DIVERSITY OF POTENTIAL TUBEROUS PLANTS AS AN ALTERNATIVE FOOD IN RENDANG AND BEBANDEM DISTRICT, KARANGASEM REGENCY, BALI
on
SIMBIOSIS X (2): 122-139 http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis
Program Studi Biologi FMIPA UNUD
eISSN: 2656-7784
September 2022
KEANEKARAGAMAN TANAMAN UMBI – UMBIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF DI KECAMATAN RENDANG DAN BEBANDEM, KABUPATEN KARANGASEM, BALI
DIVERSITY OF POTENTIAL TUBEROUS PLANTS AS AN ALTERNATIVE FOOD IN RENDANG AND BEBANDEM DISTRICT, KARANGASEM REGENCY, BALI
Indah Tria Hoky*, Ida Ayu Astarini, Made Pharmawati
1Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, Indonesia – 80361
*Email korespodensi: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk eksplorasi dan identifikasi jenis, cara pengolahan, pemanfaatan, karakteristik morfologi dan kandungan gizi dari tanaman umbi umbian yang terdapat di Kecamatan Rendang dan Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik wawancara, observasi lapangan, eksplorasi, koleksi dan dokumentasi. Dari hasil penelitan ditemukan 9 jenis umbi-umbian yaitu Manihot esculenta, Ipomoea batatas, Colocasia esculenta, Xanthosoma sagittifolium, Amorphophallus campanulatus,, Dioscorea alata, D. bulbifera, D. hipsida, dan D. aculeata. Spesies Manihot esculenta terdapat tiga varian, Ipomoea batatas terdapat 5 varian, Xantosoma sagittifolium terdapat 4 varian, Colocasia esculenta 1 varian, Amorphophallus campalunatus 1 varian, Dioscorea alata 4 varian, Dioscorea aculeata 2 varian, Dioscorea hipsida 1 varian dan Dioscorea bulbifera 2 varian. Pemanfaatan setiap jenis umbi-umbian cukup bervariasi : ubi kayu, talas,dan ubi jalar, sebelum dikonsumsi diolah dengan cara direbus, dibakar, dikukus, digoreng, sedangkan 2 jenis lainnya yaitu gadung dan suweg memerlukan perlakuan khusus sebelum dikonsumsi karena jenis umbi-umbian tersebut dapat menyebabkan keracunan. Pemanfaatan organ-organ lain dari jenis umbi-umbian dapat digunakan sebagai sayuran (daun ubi kayu, daun ubi jalar, daun talas, tangkai daun talas), obat tradisional (uwi dan ubi jalar), pakan ternak (batang talas, daun ubi jalar) dan sebagai penunjang ekonomi keluarga. Deskripsi dan karakter morfologi setiap jenis umbi berbeda. Perbedaan karakter morfologi dilihat pada perawakan, umbi (bentuk, struktur, ukuran, warna), batang (bentuk, struktur, ukuran, warna), daun (bentuk, struktur, ukuran, warna). Semua tanaman umbi – umbian yang ditemukan bisa menjadi bahan pangan utama pengganti beras karena mempunyai kandungan gizi yang kompleks.
Kata kunci: karakteristik morfologi, metode deskriptif, kandungan gizi, pemanfaatan umbi – umbian.
ABSTRACT
This study aimed to explore and identify the types, processing methods, utilization, morphological characteristics and nutritional content of tuber plants found in Rendang District and Bebandem District, Karangasem Regency. The method used was descriptive method with interview techniques, field observations, exploration, collection and documentation. The results showed there are 9 types of tubers were found, namely Manihot esculenta, Ipomoea batatas, Colocasia esculenta, Xanthosoma sagittifolium, Amorphophallus campanulatus,, Dioscorea alata, D. bulbifera, D. hipsida, dan D. aculeata. There were three variants were identified for Manihot esculenta, 5 variants of Ipomoea batatas, 4 variants of Xantosoma sagittifolium, 1 variant of Colocasia esculenta, 1 variant of Amorphophallus campalunatus, 4 variants of D. alata, 2 variants of D. aculeata, 1 variant of D. hipsida and 2 variants of D. bulbifera. The utilization of each type of tubers varies : cassava, taro, and
sweet potato can be boil, grilled, steamed, fried, while the other 2 types, namely gadung and suweg, require special treatment before consumption because these tubers can cause poisoning. Utilization of other organs from the type of tubers can be used as vegetables (cassava leaves, sweet potato leaves, taro leaves, taro leaf stalks), traditional medicine (uwi and sweet potato), animal feed (taro stems, sweet potato leaves) and as a support for the family economy. The description and morphological character of each type of tuber are different. Differences in morphological characters are seen in stature, tubers (shape, structure, size, color), stem (shape, structure, size, color), leaves (shape, structure, size, color). All tubers found can be alternative carbohydrate source to rice because they have complex nutritional content.
