PERBEDAAN KEBUGARAN FISIK DAN ASPEK AFEKTIF SEBAGAI EFEK DARI PELATIHAN KIDS ATHLETICS DAN PERMAINAN TRADISIONAL MEGALA-GALA
on
ISSN: 2302-688X
Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.2, Juli 2017: 38-50
PERBEDAAN KEBUGARAN FISIK DAN ASPEK AFEKTIF SEBAGAI EFEK DARI PELATIHAN KIDS ATHLETICS DAN PERMAINAN TRADISIONAL MEGALA-GALA
Yohanes Seran1, N. Adiputra2, Susy Purnawati3, I Made Jawi4, Made Muliarta5, I Putu Adiartha Griadhi6
-
1 Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana 2,3,5,6 Bag. Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
-
4 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Latar belakang: Kurangnya aktifitas fisik sering disebabkan oleh motivasi yang kurang serta anak-anak zaman sekarang lebih tertarik pada permainan modern atau game online. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kebugaran fisik dan aspek afektif sebagai efek dari pelatihan kids athletics dan permainan tradisional megala-gala pada siswa putra SDN 14 Pemecutan Denpasar. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan experimental, Pre-Post test Control Group Design pada 24 orang siswa berumur 10-12 tahun. Sampel dipilih secara random dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberikan pelatihan kids athltics dan Kelompok II diberikan permainan tradisional megala-gala. Pelatihan diberikan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Kebugaran fisik diukur sebelum dan sesudah pelatihan menggunakan tes lari 600 meter sedangkan afektif diukur sesudah pelatihan menggunakan kuisioner. Ananlisis dilakukan dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kebugaran fisik dan aspek afektif sesudah intervensi antar kelompok dengan nilai p=0,00, selain itu juga ditemukan perbedaan bermakna pada masing-masing kelompok dengan nilai p=0,00. Ditemukan rerata Kelompok I data awal 3,24 ± 0,07 menit meningkat menjadi 2,38 ± 0,15 menit (peningkatan 26%) dan pada Kelompok II data awal 3,24 ± 0,11 menit meningkat menjadi 2,98 ± 0,11 menit (peningkatan 8%). Pada aspek afektif terdapat perbedaan signifikan pada; kerja sama dan tanggung jawab dengan nilai p<0,05. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa pelatihan kids athletics lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan permainan tradisional megala-gala akan tetapi pelatihan kids athletics tidak lebih memberi efek pada aspek afektif dibandingkan permainan tradisional megala-gala.
Kata kunci : pelatihan, kids athletics, megala-gala, kebugaran fisik, aspek afektif.
THE DIFFERENCES BETWEN PHYSICAL FITNESS AND AFFECTIVE ASPECTSOF TRAINING KIDS ATHLETICS AND TRADITIONAL GAMES MEGALA-GALA
ABSTRACT
Background: Lack of physical activity is often caused by a lack of motivation as well as children today are more interested in modern games or online games. Objective: The purpose of this study was to determine differences in physical fitness and affective aspects as the effect of training kids athletics and traditional games Megala-gala on male students of SDN 14 Pemecutan Denpasar. Method: This research uses experimental design, Pre-Post test Control Group Design on 24 students aged 10-12 years. Were selected randomly and were divided into 2 groups. The first group was given training kids athltics and Group II was given the traditional game Megala-gala. Training is given three times a week for 6 weeks. Physical fitness was 38
measured using a test run of 600 meters, while affective measured after training using a questionnaire. Ananlisis use significance level 0, 05. Result: The results of this study indicate that there are significant differences in physical fitness and affective aspects after intervention between groups with p = 0.00, but it also found significant differences in each group with a value of p = 0.00. Group I found a mean baseline of 3.24 ± 0.07 minutes increased to 2.38 ± 0.15 minutes (enchancement 26%) and in Group II preliminary data increased by 3.24 ± 0.11 minutes to 2.98 ± 0.11 minutes (enchancement 8%). On the affective aspects significant differences in; cooperation and responsibility with a value of p <0.05. Conclusion: It was concluded that training kids athletics further improve the physical fitness than the traditional game-Megala-gala but kids athletics training no more effect on the affective aspect than traditional game Megala-gala.
