Sport and Fitness Journal

Volume 8, No.1, Januari 2020: 36-44

E-ISSN: 2654-9182

EFEKTIVITAS BAL-A-VIS X (BALANCE, AUDITORY, VISION EXERCISE) DAN BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOORDINASI TANGAN DAN MATA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

Herista Novia Widanti1, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2, Muhammad Irfan3, Ni Made Swasti Wulanyani4, Ni Nyoman Ayu Dewi5, I Made Krisna Dinata6

  • 1Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan Universitas Udayana, Denpasar

  • 2,6Departemen Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar 3Program Studi Fisioterapi Aisyiyah, Yogyakarta

  • 4Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar 5Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

E-Mail: [email protected]

ABSTRAK

Pendahuluan: Semua aktivitas motorik, membutuhkan koordinasi tangan-mata yang baik. Membantu mengoptimalkan koordinasi tangan-mata akan meningkatkan keterampilan kognitif dan motorik yang penting untuk proses belajar anak. Tujuan penelitian: untuk mengetahui perbedaan efektivitas bal-a-vis-x dan metode brain gym dalam meningkatkan koordinasi tangan-mata pada anak prasekolah. Metode: Subjek penelitian terdiri dari 24 anak prasekolah, laki – laki dan perempuan, usia 5-6 tahun. Dibagi menjadi 2 kelompok, Kelompok I terdiri dari 12 orang dengan metode bal-a-vis-x dan Kelompok II terdiri dari 12 orang dengan metode brain gym. Latihan diberikan selama 6 minggu, 3 sesi per minggu. Menggunakan purdue pegboard test sebagai instrumen pengukuran dengan 4 nilai sub-test yang dievaluasi yaitu Dominant hand (DH), Non-dominant hand (NDH), Both hand (BH) dan Assembly (ASS). Hasil: Pada Kelompok I, terjadi peningkatan skor pada sub-test DH, NDH, BH dan ASS dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), yang berarti bal-a-vis-x efektif untuk meningkatkan koordinasi tangan dan mata pada anak prasekolah. Sedangkan pada Kelompok II, terjadi peningkatan skor pada sub-test DH, BH dan ASS dengan nilai p = 0,001 dan NDH dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05), yang berarti brain gym efektif untuk meningkatkan koordinasi tangan dan mata pada anak prasekolah. Terdapat perbedaan bermakna antara Kelompok I dan Kelompok II setelah diberikan latihan yaitu pada sub-test DH nilai p = 0,035, NDH nilai p = 0,029, BH nilai p = 0,012 dan ASS nilai p = 0,044 (p < 0,05), yang berarti ada perbedaan efektivitas antara bal-a-vis x dan brain gym dalam meningkatkan kemampuan koordinasi tangan dan mata pada anak prasekolah. Simpulan: Bal-A-Vis X dan brain gym efektif untuk meningkatkan koordinasi tangan-mata pada anak usia prasekolah.

Kata Kunci : Koordinasi tangan-mata, kemampuan motorik, bal-a-vis x, brain gym

THE EFFECTIVENESS OF BAL-A-VIS X (BALANCE, AUDITORY, VISION EXERCISE) AND BRAIN GYM METHOD TO IMPROVE HAND-EYE COORDINATION IN PRESCHOOL CHILDREN

ABSTRACT

Introduction: All motor activities, require good hand-eye coordination. Helping optimize hand-eye coordination will improve cognitive and motor skills that are important for learning processes of children. The aim in this study was to determine difference of effectiveness bal-a-vis-x and brain gym to improve hand-eye coordination in preschool children. Method: Sample consists of 24 preschool children, male and female, 5-6 years old. Samples were divided into 2 groups, group I consists 12 people with bal-a-vis-x method and group II consists of 12 people with brain gym method. Exercise given for 6 weeks, 3 session per week. Using purdue pegboard test as measurement instrument with 4 value evaluated, i.e. Dominant hand (DH), Non-dominant hand (NDH), Both hand (BH) and Assembly (ASS). Results: In group I, there was an increase scores on the DH, NDH, BH and ASS sub-tests with p-value = 0.001 (p < 0.05), which means bal a-vis-x is effective to improve hand-eye coordination in preschool children. Whereas in group II, there was an increase scores on the DH, BH and ASS sub-test with p-value = 0.001 and NDH with p-value = 0.002 (p < 0.05), which means brain gym is effective to improve hand-eye coordination in preschool children. There was a significant difference between group I and group II after given exercise, in the sub-test of DH with p-value = 0.035, NDH with p-value = 0.029, BH with p-value = 0.012 and ASS with p-value = 0.044 (p < 0.05), which means there is a difference in the effectiveness between bal a vis x and brain gym to improve hand-eye coordination in preschool children. Conclusion: Bal-a-vis x and brain gym is effective to improve hand-eye coordination in preschool children.