Keywords : morphological characteristics, utilization of tubers.
PENDAHULUAN
Indonesia sesungguhnya memiliki beragam bahan pangan tradisional yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional namun belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. (Astawan, 2011).
Konsumsi beras meningkat tampak pada besarnya alokasi pengeluaran untuk beras. Struktur pengeluaran keluarga menunjukkan pengeluaran yang cukup besar pada komoditi beras. Pengeluaran keluarga miskin 70% digunakan untuk pangan dan sebesar 34% dialokasikan untuk membeli beras sebagai makanan pokok (Dewan Ketahanan Pangan, 2005). Karbohidrat menjadi kebutuhan dasar masyarakat Indonesia, sebagian besar penduduk memanfaatkan beras sebagai sumber karbohidrat utama. Di Indonesia terdapat banyak sumber karbohidrat selain beras yaitu umbi – umbian, kacang – kacangan, tanaman pangan seperti sagu, sukun aren (multipurpose tree species) yang dapat mendukung ketahan pangan nasional (Sastrapradja, 2012).
descriptive methods, nutritional content,
Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang, kencur, jahe, kimpul, talas, gembili, ganyong, bengkuang dan sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati. Umbi-umbian di Indonesia merupakan sumber karbohidrat ketiga setelah beras dan jagung. Umbi-umbian popular atau mayor yang dikembangkan di Indonesia adalah ubi kayu dan ubi jalar. Umbi-umbian yang kurang popular atau minor memiliki jenis keragaman yang lebih besar dan pemanfaatannya belum optimal, meskipun demikian dari segi kuantitas tidak sebanyak hasil panen umbi-umbian mayor. Jenis umbian-umbian minor antara lain talas, gadung, gembili, garut, ganyong, suweg, uwi. Sama halnya dengan umbi-umbian mayor, kandungan karbohidrat umbi-umbian minor termasuk tinggi (Zulaikah, 2002).
Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bali yaitu terletak di ujung Timur dari Pulau Bali. Kabupaten Karangasem memiliki beragam umbi-umbian. Di Karangasem penduduk masih banyak yang terbatas secara ekonomi dan bergantung
pada sumber daya alam sebagai sumber karbohidrat untuk kehidupan sehari – hari. Sebagai contoh Desa Sibetan dan Desa Bhuana Giri sangat jarang dijumpai keberadaan pasar tradisional ataupun modern, karena letaknya di perbukitan dan agak terpencil dibandingkan dengan Desa Jungutan. Perkembangan pariwisata dan kemajuan pembangunan menyebabkan lahan penanaman umbi- umbian semakin berkurang. Oleh karena itu eksplorasi dan pendataan penting dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman umbi-umbian yang terdapat di Karangasem.
Penelitian pemanfaatan umbi-umbian telah banyak dilakukan dan masih terus berjalan sampai saat ini, salah satunya adalah menggali dan memanfaatkan komponen bioaktif atau nilai fungsionalnya. Bahan pangan bernilai fungsional jika memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai bahan pangan yang memenuhi gizi, dapat diterima secara sensoris oleh konsumen, dan memiliki fungsi tertentu dalam menjaga kesehatan. Umbi-umbian mengandung senyawa bioaktif yang berpengaruh positif terhadap penyerapan glukosa darah seperti polisakarida larut air (PLA), serat pangan dan diosgenin (Yofananda dan Teti, 2016).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karangasem dari Januari hingga Maret 2020. Eksplorasi dilakukan di dua kecamatan dengan ketinggian tempat yang berbeda, dan setiap kecamatan diambil tiga desa. Di tiap desa dilakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, petani, pedagang pasar serta observasi langsung di lapang. Kecamatan yang digunakan sebagai tempat eksplorasi adalah Kecamatan Rendang (500 -1.200 m dpl) dan Kecamatan Bebandem
(100 - 700 m dpl). Kedua kecamatan tersebut dipilih berdasarkan perbedaan ketinggian yang diperkirakan akan mempengaruhi jenis tanaman umbi – umbian yang didapatkan.
Identifikasi morfologi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.
Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel petani dilakukan melalui metode sampling nonprobabilitas, dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria petani yang dijadikan sampel adalah :
-
1. Petani mengetahui keberadaan umbi-umbian
-
2. Mengenal tanaman jenis umbi-umbian
-
3. Mengetahui secara umum mengenai budidaya, penggunaan hasil dan harga.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain Dinas Pertanian Kabupaten yaitu informasi daerah yang berpotensi ditemukannya jenis umbi-umbian dan Studi Pustaka.
