KOMBINASI TEKNIK MULLIGAN DAN FASILITASI VASUS MEDIALIS OBLIQUUS LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN AKTIVITAS FUNGSIONAL DARIPADA APLIKASI KINESIO TAPING PADA SINDROMA NYERI SENDI PATELLOFEMORAL
on
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal
Volume 1, No. 2 : 41 – 53, Nopember 2013
KOMBINASI TEKNIK MULLIGAN DAN FASILITASI VASUS MEDIALIS OBLIQUUS LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN AKTIVITAS FUNGSIONAL DARIPADA APLIKASI KINESIO TAPING PADA SINDROMA NYERI SENDI PATELLOFEMORAL
Atika Yulianti1, Ketut Tirtayasa2, Sugijanto3
-
1. Fakultas Fisiologi Olahraga, Universitas Udayana, Bali
-
2. Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali
-
3. Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
ABSTRAK
Sindroma nyeri sendi patellofemoral merupakan nyeri lutut yang sering dikeluhkan pada usia dewasa muda yang sedang produktif, sindroma ini ditandai dengan nyeri yang dirasakan disekitar tempurung lutut, dan diperparah pada aktivitas jongkok berdiri, naik turun tangga, dan perubahan posisi lutut setelah posisi diam yang lama (berdiri setelah duduk lama). Hal ini disebabkan karena adanya kelemahan pada otot otot paha khususnya vasus medialis obliquus. Penguatan kembali otot otot paha yang lemah khususnya penguatan pada otot vastus medialis obliquss merupakan penanganan yang tepat untuk meningkatkan aktivitas fungsional pada sindroma ini. Jenis penelitian ini adalah Eksperiment dengan randomized pre and post test group design. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus dengan aplikasi kinesio taping terhadap peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah. Dalam penelitian ini 11 responden diberikan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus selama 5 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu, dan 11 responden diberikan aplikasi kinesio taping selama 5 minggu dengan pengaplikasian 3 hari sekali diganti dengan yang baru. Masing masing perlakuan diukur dengan Lower Extremity Fungtional Scale sebelum dan sesudah 5 minggu. Hasil analisis statistic parametrik dengan Paired Sampel t-test menyebutkan ada pengaruh antara kombinasi teknik mulligan dengan fasilitasi vasus medialis obliquus dan aplikasi kinesio taping terhadap peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah dengan nilai p < 0,05. Uji beda dengan Independent Sample t-test dengan hasil ada perbedaan yang signifikan antara kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus dengan aplikasi kinesio taping dengan nilai p < 0,05. Simpulan pada penelitian ini bahwa kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus 3 kali seminggu selama 5 minggu efektif meningkatkan aktivitas fungsional ekstremitas bawah pada penderita sindroma nyeri sendi patellofemoral dibanding aplikasi kinesio taping dengan pengaplikasian 3 hari dan diganti dengan yang baru selama 5 minggu.
