PENAMBAHAN LATIHAN NEURAC TERHADAP RESISTANCE TUBE EXERCISE TIDAK LEBIH MENINGKATKAN KETEPATAN TENDANGAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA
on
ISSN: 2302-688X
Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.2, Juli 2017: 69-77
PENAMBAHAN LATIHAN NEURAC TERHADAP RESISTANCE TUBE EXERCISE TIDAK LEBIH MENINGKATKAN KETEPATAN TENDANGAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA
James W H Manik1, I Putu Adiatmika2, Muh Irfan3, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra4, I Putu Adiartha Griadhi5, S. Indra Lesmana6
-
1 Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana, Bali
-
2, 4, 5 Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali
-
3, 6 Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kapabilitas dan performa area trunk sampai ekstremitas bawah adalah core stability. Core stability adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk dapat menghasilkan, memindahkan dan mengontrol kekuatan dan gerak sampai dengan segmen akhir pada aktivitas yang terintegrasi. Metode: Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental dengan rancangan Randomized Pre and Post Tes Control Group Design. Sampel sebanyak 34 mahasiswa dari siswa SMUN Olahraga Ragunan jakarta diantara usia 16-19 tahun dan waktu penelitian selama 6 minggu, bulan Mei sampai Juni 2016. Kelompok dibagi menjadi dua, yaitu kelompok-1 (resistance tube exercise) dan kelompok-2 (kombinasi resistance tube exercise dan latihan neurac). Instrumen pengukuran yang digunakan adalah menendang bola ke gawang menggunakan metode pengukuran oleh Finnoff. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil: Rerata ketepatan tendangan kelompok 1 sebelum perlakuan 9,882±2.11, setelah perlakuan 11,058±1.51 setelah diuji dengan uji paired sample t-test mengalami peningkatan yang bermakna (p=0,03). Rerata ketepatan tendangan kelompok 2 sebelum perlakuan 10,588±3,624 setelah perlakuan 12,470±3,184, setelah diuji dengan uji paired sample t -test mengalami peningkatan yang bermakna (p=0,002). Rerata selisih ketepatan tendangan kelompok 1 (9,882±2.11) dibandingkan dengan kelompok 2
(11,058±1.51) setelah diuji dengan uji Mann Whitney U tidak ada perbedaan yang bermakna p=0,495 (p<0.05). Simpulan: Simpulan pada penelitian ini adalah penambahan latihan neurac terhadap resistance tube exercise tidak lebih meningkatkan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola SMUN Olahraga Ragunan
Kata kunci: Resistance Tube Exercise, Neurac Exercise, Ketepatan Tendangan.
REPLENISHMENT OF NUERAC EXERCISE TO RESISTANCE TUBE EXERCISE NOT INCREASING KICKING ACCURATION ON SOCCER
ABSTRACT
Background: One of the things that greatly affect the capability and performance of lower trunk and lower extremity is core stability. Core stability is the ability to control the position and movement of the trunk to pelvic used to produce, transfer and control the power and motion to with the final segment of the integrated activities. Method: The study was a randomized experimental design with pre- and post-test control group design. 34 students from SMU Olahraga Ragunan Jakarta students between 16-19 years old which is participating as sample on 6 weeks research on 69
Mei-June 2016. The group was divided into two groups-first group doing tube resistance exercise and second group doing combination of tube resistance exercise and neurac training. Measurement instruments used were kicking the ball into the goal using the method of measurement by Finnoff. Measurements were taken before treatment and after treatment. Result: The mean accuracy of the first group before treatment 9.882 ± 2.11, after treatment 11.058 ± 1:51 after tested with paired samples t-test has increased significantly (p = 0.03). The mean accuracy kick second group before treatment 10,588±3,624, after treatment 12,470±3,184, after being tested with paired samples t-test experienced a significant improvement (p = 0.002). The mean difference in accuracy kick of first group (9.882 ± 2.11) compared with second group (11.058 ± 1:51) tested by Mann Whitney U test has no significant difference p = 0.495 (p˃0.05). Conclusion: The conclusions of this research is Replenishment of Neurac Exercise to Resistance Tube Exercise Not Increasing Kicking Accuration on Soccer Player of SMUN Olahraga Ragunan Jakarta Student
Keywords: Resistance Tube Exercise, Neurac Exercise, Kicking Accuration
PENDAHULUAN
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di Indonesia olahraga sepak bola masih memerlukan perhatian yang besar baik dalam mencari bibit maupun dalam usaha untuk meningkatkan prestasi. Berorientasi pada berbagai macam teknik dasar yang digunakan dalam permainan sepak bola, pemain bola harus mahir menendang bola dengan berbagai cara. Menendang bola merupakan salah satu aspek teknik penting dalam permainan sepak bola, hal ini tercermin dari gol yang tercipta ke gawang dalam permainan sepak bola sebagian besar merupakan hasil dari tendangan.