Keywords: training, kids athletics, megala-gala, physical fitness, affective aspect
PENDAHULUAN
Kids athletics adalah salah satu jenis olahraga anak yang dirancang sedemikian rupa berdasarkan kajian ilmu pengetahuan olahraga sehingga dapat mendukung seluruh komponen biomotorik yang menunjang kebugaran fisik. Kids athletics juga merupakan rancangan olahraga anak yang cukup menunjang pertumbuhan serta memperkenalkan anak-anak pada gerak-gerak dasar olahraga yang terdiri dari jalan, lari, lompat, lempar dan loncat. Kids athletics adalah suatu bentuk permainan yang berasal dari pengembangan atletik yang dilakukan oleh orang dewasa, kemudian di kembangkan sebagai model permainan anak-anak untuk mengenalkan atletik sesuai dengan usia pertumbuhan dan perkembangan anak.1
Kids athletic adalah jenis dari cabang olahraga atletik yang diperuntukan untuk sekolah dasar.2 Jenis cabang olahraga ini diperkenalkan pertama kali oleh IAAF (International Association of Athletics Federation). Kemudian disebarkan ke sekolah-sekolah melalui berbagai pendidikan dan pelatihan oleh Pusat Pembinaan Atletik Pelajar (PPAP). Nomor-nomor perlombaan adalah Kanga’s Escape (sprint/ Gawang), Frog Jump (Loncat Katak), Turbo Throwing (Lempar Turbo), dan Formula 1 (Guling depan, Lari, Rintangan, Slalom). Kids athletics adalah seperangkat alat yang ditujukan untuk aktivitas olahraga anak-anak.3
Kids athletics memberikan kegembiraan; latihan even-even baru gerakan-gerakan wajib yang beragam yang memerlukan penguasaan dalam lingkup satu regu pada lokasi yang berbeda-beda di dalam arena lomba.4
Di era teknologi sekarang ini olahraga tradisional yang merupakan budaya asli Bangsa Indonesia hampir punah karena teknologi modern. permainan tradisional merupakan aktivitas budaya dalam bentuk permainan dengan unsur-unsur gerak, seni, sosial, dan budaya.5
Sebagai aktivitas budaya, permainan itu mengandung sumber dan media informasi yang dapat mewarnai dan memperkaya khazanah kebudayaan nasional maupun daerah, serta pengukuh nilai-nilai kebudayaan yang dapat merangsang ke arah pembaharuan yang kreatif.5
Karakter generasi muda tidak cukup hanya dibentuk melalui pendidikan formal namun juga lewat pendidikan non formal seperti permainan tradisional.6
Permainan tradisional sangat tepat di terapkan di dunia pendidikan olahraga atau kepelatihan untuk menciptakan insan atau calon atlet yang paripurna.7 Olahraga tradisional saat ini jarang sekali dimainkan oleh anak-anak baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hal ini disebabkan karena pada saat ini anak-anak lebih tertarik pada permainan modern, misalnya anak-anak lebih suka bermain play station dan game online daripada permainan tradisional yang dianggap kuno.Padahal permainan modern
untuk bermain memerlukan biaya sedangkan permaian tradisional cukup dengan peralatan seadanya bahkan hanya cukup membuat garis-garis seperti permaian megala-gala. Permainan tradisional megala-gala terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok penjaga dan kelompok penyerang. Setiap kelompok penjaga membuat penjagaan berlapis dengan cara berbaris ke belakang pada garis jaga masing- masing sambil merentangkan tangan supaya tidak dapat dilalui oleh kelompok penyerang, kelompok penyerang berusaha melewati garis penjagaan dengan menghidari penjaga tanpa tersentuh oleh penjaga untuk mencetak skr/ poin. Megala-gala merupakan suatu permainan tradisonal yang menarik dan memiliki unsur gerak olahraga yang meliputi: kekuatan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan kebugaran fisik, dan koordinasi, serta nilai-nilai budaya seperti: disiplin, jujur, tanggung jawab, kerja sama, saling menghargai dan yang terpenting adalah menumbuhkan minat anak-anak untuk mencintai budaya daerah serta melestariakannya.
Kebugaran fisik merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap orang, namum tidak semua orang menyadari akan arti dan manfaat dari kebugaran fisik tersebut.8,9 Kebugaran fisik/daya tahan jantung dan paru adalah kesanggupan sistem jantung dan paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan ativitas sehari-hari, dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.10
Menurut Sharkey, kebugaran fisik adalah kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen.11 Memilik kebugaran fisik yang prima merupakkan hal yang membahagiakan karena ketika kita melalkukan suatu aktifitas fisik tentunya kebugarn fisik sangat berperan penting pada saat itu, sehingga kita tidak mengalami suatu kelelahan yang berarti pada saat beraktifitas. Bahkan dengan memilki kebugaran fisik yang baik kita dapat terhindar dari beberapa penyakit degeneratif.
Mereka yang melakukan ativitas fisik secara teratur dapat terhindar dari penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, memiliki fungsi otot dan sendi yang baik, fungsi paru yang baik, cenderung menyesuaikan diri lebih baik terhadap stres, mengurangi kegemukan, dan terhindar dari penyakit degeneratif lainnya.12
Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kebugaran fisik dengan prestasi akademik.13 Menurut Chomitz, dkk (2009) ada hubungan yang signifikan antara kebugaran fisik dengan dan prestasi akademik.14 Ada juga fakta lain yaitu anak-anak sekarang terlalu padat waktu untuk belajar dan les privat sehingga tidak punya waktu untuk melakukan aktivitas fisik, misalnya dari jam 07:00-14:00 waktu belajar di sekolah, dan begitu pulang langsung les di bimbingan belajar, selesai bimbingan belajar dilanjutkan lagi dengan les privat, musik, seperti piano, gitar, biola dan sebagainya. Hal ini sangat menyita waktu anak- anak dan cukup menguras energi sehingga selain tidak cukup waktu untuk berolahraga, anak-anak juga sudah cukup kelelahan karena padatnya aktivitas seharian.15,16
Studi pendahuluan menunjukan bahwa denyut nadi latihan siswa yang melakukan pelatihan kids athletics sebesar 130- 190 kali/ menit dan megala-gala sebesar 131-149 kali/ menit.17 Kurangnya pengetahuan orang tua tentang manfaat olahraga bagi anak usia dini, dan ada beberapa orang tua menganggap olahraga fisik sangat berisiko bagi anak-anak di masa pertumbuhan, juga melatar belakangi kurangnya olahraga pada anak.