Keywords: Hand-eye coordination, motor skill, bal-a-vis x, brain gym

PENDAHULUAN

Masa tumbuh kembang pada anak adalah periode yang sangat penting bagi kehidupan setiap anak. Selama perkembangan, diperlukan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan perkembangan anak. Untuk itu, diperlukan perhatian serius, sehingga anak-anak mampu berkembang dengan optimal sesuai dengan usia mereka.

Motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan otot-otot kecil dalam menggerakan bagian tubuh tertentu, misalnya seperti gerakan pergelangan tangan yang tepat dan keterampilan menggunakan jari tangan1. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi tangan-mata yang akurat. Kecerdasan motorik halus anak-anak bervariasi dalam hal kekuatan dan akurasinya

termasuk koordinasi tangan-mata. Hal ini dipengaruhi oleh sifat alamiah anak dan stimulasi yang mereka dapatkan selama masa pertumbuhan. Anak-anak yang tidak mendapatkan stimulasi yang tepat akan kurang kemampuan koordinasi tangan dan matanya sehingga berdampak pada perkembangan kecerdasan motorik anak. Seiring berjalannya pertumbuhan mereka, maka akan semakin banyak pula keterampilan yang harus dapat dikuasai. Untuk alasan ini, anak-anak harus dapat menguasai keterampilan motorik termasuk koordinasi tangan dan mata sehingga tumbuh kembang dapat berjalan dengan optimal.

Usia dini dikenal sebagai "golden age". Periode ini merupakan periode perkembangan 37

kritis yang disebut juga windows of learning, yaitu masa ketika stimulasi spesifik dibutuhkan oleh anak. Pada masa ini, perkembangan anak ditentukan oleh faktor genetik (nature) serta faktor lingkungan (nurture)2. Anak mengalami perkembangan pesat dari 50%-80% pada aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial di usia ini2.

Semua aktivitas motorik membutuhkan koordinasi tangan dan mata yang baik. Dengan membantu anak-anak meningkatkan koordinasi tangan dan mata akan meningkatkan perhatian dan keterampilan motorik yang sangat penting bagi proses belajar anak-anak yang berdampak pada kinerja saat menulis, membaca, berhitung, bahasa-seni, spatial awareness serta atensi3.

Koordinasi tangan dan mata merupakan kontrol gerak bola mata yang dikoordinasikan dengan gerakan tangan dan pemrosesan input visual guna memandu tangan ketika menggapai benda dan menggenggam seiring fungsi proprioseptif tangan ketika memandu mata. Koordinasi tangan-mata adalah keterampilan yang membentuk dasar persepsi fungsi motorik, terutama motorik halus, terkait dengan aktivitas sehari-hari4.

Ada beberapa sistem tubuh yang bekerja sama untuk menggerakkan tangan dalam menanggapi rangsangan eksternal yang ditemukan oleh mata. Mata adalah organ yang menerima cahaya eksternal dan mengubahnya menjadi impuls listrik dan diintrepretasikan otak. Sinyal yang berasal dari saraf optik dikirim ke nucleus geniculate menuju visual korteks di lobus oksipital, dan kemudian menginterpretasikan sinyal-sinyal ini. Sinyal visual ini dikirim ke lobus parietal, yang bertanggung jawab untuk pergerakan tubuh. Lobus ini mengintegrasikan informasi dari berbagai bagian tubuh dan mengontrol gerakan melalui sinyal motorik dan dikirim ke sistem saraf perifer5.

Sinyal dari otak di sistem saraf pusat, dikirim ke spinal cord menuju ekstremitas melalui sistem saraf perifer. Sistem tersebut

menyediakan jalur bagi impuls elektrokimia untuk mencapai bagian tubuh. Di bagian tubuh otot akan bereaksi terhadap impuls listrik. Dengan perantara alfa dan gama-motor neuron, impuls motorik mengatur keseimbangan tonus otot yang dibutuhkan untuk menciptakan setiap gerak tangkas pada tangan5.