Secara umum tendangan dalam sepak bola adalah tindakan serangan utama selama pertandingan.1 Tujuan utama menendang dalam sepakbola adalah mengumpan (passing), menembak ke arah gawang (shooting at the goal) dan menghalau serangan lawan (defending). Keberhasilan dari sebuah tendangan yang dilakukan dapat dinilai dari keberhasilan mencapai tujuan. Tendangan yang ditujukan untuk mengumpan dinilai berhasil saat dapat mencapai lokasi yang dituju, baik berupa area atau pemain kawan. Tendangan yang ditujukan untuk menembak ke arah gawang dinilai berhasil saat bola mencapai gawang, terlepas tendangan tersebut menghasilkan gol ataupun tidak.
Ketepatan tendangan adalah komponen yang penting dalam olahraga sepak bola dan dapat didefenisikan sebagai kemampuan menendang bola secara spesifik.2 Tendangan yang ditujukan untuk menembak ke arah gawang bernilai sangat penting dalam sebuah permainan sepakbola. Tendangan yang mempunyai akurasi lebih baik akan memberikan peluang lebih besar untuk menghasilkan gol.
Dalam Tujuh Piala Dunia terakhir, 10 dari 14 tim yang berlaga di final harus melakukan tendangan penalty untuk menentukan pemenangnya.3 Dalam satu tim sepak bola biasanya sudah dipersiapkan pemain yang akan melakukan tendangan penalty jika pada pertandingan diakhiri dengan adu penalty. Mencetak gol merupakan tujuan utama dalam permainan sepak bola, maka dari itu penting dilakukan penelitian tentang faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan mencetak gol atau hasil tendangan ke arah gawang pada pemain sepak bola. 23%-35% kegagalan tendangan penalti pada kompetisi sepakbola dikarenakan pertimbangan akurasi tendangan dan waktu yang dibutuhkan penjaga gawang untuk meraih pojok gawang.4
Faktor fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan mencetak gol adalah akurasi tendangan dimana untuk menghasilkan akurasi tendangan yang baik harus didukung oleh daya
tahan jantung paru, kekuatan otot, daya tahan otot, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, kecepatan, propriosepsi dan kelenturan, yang secara umum didominasi area trunk sampai dengan extremitas bawah. Kemunduran akurasi tendangan diasosiasikan dengan penurunan ROM (Range Of Motion) dari pelvis hip dan knee.1 Rata-rata lingkup gerak pelvic dari posisi retraksi ke protraksi pada saat kaki bersentuhan dengan bola pada saat menendang tercatat sekitar 30˚ dan 36˚.5 Gerakan hip yang baik dipengaruhi oleh stabilisasi lumbo-pelvic. Untuk itu stabilisasi lumbo-pelvic harus ditingkatkan untuk mendapatkan gerakan hip yang memiliki kordinasi yang baik. Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kapabilitas dan performa area trunk, lumbo-pelvic dan hip adalah core stability.
