KOMBINASI INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE (INIT) DAN ULTRASOUND LEBIH BAIK DARIPADA STRETCHING METODE JANDA DAN ULTRASOUND DALAM MENINGKATKAN ROM SERVIKAL PADA SINDROMA MIOFASIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS
on
Sport and Fitness Journal
Volume 6, No.1, Januari 2018: 56-63
ISSN: 2302-688X
KOMBINASI INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR
INHIBITION TECHNIQUE (INIT) DAN ULTRASOUND LEBIH BAIK DARIPADA STRETCHING METODE JANDA DAN ULTRASOUND DALAM MENINGKATKAN ROM SERVIKAL PADA SINDROMA
MIOFASIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS
Dwi Halim Kevin Gautama1 Susy Purnawati2 Sugijanto3 Nyoman Adiputra4 I Wayan Weta5 Moh. Ali Imron6
1 Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana, Denpasar 2,4,5 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar 3Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta 6Program Studi Fisioterapi Stikes Aisyiyah, Jogjakarta
ABSTRAK
Pendahuluan: Sindroma miofasial merupakan sekumpulan kelainan yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan pada jaringan lunak termasuk otot, struktur fascia dan tendon. Otot yang sering mengalami sindroma miofasial adalah upper trapezius. Tujuan: Penelitian ini untuk membuktikan kombinasi INIT dan ultrasound lebih baik daripada stretching metode Janda dan ultrasound dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan Pre dan Post Test Control Group Design. Populasi merupakan pasien Poliklinik Fisioterapi RSUD Wangaya, Denpasar yang mengalami sindroma miofasial otot upper trapezius berdasarkan hasil assessment fisioterapi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang yang mengalami penurunan ROM akibat sindroma miofasial otot upper trapezius. Sampel didapat berdasarkan hasil pengukuran ROM menggunakan goniometer serta kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada Kelompok 1 diberikan kombinasi intervensi INIT dan ultrasound, dan pada Kelompok 2 diberikan kombinasi stretching metode Janda dan ultrasound. Hasil: Uji paired sample t-test ROM fleksi servikal Kelompok 1 rerata 5,64±1,49 dan Kelompok 2 rerata 3,36±0,74 selisih antara sebelum dan sesudah intevensi dengan nilai p = 0,001. ROM lateral fleksi servikal Kelompok 1 rerata 6,43±1,28 dan Kelompok 2 3,43±0,75 selisih antara sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p = 0,001 yang menunjukkan pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang bermakna dari selisih peningkatan ROM servikal sebelum dan sesudah intervensi. Uji independent t- test diperoleh nilai p = 0,001 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil Kelompok 1 dibandingkan dengan Kelompok 2 dalam meningkatkan ROM servikal sindroma miofasial otot upper trapezius. Simpulan: Kombinasi Intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan ultrasound lebih baik daripada stretching metode Janda dan ultrasound dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius
Kata Kunci: Sindroma miofasial, ROM servikal, integrated neuromuscular inhibition technique, stretching metode Janda, ultrasound
COMBINATION OF INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE AND ULTRASOUND IS BETTER THAN JANDA’S STRETCHING METHOD AND ULTRASOUND IN IMPROVING CERVICAL ROM IN MYOFASCIAL SYNDROME OF THE UPPER TRAPEZIUS MUSCLE
ABSTRACT
Background: Myofascial syndrome is a group of disorders characterized by pain and stiffness in soft tissues including muscle, tendon and fascia structures. Muscles that frequently experience myofascial syndrome is upper trapezius muscle. Purpose: The purpose of this study is to prove that combination of INIT and ultrasound is better than Janda’s stretching method and ultrasound to improve cervical ROM in myofascial syndrome of the upper trapezius muscle. Methods: This research was an experimental study with pre and post test control group design. The population is patient with myofascial syndrome of upper trapezius muscle at Poliklinik Fisioterapi RSUD Wangaya, Denpasar based on physiotherapy assessment results. The sampling technique used was simple random sampling with a sample of 28 people who had decreased ROM due to myofascial syndrome of the upper trapezius. Samples were obtained based on the ROM measurement results using a goniometer as well as inclusion and exclusion criteria. The samples were divided into two groups: Group 1 with a combination of INIT and ultrasound, and Group 2 with Janda’s stretching method and ultrasound. Result: Paired sample t-test data cervical ROM on flexion in Group 1 obtained 5.64±1.49 and Group 2 obtained 3.36±0.74 mean before and after intervension with obtained p=0.001. Cervical ROM on lateral flexion in Group 1 obtained 6.43±1.28 and Group 2 obtained 3.43±0.75 mean before and after intervension with obtained p=0.001 that showed in each Group 1 and Group 2 there is significant difference. Independent t-test of Group 1 and Group 2 showed the result p=0,001 which mean that there is significant difference in improving cervical ROM in myofascial syndrome of the upper trapezius muscle. Conclusion: Combination of integrated neuromuscular inhibition technique and ultrasound is better than Janda’s stretching method and ultrasound in improving cervical ROM in myofascial syndrome of the upper trapezius.