Generasi muda yang memiliki daya saing tinggi tinggi tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan kecerdasaan akademis semata namun pendidikan karakter sangatlah penting untuk agar dapat tercipta generasi muda yang lengkap dan utuh baik secara akademis maupun karakter yang tertuang dalam sikap, tingkah laku, dan bermoral yang dirangkum di dalam aspek afektif.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai 18. Maka melalui pendidikan jasmani yang merupakan bagian dari sistem pendidikan secara menyeluruh yang bertujuan untuk meningkatkan aspek kesehatan, kebugaran fisik, kemampuan berpikir kritis, keterampilan dan moral melalui aktivitas fisik dan olahraga. Hal ini berpedoman pada UU RI No. 26 tahun 2009 tentang kesehatan dan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 18 oktober 1984 0465/U/ KEP/1984 tentang pembinaan kesiswaan. Semua ini dikemas dalam sistem pendidikan yang bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya baik kesehatan fisik dan mental. Kebugaran fisik dan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilaidapat tecapai melalui kegiatan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sehingga dapat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.18
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan terdapat perbedaan bermakna kebugaran fisik dan aspek afektif sebagai efek pelatihan kids athletics dan permainan tradisional megala-gala pada siswa putra Kelas VI SDN 14 Pemecutan Denpasar.
METODE PENELITIAN
-
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post Test Control Group Design.19 Masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang. Kedua kelompok dilakukan pengukuran awal kebugaran fisik berupa tes lari 600 meter (menit/detik). Pada Kelompok I diberikan pelatihan Kids Athletics dan Kelompok II diberikan Permainan Tradisional Megela-gala.
-
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lapnagan Lumintang Denpasar bulan Okttober-November 2016. Pelatihan pada kedua kelompok diberikan selama 6 minggu
dengan durasi 2x10 menit dan frekuensi 3x/minggu.
-
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini diambil dari sejumlah sisiwa kelas VI SDN 14 Pemecutan Denpasar sebanyak 30 orang. Kriteria inklusi sampel yaitu berkebgaran fisik kategori kurang 2,46-3,44 menit/detik, IMT 18-23 kg/m² (normal), BB 35-50 kg, TB 140-150 cm, berusia 10-12 tahun, dan mampu mengikuti penenltian ini dengan baik dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan. Kriteria ekslusi yaitu sampel yang berdomisili di luar Kota Denpasar.
Sampel penelitian ini sebanyak 24 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok dengan randimisasi secara acak sederhana. Kelompok I diberi pelatihan Kids Athletics, dan Kelompok II diberikan Permainan Megala-gala.
-
1. Mengukur tinggi, berat badan dan tes kebugaran fisik ( tes lari 600 meter).
-
2. Subjek diberi pelatihan Kids Athletics pada Kelompok I dan Pada kelompok II diberi Permaian Megala-gala dengan jadwal Senin, Rabu dan Jumat mulai bulan Oktober s/d bulan November 2016. Pelatihan diawasi oleh masing-masing seorang guru/pelatih yang berkompeten dibidangnya.
-
3. Mengukur kebugaran fisik dan pengisian kuisioner setelah subjek menyelesaikan paket pelatihan.
-
E. Defenisi Opersional Variabel
-
1. Pelatihan Kids Athletics adalah atletik pada anak yang terdiri dari berapa item berupa sprint dan gawang/kanga’s escape yaitu lari bolak-balik sepanjang 40 meter dengan melewati gawang, loncat katak/frog jump yaitu meloncat ke depan dengan kedua kaki tanpa awalan sebanyak 3 lompatan dari garis star. Rol depan, lari, slalom/formula 1 (zig-zag melewati tiga rintangan), dan gawang (melewati tiga rintangan setinggi 50 cm dengan panjang lintasan 80 meter), yang dibagi menjadi area rol
depan, lari/sprint, slalom, lari gawang. Lempar turbo/turbo throwing yaitu lempar lembing dengan panjang 45 cm dan berat 300 gram. Lempar lembing anak diawali dengan awalan 5 meter, setelah melakukan awalan pendek peserta melempar turbo ke area lemparan dengan dibatasi garis lempar.
-
2. Permainan tradisional megala-gala terdiri dari dua kelompok yaitu Kelompok Penjaga dan Kelompok Penyerang. Setiap Kelompok Penjaga membuat penjagaan berlapis dengan cara berbaris ke belakang pada garis jaga masing-masing sambil merentangkan tangan supaya tidak dapat dilalui oleh Kelompok Penyerang, Kelompok Penyerang berusaha melewati garis penjagaan dengan menghidari penjaga tanpa tersentuh oleh penjaga untuk mencetak skr/ poin. Megala-gala merupakan suatu permainan tradisonal yang menarik dan memiliki unsur gerak olahraga yang meliputi: kekuatan,
kecepatan, kelincahan, keseimbangan kebugaran fisik, dan koordinasi, serta nilai-nilai budaya seperti: disiplin, jujur, tanggung jawab, kerja sama, saling menghargai dan yang terpenting adalah menumbuhkan minat anak-anak untuk mencintai budaya daerah serta melestariakannya.
-
3. Kebugaran fisik adalah gambaran kemampuan organ paru dan jantung untuk mensuplai oksigen ke seluruh tubuh. Untuk mengukur kebugaran fisik subjek dilakukan melalui tes lari 600 meter. Waktu tempuh menggambarkan kebugarn fisiknya. Pengukuran
dilakukan tiga hari sebelum pelatihan dimulai dan dua hari setelah paket pelatihan diselesaikan.
Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kebugaran fisik dengan prestasi akademik13. Kriteria kebugaran fisik yang dipakai sebagai sampel adalah yang berklasifikasikan kurang dengan waktu tempuh 2,46-3,44
menit pada jarak test lari 600 meter, untuk anak usia 10-12 tahun.
-
4. Aspek afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai 18. Untuk memperoleh gambaran umum tentang aspek afektif siswa, data afektif diukur menggunakan kuesioner afektif.
Data dianalisi dengan bantuan program SPSS 16 fof windows sebagai berikut:
-
1. Uji normalitas
Uji normalitas data kebugaran fisik dilakukan dengan menggunakan Shapiro wilk test untuk mengetahui data sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok memiliki distribusi normal atau tidak.