Core stability adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk dapat menghasilkan, memindahkan dan mengontrol kekuatan dan gerak sampai dengan segmen akhir pada aktivitas yang terintegrasi.6 Kerja core stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang digunakan untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal merupakan gerakan berkesinambungan yang melindungi sendi pada distal yang digunakan untuk mobilisasi saat bergerak. Core stability exercise adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal, perpindahan, control tekanan dan gerakan saat aktifitas.7
Latihan core stability akan memberikan beberapa keuntungan pada atlet olahraga, diantaranya adalah: meningkatkan efisiensi gerak, meningkatkan kontrol tubuh dan keseimbangan, meningkatkan kekuatan otot-otot core dan otot-otot anggota gerak seperti bahu, lengan dan tungkai, menurunkan resiko cedera (kerja otot-otot core seperti peredam kejut saat gerak lompat, berbalik, dan sebagainya), meningkatkan keseimbangan dan
stabilitas serta meningkatkan performa atlet olahraga.8
Sebuah metode baru yang dikembangkan S-E-T (Sling-Exercise-Therapy) disebut Neurac yang merupakan singkatan dari neuromusculer activation. Neurac adalah metode latihan yang melibatkan stimulasi neuromuskular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola gerak fungsional normal. Latihan Neurac dengan instrumen redcore dapat meningkatkan core stability, kekuatan fungsional, koordinasi dan kontrol gerak dan kekuatan rotasi.9 Stimulasi neuromuskular pada latihan metode neurac lebih ditujukan untuk meningkatkan stabilisasi lumbo-pelvic-hip yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap akurasi tendangan pada olahraga sepak bola.
Otot-otot tungkai yang berperan sebagai penggerak tungkai dalam melakukan tendangan pada olahraga sepak bola harus memiliki kekuatan dan koordinasi yang baik untuk menghasilkan akurasi tendangan. Resistance Tube Exercise merupakan salah satu metode latihan yang dapat meningkatkan kekuatan dan koordinasi tungkai yang dapat menghasilkan akurasi tendangan yang baik. Memberikan beban/tahanan pada posisi tertentu pada tungkai dengan menggunakan “elastic tube” yang bertujuan untuk meningkatkan kontrol posisi dan konsistensi tahanan yang diberikan.10 Latihan dengan elastic tube pada orang tua atau dewasa menunjukkan hasil positip dalam peningkatan kekuatan otot, daya ledak otot, komposisi tubuh, keseimbangan dan gerakan fungsional tubuh.11
Penelitian yang dilakukan oleh Alekhya (2015) tentang Effect Resistance Tube Exercise On Kicking Accuracy, Vertical Jump And 40-Yard Technical Test In Competitive Foot Ball Player – An Experimantal Study, yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan ketepatan tendangan, lompat tegak lurus dan tes tehnikal 40 yard dengan menggunakan resistance tube exercise.9
Dalam PERMENKES 80 tahun 2013 disebutkan bahwa: Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan makanis), pelatihan fungsi dan komunikasi11. Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan mengembangkan, mencegah, mengobati dan mengembalikan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) gerak dan fungsi seseorang. Hal ini menandakan peran seorang fisioterapi tidak hanya pada orang sakit saja tetapi juga berperan pada orang sehat untuk mengembangkan dan memelihara kemampuan aktifitas ototnya. Mengingat pentingnya stabilisasi lumbo-pelvic sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap koordinasi tungkai untuk ketepatan tendangan maka penulis bermaksud untuk mengetahui perbedaan efek penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise terhadap peningkatan tendangan pada pemain sepak bola pada siswa SMU Olahraga, Ragunan Jakarta Selatan.
Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise terhadap peningkatan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola pada siswa SMUN Olahraga, Ragunan Jakarta Selatan.
METODE PENELITIAN
-
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tempat lapangan SMUN Olahraga (Pengelolaan Pembinaan Sentra dan SKO Kementerian Pemuda dan Olahraga) Ragunan, Jakarta Selatan selama 6 minggu dari bulan Mei sampai Juni 2016. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post Test Control Group Design yaitu membandingkan antara perlakuan dua kelompok. Kelompok pertama yaitu Kombinasi latihan neurac dan resistance tube exercise. Kelompok kedua yaitu resistance tube exercise usia 16-19 tahun. Pengukuran ketepatan tendangan dilakukan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan dengan memakai metode Plywood Target Measurment oleh Finnoff JT, dkk dengan menempelkan kertas karbon pada selembar papan berukuran lebar :243.5cm, tinggi 122cm dengan jarak tendangan 610 cm dari gawang. Tehnik tendangan yang dilakukan adalah tendangan dengan menggunakan punggung kaki.