Dalam upaya untuk mengoptimalkan perkembangan motorik, terutama kemampuan koordinasi tangan-mata, metode latihan dalam bentuk permainan yang menyenangkan dibutuhkan, sehingga anak-anak menjadi tertarik untuk melakukan kegiatan ini. Dalam upaya aktivasi sensasi pada tubuh, diperlukan suasana menyenangkan dan santai, karena ketika berada pada kondisi dibawah tekanan anak-anak tidak akan dapat memaksimalkan kemampuan otaknya6.

Bal-a-vis-x dan brain gym adalah upaya untuk mengaktifkan dimensi otak. Gerakan lintas lateral mengaktifkan kedua belahan otak dengan seimbang. Ketika mata, telinga, tangan dan kaki bekerja bersama, corpus callossum akan mendalangi proses ini dan dua bagian otak menjadi lebih berkembang sepenuhnya. Karena hemisfer dan keempat lobus diaktifkan, fungsi kognitif dan kemampuan belajar meningkat. Gerakan fisik pada kedua metode ini merangsang fungsi kognitif7. Visual sangat mempengaruhi fungsi tubuh. Dalam situasi belajar aktif, otot mata eksternal secara konstan menggerakkan bola mata ke atas, ke bawah, ke samping, serta sekitarnya. Ketika mata berhenti bergerak, seperti menatap, maka input visual akan berhenti. Ketika tubuh dan kepala bergerak, sistem vestibular diaktifkan, dan otot-otot mata menguat ketika mereka bergerak sebagai respons. Semakin banyak mata bergerak, semakin banyak otot kedua mata bekerja bersama. Kerja mata yang efisien memungkinkan siswa untuk fokus dan berkonsentrasi ketika melakukan aktivitas7.

Latihan bal-a-vis-x berfungsi sebagai stimulasi visual, auditori, dan vestibular. Pola

ritme bal-a-vis-x meningkatkan kesadaran akan nuansa suara dan ritme, memandu seseorang dalam keadaan dimana otak dan tubuh bekerja bersama dan terintegrasi. Kemampuan lempar-tangkap bola, nuansa suara pantulan bola, dan tracking vision atau kemampuan gerak mata untuk saling terintegrasi akan mempercepat terbentuknya sinaps baru, yang menghubungkan neuron sel di otak, sehingga prosess pematangan dan pembelajaran pada anak akan terbantu. Ketika kedua sisi otak terlibat, fokus akan meningkat, lalu koordinasi tangan-mata menjadi lebih maksimal dan kinerjanya berada pada puncaknya. Selain itu kegiatan ini dapat mengaktifkan otot dan pola gelombang otak, menciptakan umpan balik yang berdampak pada peningkatan kepekaan anak dan perkembangan kecerdasan motorik8.

Brain gym adalah rangkaian-rangkaian gerak sederhana serta menyenangkan yang mampu mengoptimalkan perkembangan seluruh bagian otak, dalam aspek koordinasi mata, tangan, telinga dan seluruh ekstremitas tubuh. Brain gym membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup, sehingga kegiatan belajar dan bekerja dapat dilakukan menggunakan bagian otak dengan optimal9. Gerakan brain gym akan merangsang keseimbangan otak, mengaktifkan labyrinthus vestibularis untuk kemampuan motorik seperti keterampilan motorik halus6. Rangkaian gerakan yang dilakukan akan meningkatkan konsentrasi belajar anak, meningkatkan keterampilan motorik dan memori anak.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancanganpenelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan penelitian two group pre-test and post-test design yaitu membandingkan perlakuan dua kelompok. Kelompok pertama yaitu dengan Bal-A-Vis-X dan kelompok kedua yaitu dengan Brain Gym.

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di TK Aisyiyah Busthanul Athfal 2 Denpasar, Bali. Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu sejak bulan Maret 2019 sampai dengan April 2019, selama 6 minggu dengan jadwal latihan 3 kali seminggu.

Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah. sedangkan populasi terjangkau penelitian adalah anak usia prasekolah yang ada di TK Aisyiyah Busthanul Athfal 2 Denpasar tahun 2019 yang berumur 5 – 6 tahun dan memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian diambil dari populasi dengan rumus Pocock untuk menentukan besaran sampel.

Teknik pengambilan subjek penelitian adalah menentukan TK Busthanul Athfal 2 yang dijadikan tempat penelitian. Total jumlah populasi terjangkau 40 orang anak, yang kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 24 anak. Lalu melakukan random alokasi menjadi dua kelompok masing-masing berjumlah 12 orang.