Keyword: myofascial syndrome, ROM cervical, integrated neuromuscular inhibition technique, Janda’s stretching method, ultrasound
PENDAHULUAN
Sindroma miofasial adalah suatu kondisi yang bercirikan adanya regio yang hypersensitif, yang disebut sebagai trigger area pada otot atau jaringan ikat longgar yang bersama-sama dengan adanya reaksi nyeri yang spesifik pada daerah yang berhubungan dengan titik itu pada saat trigger area diberi
suatu rangsangan. Sindroma miofasial merupakan sekumpulan kelainan yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan pada jaringan lunak termasuk otot, juga pada struktur fascia dan tendonnya.
Pada sindroma miofasial umumnya dicirikan dengan adanya spasme otot, tenderness, stiffness (kekakuan), keterbatasan ROM bahkan sampai kelemahan otot. Pada kondisi ini apabila dilakukan palpasi pada
daerah otot Upper Trapezius akan ditemukan adanya taut band yaitu berbentuk seperti tali yang membengkak pada badan otot, yang membuat pemendekan serabut otot secara terus-menerus, sehingga terjadi peningkatan ketegangan serabut otot.
Otot yang mengalami ketegangan terus-menerus jika berlangsung lama akan mengakibatkan jaringan miofasial terjadi penumpukan zat-zat asam laktat dan karbondioksida ke jaringan dan menimbulkan iskemik. Keadaan iskemik ini terjadi karena jaringan mengalami gangguan mikrosirkulasi akibat vasokonstriksi pembuluh darah, mengalami kekurangan nutrisi dan oksigen, serta menumpuknya zat-zat sisa metabolisme dan timbul viscous circle. Keadaan ini akan merangsang ujung-ujung saraf tepi nosiseptif C untuk melepaskan suatu neuropeptida yaitu substansi P. Karena adanya pelepasan substansi P akan membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan pembebasan bradikinin, histamin, serotonin sehingga dapat menimbulkan nyeri dan mengakibatkan ROM menurun.1
Intervensi dengan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique mengkombinasikan dari 3 intervensi yaitu ischemic compression, strain counter strain dan muscle energy technique yang memiliki pengaruh terhadap peningkatan ROM servikal melalui penurunan nyeri sindroma miofasial. Pemberian ischemic compression dengan adanya penekanan pada otot dapat memanjangkan sarkomer otot dan adanya pengurangan nyeri yang disebabkan oleh adanya stimulasi dari mechanoreceptors yang mempengaruhi rasa sakit. Ketika nyeri mengalami penurunan, maka dilanjutkan dengan pemberian strain counter strain yang dapat menyebabkan otot upper trapezius menjadi rileks. Dan tindakan terakhir yang dilakukan yaitu dengan metode muscle energy
technique. Metode ini menggunakan kontraksi isometrik pada otot yang terkena dengan menghasilkan relaksasi pasca-isometrik melalui pengaruh golgi tendon organ (GTO) sehingga ROM meningkat yang dikarenakan oleh penurunan ketegangan otot dan peningkatan fleksibilitas otot.2
Stretching metode Janda bertujuan mengulur jaringan otot yang tegang atau kontraktur sehingga diperoleh penurunan spasme, meningkatkan kelenturan dan diperoleh efek penurunan nyeri, memperbaiki postur sehingga akan berdampak pada peningkatan ROM servikal. Prinsipnya saat kontraksi isometrik diperoleh peregangan pada tendon maupun miofasial, pada saat relax setelah kontraksi maka diperoleh penurunan tonus otot upper trapezius untuk kemudian dilakukan peregangan.3
Ultrasound merupakan modalitas terapi yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan antibodi yang mempermudah terjadi perbaikan jaringan. Penggunaan ultrasound bertujuan untuk meningkatkan kelenturan jaringan miofasial sehingga meningkatkan mobilitas antar serabut otot.4
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kombinasi intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan ultrasound lebih baik daripada stretching metode Janda dan ultrasound dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah eksperimental dengan desain penelitian pre dan post-test control group design untuk membandingkan perlakuan pada dua kelompok, dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan menggunakan rumus
Pocock. Kelompok 1 diberikan INIT dan US sedangkan Kelompok 2 diberikan Stretching Metode Janda dan US.