-
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah pemain sepak bola siswa SMU olahraga peminatan pada olahraga sepak bola kelas 1, 2 dan 3. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi secara random dengan tehnik random sampling, kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu Kelompok perlakuan (kombinasi latihan neurac dan resistance tube exercise) dan Kelompok kontrol (resistance tube exercise). Sample penelitian ini didapat dari rumus pocock berjumlah 34 orang, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, yang mana setiap kelompok terdiri dari 17 orang. Kelompok perlakuan dan kelompok control diberikan latihan 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu untuk mengetahui peningkatan ketepatan tendangan.
-
C. Cara Pengumpulan Sampel
Sebelum diberikan latihan baik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dilakukan terlebih dahulu wawancara singkat, kemudian dilakukan pengukuran ketepatan tendangan di gawang sepak bola dengan metode Plywood Target Measurment.
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik berikut:
-
1. Analisis Deskriptif untuk menganalisis usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, aktivitas yang sering dilakukan dan nyeri.
-
2. Uji normalitas data dengan Shapiro Wilk Test, untuk mengetahui dat berdistribusi normal atau tidak. Apabila Nilai p lebih besar dari 0,05 ( p>0,05), maka data
berdistribusi normal.
-
3. Uji homogenitas data dengan Leven’s test, untuk mengetahui sebaran data bersifat homogen atau tidak. Apabila Nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05), maka data bersifat homogen.
-
4. Analisis Komparasi digunakan uji komparasi data pada kedua kelompok setelah perlakuan dengan menggunakan uji non parametrik (Mann-whitney test) karena data tidak berdistribusi normal. Uji ini bertujuan untuk membandingkan rerata hasil pengurangan nyeri kedua kelompok setelah perlakuan.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi dan Distribusi Sampel
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia pada Kedua Kelompok
Karakt eristik |
Kelompok Kontrol (1) (n=17) |
Kelompok Perlakuan (2) (n=17) | ||||
Rerata ±SB |
Min |
Maks |
Rerata± SB |
Min |
Maks | |
Umur (Th) |
17,59± 1,06 |
16 |
19 |
16,88±0, 69 |
16 |
18 |
Tinggi Badan |
1,715± |
164,0 |
180,0 |
1.713±5, |
164, |
182,00 |
(cm) |
5,42 |
0 |
0 |
76 |
00 | |
Berat Badan |
66,470 ±10,78 |
55,00 |
85,00 |
62.941±6 ,96 |
54,0 0 |
76,00 |
(kg)
Dari Tabel 1 menunjukan karakteristik subjek penelitian resistance tube exercise, tinggi badan dengan rerata 1,715±5,42 cm, berat badan rerata 66,470±10,78 kg, umur rerata 17,59±1,06 tahun, sedangkan pada kelompok latihan neurac ,tinggi badan rerata 1,713±5,76cm, berat badan rerata 62,941±6,96 kg, umur rerata 16,88±0,69 tahun.