Kata Kunci : teknik mulligan, fasilitasi vasus medialis obliquus, kinesio taping, patellofemoral
COMBINING OF MULLIGAN TECHNIQUE AND FACILITATE OF VASTUS MEDIALIS OBLIQUE MOST EFFECTIVE THAN APLICATION OF KINESIO TAPING TO INCREASE FUNCTIONAL ACTIVITY OF PATELLOFEMORAL PAIN
Atika Yulianti1, Ketut Tirtayasa2, Sugijanto3
-
1. Fakultas Fisiologi Olahraga, Universitas Udayana, Bali
-
2. Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali
-
3. Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
ABSTRACT
Patellofemoral pain syndrome is complained of knee pain by young adults who are productive oftenly, syndrome characterized by pain that is felt around the kneecap, and aggravated the activity squat and stand, up and down stairs, and change the position of the knee after a long standstill ( stand up after sitting for a long time). This is due to the weakness of the thigh muscles especially vasus medialis obliquus. Reinforcement of weak muscle in particular strengthening of the vastus medialis oblique an appropriate treatment to increase the functional activity of the syndrome. The study was a randomized experiment with pre and post-test group design. This study aimed to compare the combining of mulligan techniques and facilitate of vasus medialis obliquus with application of kinesio taping to increase the functional activity of the lower extremities. In this study, 11 respondents were given a combination of mulligan techniques and facilitation of vastus medialis oblique for 5 weeks with a frequency of exercise 3 times a week, and 11 respondents provided application of kinesio taping for 5 weeks with 3 days and replaced with a new taping. Each treatment was measured by the Lower Extremity Fungtional Scale before and after 5 weeks. Statistical analysis parametric paired sample t-test results is the influence of a combining of mulligan techniques and facilitate of vastus medialis oblique and application of kinesio taping to increase the functional activity of the lower extremities with p<0.05. Test of different with the independent sample t-test with a result there are significant difference between the combining of techniques mulligan and facilitation of vasus medialis obliquus with application of kinesio taping values with p <0.05. Conclusions in this study that a combining of mulligan techniques and facilitation of vasus medialis obliquus, 3 times a week for 5 weeks effectively to increase the functional activity of the lower extremities of patients with patellofemoral pain syndrome compared to application of kinesio taping for 5 weeks with 3 days in a single use.
Keywords: mulligan techniques, facilitation of vastus medialis oblique, kinesio taping, patellofemoral
PENDAHULUAN
Dewasa ini permasalahan kesehatan menjadi sorotan utama, terlebih pada mereka yang membutuhkan kondisi tubuh yang baik untuk menjalankan aktivitas sehari hari, namun kondisi anggota tubuh yang bermasalah membuat aktivitas yang dilakukan terhambat bahkan terhenti. Lutut manusia telah menjadi topik yang menarik dari segi anatomi dan klinis selama lebih dari 150 tahun. Keluhan nyeri pada lutut merupakan keluhan terbesar kedua yang sering dikeluhkan di dunia medis,
dan penderita merupakan kalangan usia dewasa muda.1
Sindroma nyeri patellofemoral atau yang sering disebut sindroma lutut pelari (runner’s knee), adalah nyeri lutut yang paling sering terjadi dari semua penyebab nyeri lutut yang dialami kebanyakan orang, sindroma ini ditandai dengan adanya nyeri yang dirasakan disekitar tempurung lutut.2
Sindroma nyeri patellofemoral sering disebutkan dikarenakan pergerakan sendi patellofemoral yang overuse selama
melakukan kegiatan dan adanya malaligment (posisi sendi/tulang yang patologis). Nyeri yang berasal dari sendi patellofemoral dan pengurangan atau perubahan aktivitas fisik dari sendi patellofemoral mengakibatkan penurunan kekuatan ekstensor lutut terutama selama kontraksi eksentrik dengan bukti adanya gangguan selektif pada otot quadriceps femoris, terutama pada sudut tertentu. Rekomendasi yang disarankan saat ini adalah latihan yang diberikan pada otot vasus medialis obliquus dan latihan fungsional pada ekstremitas bawah termasuk pemberian edukasi juga sangat ditekankan pada program penanganan.3