Prosedur Penelitian

Anak yang bersedia mengikuti program penelitian dan telah disetujui oleh orang tua diminta mengisi informed consent yang diisi orang tua. Membagi menjadi dua kelompok secara merata Kelompok I sebanyak 12 anak dan Kelompok II sebanyak 12 anak. Lalu melakukan pre-test dengan purdue pegboard test dengan 4 kategori nilai yang diukur yaitu dominant hand, non-dominant hand, both hand dan assembly untuk mengukur kemampuan koordinasi tangan-mata sebelum diberikan latihan.

Kelompok I menerima bal-a-vis-x dan Kelompok II menerima brain gym. Dilakukan 3 kali setiap minggu selama 6 minggu berurut-urut. Dan dilakukan evaluasi setelah 6 minggu diukur dengan menggunakan purdue pegboard

test untuk mengetahui peningkatan koordinasi tangan-mata setelah diberikan latihan.

Analisis data

Analisis data untuk uji statistik pada penelitian ini yaitu uji hipotesis I dan II dengan menggunakan paired sample t-test dan uji hipotesis III menggunakan independent sample t-test.

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 1

Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik

Range

Kel I

Kel II

n

%

n

%

5,0 – 5,5

0

0

1

8,3

Umur

5,6 – 5,11

5

41,7

4

33,3

(tahun, bulan)

6,0 – 6,5

6

50,0

5

41,7

6,6 – 6,11

1

8,3

2

16,7

Jenis Kelamin

Laki-laki

6

50,0

6

50

Perempuan

6

50,0

6

50

Kurus

2

16,7

2

16,7

Status Gizi

Normal

8

66,7

6

50,0

(IMT/u)

Gemuk

1

8,3

3

25,0

Obesitas

1

8,3

1

8,3

Les/Ngaji

4

33,3

4

33,3

Kegiatan Ekstra

Renang

1

8,3

0

0

Tidak Ada

7

58,3

8

66,7

2. Uji Normalitas dan Homogenitas Tabel 2

Uji Normalitas dan Homogenitas

Purdue Pegboard Test (Sub-test)

Shapiro-Wilk Test

Levene test p-value

Kel I

Kel II

p

p

Pre

0,777

0,197

0,241

Dominant Hand

Post

0,366

0,147

Non Dominant

Pre

0,051

0,200

0,959

Hand

Post

0,223

0,264

Pre

0,080

0,134

0,950

Both Hand

Post

0,077

0,137

Assembly

Pre

0,643

0,555

0,390

Post

0,433

0,382

Berdasarkan hasil yang disajikan Tabel 2 diatas, Hasil uji homogenitas (levene test) skor setiap sub-test pada purdue pegboard test menunjukkan bahwa pada kedua kelompok

sebelum perlakuan, nilai p dominant hand adalah 0,241 (p> 0,05), non-dominant hand 0,959 (p>0,05), both hand 0,950 (p>0,05), assembly 0,390 (p>0,05). Semua sub-test menunjukkan (p>0,05) yang berarti semua data homogen. Sedangkan hasil data uji normalitas (shapiro-wilk test) sebelum dan setelah latihan pada Tabel 2 menunjukkan kedua kelompok nilai p>0,05 pada setiap subtest yang berarti skor purdue pegboard test data sebelum setelah latihan terdistribusi secara normal.

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka uji hipotesis I dan uji hipotesis II menggunakan uji parametrik yaitu Paired Sample t Test. Pada uji hipotesis III menggunakan uji parametrik Independent Sample t-Test.

  • 3.    Uji Hipotesis 1

Hasil uji rerata sebelum dan setelah latihan Kelompok I menggunakan uji paired sampel t-test pada Tabel 3.

Tabel 3

Hasil Uji Peningkatan Purdue Pegboard Test pada Kelompok I

Purdue

Pegboard Test

Mean ± SD

p

Pre

Post

Dominant Hand

11,833±1,642

15,333±2,059

0.001

Non-Dominant Hand

10,000±0,953

13,166±1,466

0.001

Both Hand

9,833±1,992

13,166±1,585

0.001

Assembly

18,416±2,314

22,083±2,314

0.001

Sesuai hasil analisis pada Tabel 3. Diperoleh skor uji peningkatan purdue pegboard test pada sub-test dominant hand, non-dominant hand, both hand dan assembly menunjukkan p<0,05 pada Kelompok I, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa metode bal-a-vis-x dapat meningkatkan koordinasi antara tangan dan mata pada anak usia prasekolah.