-
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas data kebugaran fisik dengan menggunakan levene’s test dilakukan untuk mengetahui sebaran data pada Kelompok I dan Kelompok II Bersifat homogeny atau tidak.
-
3. Uji komparasi untuk mengetahui Uji komparasi untuk mengetahui beda data kebugaran fisik sebelum dan sesudah perlakuan pada masing- masing kelompok. diuji dengan parametrik paired-t test.
-
4. Uji komparasi untuk membandingkan data kebugaran fisik sebelum pelatihan dan sesudah perlakuan antara Kelompok I dan Kelompok II. Diuji dengan statistik samples t- test.
-
5. Uji komparasi untuk membandingkan data aspek afektif sesudah perlakuan antara Kelompok I dan Kelompok II. Diuji dengan statistik Chi square.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek penelitian yang diukur meliputi: umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh sebelum
pelatihan pada kedua kelompok.
Karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Subjek pada Kedua
Kelompok Perlakuan
Karakteristik |
Rerata±SB | |
Klp 1 |
Klp 2 | |
Umur (th) |
12±0,51 |
12±0,52 |
Berat badan (kg) |
43,08±2,90 |
43,75±4,24 |
Tinggi badan (cm) |
146,92±2,81 |
146,83±4,06 |
IMT (kg/m²) |
19,9±1,20 |
20,2±1,35 |
Karakteristik lingkungan
Suhu udara lingkungan pelatihan terdiri dari suhu udara basah dan suhu udara kering dalam satuan ºC, serta kelembaban relatif disesuaikan dengan Tabel psychometrik chart dalam satuan %. Hasil pengukuran karakteristik lingkungan penelitian selama pelatihan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Lingkungan
Keadaan lingkungan |
Rera ta |
Maksimu m |
Minimu m |
Suhu Kering (ºC) |
28,97 |
30 |
27,9 |
Suhu Basah (ºC) |
24,43 |
25 |
24,8 |
Kelembaban (%) |
75,33 |
80 |
69 |
Uji normalitas
Untuk mengetahui sebaran data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test,. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), maka data terdistribusi normal. Data dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji normalitas
Sebelum perlakuan Sesudah
perlakuan
Rerata±SB (menit) |
p |
Rerata±SB (menit) |
p | |
Kelompok I |
3,24±0,07 |
0,44 |
2,38±0,15 |
0,38 |
Kelompok II |
3,24±0,11 |
0,12 |
2,98±0,11 |
0,41 |
Uji normalitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa data pada penelitian ke dua kelompok perlakuan berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 selanjutnya data dapat diuji dengan uji parametrik untuk
melihat adanya peningkatan atau penurunan hasil pada variabel penelitian.
Uji homogenitas.
Untuk mengetahui sebaran data bersifat homogen atau tidak, maka diuji homogenitas data dengan menggunakan Lavene Test. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), maka data bersifat homogen. Data dapat dilihat pada Tabel 4.
Uji homogenitas pada Tabel 4.menunjukkan bahwa data pada penelitian ke dua kelompok perlakuan berdistribusi homogen karena nilai p > 0,05, selanjutnya data dapat diuji dengan menggunakan uji parametrik.
Tabel 4. Hasil uji homogenitas | ||
Sebelum |
Sesudah | |
perlakuan |
perlakuan | |
Rerata p |
Rerata p | |
(menit) |
(menit) | |
Kelompok I |
3,24±0,07 0,15 |
2,38±0,15 0,09 |
Kelompok II |
3,24±0,11 0,15 |
2,98±0,11 0,09 |
Uji t-paired(paired-t test).
Untuk membandingkan nilai rata-rata kebugaran fisik sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan pada kelompok berpasangan, dengan batas kemaknaan 0,05. Data dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji t-paired
Sebelum perlakuan |
Sesudah perlakuan |
t |
p | |
Rerata±SB (menit) |
Rerata±SB (menit) | |||
Kelompok I |
3,24±0,07 |
2,38±0,15 |
19,62 |
0,00 |
Kelompok II |
3,24±0,11 |
2,98±0,11 |
8,03 |
0,00 |
Tabel 5. menunjukkan bahwa perbedaan rerata kebugaran fisik antara ke dua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan memiliki nilai p < 0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan kebugaran fisik yang bermakna antara sebelum pelatihan kids athletics dan sesudahnya. Demikian juga pada permaianan tradidional megala-gala.
Uji beda rerata kebugaran fisik dengan t-Test independent,
Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antar Kelompok I (pelatihan kids athletics) dengan Kelompok II (permainan
tradisional megala-gala) sebelum dan sesudah perlakuan, pada batas kemaknaan 0,05. Data dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji t-independent
Sebelum Pelatihan |
Sesudah Pelatihan | ||||
Rerata±SB (menit) |
p |
Rerata±SB (menit) |
t |
p | |
Klpk I |
3,24 ± 0,07 |
0,96 |
2,38 ± 0,15 |
0,042 |
0,00 |
Klpk II |
3,24 ± 0,11 |
2,98 ± 0,11 |
10,656 |
Tabel 6 menunjukkan bahwa rerata kebugaran fisik sebelum pelatihan antar kedua kelompok pelatihan memiliki nilai p lebih besar dari 0,05, sedangkan setelah pelatihan memiliki nilai p lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa rerata data kebugaran fisik sebelum pelatihan antar kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Dengan demikian rerata kebugaran fisik sebelum pelatihan sebanding. Sedangkan perbedaan kebugaran fisik sesudah pelatihan berbeda bermakna (p < 0,05), berarti hasil kebugaran fisik antara Kelompok I dan Kelompok II berbeda bermakna.