Data karakteristik umbi yang diamati meliputi warna, bentuk, dan bentuk umbi, Panjang dan diameter umbi, warna batang, bentuk dan warna daun, panjang dan lebar daun dan karakteristik khusus lainnya. Identifikasi tanaman umbi – umbian mengacu pada Sudarnadi, 1995.
Data dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjabarkan dan menjelaskan hasil penelitian.
Analisis kandungan nutrisi
Ekstraksi tanaman dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan,
Universitas Udayana. Analisis kandungan nutrisi yaitu vitamin C, vitamin A (beta karoten, serat dan pati) dan kandungan antioksidan yang dimiliki.
Amorpophallus, Manihot, Dioscorea, Colocasia, dan Xantosoma.
Manfaat dan kegunaan serta bagian umbi yang digunakan di Kecamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh 23 sampel yang teridentifikasi menjadi 9 spesies yang termasuk ke dalam 6 marga yaitu Ipomoea,
Jenis tanaman umbi-umbian yang ditemukan di kecamatan rendang dan bebandem beserta kegunaannya
Bebandem dan Rendang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Manfaat dan kegunaan Tanaman Umbi – umbian serta bagian yang digunakan
No |
Nama Umbi |
Bagian |
Manfaat atau kegunaan |
1 |
Talas |
Daun Batang Umbi |
Pakan ternak Olahan sayur, pakan ternak Pelengkap dalam banten suci, makanan ringan, bibit |
2 |
Ubi jalar |
Daun Batang Umbi |
Pakan ternak (babi, sapi dan bebek), Meningkatkan haemoglobin (mencegah demam berdarah) Pakan ternak Pelengkap dalam banten suci, makanan ringan, bibit |
3 |
Suweg |
Umbi |
Pelengkap dalam banten suci, makanan ringan |
4 |
Ubi Kayu |
Daun Umbi |
Olahan sayur Pelengkap dalam banten suci, , makanan ringan |
5 |
Uwi – uwian |
Umbi |
Pelengkap dalam banten suci |
6 |
Gadung |
Umbi |
Pelengkap dalam banten suci |
Di Kecamatan Rendang dan
Bebandem ditemukan enam genus tanaman umbi-umbian dengan total 23
sampel umbi yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran sampel tanaman umbi-umbian di Kecamatan Rendang dan Bebandem, Kabupaten Karangasem
No |
Nama |
Nama Spesies |
Sebaran | |
Kecamatan |
Desa | |||
1 |
Keladi ijo |
Xanthosoma sagittifolium |
Rendang, Bebandem |
Besakih, Pempatan, Sibetan, Jungutan |
2 |
Keladi kapas |
Xanthosoma sagittifolium |
Bebandem |
Sibetan |
3 |
Keladi kuning |
Xanthosoma sagittifolium |
Rendang |
Besakih |
4 |
Keladi togog |
Colocasia esculenta |
Rendang, Bebandem |
Besakih, sibetan |
5 |
Keladi ungu |
Xanthosoma sagittifolium |
Bebandem |
Jungutan, Sibetan |
6 |
Sela merah |
Ipomoea batatas |
Rendang, bebandem |
Rendang, Besakih, |
Pempatan, Sibetan,
Jungutan, Buana Giri
7 |
Sela kapuh |
Ipomoea batatas |
Rendang |
Besakih, pempatan |
8 |
Sela kuning |
Ipomoea batatas |
Rendang, Bebandem |
Rendang, Besakih, Pempatan, Sibetan, Jungutan, Buana Giri |
9 |
Sela putih |
Ipomoea batatas |
Rendang |
Rendang, Besakih, pempatan |
10 |
Sela ungu |
Ipomoea batatas |
Bebandem |
Buana giri |
11 |
Singkong |
Manihot utilissima |
Rendang bebandem |
Rendang, Besakih, Pempatan, Sibetan, Jungutan, Buana Giri |
12 |
Singkong kuning |
Manihot utilissima |
Rendang |
Pempatan |
13 |
Singkong karet |
Manihot utilissima |
Rendang, Bebandem |
Besakih, Buana giri |
14 |
Suweg |
Amorphophallus campalunatus |
Bebandem |
Sibetan |
15 |
Umbi dalam |
Dioscorea alata |
Bebandem |
Sibetan, Jungutan, Buana giri |
16 |