  • 4.    Uji Hipotesis II

Hasil uji rerata sebelum dan setelah latihan pada Kelompok II menggunakan uji pair t-test disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4

Hasil Uji Peningkatan Purdue Pegboard Test pada Kelompok II

Purdue

Mean ± SD

p

Pegboard Test

Pre

Post

Dominant Hand

11,666±1,614

13,250±1,764

0.001

Non Dominant Hand

10,333±1,370

11,666±1,669

0.002

Both Hand

9,500±1,930

11,166±1,992

0.001

Assembly

17,833±3,537

19,500±3,503

0.001

Sesuai hasil analisis pada Tabel 4. Diperoleh nilai skor peningkatan purdue pegboard test pada sub-test dominant hand, non dominant hand, both hand dan assembly menunjukkan p<0,05 pada Kelompok II, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa metode brain gym dapat meningkatkan koordinasi antara tangan dan mata pada anak usia prasekolah.

  • 5.    Uji Hipotesis III

Hasil uji beda nilai rerata purdue pegboard test sebelum dan setelah latihan antara Kelompok I dan Kelompok II dengan uji Independen t-test, disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5

Hasil Uji Beda Peningkatan Skor Purdue Pegboard Test pada Kelompok I dan II

Purdue Pegboard Test (Sub-test)

Mean ± SD

p

Kel I

Kel II

p-value

p-value

Pre

11,833±1,642

11,666±1,614

0,804

Dominant

Hand

15,333±2,059

13,250±1,764

0,035

Selisih

3,500±1,087

1,583±0,996

0,001

Pre

Non

10,000±0,953

10,333±1,370

0,496

Dominant    Post

13,166±1,466

11,666±1,669

0,029

Hand        Selisih

3,166±0,834

1,333±1,154

0,001

Pre

9,833±1,992

9,500±1,930

0,681

Both Hand

Post

13,166±1,585

11,166±1,992

0,012

Selisih

3,333±1,969

1,666±1,154

0,019

Pre

18,416±2,314

17,833±3,537

0,637

Assembly

Post

22,083±2,314

19,500±3,503

0,044

Selisih

3,666±0,984

1,666±1,230

0,001

Sesuai hasil analisis Tabel 5, diperoleh skor uji peningkatan purdue pegboard test Kelompok I dan Kelompok II setelah diberikan perlakuan pada sub-test dominant hand, nondominant hand, both hand dan assembly menunjukkan p<0,05 sehingga didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan efektivitas antara latihan metode Bal-A-Vis-X (Balance-auditory-vision-exercise) dan Brain Gym dalam meningkatkan kemampuan koordinasi tangan dan mata pada anak usia prasekolah.

PEMBAHASAN

Metode Bal-A-Vis-X dapat Meningkatkan Kemampuan Koordinasi Tangan-Mata Anak Usia Prasekolah

Aktivitas bal-a-vis-x dengan lempar tangkap bola dan sandbag melatih kecepatan dan ketepatan dengan akurasi tinggi yang melibatkan koordinasi tangan-mata sehingga terjadi peningkatan keterampilan atau kemampuan koordinasi antara tangan dan mata. Visual sangat banyak mempengaruhi fungsi tubuh7. Dalam situasi pembelajaran yang melibatkan koordinasi sistem visual, proprioceptive dan taktil maka semakin banyak otot kedua mata bekerja bersama. Kerja mata yang efisien akan memungkinkan siswa untuk fokus dan berkonsentrasi maksimal dalam melakukan pembelajaran aktivitas motorik, sehingga kemampuan koordinasi tangan dan mata meningkat bersamaan dengan meningkatnya kemampuan motorik anak.

Penggabungan antara gerakan dan instruksi pada bal-a-vis-x tersebut membuat anak menjadi lebih terlibat dan lebih mendalami keterampilan motoriknya. Gerakan meningkatkan rentang perhatian dan fokus

pada suatu tugas sehingga meningkatkan pembelajaran. Tracking vision meningkatkan kewaspadaan pada setiap gerakan. Selain itu skill kecepatan dan ketepatan pada saat aktivitas lempar tangkap bola maupun sandbag menjadi lebih terlatih sehingga meningkatkan kemampuan koordinasi tangan-mata.