Etiologi dari Sindroma nyeri patellofemoral terdiri dari banyak faktor, dari banyak teori yang dikemukakan terdiri dari biomekanik, otot, overactivity dan dari kesemuanya itu cukup berpotensi menyebabkan maltracking atau ke luar dari alurnya (troklea femoralis), yang mengakibatkan timbulnya nyeri dan penurunan fungsional.4
Ketidakseimbangan antara otot vasus medialis obliquus dengan otot vastus lateralis
dapat mengubah dinamika dari sendi patellofemoral. Ketidakseimbangan ini menyebabkan bergesernya patella ke lateral dikarenkan pergerakan otot vastus lateralis selama ekstensi lutut. Secara klinis, rehabilitasi untuk pasien dengan sindroma nyeri sendi patellofemoral sering dilakukan penguatan otot vasus medialis obliquus dengan tujuan untuk menstabilisasi otot patella secara aktif ke arah medial di dalam troklea femur dan prosedur penanganan patella ke posisi yang normal ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya seperti terapi latihan,5 taping, dan bracing.6
Rumusan masalah penelitian ini : Apakah kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus lebih efektif meningkatkan aktivitas fungsional ekstremitas bawah daripada aplikasi kinesio taping pada kasus sindroma nyeri patellofemoral?.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus lebih efektif dalam meningkatkan aktivitas fungsional ekstremitas bawah daripada aplikasi kinesio taping dalam meningkatkan aktivitas
fungsional ekstremitas bawah pada sindroma nyeri patellofemoral.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakuakn di klinik
fisioterapi Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang selama 5 minggu. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post Test Group Design.78. Semua kelompok di ukur kemampuan fungsional dengan Lower ektremity fungtional scale antara perlakuan satu dan perlakuan dua (kontrol) diberikan intervensi secara bersamaan, kemudian masing-masing perlakuan diobservasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan kondisi nyeri lutut. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dari klinik fisioterapi Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang yang datang dengan kondisi nyeri lutut akibat sindroma nyeri
patellofemoral yang telah masuk criteria inklusi, eksklusi, dan criteria drop out. Masing-masing kelompok terdiri dari 11 orang
Kelompok Perlakuan I
Kelompok perlakuan I diberikan : latihan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vastus medialia obliquus selama 5 minggu dimana frekuensi latihan selama ±1 jam Kelompok Perlakuan II
Kelompok perlakuan II ditreatment dengan aplikasi kinesio taping selama 5 minggu, kinesio taping ini diberikan selama 3 hari, dan dilepas lalu diganti yang baru pada hari ketiga dengan metode yang sama selama 5 minggu.
Selum diberikan perlakuan baik kelompok I maupun kelompok II sebelumnya dilakukan pengukuran lower extremity functional scale untuk mengetahui nila sktivitas fungsioanal ekstremitas bawah, sebelum dan sesudah perlakuan diukur aktivitas fungsional ekstremitas bawahnya karena pengukuran yang sama
Prosedur Pengukuran Aktivitas Fungsional
Untuk mengukur aktivitas fungsional ekstremitas bawah pada penderita sindroma nyeri patellofemoral menggunakan lower extremity functional scale yang berisi 20 pertanyaan dengan total nilai 80 poin, Skala penilaian ini dapat menilai aktivitas fungsoinal pada keterbatasan aktivitas fungsional ekstremitas bawah. Disetiap itemnya terdapat beberapa penilaian yang bersifat interfal dimana setiap rentang nya mempunyai tingkat pencapaian yang berbeda, antara lain kesulitan extrim (tidak dapat melakukan) dengan nilai 0, kesulitan yang cukup dengan nilai 1, Kesulitan yang sedang dengan nilai 2, sedikit kesulitan dengan nilai 3, dan tidak mengalami kesulitan dengan nilai 4. Setiap penilaian mempunyai bobot yang diambil secara empiris disetiap komponen yang diambil bobot untuk jawaban dijumlahkan. Bobot paling kecil nilai nilainya 0, sedangkan bobot paling besar nilainya 80. Semakin
tinggi penilaian maka semkin baik aktifitas fungsional seseorang.9
Data yang diperoleh dianalisa statistik
-
1. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik fisik sampel yang dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama yaitu data numeric karakteristik subjek penelitian yang meliputi; umur, tinggi badan, berat badan. Kategori yang kedua berupa data kategorik karakteristik subjek prnrlitian yang meliputi; jenis kelamin, jenis pekerjaan, status pernikahan, pendidikan, dan hobi yang kedua kategori ini diambil sebelum tes awal dimulai.