Umbi dalam amubu telor |
Dioscorea bulbifera |
Bebandem |
Sibetan |
17 |
Umbi dalam bayam |
Dioscorea alata |
Bebandem |
Sibetan |
18 |
Umbi dalam bingin |
Dioscorea alata |
Bebandem |
Sibetan |
19 |
Umbi dalam kedukduk |
Dioscorea alata |
Bebandem |
Sibetan |
20 |
Umbi gadung |
Dioscorea hispida |
Bebandem |
Sibetan |
21 |
Umbi dalam languan |
Dioscorea aculeate |
Bebandem |
Sibetan |
22 |
Umbi dalam jahe |
Dioscorea aculeate |
Bebandem |
Sibetan |
23 |
Umbi dalam biaung |
Dioscorea bulbifera |
Bebandem |
Sibetan |
Jenis dan varian umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai subsitusi (pengganti)
bahan pangan pokok dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan varian umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai substitusi bahan pangan pokok
No |
Nama umum |
Nama local |
Nama Familia |
Nama Jenis |
Varian |
1a |
Kimpul |
Kladi |
Araceae |
Xanthosoma sagittifolium, |
|
1b |
Keladi |
Kladi |
Araceae |
Colocasia esculenta |
- Kladi togog |
2 |
Ubi jalar |
Sela manis |
Convovulaceae |
Ipomoea batata |
|
3 |
Ubi kayu |
Sela perahu |
Euphorbiacece |
Manihot utilissima |
- Kuning - Ketan - Putih |
4 |
Suweg |
Umbi suweg |
Araceae |
Amorphophallus campalunatus |
- Suweg |
5 |
Uwi |
Umbi |
Dioscoreaceae |
Dioscorea spp. |
|
Berdasarkan hasil wawancara yang yaitu direbus, dikukus, dibakar dan | |
telah |
dilakukan, masyarakat digoreng menjadi kripik. Produk olahan |
memanfaatkan jenis umbi-umbian pada tanaman umbi – umbian dapat dilihat pada
umumnya dengan cara yang sederhana Tabel 4.
Tabel 4. Cara Pengolahan Jenis-Jenis Umbi yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Karangasem
No |
Nama umum |
Nama local |
Produk olahan | |
1 |
Kimpul |
Kladi |
- |
Kripik keladi |
- |
Keladi rebus | |||
2 |
Keladi |
Kladi |
- |
Keladi rebus |
3 |
Ubi jalar |
Sela manis |
- |
Kripik ubi – kolak |
- |
Ubi rebus | |||
- |
Ubi bakar | |||
- |
Sela meurab | |||
- |
Godoh sela | |||
4 |
Ubi kayu |
Sela perahu |
- |
Kripik singkong – kolak |
- |
Sela meurab | |||
- |
Timus | |||
- |
Godoh singkong | |||
5 |
Suweg |
Umbi suweg |
- |
Umbi rebus |
- |
Kolak | |||
6 |
Uwi |
Umbi / biaung |
- |
umbi rebus |
- |
timbungan biaung | |||
7 |
Ubi kelapa |
Umbi dalam |
- |
umbi rebus |
- |
sela meurab | |||
8 |
Gadung |
Gadung |
- |
kripik gadung |
Tabel 5. Karakter Morfologi Varian Ubi Kayu
No |
Karakter |
Sela Perahu Putih |
Sela Perahu Ketan |
Sela Perahu Kuning | |
1 |
Umbi |
Warna Kulit |
Putih |
Putih |
Putih kekuningan |
Warna daging umbi |
Putih |
Putih |
Putih kekuningan | ||
Panjang umbi |
15 – 25 cm |
15 – 30 cm |
15 – 35 cm | ||
Diameter umbi |
4 cm – 10 cm |
3 cm – 8 cm |
8 cm – 15 cm | ||
2 |
Batang |
Warna empulur |
Putih |
Putih |
Kuning |
3 |
Daun |
Warna tangkai daun |
Merah tua |
Merah |
Merah kekuningan |
Panjang tangkai daun |
10 – 15 cm |
12 – 17 cm |
8 – 11 cm | ||
Jumlah torehan |
6 – 9 |
5 – 6 |
6 – 9 | ||
Dalamnya torehan |
6 – 10 cm |
8 – 12 cm |
6 – 9 cm | ||
Panjang daun |
10 – 20 cm |
10 – 15 cm |
10 – 20 cm | ||
Lebar daun |
4 – 5 cm |
3 – 4 cm |
5 – 7 cm |
Karakter morfologi tanaman umbi-umbian (umbi, batang, dan daun) yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem
Karakter morfologi tanaman umbi-umbian yang Ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem ditampilkan pada Tabel 6 sampai Tabel 9.