Metode Brain Gym dapat Meningkatkan Kemampuan Koordinasi Tangan-Mata Anak Usia Prasekolah

Pada metode brain gym bermanfaat untuk menstimulasi bagian-bagian otak pada dimensi lateralitas, dimensi pemfokusan dan dimensi pemusatan siswa yang berada pada kondisi belajar atau aktivitas tertentu, termasuk pembelajaran aktivitas motorik. Brain gym memberi pengaruh yang signifikan pada tingkat kosentrasi, perhatian, koordinasi dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan gerak dan respon tubuh10.

Gerakan brain gym yang dilakukan tangan-kaki, dapat memberi stimulus pada otak11. Stimulus tersebut akan meningkatkan kognitif, konsentrasi, kecepatan menyerap informasi dalam proses belajar, memecahkan pemasalahan serta meningkatkan kreatifitas. Aktivitas brain gym bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja fisiologi otak sehingga dapat memberikan kemudahan pada kinerja otak saat melakukan kegiatan aktivitas maupun proses belajar.

Adanya Beda Efektifitas antara Metode Bal-A-Vis-X dengan Brain Gym terhadap Peningkatan Kemampuan Koordinasi Tangan-Mata pada Anak Usia Prasekolah

Perbedaan antara latihan dengan metode Bal-A-Vis-X dan Brain Gym adalah pada mekanisme kerjanya. Latihan Bal-A-Vis-X menstimulasi sistem visual dan auditori sehingga memacu impuls motorik untuk dapat mengendalikan kinerja tonus otot yang dibutuhkan untuk melakukan setiap gerakan tangkas pada tangan8. Gerakan-gerakan pada bal-a-vis-x berfokus pada kecepatan dan ketepatan pada aktivitas lempar tangkap bola dan sandbag, sehingga meningkatkan tracking

vision dan kewaspadaan gerakan tubuh dan pada akhirnya kemampuan koordinasi tangan dan mata sepenuhnya meningkat. Sedangkan gerak brain gym yang dilakukan oleh tangan dan kaki, memberikan stimulus pada otak, sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif, motorik dan kreativitas, serta kemampuan menyerap informasi pada proses belajar menjadi lebih cepat11. Latihan Brain Gym menstimulasi labyrinthus vestibularis secara seimbang, mengaktivasi serta memfokuskan pusat otak pada bagian keterampilan motorik, sehingga kemampuan koordinasi tangan dan mata meningkat sejalan dengan meningkatnya keterampilan motorik halus.

Pada metode bal-a-vis-x anak-anak sangat senang untuk beraktivitas bersama dengan teman seumurannya. Mendorong serta memfasilitasi anak dengan cara mengajak temannya untuk ikut serta dalam beraktivtas beregu, keadaan tersebut akan memberikan motivasi tersendiri bagi anak dalam melakukan aktivitas tanpa harus dipaksa sehingga akan memudahkan anak dalam menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya.

Dalam penelitian ini didapatkan perbedaan hasil rerata kemampuan koordinasi tangan-mata setelah diberikan perlakuan kepada setiap kelompok. Hal tersebut bisa terjadi apabila kondisi sosial-ekonomi, asupan nutrisi, kemampuan IQ dan EQ yang berbeda-beda yang ditemui pada setiap subjek penelitian.

Kondisi ekonomi rendah dapat mempengaruhi perkembangan otak melalui jalur gizi atau asupan nutrisi12. Semakin rendah kondisi ekonomi, maka semakin besar kemungkinan subjek penelitian tidak tercukupi kebutuhan gizi dan asupan nutrisinya. Perkembangan motorik anak dipengaruhi oleh asupan nutrisi, dimana anak dengan status ekonomi rendah akan mengalami lebih banyak masalah kesehatan karena kurangnya nutrisi12. Asupan nutrisi diperlukan tubuh untuk memelihara ketahanan fisik dan untuk meningkatkan kemampuan belajar. Hal tersebut serupa dengan kondisi temuan di lapangan, subjek penelitian yang kebutuhan asupan nutrisinya tidak terpenuhi atau tidak 42

sarapan sebelum latihan dimulai tampak lemas dan kurang bersemangat saat menerima intervensi yang diberikan sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil penelitian.