Uji Beda Rerata Aspek Afektif Sesudah Pelatihan Pada Ke dua Kelompok
Uji Chi Square Test, untuk membandingkan nilai aspek afektif sesudah dilakukan pelatihan pada kelompok berpasangan, dengan batas kemaknaan 0,05, dianalisis setiap item pertanyaan. Data dapat dilihat pada Tabel-tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Analisis Afektif antar Kelompok dengan Fisher Exact Test
Aspek Afektif |
Sesudah Perlakuan |
p | |
Ya |
Tidak | ||
Kelompok I |
9 |
5 |
0,019 |
Kelompok II |
11 |
0 |
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa, pada tabulasi silang aspek afektif sesudah perlakuan antara Kelompok I dan Kelompok II. Dengan ujiFisher Exact Test didapatkannilai p = 0.01. Hal ini berarti bahwa aspek afektif antara Kelompok I dan Kelompok II setalah pelatihan berbeda bermakna (p < 0,05).Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan kids athletics tidak lebih
memberi efek dari permainan tradisional megala-gala pada aspek perlu adanya kerja sama tim.
Tabel 8. Hasil Analisis Afektif antar Kelompok dengan ujiFisher Exact Test Aspek Sesudah Perlakuan
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa, pada tabulasi silang aspek afektif sesudah perlakuan antara Kelompok I dan Kelompok II. Dengan ujiFisher Exact Test didapatkannilai p = 0,007. Hal ini berarti bahwa aspek afektif antara Kelompok I dan Kelompok II setalah pelatihan berbeda bermakna (p < 0,05).Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan kids athletics tidak lebih memberi efek dari permainan tradisional megala-gala pada aspek tidak kerja sama akan mengalami kekalahan.
Tabel 9. Hasil Analisis Afektif antar Kelompok dengan uji Fisher Exact Test
Aspek Sesudah Perlakuan
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa, pada tabulasi silang aspek afektif sesudah perlakuan antara Kelompok I dan Kelompok II. Dengan uji Fisher Exact Test didapatkannilai p = 0.00. Hal ini berarti bahwa aspek afektif antara Kelompok I dan Kelompok II setalah pelatihan berbeda bermakna (p < 0,05).Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan kids athletics tidak lebih memberi efek dari permainan tradisional megala-gala pada aspek takut menghadapi lawan.
PEMBAHSAN
-
1. Efek Peningkatan Kebugaran Fisik Setelah Pelatihan Kids Athletics dan Permainan Tradsional Megala-gala.
Dari hasil uji yang terlihat pada Tabel 5.5.1 menunjukkan bahwa rerata data kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok
terdapat perbedaan bermakna (p < 0.05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ke dua kelompok perlakuan memiliki pengaruh pelatihan dalam meningkatkan kebugaran fisik dan terjawab juga hipotesis satu dan dua yang menyatakan pelatihan kids athletics dan permainan tradisional megala-gala selama 6 minggu meningkatkan kebugaran fisik siswa SD N 14 Pemecutan Denpasar.
Hasil peningkatan rerata kebugaran fisik pada Kelompok I (pelatihan kids athletics) dan Kelompok II (permainan tradisional megala-gala) yang bermakna merupakan efek pelatihan 3 kali seminggu selama 6 minggu.
Pelatihan yang diberikan untuk pemula dalam jangka waktu 6-8 minggu dengan frekuensi 3-4 kali seminggu akan memperoleh hasil yang konstan, di mana tubuh dapat teradaptasi dengan pelatihan dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti.20
Pelatihan yang dilakukan sesuai dengan takaran disertai dengan pemilihan tipe olahraga yang tepat akan berdampak positif terhadap perkembangan dan daya kerja organ- organ tubuh.21 Orang yang sering berolahraga atau berlatih secarateratur akan mendapat efek bertambah kuatnya otot pernapasan, terutama otot dada. Rongga dada dapat mengembang lebih luas. Keadaan ini berefek pada paru berupa meningkatnya kapasitas vital, volume tidal dan ventilasi alveoler paru. Juga akan memiliki hipertropi otot jantung sehingga kemampuan memompa darah semakin baik dan efisien, hal ini juga berdampak pada penurunan frekuensi denyut jantung permenit yang semula 80 kali permenit menjadi 60 kali permenit sewaktu istirahat. Selain itu terjadi perubahan pada darah yaitu produksi sumsum tulang merah meningkat, sistem pembuluh darah yaitu tonus dan kelenturan otot polos yang ada pada dinding pembuluh darah meningkat, sehingga dapat mengantarkan darah bagi otot yang melakukan aktivitas atau olahraga, efek lain dari hasil pelatihan berupa vaskularisasi,
yakni terjadinya pembentukan pembuluh darah baru.21
Perubahan-perubahan ini sangat berguna bagi peningkatan daya tahan kardiovaskular, karena akan memperlancar peredaran darah.22 Kebugaran fisik merupaka faktor yang sangat penting bagi setiap orang agar dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan baik dan tanpa mengalami suatu kelelahan yang berarti. Oleh karena itu dengan melakukan pelatihan kids athletics dan permainan tradisional megala-gala, 3 kali seminggu selama 6 minggu dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskular.