-
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pasien RSUD Wangaya bulan desember 2016 sampai januari 2017. Treatment dilakukan sebanyak 6 kali, dengan frekuensi tiga kali setiap minggunya selama 2 minggu yang dilaksanakan di Poliklinik Fisioterapi RSUD Wangaya Denpasar.
-
C. Populasi dan Sampel
Populasi target: semua pasien sindroma miofasial otot upper trapezius yang datang ke Poli Fisioterapi RSUD Wangaya Denpasar yang telah mengalami sindroma miofasial otot upper trapezius antara 6 – 12 minggu. Populasi terjangkau: semua pasien sindroma miofasial otot upper trapezius yang datang ke Poli Fisioterapi RSUD Wangaya Denpasar dan bersedia mengikuti program penelitian. Sampel: pasien sindroma miofasial otot upper trapezius yang datang ke Poli Fisioterapi RSUD Wangaya Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
-
D. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Setelah jumlah sampel yang telah ditentukan dapat dicapai maka dilakukan teknik acak sederhana untuk mendapatkan sample yang benar-benar mewakili suatu kelompok. Kelompok 1 diberikan intervensi Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique dan Ultrasound. Kelompok 2 diberikan intervensi Stretching Metode Janda dan Ultrasound.
-
E. Prosedur Penelitian
-
1) Melakukan proses perijinan pada institusi tempat penelitian. 2) Peneliti membuat surat persetujuan yang harus ditandatangani subjek, dan disetujui oleh pengawas fisioterapi, yang isinya bahwa subjek bersedia menjadi sampel
penelitian ini sampai dengan selesai. 3) Peneliti memberikan edukasi kepada subjek yang diteliti mengenai manfaat, tujuan, bagaimana penelitian ini dilakukan, dan pentingnya dilakukan penelitian ini. 4) Setelah dilakukan pemeriksaan, subjek atau sampel dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu Kelompok 1 dan Kelompok 2. Sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, ke dua kelompok tersebut sama – sama dilakukan pengukuran Range of Motion (ROM) dengan goniometer. 5) Setelah 6 kali terapi, dan peneliti sudah mendapatkan data yang lengkap, kemudian peneliti membandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi pada ke dua kelompok perlakuan dan melakukan uji beda. 6) Kemudian semua data yang didapatkan diolah dengan statistik menggunakan komputer dengan perangkat lunak SPSS.
-
F. Analisis Data
-
1. Statistik deskriptif untuk menganalisis umur dan jenis kelamin yang datanya diambil sebelum dilakukan intervensi awal.
-
2. Uji normalitas data dengan menggunakan Saphiro-Wilk test untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal.
-
3. Uji homogenitas data dengan Levene’s test, bertujuan untuk mengetahui data bersifat homogen.
-
4. Uji Hipotesis Kelompok 1 dan Kelompok 2 menggunakan paired samples t-test untuk menguji adanya perbedaan hasil sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok.
