Sport and Fitness Journal

Volume 5, No.3, September 2017: 48-53

ISSN: 2302-688X

PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA LATIHAN QUADRICEPS SETTING MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTHRITIS SENDI LUTUT

Eko Wibowo,1 J. Alex Pangkahila,2 S. Indra Lesmana,3 Nengah Sandi,4

I Putu Adiartha Griadhi,5 Sugijanto 6

  • 1    Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana

    • 2,4 ,5 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

    • 3,6    Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul

ABSTRAK

Osteoartritis sendi lutut merupakan penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan ketidak seimbangan regenerasi dan degenerasi yang menimbulkan nyeri, gangguan mobilitas sendi atau keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), kekakuan, instabilitas dan kelemahan otot – otot pada sendi lutut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbandingan tingkat kemampuan fungsional pada pemberian penambahan kinesiotapingpada latihan quadriceps settingpada penderita osteoarthritissendi lutut. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test group design. Jumlah sampel kelompok pertama sebanyak 9 orang pasien diberikan palatihan quadriceps setting dengan durasi 3 set dengan repetisi 10 kali pengulangan, dengan frekuensi 3 kali seminggu selama 3 minggu, sedangkan pada kelompok perlakuan kedua sebanyak 9 orang pasien diberikan penambahana kinesiotaping pada pelatihan quadriceps setting dengan 3 hari penggunaan dalam satu kali pemasangan, interval 2 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat peningkatan hasil test kemampuan fungsional pada kelompok perlakuan I. Hasil t-test related menunjukkan rerata±SB pre test (28,18±2,84) dan rerata±SB post test (31,41±3,31) dengan nilai p=0,000 (p<0,05). (2) terdapat peningkatan hasil test kemampuan fungsional pada kelompok perlakuan II. Hasil t-test related menunjukkan rerata±SB pre test (26,483±3,74) dan (31,305±3,33) dengan nilai p=0,000 (p<0,05). (3) terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil test kemampuan fungsional pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Hasil uji komparasi menunjukkan rerata±SB kelompok I (3,22±1,65) dan rerata±SB kelompok II (4,82±1,12) dengan nilai p=0,003 (p>0,05). Disimpulkan bahwa penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting dapat meningkatkan kemampuan fungsional penderita osteoarthritis sendi lutut. Ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan kemampuan fungsional antara perlakuan latihan quadriceps setting dan penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting. Penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting lebih baik dari pada latihan quadricep setting untuk meningkatkan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthtritis sendi lutut.

Kata kunci: Osteoarthritis sendi lutut, kemampuan fungsional, latihan quadriceps setting, kinesiotaping, koos

QUADRICEPS SETTING EXERCISE WITH KINESIOTAPING WAS BETTER TO IMPROVE FUNCTIONAL ABILITY IN OSTEOARTHRITIS OF KNEE JOINT

ABSTRACT

Osteoarthritis of the knee joint is a chronic degenerative joint disease, with slowly progressive runs, where the structure of joints have a pathological changes. Characterized by

imbalances of regeneration and degeneration that causes pain, impaired joint mobility or limited range of motion (LGS), stiffness, instability and muscles weakness arround the joint. The purpose of this study was to compare functional ability level in the additional kinesiotaping for quadriceps setting exercise in patients with osteoarthritis of the knee joint. This research uses experimental methode with pre-test and post-test group design. Number of samples of the first group 9 patients were given quadriceps setting exercise with a duration of 3 sets, 10 repetitions, three times a week for 3 weeks, in second group were 9 patients given kinesiotaping combine with quadriceps setting with 3-days used and 2-day intervals. The results showed : (1) there is an increase functional ability test results in the treatment group I. Related t-test results show mean ± SB pre test (28.18 ± 2.84) and the mean ± SB post test (31.41 ± 3.31) with p = 0.000 (p <0.05). (2) there is increased functional ability test results in the treatment group II. Results related t-test showed mean ± SB pre test (26.48 ± 3.74) and (31.30 ± 3.33) with p = 0.000 (p <0.05). (3) there are significant differences in test results koos in the treatment group I and group II treatment. Comparison test results show mean ± SB group I (3.22 ± 1.65) and the mean ± SB group II (4.82 ± 1.12) with p = 0.003 (p> 0.05). It was concluded that the addition kinesiotaping the quadriceps setting exercise can improve functional ability of patients with osteoarthritis of the knee joint. There is a significant difference in functional enhancement between the quadriceps setting treatment and the addition of kinesiotaping to the quadriceps setting exercise. The addition of kinesiotaping to the quadriceps setting exercise is better than the quadricep setting exercise to improve functional ability in patients with knee

osteoarthritis.