Distribusi Data Karakteristik Ketepatan Tendangan Hasil Penelitian Kedua Kelompok
Tabel 2. Karakteristik Ketepatan Tendangan Hasil Penelitian Kedua Kelompok
Variabel |
Rerata±Sb nilai ketepatan tendangan | |
Kel. Kontrol |
Sebelum |
9,882±2.11 |
Sesudah |
11,058±1.51 | |
Kel Perlakuan |
Sebelum |
10,588±3.62 |
Sesudah |
12,470±3.18 |
Tabel 2 menunjukan karakteristik data yang bervariasi dari kedua kelompok perlakuan. Hasil ketepatan tendangan pada kelompok resistance tube exercise rerata sebelum pelatihan 9,882±2,11, dan sesudah pelatihan rerata 11,058±1,51 Sedangkan pada kelompok latihan resistance tube exercise dan neurac rerata sebelum pelatihan 10,588±3,62, dan sesudah pelatihan rerata 12,470±3,18
Uji Normalitas dan Homogenitas
Tabel 3. Uji Normalitas dan Homogenitas Variabel p. Uji Normalitas p. Uji
(Shapiro-Wilk Test) Homogenitas
Klp 1 Klp 2 (Levene’s
n=17 n=17 Test)
Pre-test |
0,002 |
0,880 |
Pos-test |
0,004 |
0,675 0,042 |
Selisih |
0,088 |
0,003 |
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilk Test pada variabel pre test dan post-tes kelompok 1 berdistribusi tidak normal dimana nilai p pre-test = 0,002 dan pos-test = 0,004 ( p ˂ 0,05) sedangkan pada variable pre test dan post test pada kelompok 2 berdistribusi normal dimana nilai p pre-test = 0,880 dan post-test = 0,675 (p ˃ 0,05). Pada uji homogenitas dengan menggunakan uji levene’s tes of varian pada
semua variabel pre test pada ke dua kelompok data didapat nilai p = 0,042 (p ˂ 0,05) maka data disimpulkan tidak homogen.
Uji Perbedaan Nilai Ketepatan Tendangan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
Tabel 4. Uji Perbedaan Nilai Ketepatan Tendangan Sesudah Perlakuan Kelompok kontrol dan Kelompok perlakuan
Variabel |
Ketepatan Tendangan | |
Rerata±SB |
P | |
Kelompok Kontrol |
1,176±1,810 |
0,495 |
Kelompok Perlakuan |
1,882±2,147 |
Berdasarkan hasil distribusi data pada Tabel 4 menunjukan bahwa beda rerata peningkatan ketepatan tendangan sesudah perlakuan pada kelompok 1 (resistance tube exercise) dan kelompok 2 (resistance tube exercise dan latihan neurac) dengan nilai p = 0,495 (p > 0,05), hal ini menunjukan bahwa perbedaan nilai peningkatan ketepatan tendangan antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukan peningkatan yang tidak signifikan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pelatihan resistance tube exercise dengan resistance tube exercise ditambah latihan neurac terhadap peningkatan ketepatan tendangan pada siswa SMUN Olahraga ragunan, Jakarta Selatan.
Dari data identitas subjek penelitian memiliki kesesuaian dengan penelitian oleh Alekhya 2014 tentang ketepatan tendangan dengan resistance tube exercise pada pemain sepak bola junior.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMUN Olahraga ragunan Jakarta Selatan kelas 10-12 yang berusia antara 16-19 tahun dan masih usia remaja sehingga memungkinkan untuk meningkatkan ketepatan
tendangan dengan mengguanakan metode latihan yang ada.
Pada kelompok kontrol, jumlah subjek 17 orang dengan tinggi badan rerata 1,715±5,42 cm, berat badan rerata 66,470±10,78 kg, umur rerata 18,294±1,79 tahun, sedangkan pada kelompok perlakuan ,tinggi badan rerata 1,713±5,76 cm, berat badan rerata 62,941±6,96 kg, umur rerata 16,88±0,69 tahun.
Pengukuran ketepatan tendangan dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok dengan metode pengukuran plywood target measurement. Penilaian ketepatan tendangan dinilai dari kemampuan siswa menendang bola kearah target yang telah ditentukan yang ditandai dengan skor tendangan. Data karakteristik subjek penelitian yang didapat adalah umur, tinggi badan dan berat badan. Data pada penelitian ini menunjukan data yang homogen terhadap umur, tinggi badan dan berat badan sehingga peneliti telah menghilangkan faktor pengganggu dari penelitian yang menjadi faktor pembeda.
Efek Penambahan Latihan Neurac terhadap resistance tube exercise terhadap peningkatan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola
Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan Mann-Whitney Test seperti pada tabel 4 diperoleh hasil nilai p=0,003 (p<0,05), ini berarti adanya perbedaan peningkatan ketepatan tendangan yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise terbukti dalam meningkatkan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola. Adanya perbedaan pada penelitian ini dikarenakan pada system neuromuscular activation otot-otot core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk menghasilkan APAs.
APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk mobilisasi pada distal.,
sehingga saat eksekusi gerak menendang proses menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain.
Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam tendangan akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini memberikan pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam membentuk alignment postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal.
Penelitian tentang stabilisasi lumbo-pelvic yang berjudul “Latihan Metode Neurac Lebih Efektif Daripada Senam Pilates Terhadap Peningkatan Stabilisasi Lumbopelvic” Penelitian ini menunjukkan peningkatan stabilisasi lumbopelvic secara signifikan dengan metode neurac yang mana sangat berpengaruh terhadap ketepatan tendangan pada olahraga sepak bola12. Menurut Less & Nolan, 2002 rata-rata lingkup geral pelvic dari posisi retraksi ke protraksi pada saat kaki bersentuhan dengan bola pada saat menendang tercatat sekitar 30º dan 36º. Dari teori tersebut dapat dihubungkan bahwa latihan neurac dan resistance tube exercise dapat meningkatkan ketepatan tendangan dikarenakan meningkatnya stabilisasi lumbopelvic yang mana saat gerakan menendang bola gerakan lumbopelvic terkontrol di lingkup gerak 30º dan 36º dari posisi retraksi ke protraksi.
Menurut Less dkk, 2009 putaran (obliquity) pada pelvic sekitar 2º dan 3º selama tungkai yang menendang melayang menunjukkan kestabilan pelvic pada arah medio-lateral yang bermanfaat utnuk ketepatan posisi kaki pada saat menyentuh bola13. Hal ini akan membuat gerakan tungkai yang menendang akan lebih terkontrol sehingga ketepatan tendangan akan lebih baik.
Pedersen, Sailer dkk 2006, mencatat bahwa program stabilisasi dengan menggunakan sling meningkatkan secara signifikan terhadap postur, keseimbangan, kecepatan menendang, dan kekuatan fungsional otot-otot pelvic dan trunk.14
Uji Perbedaan Nilai Ketepatan Tendangan Sesudah Perlakuan Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan analisis data nilai ketepatan tendangan setelah perlakuan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan uji Mann Whitney U tertera pada Tabel 4, didapatkan data rerata (mean) hasil nilai ketepatan tendangan kelompok perlakuan setelah perlakuan adalah 1,176±1,810 dan nilai ketepatan tendangan kelompok kontrol setelah perlakuan adalah 1,882±2,147 dengan nilai p = 0,495 ( p > 0.05 ). Hasil nilai di atas menyatakan bahwa penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise tidak memperoleh pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan tendangan pada atlit sepak bola SMUN Olahraga Ragunan Jakarta Selatan. Walaupun tidak menghasilkan peningkatan yang signifikan, tetapi adanya tren peningkatan ketepatan tendangan dengan penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise. Dari karakteristik subjek penelitian dapat dipastikan bahwa subjek penelitian ini adalah atlit sepak bola yang sudah professional yang sudah memiliki kemampuan dasar yang baik dalam menendang bola sehinggaa penambahan latihan neurac terhadap resistance tube exercise tidak menunjukkan peningkatan ketepatam temdangan secara signifikan dikarenakan pada awal tendangan (pre-test) skor nilai tendangan gawang sudah tinggi.