-
5. Uji Hipotesis Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 menggunakan independent samples t-test untuk menguji signifikansi antara kedua kelompok.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Distribusi Data Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Karakteristik |
Kel. 1 |
Kel. 2 | |||
f |
% |
f |
% | ||
Jenis |
Laki-Laki |
8 |
57,1 |
7 |
50 |
Kelamin |
Perempuan |
6 |
42,9 |
7 |
50 |
Usia |
21-30 Tahun |
6 |
42,9 |
6 |
42,9 |
31-40 Tahun |
5 |
35,7 |
6 |
42,9 | |
41-50 Tahun |
3 |
21,4 |
2 |
14,2 |
Berdasarkan tabel diatas hasil uji normalitas dan homogenitas pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 menunjukkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal dan homogen.
-
3. Hasil Analisis Efek INIT + US dan Stretching Metode Janda + US dalam Meningkatkan ROM Servikal pada Sindroma Miofasial Upper Trapezius
Tabel 3
Hasil uji paired sample t-test dan independent t-test ROM servikal pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 (dalam derajat)
2. Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk Test, sedangkan uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test.
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Peningkatan ROM Servikal Sebelum dan
Sesudah Pelatihan
Kelompok Data |
ROM |
Saphiro-Wilk Test |
Levene’s Test | |
Kel. 1 |
Kel. 2 | |||
Fleksi |
0,163 |
0,269 |
0,676 | |
Sebelum |
Lateral Fleksi |
0,134 |
0,092 |
0,972 |
Fleksi |
0,150 |
0,641 | ||
Sesudah |
Lateral Fleksi |
0,179 |
0,128 |
Sebelum Intervensi |
Sesudah Intervensi |
Selisih |
p* | ||
Kel. 1 Kel. 2 |
35,5±2,62 |
41,2±3,42 |
5,64±1,49 |
0,001 | |
Fleksi |
36,2±2,35 |
39,5±2,50 |
3,36±0,74 |
0,001 | |
p** 0,001 | |||||
Lat. |
Kel. 1 |
27,8±2,65 |
34,2±3,36 |
6,43±1,28 |
0,001 |
Fleksi |
Kel. 2 |
27,5±2,50 |
30,9±2,43 |
3,43±0,75 |
0,001 |
p** 0,001 |
Ket * = paired sample t-test
sebelum dan sesudah intervensi
** = independent t-test selisih
Bedasarkan Tabel 3 didapatkan hasil uji beda rerata ROM servikal yang dianalisis dengan paired sample t-test sebelum dan setelah intervensi pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan nilai sama yaitu p = 0,001. Hasil tersebut menyatakan secara signifikan bahwa kombinasi intervensi INIT dan ultrasound maupun intervensi stretching metode Janda dan ultrasound meningkatkan
ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius.
Berdasarkan hasil analisis uji independent sample t-test, menunjukkan bahwa selisih rerata ROM fleksi dan lateral fleksi servikal setelah perlakuan pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 diperoleh hasil nilai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan secara signifikan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius. Dari data deskriptif perbandingan hasil pada Tabel 3 antara rerata nilai selisih Kelompok 1 sebesar 5,64o pada fleksi servikal dan 6,43o pada lateral fleksi servikal lebih besar dari rerata selisih Kelompok 2 sebesar 3,36o pada fleksi servikal dan 3,43o pada lateral fleksi servikal. Disimpulkan bahwa kombinasi intervensi INIT dan ultrasound lebih baik daripada stretching metode Janda dan ultrasound dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius.