Keywords: Osteoarthritis of the knee joint, kinesiotaping, koos.

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini berpengaruh pada demografi dan transisi epidemiologi dimana pola penyakit yang semula berupa penyakit infeksi menjadi penyakit kronik degeneratif.

Salah satu kasus dalam permasalahan penyakit kronik degenerative yang cukup banyak ditemui dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah osteoarthritis pada sendi lutut. Osteoartritis sendi lutut merupakan penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan-progresif lambat, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan ketidak seimbangan regenerasi dan degenerasi yang menimbulkan nyeri, gangguan mobilitas sendi atau keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), kekakuan, instabilitas dan kelemahan otot-otot pada sendi lutut.1

Di Indonesia, prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >60 tahun. Laki-laki dan wanita sama-sama dapat terkena penyakit ini,

functional ability, exercise quadriceps setting, meskipun pada usia sebelum 45 tahun lebih sering terjadi pada laki-laki, tetapi setelah usia 45 tahun lebih banyak terjadi pada wanita.2

Kemampuan fungsional pada penderita mengalami penurunan karena dipengaruhi oleh terdapatnya proses degenerasi, inflamasi yang terjadi pada jaringan ikat, lapisan rawan synovial, dan tulang subchondral. Patologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi, disuse atrofi dari otot quadriceps femoris, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot quadriceps yang berperan sebagai stabilisator utama sendi lutut sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut.3

Pada penderita osteoarthritis sendi lutut otot quadriceps femoris memiliki peranan sangat penting bagi pasien agar dapat kembali beraktivitas tanpa mengalami kesulitan. Otot quadriceps merupakan otot pada sendi lutut yang berfungsi sebagai stabilisasi aktif sendi lutut, dan juga berperan dalam pergerakan sendi yaitu gerakan ekstensi lutut yang digunakan dalam aktifitas berjalan, lari, melompat, dan lain sebagainya.Otot quadriceps merupakan otot yang memiliki kekuatan melebihi otot-otot ekstensor yang ada, oleh

karena itu otot ini memerlukan kekuatan yang maksimal agar bias melaksanakan fungsinya dengan sempurna sehingga dapat dihasilkan performance otot yang tinggi.3

Penurunan aktivitas fungsional pada penderita osteoarthritis disebabkan oleh adanya rasa nyeri. Nyeri pada sendi lutut timbul secara progresif atau perlahan-lahan kemudian rasa nyeri timbul saat beraktifitas dan hilang ketika melakukan istirahat, terkadang terasa krepitasi dan pembengkakan jaringan lunak dan efusi 2 sendi menggambarkan adanya inflamasi.2

Latihan quadriceps setting yang bersifat isometric adalah suatu jenis latihan kontraksi pada otot tanpa adanya perubahan panjang otot serta tidak diikuti oleh adanya perubahan gerakan sendi. Latihan jenis isometric ini sering disebut statik kontraksi yaitu kontraksi otot dimana sendi dalam keadaan static.4

Kinesiotaping adalah modalitas treatment yang berdasar pada penyembuhan alamiah tubuh. Metode kinesiotaping merupakan penyembuhan yang berperan juga dalam aktivasi sistem saraf dan peredaran darah. Metode ini pada dasarnya berasal dari ilmu kinesiology, memahami pentingnya gerakan tubuh dan otot dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting lebih baik dari pada hanya diberikan latihan quadriceps setting terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthtritis sendi lutut.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental tehnik pre test dan post test disain untuk mempelajari fenomena korelasi sebab akibat dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada obyek penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 di Bagian poliklinik Fisioterapi Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta Barat.

Populasi dan sampel

Obyek penelitian yaitu penderita osteoarthtritis sendi lutut dengan jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 18 orang,

yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 1 dan kelompok 2 yang masing-masing berjumlah 9 orang.

Sampel penelitian didapat dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi:

  • 1.    Pasien dengan diagnosa osteoarthtritis sendi lutut berusia 45-70 tahun.