Kemampuan IQ dan EQ anak dapat berpengaruh pada kecepatan menyerap informasi dan dan tingkat pemahaman anak terhadap hal yang dipelajari13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan intelektual dapat mempengaruhi motivasi belajar dan pencapaian dalam keberhasilan proses belajar anak13. Dengan demikian, anak-anak yang memiliki IQ tinggi akan lebih cepat memahami instruksi sehingga proses belajarnya berjalan lebih cepat, demikian pula dengan anak yang memiliki tingkat EQ yang baik maka anak akan mampu mengontrol emosi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik ketika proses belajar berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan kondisi temuan di lapangan, beberapa subjek penelitian memiliki tingkat kemampuan dalam memahami instruksi yang berbeda-beda. Selain itu, ada juga anak yang tampak kurang antusias dan mudah frustasi dalam proses pembelajaran dan menerima intervensi yang telah diberikan.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data penelitian pembahasan untuk mengetahui efektivitas bal-a-vis-x dan brain gym dalam meningkatkan kemampuan koordinasi tangan-mata anak usia prasekolah adalah:

  • 1.    Latihan dengan metode Bal-A-Vis-X dapat meningkatkan kemampuan koordinasi tangan-mata pada anak usia prasekolah.

  • 2.    Latihan Brain Gym dapat meningkatkan kemampuan koordinasi tangan-mata pada anak usia prasekolah.

  • 3.    Bal-A-Vis-X lebih efektif daripada Brain Gym dalam meningkatkan kemampuan koordinasi tangan-mata pada anak usia prasekolah.

SARAN

  • 1.    Orang tua diharapkan dapat membantu memfasilitasi dan mendukung kegiatan anak dalam mengoptimalkan seluruh potensi pada fase tumbuh kembangnya

  • 2.    Keadaan sosial-ekonomi keluarga, asupan nutrisi serta kemampuan IQ dan EQ anak adalah faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses belajar dalam meningkatkan kemampuan motorik anak, untuk peneliti selanjutnya penting untuk membahas dan lebih mengontrol faktor-faktor tersebut

  • 3.    Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan tentang latihan dengan metode bal-a-vis-x maupun latihan brain gym ini dengan kasus lainnya atau pada permasalahan yang berbeda.

  • 4.    Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi rekan-rekan fisioterapis dan diterapkan dalam memberikan pelayanan fisioterapi untuk meningkatkan kemampuan koordinasi tangan-mata maupun perkembangan motorik anak

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Sujiono, Y. N., 2009. Konsep Dasar

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

  • 2.    Soetjiningsih, 2008. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.

  • 3.    Tremarche, P. V., Robinson, E. M. & Graham, L. B., 2007. Physical Education and Its Effect on Elementary Testing Results. Physical Educator, 64(2), p58-64.

  • 4.    Veddovi, M., Goyen, T. A.. 2006. Eye – Hand Coordination Skills in very Preterm Infants <29 weeks gestation at 3 years: Effect of Preterm Birth and Retinopathy of Prematurity. Early Human Development, 82(11), pp. 739-745.

  • 5.    Bright, S., 2013. An Investigation on the Relationship between Hand-Eye CrossDominance and Hand Eye Coordination, Singapore: Singapore American School.

  • 6.    Dennison, P. E., 2005. Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta: Grasindo.

  • 7.    Hannaford, C., 2005. Smart Moves: Why Learning is not in Your Head. Salt Lake City: Great River Books.

  • 8.    Groenendyk, J., 2008. The Effects of Bal-A-Vis-X on Student Achievement, Test Score and Social Behavior for Student in Grade 1, 3 and 5 at Douglas Elementary School. OAISD Journal, pp. 6-16.

  • 9.    Demuth, E., 2005. Meningkatkan Potensi Belajar Melalui Gerakan dan Sentuhan: Edu K dan Brain Gym. Jakarta: INT.

  • 10.    Astuti, S. I., 2010. Brain Gym Improving Creative Potencies in Erly Childhood in

Social Diversity by Traditional Culture. Yogyakarta State University, pp. 200-213.

  • 11.    Blackmore, C. L., 2003. Movement is Essential to Learning. Journal of Physical Education Recreation, pp. 22-25.

  • 12.    Wauran, C. G., 2016. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 1-3 Tahun. E-Journal, IV(2) pp18-25.

  • 13.    Rhoades, B. L., Warren, H. K. 2011. Examining The Link Between Preschool Social Emotional Competence and First Grade Academic Achievement. Elsevier, 26(2), pp. 182-191.

44