PEMBAHASAN
-
1. Kombinasi Intervensi INIT dan Ultrasound dapat Meningkatkan ROM Servikal pada Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius
Intervensi dengan INIT
mengkombinasikan 3 intervensi yaitu ischemic compression, strain counter strain dan muscle energy technique yang memiliki pengaruh terhadap peningkatan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius. Pemberian ischemic compression dengan penekanan pada otot dapat memanjangkan sarkomer otot dan adanya peningkatan ROM servikal akibat pengurangan nyeri yang disebabkan oleh adanya stimulasi dari mechanoreceptors yang mempengaruhi rasa sakit. Ketika nyeri mengalami penurunan, maka dilanjutkan dengan pemberian strain counter strain yang dapat menyebabkan otot
upper trapezius menjadi rileks. Dan tindakan terakhir yang dilakukan yaitu dengan metode muscle energy technique. Metode ini menggunakan kontraksi isometrik pada otot yang terkena melalui mekanisme relaksasi pasca-isometrik melalui pengaruh badan golgi tendon sehingga ketegangan otot bisa teratasi dan fleksibilitas otot meningkat.5
Stretching adalah cara yang sering digunakan untuk mengatasi ketegangan otot dan meningkatkan fleksibilitas otot dengan mempengaruhi sarcomer dan fascia dalam myofibril untuk memanjang. Pemanjangan dari sarcomer dan fascia ini akan mengurangi derajat overlapping antara thick dan thin myofilamen dalam sarkomer. Dengan adanya pengurangan dari derajat overlapping tersebut akan melebarkan pembuluh darah sehingga sirkulasi darah akan lancar sehingga nantinya akan mencegah kelelahan otot, meningkatkan suplai oksigen pada sel otot dan mengurangi penumpukan sampah metabolism.6 Pemberian terapi ultrasound sebelum
intervensi INIT dapat menurunkan tonus otot-otot leher secara signifikan sehingga
memudahkan pelaksanaan INIT dan menghasilkan efek yang lebih besar yaitu terjadinya peningkatan ekstensibilitas kolagen dari jaringan otot dan fasia sehingga mempermudah melakukan kompresi yang diikuti dengan rileksasi dan stretching sehingga mempercepat untuk melepaskan colagen waving pada jaringan otot serta fasia sehingga menyebabkan fleksibilitas otot dan ROM servikal meningkat. Kombinasi
-
2. Stretching Metode Janda dan
Ultrasound dapat Meningkatkan ROM Servikal pada Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius
Hasil penelitian membuktikan bahwa kombinasi intervensi Stretching Metode Janda dan Ultrasound dapat meningkatkan ROM
servikal yang bermakna. Meningkatknya ROM servikal terjadi akibat menurunnya disabilitas leher yang dihasilkan oleh adanya efek post isometric relaxation (PIR) dan reciprocal inhibition (RI) serta efek elongasi serabut otot. Efek post isometric relaxation dan reciprocal inhibition dihasilkan oleh intervensi Stretching Metode Janda.
Efek post isometric relaxation dan reciprocal inhibition dapat menghasilkan refleks relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi stretch, sehingga efek tersebut menyebabkan penurunan tonus atau ketegangan otot.7 Muscle spasm atau muscle tightness merupakan salah satu penghambat terhadap ROM.8
Efek Stretching Metode Janda dengan mengaktivasi kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat menginhibisi tonus otot agonis yang spasme/tightness sehingga akan menunjukkan penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi.9
Penurunan tonus otot yang dihasilkan oleh Stretching Metode Janda dapat mengeliminir penghambat restriktif sehingga akan terjadi penurunan nyeri yang berakibat terjadinya peningkatan ROM servikal. Efek elongasi serabut otot yang dihasilkan oleh Stretching Metode Janda dapat mengaktivasi golgi tendon organ (GTO) pada musculotendinogen junction. Stretch pada serabut otot akan mengaktivasi GTO, dimana aktivitas GTO akan menghasilkan efek inhibitory pada level otot yang mengalami ketegangan khususnya jika gaya stretch dipertahankan dalam waktu yang lama. Inhibisi dari komponen kontraktile otot oleh GTO dapat memberikan kontribusi terhadap refleks relaksasi otot, pada saat kontraksi isometrik diperoleh peregangan pada tendon maupun miofasial, ketika saat relaks setelah kontraksi maka diperoleh penurunan tonus otot kemudian dilakukan peregangan sehingga memungkinkan nyeri
berkurang sehingga ROM servikal meningkat.10
Pemberian terapi ultrasound sebelum intervensi Stretching Metode Janda dapat menurunkan tonus otot-otot leher secara signifikan sehingga memudahkan
pelaksanaan Stretching Metode Janda dan menghasilkan efek yang lebih besar yaitu terjadinya peningkatan ekstensibilitas kolagen dari jaringan otot dan fasia sehingga mempermudah melakukan stretching yang diikuti dengan elongasi sehingga mempercepat untuk menghancurkan jaringan colagen waving pada jaringan otot serta fasia sehingga menyebabkan fleksibilitas otot dan ROM servikal meningkat.