  • 2. Pasien   yang   sesuai dengan   kriteria

assesmen.

  • 3. Bersedia ikut  dalam  penelitian  dengan

perlakuan sebanyak 8 kali tindakan terapi frekuensi 3 kali seminggu.

  • 4.    Pria dan wanita.

Tahap pelaksanaan penelitian

  • 1.    Menyiapkan alat-alat ukur.

  • 2.    Membuat jadwal pengambilan data.

  • 3.    Tes awal mengukur kemampuan fungsional dengan KOOS   (Knee   injury and

Osteoarthtritis Outcome Score).

  • 4.    Intervensi dilaksanakan selama 3 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu (Senin, Rabu, Jumat). Pada kelompok I diberikan tindakan latihan quadriceps setting dan kelompok II diberikan penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting .Tes akhir dengan melakukan kembali pengukuran kemampuan fungsional dengan scala KOOS (Knee injury and Osteoarthtritis Outcome Score).

Definisi operasional variabel

  • 1.    Kemampuan fungsional adalah suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan kapasitas fisik dalam melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh     kondisi     kehilangan     atau

ketidakmampuan baik psikologis, fisiologis, maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis.

  • 2.    Knee injury and Osteoarthritis Out Come Score (KOOS) yaitu kuisioner yang dirancang dalam melakukan pendataan sebagai panduan jangka pendek atau panjang dalam melihat perubahan dari minggu ke minggu setelah menjalani program latihan dengan hasil yang relevan. Metode KOOS dikembangkan pada tahun 1990-an sebagai alat untuk menilai pendapat pasien tentang

lutut dan permasalahannya. KOOS terdiri dari 5 sub-skala yaitu: nyeri, gejala, aktifitas sehari-hari, aktivitas olahraga dan rekreasi, serta kualitas lutut yang berhubungan dengan aktivitas hidup.

Analisis data

Data diolah dan dianalisis untuk menganalisis karakter subjek penelitian terkait dengan usia, berat badan, dan jenis kelamin yang datanya diambil pada saat assesmen dan pengukuran pertama atau tes awal. Uji komparasi data kemampuan fungsional pada kedua kelompok sebelum perlakuan dengan menggunakan uji independent t-test. Sedangkan uji beda kemampuan fungsional sesudah perlakuan pada kedua kelompok menggunakan statistik parametrik independen t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian data karakteristik subjek penelitian yang didapat adalah usia, Berat badan dan jenis kelamin.

Tabel-1 Karakteristik Sampel dengan keluhan Osteoarthtritis sendi lutut

Variabel

Sebelum

Sesudah

Rerata± SD

Rerata±SD

Kelompok I

28,18±2,84

31,41±3,31

KelompokII

26,48±3,74

31,30±3,33

Table-1 menunjukkan pada kelompok perlakuan I sampel usia 41-45 tahun berjumlah 4 orang (44.4%), usia 46-50 tahun berjumlah 2 orang (22.2%), usia 51-55 tahun berjumlah 2 orang (22.2%), usia 56-60 tahun berjumlah 1 orang (11.1%) dengan jumlah keseluruhan sampel kelompok perlakuan I adalah 9 orang (100%). Pada kelompok perlakuan II sampel usia 40-45 tahun berjumlah 2 orang (22.2%), usia 46-50 tahun berjumlah 4 orang (11.1%), usia 51-55 tahun berjumlah 1 orang (11.1%), usia 56-60 tahun berjumlah 2 orang (22.2%) dengan jumlah keseluruhan sampel kelompok perlakuan II adalah 9 orang (100%).

Distribusi sampel menurut berat badan menunjukkan pada kelompok perlakuan I sampel yang memiliki berat badan 41-50 kg berjumlah 1 orang (11.1%), berat badan 51-60

kg berjumlah 4 orang (44.4%) dan yang memilki berat badan 61-70 kg berjumlah 4 orang (44.4%) dengan jumlah seluruh sampel sebanyak 9 orang (100%). Pada kelompok perlakuan II sampel yang memiliki berat badan 45-50 kg berjumlah 1 orang (11.1%), berat badan 51-60 kg berjumlah 2 orang (22.2%), berat badan 61-70 kg berjumlah 6 orang (66.7%) dengan jumlah seluruh sampel sebanyak 9 orang (100%).