Distribusi sampel pada kelompok perlakuan dan kontrol yang tidak merata bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan ketepatan tendangan yang tidak signifikan yang mana dalam pembagian anggota sampel yang tidak merata dari segi posisi pemain sehingga keahlian dalam
ketepatan tendangan juga berbeda. Kelompok perlakuan sebanyak 17 orang yang terdiri dari 1 orang posisi penjaga gawang, 5 orang posisi back, 8 orang gelandang, 3 orang penyerang. Pada kelompok kontrol sampel terdiri dari 3 orang penjaga gawang, 3 orang posisi back, 4 orang gelandang, 7 orang penyerang. Dilihat dari posisi sampel masing-masing kelompok dapat dipastikan bahwa kemampuan menendang bola dengan tingkat ketepatan yang lebih baik secara rata-rata lebih tinggi kelompok kontrol, karena kemampuan ketepatan menendang posisi gelandang dan penyerang lebih baik dibanding posisi back dan penjaga gawang. Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi signifikansi peningkatan tendangan. Latihan neurac memerlukan konsentrasi tinggi untuk dapat mempertahankan posisi tubuh yang benar selama 6 detik dengan kondisi sling tidak goyang. Latihan neurac yang dilakukan di lapangan terbuka sedikit banyaknya akan mempengaruhi konsentrasi sampel penelitian sehingga manfaat tidak tercapai sesuai harapan sehingga mempengaruhi terhadap hasil ketepatan tendangan yang signifikan.
Kecepatan dan arah angin sangat berpengaruh terhadap arah bola yang bergerak ke sasaran tendangan. Untuk memperkecil faktor lingkungan lebih baik pelatihan dan pengukuran ketepatan tendangan dilakukan di dalam ruangan.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Penambahan Latihan Neurac pada Resistance Tube Exercise tidak lebih meningkatkan ketepatan tendangan pada siswa SMUN Olahraga Ragunan Jakarta
SARAN
-
1. Perlu penambahan pengukuran stabilisasi lumbo-pelvic pada penelitian ini yang lebih berdampak terhadap ketepatan tendangan.
-
2. Penambahan neurac pada resistance tube exercise dapat menjadi rekomendasi untuk
peningkatan komponen biomotorik yang lain dalam cabang olah raga
-
3. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan mengaplikasikan metode latihan yang sama dengan sampel yang lebih besar dan waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Kellis, E., Katis, A. 2007. Biomechanical characteristics and determinants of instep soccer kick. Journal of Sports Science and Medicine. 6: 154–165.
-
2. Finnoff, JT., Newcomer, K., Laskowski, ER. 2002. A valid and reliable method for measuring the kicking accuracy of soccer players. J Sci Med Sport. 5 (4): 348–353.
-
3. Strategi-dan-taktik-tendangan-pinalti-yang-sukses, 2015. www.GILABOLA.com/.
-
4. Van der Kamp J. 2006. A field simulation study of the effectiveness of penalty kick strategies in soccer: Late alterations of kick direction increase errors and reduce accuracy. J Sports Sci. 24 (5): 467-77.
-
5. Lees, A., Nolan, L. 2002. Three
dimensional kinematic analysis of the instep kick under speed and accuracy conditions. In W. Spinks, T. Reilly, & A. Murphy (Eds.), Science and football IV. London: Routledge.
-
6. Kibler, WB., Joel Press.2006. The Role of Core Stability in Athletic Function. Sport Med.
-
7. Irfan, M. 2010. Fisioterapi bagi Insan Stroke edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 22-52.
-
8. Phil-Davies. 2011 www.sport-fitness-advisor.com
-
9. Redcord medical active sport,2013
-
10. Colado, JC., Garcia-Masso, X., Pellicer, M., Alakhdar, Y., Benavent, J., Cabeza-Ruiz, R. 2010. A comparison of elastic
tubing and isotonic resistance exercises. Int J Sports Med. 31 (11): 810–817.
-
11. Permenkes NO.80/ MENKES/ SK/ XII/ 2013
-
12. Novlinda, SA. 2012 “Latihan Metode Neurac Lebih Efektif Daripada Senam Pilates Terhadap Peningkatan Stabilisasi Lumbopelvic. Jurnal Fisioterapi. 12 (1).
-
13. Lees, A., Asai, T., Andersen, TB., Nunome, H., Sterzing, T. 2009. 'The biomechanics of kicking in soccer: A review', Journal of Sports Sciences, 28 (8): 805-817.
-
14. Seiler et.al. 2006. Sling Exercise Training improve Balance, Kicking Velocity and torso Stabilization strength in elite Soccer player. Medicine & Science in Sport & Exercise. 38 (5): 243.
77
Discussion and feedback