Tabel 6. Karakter Morfologi Varian Ubi Jalar
No Karakter |
Ubi jalar Merah Ubi jalar Kapuh Ubi jalar Kuning Ubi jalar Putih Ubi jalar Ungu |
1 Umbi Warna Kulit |
Merah Coklat Jingga pucat Putih Ungu |
Warna daging umbi Bentuk Umbi |
Kuning kehijaun Putih Orange Putih Ungu Bulat telur Bulat lonjong Bulat lonjong Bulat tidak Bulat lonjong beraturan |
Panjang umbi Diameter umbi |
10 – 25 cm 5 – 15 cm 7 – 15 cm 9 – 25 cm 11-20 cm 5 – 9 cm 3 – 5 cm 3- 6 cm 5 – 8 cm 4 – 8cm |
2 Batang Warna batang 3 Daun Bentuk daun |
Hijau Hijau Hijau muda Hijau Hijau keunguan Triangular Hastate Almost devided Cordate Triangular |
Ukuran daun |
5 – 9 cm 4 – 8 cm 5 – 7 cm 6 – 9 cm 4 – 7 cm |
Panjang tangkai daun Warna tangkai daun Pangkal daun Tepi daun |
4 – 12 cm 6 – 11 cm 5 – 12 cm 5 – 10 cm 6 – 12 cm Hijau Hijau keunguan Hijau muda Hijau keunguan Hampir seluruh ungu Rata Berlekuk Rata Berlekuk Berlekuk Rata Bercangap menjari Berbagi menjari Rata Rata |
Tabel 7. Karakter Morfologi Varian Keladi
No |
Karakter |
Keladi Ijo |
Keladi Kapas |
Keladi Kuning |
Keladi ungu |
Keladi togog |
Umbi Warna daging umbi |
Putih |
Putih |
Putih kekuningan |
Putih keunguan |
Putih | |
Bentuk Umbi |
Bulat memanjang |
Bulat memanjang |
Bulat memanjang |
Bulat |
Bulat | |
Panjang umbi |
10 – 25 |
8 – 15 cm |
7 – 10 cm |
6 – 9 cm |
15 – 20 cm | |
Diameter umbi |
8 – 15 cm |
4 – 8 cm |
6 – 12 cm |
8 – 15 cm |
20 – 30 cm | |
2 |
Batang Warna batang |
Hijau |
Hijau muda |
Hijau muda |
Ungu |
Hijau keunguan |
3 |
Daun |
Perisai |
Perisai |
Delta |
Hati |
Oval |
Bentuk daun | ||||||
Warna tangkai daun |
Hijau |
Hijau muda |
Hijau kekuningan |
Ungu |
Hijau keunguan | |
Panjang tangkai daun |
30 – 50 cm |
15 – 25 cm |
10 – 25 cm |
25 – 40 cm |
35 – 55 cm | |
Lebar daun |
25 – 30 cm |
10 – 20 cm |
15 – 20 cm |
20 – 30 cm |
25 – 35 cm | |
Jumlah daun dalam |
3 - 10 helai |
5 – 10 helai |
2 – 6 helai |
3 – 9 helai |
3 – 7 helai | |
satu individu |
Tabel 8. Karakter Morfologi Varian Uwi-uwian
Nama |
Warna sayap |
Warna rigid |
Warna tangkai Daun |
Bentuk daun |
Bentuk Umbi |
Warna kulit dalam umbi |
Warna daging umbi |
Uwi dalam |
Ungu |
Ungu kehijauan |
Hijau pangkal ungu |
Jantung memanjang |
Tidak beraturan |
Ungu |
Ungu keputihan |
Uwi Amubu telor |
Hijau tidak bersayap |
Hijau |
Hijau |
Jantung melebar |
Tidak beraturan |
Putih kekuningan |
Putih kekuningan |
Uwi Bayam |
Ungu kehijauan |
Hijau keunguan |
Hijau pangkal ungu |
Jantung memanjang |
Memanjang |
Kuning kecoklatan |
Putih |
Uwi bingin |
Hijau |
Hijau keunguan |
Hijau |
Jantung memanjang |
Memanjang |
Keabu-abuan |
Putih |
Uwi kedukduk |
Ungu |
Ungu kehijauan |
Ungu kehijauan |
Jantung memanjang |
Memanjang |
Ungu |
Putih kekuningan |
Uwi gadung |
Hijau |
Hijau |
Hijau |
Menjari |
Bulat |
Keabu-abuan/ungu |
Putih |
Uwi languan |
Hijau tidak bersayap |
Hijau |
Hijau |
Jantung melebar |
Memanjang |
Keabuan–abuan |
Putih kekuningan |
Uwi jahe |
Hijau kemerahan |
Hijau |
Hijau pangkal merah |
Jantung memanjang |
Memanjang |
Putih keabuan |
Putih |
Uwi biaung |
Hijau |
Hijau |
Hijau |
Jantung melebar |
Oval |
Kuning kecoklatan |
Putih kekuningan |
Kandungan gizi yang terdapat pada tanaman umbi-umbian yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem
Kandungan gizi tanaman umbi – umbian yang ditemukan di Karangasem
dapat dilihat pada Tabel 11 yang terdiri dari kapasitas antioksidan, karoten, kadar abu bakar dan protein.
