, hal ini karena intervensi Soft Tissue Mobilization dapat memberikan penurunan tonus otot-otot leher secara signifikan sehingga memudahkan pelaksanaan teknik SNAGs dan menghasilkan efek yang lebih besar yaitu peningkatan lingkup gerak sendi cervical dan bebas nyeri.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : “Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain”.
Untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi dari hasil terapi maka disarankan untuk menerapkan kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization sebagai salah satu modalitas terpilih dalam menangani kasus mechanical neck pain.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Donatelli, R.A., Wooden, M.J. 2001.
Orthopaedic Pysical Therapy. Third Edition. New York: Churchill Livingstone.
-
2. Kenny, T., Kenny, B. 2010. Non-spesific Neck Pain. Available from
www.patient.co.uk/ health/non-specific-neck-pain, diakses tanggal 12 Desember 2012.
-
3. Touche, R.L., de-las-Penas, C.F., Carnero, J.F., Parreno, S.D., Alemany, A.P., Nielsen, L.A. 2010. Bilateral MechanicalPain Sensitivity Over the Trigeminal Region in Patients With Chronic Mechanical Neck Pain. The Journal of Pain; Vol 11: No 3: 256-263.
-
4. Sjahrir. 2004. Nyeri Leher dan Nyeri Kepala. (tesis). Medan: Universitas
Sumatera Utara.
-
5. Green, B.N., Dunn, A.S., Pearce, S.M., Johnson, C.D. 2004. Conservative management of uncomplicated mechanical neck pain in a military aviator. The Journal of the Canadian Chiropractic Association; Vol. 8: 676–680.
-
6. Steve, 2005. Mechanical Neck Pain is also cal led Axial Neck Pain. Available from www.necksolutions.com/mechanical-neck-pain.html, diakses tanggal 12 Desember 2012.
-
7. McKenzie, R., May, S. 2008. The Cervical & Thoracic Spine Mechanical Diagnosis & Therapy. Volume One. New Zealand: Spinal Publications.
-
8. McKenzie, R., Kubey, C. 2000. 7 Steps To A Pain-Free Life. New York: Penguin Group Inc.
-
9. De-las-Penas, C.F., del-Cerro, L.P., Blanco, C.R., Conesa, A.G., Page, J.C., Miangolarra. 2007. Changes in Neck Pain and Active Range of Motion After A Single Thoracic Spine Manipulation in Subjects Presenting with Mechanical Neck
Pain : A Case Series. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics; Vol 30: Number 4.
-
10. Walker, M.J., Boyles, R.E., Young, B.A., Strunce, J.B., Garber, M.B., 2008. The Effectiveness of Manual Physical Therapy and Exercise for Mechanical Neck Pain : A Randomized Clinical Trial. SPINE; Vol 33: Number 22: 2371–2378.
-
11. Chaitow, L. 2006. Muscle Energy Technique. Third Edition. Edinburgh: Churchill Livingstone.
-
12. Grant, K.E., Riggs, A. 2009. Myofascial Release. Wiley Interscience, New York.
-
13. Nayak, S.K. 2012. Combined Effect of Myofascial Release And Muscle Energy Technique In Subjects With Mechanical Neck Pain. (dissertation). Bangalore: Rajiv Gandhi University Of Health Sciences Karnataka.
-
14. Exelby, L. 2002. The eMulligan concept: Its application in the management of spinal conditions. Manual Therapy; Vol 7: 64-70.
-
15. Kumar, D., Sandhu, J.S., Broota, A. 2011. Efficacy of Mulligan Concept (NAGs) on Pain at available end range in Cervical Spine: A Randomised Controlled Trial. Indian Journal of Physiotherapy and Occupational Therapy; Vol 5: 154-158.
-
16. Makofsky, H.W. 2010. Spinal Manual Therapy. USA : Slack Incorporated.
-
17. Kisner, C., Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundations And Techniques.
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal
Volume 1, No. 2 : 54 – 69, Nopember 2013
Fifth Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
69
Discussion and feedback