Descriptive Statistics
Karakteristik Subjek Numerik
Kelompok 1 ± Kelompok 2
(n=11 )
(n=11)
Rerata
SB
Umur
28,36 ± 3,17
27,36 ± 5,714
TB (cm)
158,82 ± 5,98
157,09 ± 4,742
BB (kg)
67,18 ± 8,56
65,91 ± 8,215
Variabel
Kategori
Kelompok 1 %
Kelompok
2 %
Jenis
Pria
54,5
36,4
Kelamin
Wanita
45,5
63,6
Jenis
Pendidik
45.5
18,2
Pekerjaan
Pekerja Medis
9,1
18,2
Lain-lain
45,5
63,6
Status
Belum
45,5
54,5
Pernikahan
Menikah Menikah
54,5
45,5
Pendidikan
SLTA
27,3
27,3
D3/S1
45,5
72,7
S2
27,3
-
Hobi
Olahraga
54,5
18,2
Traveling
27,3
18,2
Lain-lain
18,2
27,3
-
2. Uji normalitas data (nilai pengukuran lower extremity functional scale)
-
3. Uji kompatibilitas dilakukan dengan membandingkan data (nilai lower extremity functional scale) pre test pada kelompok perlakuan, untuk mengarahkan pada pilihan pengujian hipotesis independen
-
4. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah kelopok perlakun I bab II dengan uji beda data penilaian lower extremity functional scale antara sebelum dan setelah latihan pada kelompok perlakuan latihan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vastus medialis obliquuas dan aplikasi kinesio taping dengan statistic uji paired t-test of releated
-
5. Untuk mengetahui perbedaan efektifitas peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah antar 2 kelompok perlakan dengan uji beda penilaian lower extremity functional scale antara sebelum dan
-
6. sesudah perlakuan kombinasi teknik mulliagb dan fasilitasi vastus medialis dengan aplikasi kinesio taping menggunakan Independent sampel t-test
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.
Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas deskripsi berdasarkan data numeric dan kategorik. Pada Deskripsi kategorik terdapat umur subjek yang terlibat dalam penelitian berkisar antara 25-38 tahun dengan rerata umur dengan rerata umur untuk Kelompok satu 28,36±3,171 dan untuk Kelompok dua 27,36±5,714. Rerata jenis pekerjaan subjek dalam penelitian ini pada Kelompok satu yang memiliki pekerjaan pendidik terbanyak pada kelompok 1 yaitu sebesar 45,5 % dan pekerja medis terbanyak pada Kelompok 2 sebanyak 18,2 % dan yang berprofesi lain yang antara
lain sebagai penjahit, sales promotion girl, satpam, supir, terbanyak pada kelompok 2 dengan jumlah persentase 63,3 %.
TABEL 3
Uji Normalitas Data Peningkatan Aktifitas Fungsional Ekstremitas Bawah Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Peningkata |
p. Uji Normalitas | ||
n |
(Shapiro Wilk-Test) |
Keteranga | |
Fungsional Ekstremita s Bawah |
Kelompo k 1 |
Kelompo k 2 |
n |
Sebelum |
0,238 |
0,051 |
Normal |
terapi Sesudah |
Normal | ||
0,609 |
0,364 | ||
terapi | |||
Selisih |
0,371 |
0,313 |
Normal |
Hasil uji normalitas (Saphiro Wilk-Test) score
peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah sebelum terapi dan sesudah terapi semua kelompok berdisribusi normal (p >
Uji beda nilai aktivitas fungsional ekstremitas bawah Kelompok 1 dan Kelompok Ii
Vari ebel |
N |
Sebelum |
Setelah |
Beda |
t |
p | ||
Rera ta |
SB |
Rera ta |
S B | |||||
Kel |
11 |
43,8 |
4,3 |
72,0 |
1,1 |
28,1 |
21,2 |
0,001 |
omp ok 1 |
2 |
3 |
0 |
8 |
8 |
4 | ||
Kel |
11 |
45,0 |
4,9 |
61,1 |
4,4 |
16,1 |
9,55 |
0,001 |
omp ok 2 |
0 |
2 |
8 |
9 |
8 |
Berdasarkan hasil uji paired sample t-
test dari data pengukuruan aktivitas fungsional ekstremitas bawah sebelum dan sesudah perlakuan kombinasi teknik mulligan dengan fasilitasi vastus medialis
dengan (n=11) dan (α=0,05) diperoleh nilai
p value 0,001 (p value > α). Hal ini berarti Ho ditolak. Karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas
0,05). fungsional ekstremitas bawah setelah
diberikan perlakuan kombinasi teknik
Tabel 4
mulligan dengan fasilitasi vastus medialis.