Tabel 9. Analisis Kandungan Gizi | |||||
No |
Nama Sampel |
Kapasitas antioksidan |
Analisis Protein ( % bb ) |
Analisis Kadar abu (%) |
Analisis Karoten |
% |
Mg/L | |||||
1 |
Keladi togog |
0.0017 |
17.24 |
1.3562 |
1.08416 |
0.038 |
2 |
Talas Kapas |
0.0017 |
16.74 |
0.9911 |
0.80693 |
TTD |
3 |
Keladi Ijo |
0.0011 |
11.05 |
1.2952 |
1.11012 |
TTD |
4 |
Talas ungu |
0.0012 |
12.20 |
2.7031 |
1.41316 |
0.005 |
5 |
Singkong kuning |
0.0011 |
11.36 |
2.4806 |
1.08092 |
0.051 |
6 |
Sela Merah Malem |
0.0003 |
2.54 |
1.9912 |
1.35252 |
0.013 |
7 |
Singkong |
0.0012 |
12.32 |
2.9692 |
1.07311 |
0.076 |
*TTD = tidak teridentifikasi
PEMBAHASAN
Jenis tanaman umbi-umbian yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem beserta kegunaannya
Tanaman umbi – umbian yang ditemukan di dua kecamatan sebagian besar memiliki jenis yang sama kecuali pada jenis Dioscorea spp.. hanya ditemukan di Kecamatan Bebandem. Jenis umbi – umbian yang ditemukan di Kecamatan rendang sebagian besar adalah jenis ubi jalar (Ipomoea batatas), dimana sela manis banyak diperjual-belikan disekitar jalan raya menuju ke Pura Besakih. Ubi jalar atau disebut sela manis oleh masyarakat sekitar menjadi salah satu oleh – oleh khas dari kecamatan rendang khususnya Desa Rendang, Desa Besakih dan Desa Pempatan. Tanaman umbi – umbian di Kecamatan Rendang yang paling banyak dari segi jumlah adalah sela manis dibandingkan dengan keladi atau singkong sedangkan untuk jenis Dioscorea tidak ditemukan di Kecamatan Rendang.
Saat ini uwi dilupakan dan sangat jarang ditemukan di kecamatan Rendang
karena masyarakat belum mengenal dan mengetahui potensi tanaman uwi. Hal itu menyebabkan tidak adanya daya tarik bagi masyarakat untuk menjadikan tanaman uwi sebagai salah satu tanaman umbi – umbian yang bisa dijadikan bahan pangan atau untuk dijual karena tidak adanya permintaan pasar untuk tanaman uwi (Dioscorea) (Kinasih dkk.,2017).
Dioscorea tidak ditemukan di Kecamatan Rendang tetapi ditemukan 9 varian di Kecamatan Bebandem. Desa Sibetan menjadi desa dengan jumlah varian dioscorea terbanyak, di Desa Sibetan uwi – uwian (Dioscorea spp.) cukup mudah ditemukan karena hampir semua petani memilikinya namun jenis yang paling umum dimiliki adalah umbi dalam (Dioscorea alata) karena merupakan salah satu tanaman umbi yang rasanya disenangi oleh masyarakat sedangkan untuk uwi jenis lain tidak begitu diminati oleh masyarakat. Di Desa Sibetan memiliki ketua kelompok tani yang sangat aktif mengikuti pelatihan mengenai berbagai jenis tanaman salah satunya tanaman umbi – umbian. Bapak
ketua tani tersebut yang mempunyai inisiatif untuk tetap menanam berbagai jenis uwi di halaman kebun dekat rumahnya, berawal dari ibu beliau yang sangat senang mengonsumsi umbi dari berbagai varian Dioscorea. Tanaman Dioscorea spp. memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman umbi-umbian yang lain karena mudah tumbuh di daerah lahan kritis tanpa perawatan yang berarti (Purnomo et al., 2012).