Berdasarkan stuktur dan sifat fisiologis, otot dibagi menjadi 3 jenis yakni otot skelet, otot polos dan otot jantung, khusus untuk pergerakan tubuh dilakukan oleh otot skelet saja. Hampir 50% tubuh tersusun oleh otot, sekitar 40%-nya adalah otot skelet, dan 5-10%-nya adalah otot polos dan otot jantung. 23
Pelatihan yang teratur dapat meningkatkan tebal,tonus dan kelenturan otot meningkat. Otot menjadi lebih kuat dan mudah berkontraksri. Myoglobin dalam sel dalam sel otot jumlahnya bertambah hal ini berfungsi memperlancar difusi oksigen dan membran sel ke dalam mitokondria yang ada di dalam sel otot. Di mitokondria ini oksigen akan dipergunakan untuk membakar zat makanan (glikogen) agar mendapat tenaga sehingga otot dapat berkontraksi.21
Dengan adanya peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada selsel otot maka akan dapat menyebabkan fungsi dari mitokondria lebih efektif. Dengan adanya peningkatan jumlah mitokondria dalam sel otot sehingga secara fisiologis merangsang perbaikan pengambilan oksigen.20
Di samping itu akibat dari pelatihan yang teratur dan maksimal mitokondria melakukan replikasi sehingga dapat mengerahkan sistem energi dominan untuk selalu siap menyediakan energi yang diperlukan. 23
Sharkley (2011) mengemukakan juga bahwa latihan dapat meningkatkan ukuran
dan jumlah (volume) mitochondria, pembangkit tenaga sel yang menghasilkan energi secara aerobik (dengan oksigen).11 Pelatihan fisik yang diterapkan secara teratur dan terukur dengan takaran dan waktu yang cukup, akan menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarahkan pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki penampilan fisik.
Salah satu disiplin yang besar sumbangsihnya secara ilmiah kepada olahraga adalah peran fisiologi dalam menunjang peningkatan prestasi.24
Pelatihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan berkesinambungan akan dapat meningkatkan kemampuan fisik secara nyata.25
Semakin baik kapasitas difusi paru, semakin besar volume gas yang berdifusi, maka akan bertambah baik kemampuan seseorang dalam melakukan pembebanan kardiorespirasi tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Sehingga orang yang terlatih akan bernafas lebih lambat dan dalam, dan oksigen yang diperlukan untuk kerja otot pada proses ventilasipun berkurang.26
VO2max yang lebih besar akan meningkatkan proses aerobik dan meminimalisir proses metabolisme anaerobik pada kegiatan fisik yang dilakukan, sehingga produksi asam laktat tidak tinggi dan munculnya kelelahan dapat dihambat.27 Dalam penelitian ini, pelatihan kids athletics dan permainan tradisional megala-gala, 3 kali seminggu selama 6 minggu dapat mengubah kapasitas kardiorespirasi seperti semakin besar volume gas yang berdifusi, dan bernafas lebih lambat dan dalam.Selain itu juga aspek afektif yaitu nilai sikap yang meliputi tingkahlaku, kejujuran dan kerjasama. Sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya baik dari segi kesehatn maupun moral yang sekarang ini lagi dicanangkan dalam kurikulum berkarakter atau pendidikan budi pekerti.
Jantung manusia terbentuk dari sel-sel otot jantung maka kemampuan otot
jantung dapat ditingkatkan dengan cara latihan. Untuk melatih otot jantung maka kita harus memberi beban kerja pada tubuh misalnya berlari sampai denyut jantungnya meningkat sampai masuk dalam trainingzone. Rumus training-zone 72%-87% DNM(220-umur). Dengan prinsip latihan tersebut maka otot jantung makin kuat. Efek latihan yang baik pada jantung dapat dilihat pada denyut jantung pada keadaan istirahat yang makin lama makin rendah28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kelompok sama-sama meningkatkan kebugaran fisik dan aspek afektif, Kelompok I meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Kelompok II, sedangkan skor aspek afektif Kelompok II lebihdaripada Kelompok I. Perbedaan tersebut karena adanya perbedaan tipe pelatihan dan beban kerja maksimal yang berbeda. Ke dua kelompok sama-sama meningkatkan kebugaran fisik kerena beban pelatihan tidak berbeda jauh, hal ini dibuktikan melalui penelitian pendahuluan yang yaitu beban kerja pada kids athletics sebesar 130-190 kali/ menit dan megala-gala sebesar 131149 kali/ menit, sehingga perubahan kekuatan otot, kardiovaskular, VO2max dan lain-lain terjadi pada kedua kelompok tidak berbeda jauh.
Faktor yang mempengaruhi kenaikan prestasi seorang atlet salah satu adalah : takaran latihan atau dosis latihan 24.
Penggunaan antara lemak ataupun karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapatmendukung kerja otot akan ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan. Pada olahraga intensitas rendah dengan waktu durasi yang panjang seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, pembakaran lemak akan memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat dalam hal produksi energi tubuh. Namun walaupun lemak akan berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh dalam olahraga dengan intensitas rendah, ketersediaan karbohidrat tetap akan dibutuhkan oleh tubuh untuk
menyempurnakan pembakaran lemak serta untuk mempertahankan level glukosa darah.29
Kids athletics lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan permainan megala-gala dikarenakan kids athletics merupaka salah satu unsur dari pendidikan jasmani dan kesehatan juga merupakan komponen-komponen pendidikan
keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani serta pembinaan hidup sehat dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang.30
Kids athletics juga meliputi lari cepat, lari sig-zag, lompat, loncat dan lempar yang melibatkan sebagian besar komponen biomotor (kekuatan, daya tahan, kecepatan, reaksi, keseimbangan, daya ledak, kelincahan dan koordinasi) sehingga sangat efektif dalam meningkatkan komponen kebugaran fisik dibandingkan permainan megala-gala yang hanya melibatkan beberapa komponen biomotor karena hanya terdiri atas lari dan menghindari lawan.