-
3. Kombinasi Intervensi INIT dan Ultrasound Lebih Baik daripada Intervensi Stretching Metode Janda dan Ultrasound dalam Meningkatkan ROM Servikal pada Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius
Pemberian INIT dapat melatih otot untuk memanjang sehingga dapat mengurangi ketegangan otot.11 Ketika INIT diberikan pada otot maka komponen actin-myosin dan tegangan otot akan mengalami peningkatan ketegangan dan sarkomer memanjang. Sarkomer berperan dalam proses kontraksi dan relaksasi otot. Ketika otot mengalami suatu kontraksi, maka filamen actin-myosin akan berhimpit dan otot akan memendek. Sedangkan ketika otot mengalami fase relaksasi maka otot akan mengalami penguluran.12
INIT menggabungkan teknik ischemic compression, strain counter strain dan muscle energy technique yang efektif untuk melepas perlengketan tepat pada sindroma miofasial dengan memanjangkan atau mengulur struktur jaringan lunak seperti otot, fascia, tendon dan ligamen yang mengalami
pemendekan secara patologis sehingga ROM servikal meningkat. Sedangkan Stretching Metode Janda merupakan metode stretching yang lebih efektif untuk treatment pada kondisi kontraktur. Stretching Metode Janda difokuskan pada jaringan lunak yaitu fascia dan otot, berperan untuk memberikan regangan atau elongasi pada struktur otot dan fascia dimana pada stretching metode Janda tidak timbul efek pelepasan perlengketan.
SIMPULAN
-
1. Intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique (INIT) dan ultrasound dapat meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius.
-
2. Intervensi stretching metode Janda dan ultrasound dapat meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius.
-
3. Intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan Ultrasound lebih baik daripada stretching metode Janda dan Ultrasound dalam meningkatkan ROM servikal pada sindroma miofasial otot upper trapezius.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Mense, S and Gerwin, R. D. 2010. Muscle Pain Understanding The Mechanism, Mannheim, German
-
2. Simons DG. 2002. Myofascial Pain and Dysfunction. The Trigger Point Manual.Williams & Wilkins. Baltimore.
-
3. Janda, V. 2012. The Janda Approach to Chronic Musculoskeletal Pain, ed. R. Grand. New York: Churchill Livingstone.
-
4. Sears, B. 2012. Does ultrasound really work? Diunduh 30 Oktober 2016 dari http://physicaltherapy.
about.com/od/typesofphysicaltherapy/a/D oes-Ultrasound-Really-Work. Html
-
5. Simons DG. 2003. Enigmatic Trigger Points Often Caused Enigmatic Musculoskeletal Pain, STAR Symposium, Columbus.
-
6. Gerwin R. 2004. Differential Diagnosis of Trigger Points. Soft Tissue Pain Syndromes : Clinical Diagnosis and Pathogenesis. New York: The Haworth Medical Press,; h.23-28.
-
7. Chaitow, L. 2006. Modern
Neuromuscular Technique, Second Edition, Elseivier Science Limited,
Philadelphia, USA.
-
8. Makofsky, H.W. 2010. Spinal Manual Therapy. USA : Slack Incorporated.
-
9. Chaitow, L. 2006. Muscle Energy Technique. Third Edition. Edinburgh: Churchill Livingstone.
-
10. Kisner, C. and Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundations And Techniques. Fifth Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
-
11. Fatmawati V. 2013. Penurunan Nyeri Dan Disabilitas Dengan Integrated
Neuromuscular Inhibition Technique Dan Massage Efflurage Pada Myofacial Trigger Pint Syndrome Otot Trapezius Bagian Atas. Sport And Fitness Journal. 1. Nomor: 1. 60-71.
-
12. Nagrale, A: Glyn, P; Joshi, A. 2000. The efficacy Of INIT On Upper Trapezius Trigger Point in neck Pain. Escorts Physical Therapy Collage.USA.
64
Kombinasi Intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique (Init) Dan Ultrasound Lebih Baik Daripada Stretching Metode Janda Dan Ultrasound Dalam Meningkatkan Rom Servikal Pada Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius
Discussion and feedback