Berdasarkan hasil uji paired sample t-test dari data pengukuruan aktivitas fungsional ekstremitas bawah sebelum dan sesudah aplikasi kinesio taping dengan (n=11) dan (α=0,05) diperoleh nilai p value 0,001 (p value > α). Hal ini berarti Ho ditolak. Karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas
fungsional ekstremitas bawah setelah
diberikan perlakuan kinesio taping.
pengujian menggunakan uji hipotesis 3
menggunakan independen t-test
Tabel 5.6
Uji Komparasi Hasil Peningkatan Aktivitas Fungsional pada Sindroma Nyeri Sendi Patellofemoral Sesudah Perlakuan
Tabel 5
Uji Kompatibilitas Sebelum Perlakuan Kedua Kelompok Variabel dengan Independent t-test
Variabel |
Kelompok 1 Rerata SB |
Kelompok | |
2 t Rerata SB |
p | ||
Sebelum |
43,82 ± |
45,00 ± | |
Perlakuan |
4,333 |
8,414 414 |
0,109 |
Kelompok Subyek Sesudah Perlakuan |
N |
Rerata ± SB |
t |
P |
Kelompok 1 |
11 |
72,00 ± 1,183 |
7,727 |
0,001 |
Kelompok 2 |
11 |
61,18 ± 4,490 | ||
Berdasarkan |
hasil uji |
beda |
rerata |
memperlihatkan beda rerata peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah antar
Nedasarkan uji kompatibilitas diatas menunjukan bahwa pada kedua kelompok sebelum perlakuan menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan p = 0,109 (p > 0,05). Dengan demikian data yang diuji pada hipotesis yang menyebutkan bahwa kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vastus medialis lebih efektif meningkatkan aktivitas fungsional ekstremitas bawah dari padaaplikasi kinesio taping menggunakan data sesudah perlakuan kedua kelompok. Pada table 5.3 telah dijelaskan bahwa data sesudah perlakuan terdistribusi normal, maka
kelompok pada kedua kelompok yang diberikan perlakuan berupa kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vastus medialis dengan aplikasi kinesio taping ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Berarti ada perbedaan yang bermakna hasil perlakuan kelompok-1 dibanding perlakuan kelompok-2 terhadap hasil score peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah bila dilihat dari selisihnya.
Penanganan Kombinasi Teknik Mulligan dan Fasilitasi Vastus medialis Efektif
meningkatan Aktivitas Fungsional
Ekstremitas Bawah
Berdasarkan hasil uji paired sample t diperoleh nilai rerata untuk peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah pada perlakuan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus dengan nilai rerata sebelum perlakuan sebesar 43,82 dan meningkat setelah perlakuan sebesar 72,00, didapatkan perbedaan yang signifikan pada nilai lower ekstremitas fungtional scale secara bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini menunjukan bahwa pemberian teknik mulligan pada fasilitasi vasus medialis obliquus efektif memberikan peningkatan aktivitas fungsional ekstremitas bawah
Kombinasi teknik mulligan merupakan salah satu intervensi yang tepat diberikan pada kondisi tersebut dengan problem keterbatasan aktivitas fungsional bawah. Teknik mulligan merupakan salah satu teknik manual terapi modern yang menggunakan mobilisasi pada sendi dimana konsep mulligan ini tidak ada rasa sakit yang ditimbulkan selama dan setelah aplikasi dilakukan. Nyeri disini dijadikan suatu panduan. Keberhasilan dari teknik ini
ditandai dengan tidak ditemukannya rasa nyeri selama praktisi melakukan teknik dalam menggerakkan dan meningkatkan fungsi. Setelah fungsi sendi kembali, program selanjutnya adalah pemulihan kekuatan otot, daya tahan, dan pengembangan neuro control motor. Patokan mulligan adalah mengendalikan dari posisi yang salah untuk dijadikan konsep, satu per satu mekanisme penelusuran gerak dan fungsi sendi dirotasikan dengan mempertimbangkan respon neurofisiologisnya. 5