Latihan dapat memberi efek antara lain berupa kenaikan kapasitas otot-otot rangka dalam membakar glukosa dan pembakaran lemak untuk sumber energi selama olahraga.24
Manfaat permainan tradisional terhadap kepelatihan yakni permainan tradisional mampu menghasilkan gerakkan yang optimal, mampu meingkatkan kebugaran jasmani atlet, dan dapat mengaktifkan fungsi otak sebagai solusi untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki atlet/anak.7
Pelatihan olahraga tradisional Bali memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model senam aktivitas dan control.31
Permainan tradisional Bali sangat signifikan dalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa.32
-
2. Perbedaan Aspek Afektif Setelah Pealtihan Kids Athletics dan Permainan Tradisional Megala-gala
Berdasarkandengan uji Fisher’s Exact Test untuk mengetahui perbedaan aspek afektif antar kelompok perlakuan dari hasil pengisian kuisioner dapat dilihat dari beda data tabulasi silang pada masing-masing kelompok perlakuan. Analisis kemaknaan dengan uji Fisher’s Exact Testdidapatkan nilai p < 0.05. Hal ini berarti bahwa antara Kelompok I dan Kelompok II berbeda bermakna karena nilai p < 0,05. Terdapat perbedaan yang sungnifikan pada aspek: Tanggung jawab, Ketakutan, Tidak perlu kerja sama, dan Perlu adanya kerja sama. Sedangkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna karena nilai p > 0,05 pada aspek: kerja sama, sportifitas, kesungguhan, senang/ kegembiraan, dan keinginan untuk bermain lagi.
Permainan tradisional lebih memberi efek aspek afektif karena permainan tradisional melibatkan kerja sama kelompok, mengatur strategi dan membuat anak bersosialisasi dengan temannya, olahraga tradisional merupakan permainan yang sangat menyenangkan33.Afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, ranah afektif mencakup watak perilaku seperti persaan, minat, sikap, emosi, kejujuran, kerjasama.18
Permainan megala-gala dan kids athletics sama-sama memberi rasa gembira. Pada permainan megala-gala juga ditanamkan nilai kerja sama, kejujuran, percaya diri, dan sportifitas sehingga pada saat bermain terjadi suasana yang lebih memberi kegembiraan pada permainan megala-gala membuat emosi anak-anak menjadi positif sehingga juga lebih menyehatkan baik fisik maupun mentalnya.
Karakter generasi muda tidak cukup hanya dibentuk melalui pendidikan formal namun juga lewat pendidikan non formal seperti permainan tradisional.6 Sebab dalam permainan tradisional terkandung unsur edukasi di samping filosofi sangat bermanfaat dalam membentuk karakter generasi muda dalam menghadapi tantangan yang makin mengglobal.
Permainan “Megala-gala” dengan nyanyian goak maling taluh merupakan implementasi konsep pembelajaran menyenangkan, melajah sambil mapelalian dan mapelalian sambil melajah yaitu suatu konsep pendidikan tradisional Bali yang menekankan pada aspek belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.34
Permainanmegala-gala mengandung nilai kerja sama, tanggung jawab, jujur, sportifitas, menggembirakan dan terjadi interaksi social.35 Dalam permainan megalagala juga dapat memberi beberapa nilai pekerti yang terkandung di dalamnya, antara lain disiplin, kejujuran, semangat, kebersamaan, kerjasama, dan solidaritas.
Dengan bermain bersama anak lain, anak-anak belajar bagaimana menetapkan hubungan sosial,dan bagaimana menemukan serta menyelesaikan masalah sehingga hubungan sosial menjadi lebih meningkat.36 Peran olahraga tradisional terhadap aspek afektif yaitu ketika bermain anak-anak mampu menaati peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama secara sukarela, jujur, dapat bekerja sama dan perprilaku baik tanpa harus ada yang mengawasi (wasit/ juri).
Perdana (2014) menegaskan bahwa kids athletics memberi ketertrikan dan minat dalam mengikuti perlombaan serta memberikan wadah untuk berinteraksi antar sesama anak sebaya.37
Kids athletics memberikan kegembiraan; latihan even-even baru gerakan-gerakan wajib yang beragam dan memerlukan penguasaan lingkup suatu regu pada likasi yang berbeda-beda di dalam arena lomba.4
Pemberian kids athletics melalui penetapan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dengan tujuan menigkatkan kebugaran dan keterampilam gerak, moral dan sosial, serta karakter siswa sesuai dengan fungsi pendidikan jasmani.38
Dalam pelatihan ini untuk olahraga pendidikan direkomendasikan kids athletics karena selain meningkatkan kebugaran fisik dan juga melibatkan kerja sama tim,
interaksi, kejujuran dan tanggung jawab, sehingga sangat cocok untuk diterapkan di sekolah sebagai pembentuk karakter di dalam dunia pendidikan dan juga memberikan hubungan yang signifikan terhadap prestasi akademik.
SIMPULAN
-
1. Pelatihankids athletics danpermainan tradisional megala-galameningkatkan
kebugran fisik pada siswa SDN 14 Pemecutan denpasar.
-
2. Permainan tradisional megala-
galameningkatkan kebugran fisik pada siswa SDN 14 Pemecutan denpasar.
-
3. Pelatihankids athletics lebih baik dalam
meningkatkan kebugaran fisik
dibandingkan dengan permainan tradisional megala-gala
-
4. Permainan tradisional megala-gala lebih baik memberi efek aspek afektif dibandingkan dengan pelatihankids athletics.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Rumini. 2014. Pembelajaran Permainan Kids Athletics Sebagai Wujud Pengembangan Gerak Dasar Atletik Pada Anak. Journal of Physical Education, Health and Sport. Universitas Negeri Semarang.
-
2. Khoerudin, H. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Kids Athletic Lempar Turbo Melalui Modifikasi Permainan Bola Berekor Bagi Siswa Kelas V SDN 1 Sukorejo Tahun 2013/2014. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation.