Distribusi sampel menurut jenis kelamin, kelompok perlakuan I sampel berjenis kelamin laki-laki berjumlah 4 orang (44.4%) dan sample yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 5 orang (55.6%) dengan jumlah seluruh sampel sebanyak 9 orang (100%). Kelompok perlakuan II sampel berjenis kelamin laki-laki berjumlah 2 orang (22.2%) dan sample yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 7 orang (77.8%) dengan jumlah seluruh sampel sebanyak 9 orang (100%).

Tabel-2 Karakteristik Hasil pengukuran Kemampuan Fungsional

Karak teristik subyek

Rentangan

Kelompok I (N=9)

Kelompok II (N=9)

N

%

N

%

Usia (Th)

41-55

4

44,4

2

22,4

46-50

2

22,2

4

44,4

51-55

2

22,2

1

11,1

56-60

1

11,1

2

22,2

Berat badan

41-50

1

11,1

1

11,1

(Kg)

51-60

4

44,4

2

22,2

61-70

4

44,4

6

66,7

Jenis

Laki-laki

4

44,4

2

22,2

kelamin

Perempuan

5

55,6

7

77,8

Tabel-2 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran dengan skala KOOS pada kelompok perlakuan I sebelum diberikan program penelitian mempunyai rerata sebanyak 28,18 ± 2,84 sedangkan pada kelompok perlakuan II menunjukkan rerata sebanyak 26,48 ± 3,74. Setelah selesai program penelitian, kelompok perlakuan I mempunyai rerata sebanyak 31,41 ± 3,31 dan kelompok perlakuan II mempunyai rerata sebanyak 31,30 ± 3,33.

Tabel 3 Hasil Uji hipotesis I dan Hipotesis II

kelompok

Rerata±SD

t-test related

Sebelum

Sesudah

Klp. I

28,18±2,84

31,41±3,31

0,000

Klp II

26,48±3,74

31,30±3,33

0,000

Keterangan: Klp = kelompok

  • 1.    Latihan quadriceps setting meningkatkan aktivitas fungsional sendi lutut.

Dari Tabel-3 di ketahui bahwa sebelum diberikan program latihan quadriceps setting pada kelompok perlakuan I didapat nilai mean sebesar = 28,18 dan SD = 2,84 dan sesudah diberikan program latihan quadriceps setting nilai mean = 31,41 dan SB = 3,31. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai p = 0,000 yang berarti nilai p <  0,05. Sehingga dapat

disimpulkan ada meningkatkan kemampuan fungsional pada kelompok I setelah diberikan program latihan Quadriceps Setting.

  • 2.    Penambahan Kinesiotaping pada latihan quadriceps     setting     meningkatkan

kemampuan fungsional sendi lutut.

Dan dari Table-3 pula dapat di ketahui bahwa sebelum diberikan program intervensi kinesiotaping pada latihan quadriceps setting pada kelompok perlakuan II didapat nilai mean sebesar = 26,48 dan SD = 3,74 dan sesudah diberikan program intervensi Kinesiotaping pada latihan quadriceps setting nilai mean = 31,30 dan SD = 3,33. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai p = 0,000 yang peningkatan kemampuan fungsional pada kelompok II setelah diberikan penambahan program intervensi Kinesiotaping pada latihan Quadriceps Setting.

Tabel 4 Uji Hipotesis III dengan t-test Inde-

Kelompok I &II

Rerata±SD

p

KF Selisih I

3,22±1,65

0,03

KF Selisih II

4,82±1,12

pendent

  • 3.    Kinesiotaping pada latihan quadriceps setting lebih baik dalam meningkatkan kemampuan fungsional sendi lutut.

Dari table 4 diketahui bahwa nilai mean untuk selisih sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok I sebesar 3,22 dan nilai SD =1,65. Sedangkan pada kelompok II didapatkan nilai mean = 4,82 dan SD = 1,12. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai p = 0,003 yang berarti nilai p <    0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penambahan kinesiotaping pada latihan quadricep setting lebih baik dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthtritis sendi lutut.