Teknik aktivasi pada otot ini dapat mengidentifikasi kelemahan dan meningkatkannya, antara lain dengan pengukuran dan penilaian gerak aktif, pasif, dan resisted untuk menentukan nilai neurological integrity, dan kontraksi isomertik atau palpasi untuk memperbaiki jaringan.10 Hasil dari pengukuran dan penilaian otot tersebut menetukan teratment apa yang nantinya akan digunakan untuk menormalkan atau mengembalikan fungsi otot
Aplikasi Kinesio Taping Dapat Meningkatkan Aktivitas Fungsional Ekstremitas Bawah
Berdasarkan hasil pengukuran Lower Ekstremitas Functional Scale pada kelompok II didapatkan nilai rerata untuk sebelum perlakuan sebesar 45,00 dan menjadi 61,18 setelah perlakuan. Perbedaan hasil antara sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan pada kelompok 2 dimana didapatkan perbedaan yang signifikan, nilai hasil pengukuran setelah perlakuan lebih besar dari nilai sebelum perlakuan, yang berarti aplikasi kinesio taping meningkatkan aktivitas fungsional ekstremitas bawah pada penderita sindroma nyeri sendi patellofemoral.
Tujuan aplikasi kinesio taping pada penderita sindroma nyeri patellofemoral adalah untuk memperbaiki tempurung lutut k earah yang normal dan menurunkan ketegangan struktur jaringan di sekitar sendi patellofemoral yang berlebihan. Selain penguatan quadriceps otot quadriceps secara keseluruhan dan peningkatan vasus medialis obliquus, kinesio taping juga mempertahankan letak patella tetap pada tempatnya, sementara terjadi microkontraksi pada otot vasus medialis obliquus.12 Di sinilah peran kinesio taping sebagai fasilitas aktivasi keseimbangan
otot quadriceps sehingga terjadi koreksi dari ketidakseimbangan dan dengan kinesio taping menurukan gejala dari penderita sindroma nyeri patellofemoral.
Beda Pengaruh Antara Kombinasi Teknik Mulligan Dengan Aktivasi Vastus medialis Dengan Aplikasi Kinesio taping Pada Peningkatan Aktivitas Fungsional Ekstremitas Bawah.
Peningkatan Aktivitas Fungsional Ekstremitas Bawah Kelompok 1 dan Kelompok 2
61.18
43.82
72.00
Sebelum Sesudah
----Kelompok 1
Berdasarkan hasil pengukuran kedua kelompok diatas didapatkan perbedaan hasil antara perlakuan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vastus medialiss obliquus dengan perlakuan aplikasi kinesio taping. Dimana pada kelompok 1 nilai rerata lebih besar dibanding dengan kelompok 2, yang berarti perlakuan kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus (kelompok 1) lebih efektif meningkatkan aktivitas
fungsional ekstremitas bawah dibanding dengan aplikasi kinesio taping (kelompok 2). Walaupun terlihat adanya peningkatan hasil pengukuran pada kelompok 2, tetapi peningkatan yang lebih besar terlihat pada kelompok 1 sesuai dengan hipotesis 3.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Terapi kombinasi teknik mulligan dan fasilitasi vasus medialis obliquus lebih baik dalam meningkatkan aktivitas fungsional ekstre 84 bawah daripada aplikasi kinesio taping pada sindroma nyeri sendi patellofemoral. Oleh karena itu peneliti menyarankan Perlu penelitian lanjutan terkait jumlah sampel dan intervensi tambahan lain yang diberikan pada pasien sindroma nyeri sendi patellofemoral (1) Diperlukan pengembangan penelitian selanjutnya pada kondisi sindroma nyeri sendi patellofemoral dengan melihat efektivitas antara teknik mulligan dengan teknik mobilisasi lainnya seperti maitland. (2) Dapat dijadikan standar penatalaksanaan yang lebih baik dimana kombinasi teknik mulligan dengan fasilitasi vastus medialis sebagai
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus sindroma nyeri sendi patellofemoral. (3) Sebagai bahan pertimbangan untuk tidak menggunakan kinesio taping murni (tanpa latihan) pada kasus sindroma nyeri sendi patellofemoral, dikarenakan efek yang diberikan tidak begitu berpengaruh pada peningkatan fungsional ekstremitas bawah (aplikasi diberikan selama 5 minggu)
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Fourie W J Roodepoort. 2006. Vastus Medialis anf vastus medialis oblique – A new prespective.