-
3. IAAF. 2002. IAAF Kids Athletics (suatu even beregu/tim untuk anak-anak). Jakarta: IAAF-RDC
-
4. Suyono. 2002. Kids Athletics. Jakarta Staf Set- IAAF RDC.
-
5. Taro, M. 2010. Bunga Rampai Permainan Tradisional Bali. Bandung: Graha Bandung Kencana.
-
6. Swartawan, I.P.A. 2014. Karya Seni Megala-gala (tidak diterbitkan).
Denpasar: Program Studi S1 Seni
Krawitan Institut Seni Indonesia.
-
7. Asriansyah. 2015. Permainan
Tradisional di Dunia Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga. Prosiding Seminar Pendidikan Nasional.
Universitas PGRI Palembang:
Palembang.
-
8. Dewi, K.L.P., Andayani, N.L.N., Dinata, I.M.K. 2016. Intervensi Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique (Init) dan Infrared Lebih Baik dalam Menurunkan Nyeri Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius Dibandingkan Intervensi Myofascial Release Technique dan Infrared pada Mahasiswa Fisioterapi. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia. 2(1): 34-39.
-
9. Costa, P.D., Wahyuni, N., Dinata, I.M.K. 2016. Pelatihan Hatha Yoga Modifikasi dapat Meningkatkan Keseimbangan Dinamis pada Lansia di Denpasar Timur. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia. 1 (1).
-
10. Widiastuti. 2015. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
-
11. Sharkey, J.B. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
-
12. Giam, C.K., Teh, K.C. 1992. Sport Medicine, Exercise and Fitness (terjemahan Hartono Satmoko). Jakarta: Binarupa Aksara.
-
13. Parker, W.R. 2016. Is There a Relationship Between Physical Fitness and Student Academic Achievement. The Aquila Digital Community. University of Southern Mississippi
-
14. Chomitz, V.R., Slining, M.M., McGovan, M.J., Mitchell, S.E., Dawson, G.F., Hacker, K.A. 2009. Journal of School Health. 79: 30-37.
-
15. Novena, O.D., Dinata, I.M.K. 2016. Peningkatan Kecemasan Siswa
Menjelang Ujian Akhir Semester di
Sman 4 Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana. 5 (10): 1-6.
-
16. Wardana, M.S., Dinata, I.M.K. 2016. Tingkat Stres Siswa Menjelang Ujian Akhir Semester di Sman 4 Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana. 5 (9):1-4.
-
17. Seran, Y. 2016. Kids Athletics dan Permainan Tradisonal Megala-gala. Sebuah Studi Pendahuluan (Belum Terpublikasi). Denpasar.
-
18. Annas, S. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
-
19. Pocock, S.J. 2008. Clinical Trial;A Practical Approach. New York: A Willey Medical Publication.
-
20. Nala, N. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Udayana
University Press.
-
21. Nala, N. 1994. Peranan Fisiologi Olah Raga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Pidato Pengenalan Guru Besar Tetap dalam Bidang Fisiologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
-
22. Triangto, M. 2005. Jalan Sehat dengan Sports Therapy. Jakarta: Intisari.
-
23. Pardjiono, 2008. Hipertropi otot skelet pada olahraga. Jurnal ilmu
keolahragaan. 5 (2):111-119.
-
24. Puspa, L. 2009. Hubungan Fisiologi Dengan Prestasi Olahraga. 2 (2).
-
25. Astrand, P.D., Rodahl, K. 2003. Texbook of Work Physiological Basic of Exercise. New York: Mc.Graw Hill Brooks Company.
-
26. Maqsalmina, M. 2007. Pengaruh Latihan Aerobik terhadap Perubahan VO2max pada Siswa Sekolah Sepak Bola Tugu Muda Semarang Usia 12-14 Tahun. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
-
27. Siswanto, H. 2010. Bahan Ajar Fisiologi Olahraga. Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan RekreasiFakultas Ilmu KeolahragaanUNNES.
-
28. Anonim. 2007. Dasar-Dasar
Kepelatihan Pada Olahraga
Profesional. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pengawasan
Olahraga Profesional Indonesia.
-
29. Irawan, M.A. 2007. Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga. Sports Science Brief: 1 (4).
-
30. Widya, M.D.A. 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik Dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
38. Lumintuarso, R. 2011. Peralatan Olahraga Anak (POA) Untuk Pengembangan Multilateral.
Yogyakarta: Sinar Offset Jogjakarta.
-
31. Kardiawan, I.K.H. 2013. Pengaruh Pelatihan Olahraga Tradisional Bali Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 46 (2).
-
32. Wijaya, M.A. 2009. Peningkatan Kebugaran Jasmani dengan Permainan Belka dan Permainan Tradisional Bali pada Siswa Putera Kelas V. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 42 (3): 206 – 211.
-
33. Anonim. 2016. Permainan Tradisional Bali Beserta Gambarnya. Available from www.azzaviero.com. 29 Desember 2016.
-
34. Anonim. 2014. Hidupkan kembali permainan anak-anak. Available from www.metrobali.com. Denpasar 2014.
-
35. Taro, M. 2016. Permainan Tradisional Megala-gala. Diskusi Pakar. Denpasar 18 Mei 2016
-
36. Nurjaya, D.R., Julyana, D. 2017. Mengembangkan Perilaku Asosiatif Siswa SD Melalui Penerapan Pendekatan Bermain Dalam Konteks Pelajaran Penjas. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Universitas Pendidikan Indonesia. 2 (1).
-
37. Perdana, A.A.O. 2014. Pengaruh Metode Latihan Atletik dan Kelincahan Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar. Tesis. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
50
Discussion and feedback