Latihan quadriceps setting ditujukan untuk mempertahankan posisi pada ligament dalam posisi yang benar.6 Pada pasien dengan kondisi osteoarthritis sendi lutut memiliki tumpuan saat berdiri dan berjalan dengan menggunakan aligment yang cenderung asimetris. Hal ini disebabkan adanya rasa nyeri yang mengganggu pada saat tungkai yang mengalami osteoarthritis pada bagian lututnya 7 mendapatkan beban tubuh.7

Dengan penggunaan kinesiotaping dapat kembali memperbaiki aligment tubuh karena rasa nyerisaat menumpu pada bagian lutut yang 8 terkena osteoarthritis dapat lebih baik.8

Hal tersebut diatas juga diperkuat oleh Sudarshan Anand kumar, MSc PT. Dan koleganya pada penelitiannya yang berjudul “Efficacy Of Kinesio taping On Isokinetik Quadriceps Torque In Knee Osteoarthtritis” bahwa penambahan kinesiotaping pada program latihan penguatan otot quadriceps dapat lebih signifikan menguatkan otot dan menurunkan nyeri pada penderita osteoarthtrtis sendi lutut sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional jika hanya dibandingkan dengan pemberian program latihan penguatan pada otot quadriceps.9

Latihan quadriceps setting diberikan pada posisi semifleksi dengan tujuan untuk memperoleh stabilisasi pada sendi lutut.10 Dengan adanya stabilisasi lutut maka dapat mengontrol pembebanan yang baik dalam mobilitas sendi lutut sehingga tidak menimbulkan nyeri yang menyebabkan peningkatan kemampuan fungsional dari penderita osteoarthtritis sendi lutut.11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  • 1.    Latihan quadriceps setting dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthritis sendi lutut.

  • 2.    Latihan quadriceps setting dan penambahan     kinesiotaping     dapat

meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien osteoartritis sendi lutut.

  • 3.    Latihan quadriceps setting dan penambahan kinesiotaping lebih baik dari pada hanya mendapatkan latihan quadriceps setting terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada pasien osteoartritis sendi lutut.

Saran

  • 1.    Memberikan pelatihan quadriceps setting dan penambahan kinesiotaping untuk meningkatkan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthtritis sendi lutut.

  • 2.    Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hal berhubungan dengan peningkatan kemampuan fungsional.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Fytiliti. 2005. Impac of Osteoarthtritis, Journal of Rehabilitation Research & development, vol. 46(9).

  • 2.    Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Kemenkes, hal 81

  • 3.    Fransen, M. 2008. Exercise and Physical Functioning in Osteoarthritis: Medical, Neuromuscular     and     Behavioral

Perspectives,      Editor     joostdekker,

department of rehabilitation medicine and department of psychiatry VU university medical center amsterdam, the netherland.series/11956

  • 4.    Dekker, J. 2014. Exercise and Physical Functioning in Osteoarthritis: Medical, Neuromuscular and Behavioral Perspectives. Vol. 25(5):1-9

  • 5.    Kenzo-Kaze, DC. 2005. Illustrated Kinesiotaping Third Edition, Tokyo: Ken-kai

  • 6.    Connell. 2015. Exercise for osteoarthritis of the knee. avaiable from http://www.cochrane.org/     CD004376/

MUSKEL_exercise-for-osteoarthritis-of-

the-knee, doi:10. 1002/14651858 Hunter. 2009,

  • 7.    Osteoarthritis: The Facts Second edition, Senior clinical research fellow Nuffield Department       of       orthopaedics,

Rheumatology and Musculosceletal Sciences, University of oxford. Volume 2, number 208/.

  • 8.    Abeer, R., Ibrahim, Azza M, Atya., 2015. Kinesio Taping versus sensory motor training      for patients with knee

osteoarthritis, IJTRR. Vol. 4(3):9-14.

  • 9.    Anandkumar, S., Sudharshan, S., Nagpal, P. 2014. Efficacy Of Kinesio taping On Isokinetik Quadriceps Torque In Knee Osteoarthtritis” Physiother Theory Pract. 2014       Aug;30(6):375-83.       doi:

10.3109/09593985.2014. 896963.

  • 10.    Razak, 2010, Kemampuan Fungsional Pada Penderita Osteoarthtritis, Jakarta: Dian Rakyat.

  • 11.    Scoot. 2010. Understanding Osteoarthritis and     its     Management     (For

Physiotherapists). New Delhi: Jaypee brother medical publishers (P) LTD.

Penambahan Kinesiotaping Pada Latihan Quadriceps Setting…

53