Perbedaan iklim di Kecamatan Rendang dan Bebandem cukup berbeda dimana curah hujan di Kecamatan Rendang khususnya daerah atau desa yang dekat dengan Desa Besakih sangat tinggi. Kecamatan Bebandem memiliki rata – rata curah hujan yang lebih rendah yaitu 196,7 mm sedangkan Kecamatan Rendang memiliki curah hujan rata – rata 306 mm setiap tahunnya. Perbedaan iklim ini dapat menjadi salah satu penyebab adanya variasi dari jenis umbi – umbian yang ditemukan.
Tanaman umbi – umbian di Kecamatan Rendang dan Kecamatan Bebandem sudah cukup banyak dimanfaatkan, sebagai bahan pangan, pakan ternak, sarana upacara agama dan juga beberapa jenis diantaranya dipercaya menjadi obat. Daun dari ubi jalar dapat direbus atau peras dengan air dan dicari sari – sarinya kemudian dikonsumsi langsung. Masyarakat mempercayai bahwa sari daun ubi jalar dapat meningkatkan trombosit pada penderita demam berdarah (dan bisa mencegah) sehingga banyak masyarakat yang rutin meminumnya meskipun tidak memiliki gejala demam berdarah.
Daun singkong dan talas yang muda dapat diolah menjadi berbagai hidangan khas masyarakat Karangasem dan bali pada umumnya. Palem menjadi salah satu contoh lauk yang terbuat dari daun talas muda yang dalamnya berisi adonan udang yang
telah dihaluskan dan dibumbui kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Masyarakat Desa Sibetan menggunakan tangkai dari daun ubi jalar yang telah dikupasi kulit luarnya sebagai bahan tumis sayur dan juga bisa direbus sebentar lalu dijadikan lauk dingin (diberi bumbu dan minyak) tanpa dimasak dan dapat langsung dikonsumsi.
Sebagian besar bagian umbinya dibuat untuk hidangan manis atau cemilan, seperti godoh, keripik sela, urab sela, timus, kolak, pulung – pulung ubi, roti kukus ubi, bolu ubi, dodol ubi, sanglawe sela, dan selai ubi. Masyarakat sangat kreatif dalam memanfaatkan umbi – umbian menjadi berbagai olahan makanan yang dapat meningkatkan harga jual dan juga sekaligus untuk mengawetkan. Gambar beberapa olahan ubi dapat dilihat pada Gambar 1.
Harga jual ubi yang mentah atau hanya direbus dan dibakar sangat murah per kilogramnya untuk satu kampil yang berisi 50 kg hanya diharga Rp. 2000 – 2500/ kg. Untuk meningkatkan harga jual petani berinisiatif untuk mengolah umbi – umbian tersebut terlebih dahulu sebelum dijual kepada konsumen. Harga ubi meningkat setelah dijual lagi di pasar atau dijual oleh pedagang – pedagang kecil di depan rumahnya per kg dihargai Rp. 5000 – 6000.
Gambar 1 : Aneka olahan umbi – umbian ; a. sela urab, b. suweg mekukus, c. timus, d. pulung – pulung ubi
Di Karangasem terdapat upacara rutin setiap tahunnya, saat panen raya tiba masyarakat akan memohon persembahan hasil panen sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan. Upacara Ngusaba Buluh yang bermakna Bulu atau semua tumbuhan yang bertujuan Memohon kemakmuran kehadapan Ida Bhatara Sri sebagai manifestasi Ida Hyang Widhi Wasa sebagai Dewi Kemakmuran yang disimbulkan melalui Pohon Buluh dan Aon (abu kayu bakar ), yang selanjutnya ditaburkan dan disebarkan pada sawah dan ladang guna mendapat hasil panen yang berlimpah. Beberapa jenis umbi – umbian khususnya talas juga diperlukan dalam pembuatan banten suci (sebagai pala bungkah) untuk upacara atau odalan besar baik di pura maupun di sanggah masing – masing masyarakat.
Karakter morfologi tanaman umbi-umbian (umbi, batang, dan daun) yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem
Morfologi dari tanaman umbi – umbian yang sama (ditemukan pada kedua kecamatan) tidak menunjukan perbedaan morfologi yang mencolok, yang sangat berbeda adalah jenis tanaman yang ada di masing – masing kecamatan.