Physiotherapist/treatment for neck, knee pain or sport injury. (diunduh 5 januari 2013). Available from : http://www.docstoc.com/docs/19852962/ vastus-medialis-and-vastus-medialis-oblique---a-new-perspective
-
2. Ingaraham P. 2012. Patellofemoral pain syndrome. Kanada. E-book Patellofemoral pain syndrome. (diunduh 25 januari 2013). Available from : http://saveyourself.ca/tutorials/patellofem oral-pain-syndrome.php
-
3. Biedert R M. 2004. Patellofemoral Disorder ; Diagnosis and Treatment. E-book From Google Book. USA. (diunduh 28 Desember 2012). Available From
-
4. Lowri C D, Clealand J A, Dyke K. 2008, Management of patient with patellofemoral pain syndrome using a multimodal approache:A case series. Journal orthopedic nand sport physical therapy. (diunduh 24 januari 2013). Available from
:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed /18978450
-
5. Mulligan, B R. 1999. Ebook ; Manual Therapy “Nags”, Snags”, “MWMs”, etc., 4th Edn. New Zealand.
-
6. Hains G, Hains F. 2010. Patellofemoral pain syndrome managed by ischemic compression to the trigger points located in the peri-patellar and retro-patelar areas: A randomized clinical trial. Original article elsevier clinical chiropractic. Canada. (diunduh 7 Januari 2013).
Available from : http://wansbeckchiropractors.co.uk/pd f/Nov01.pdf
-
7. Pocock, 2007. Clinical Trial, A Practical Approach. New York: A Willey Medical Publication.
-
8. Bakta, I. M. 1997. Diktat Mata Kuliah Metodelogi Penelitian. Denpasar: Program Studi Ergonomi dan Fisiologi Olahraga Universitas Udayana
-
9. Domino A, Steeg B V. 2011. Patellofemoral pain syndrome minimal data set information anf instruction. Journal of Orthopedic and Physiotherapi. (diunduh 7 januari 2013). Available from : http://pt.unlv.edu/ebpt/MDS/Ortho/pat ellofemoral
-
10. Madeleine, C. 2012. Muscle
Activation Technique. Apana
Bodywork. Canada. (diunduh 1
Februari 2013). Available from : http://www.muscleactivation.ca/muscl e-activation-techniques/
-
11. Vicenzini B. Paungmali A. Teys P. 2003. Mulligan’s Mobillization With Movement, Positional Faul and Pain Relief : Current Concept From a Critical Review of Literatur. Journal of Manual Therapi. Australia. ( diunduh 5 maret 2013). Available from :
http://iaopt.org/downloads/MWM_cur rent_concepts_effect_Vicenzino_07.p df
-
12. Bolgla. Lori, A,Scott W, Malone, Terry R. 2008. Vastus Medialis Activation During Knee extension Exercise : Evidence Based for Exercise Prescription. Journal of sport rehabilitation. (diunduh 30 Januari
2013). Available from :http://www.maifisio.com.br
53
Discussion and feedback