Singkong (Manihot utilissima)
Habitus terna, perenial, tinggi 1,54,5 m dan memiliki akar tunggang. (Lende dkk., 2020). Umbi berbentuk bulat memanjang, diameter umbi 3cm – 15cm (untuk varian ubi kayu kuning ditemukan memiliki diameter sampai 15 cm). Warna kulit luar umbi coklat tua, permukaan kulit luar kasar, warna kulit bagian dalam putih kemerahmudaan dan kuning, daging umbi berwarna putih dan kuning. Batang berkayu, tegak, bulat, beruas-ruas, empulur
batang berwarna putih dan kuning, muda berwarna hijau dan tua berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kekuningan. Daun tunggal, memiliki tangkai daun yang berwarna merah tua dan merah kekuningan, panjang daun antara 10-20 cm, lebar antara 4-6 cm. Ada 3 varian ubi kayu yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem, yaitu ubi putih karet, ubi kayu putih dan ubi kayu kuning. Gambar ketiga varian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2: Variasi Ubi kayu
-
a. karet b. putih c. kuning
Ubi jalar (Ipomoea batatas)
Habitus herba, merambat pada permukaan tanah yang mencapai panjang 35m jika dibentangkan. Akar serabut, putih kecoklatan yang akan membentuk umbi. Umbi berbentuk bulat telur, bulat lonjong dan bulat tidak beraturan. Memiliki tekstur sedikit keras, warna kulit umbi putih, merah, jingga,coklat dan ungu. Warna daging umbi yaitu ungu, putih, kuning, kuning kehijauan, dan oranye menyala. Panjang umbinya 5-25 cm dengan diameter 3 -9 cm. Batang bulat, tidak berkayu, licin, berwarna hijau, hijau keunguan, hijau muda dan ungu.
Daun tunggal, bertangkai, tangkai bulat, bentuk ada yang bulat dan ada yang menyerupai jantung, tulang menjari berwarna hijau dan ungu, ujung meruncing,
pangkal rata dan berlekuk, tepi bervariasi ada yang rata dan ada yang bertoreh, berwarna hijau muda hingga hijau tua, pangkal ada yang rata dan ada yang berlekuk, permukaan licin (Rukmana, 1998). Panjang tangkai daun 4 -12 cm, ukuran daun 4-9 cm. Tepi daun varian ubi kayu yang ditemukan yaitu berbentuk rata, becangap menjari dan berbagi menjari. Dari hasil eksplorasi ditemukan 5 varian ubi jalar di Kecamatan Rendang dan Kecamatan Bebandem, gambar umbi, daun dan batang ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 : Variasi ubi jalar : a. ubi ungu,
-
b. ubi putih, c. ubi merah malem, d. ubi kuning, e. ubi kepuh.
Talas (Xanthosoma sagittifolium)
Talas memiliki habitus herba perennial, umbi berbentuk bulat, panjang tak beraturan dan terdapat akar pada umbi. Kulit luar umbi berwarna coklat muda sampai coklat tua. Daging umbi ada yang berwarna putih, putih kekuningan dan putih keunguan. Panjang tanaman talas mencapai 7-25 cm. Batang basah tegak, berbentuk silinder, berwarna hijau, hijau muda, kuning, hijau keunguan dan ungu.
Daun tunggal, merupakan daun lengkap, letak berseling, berbentuk perisai, delta, hati dan oval. Daun lengkap bertangkai, memilki tangkai daun berwarna hijau,merah tua, tangkai padat berisi tetapi memiliki banyak rongga udara yang memungkinkan tanaman beradaptasi
terhadap kondisi tergenang (Lende dkk, 2020). Panjang tangkai daun 10-55 cm, pangkal berlekuk, ujung meruncing, tepi rata, tulang menjari, warna tulang daun hijau,kuning dan ungu. Ibu tulang besar dan dapat dibedakan dengan jelas dengan anak-anak tulang daun lainnya, panjang 1855cm, lebar 10-35 cm. Jumlah daun dalam satu individu 2 – 10 helai daun. Talas atau keladi ditemukan sebanyak 5 varian di Kecamatan Rendang dan Bebandem, gambar umbi, batang dan daun varian talas dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 : Variasi talas : a. talas ungu, b. talas gadang, c. talas kapas, d. talas kuning, e. talas togog.
Suweg (Amorphophallus campalunatus)
Tumbuhan herba menahun tinggi 2m – 4m berumbi besar dengan hanya satu daun yang tegak keluar dari umbinya. Tangkai daun berdaging, tebal, berwarna hijau cerah dengan bercak – bercak hijau pucat, panjangnya 50 – 120 cm. Daun pada tumbuhan dewasa berdiameter 1 – 2,5 cm cm yang terbagi dalam tiga bagian ; setiap bagian terdiri dari banyak anak helai daun yang berbentuk oblong dan ujungnya runcing. Spatha setelah bunga mekar, panjangnya 50 – 120cm, melebar berbentuk corong dengan tepi yang bergelombang. Tabung corong berwarna kehijauan dan kemerahan dengan bintik – bintik putih. Bagian atasanya berwarna merah kecoklatan atau ungu. Spadiksnya
sepanjang spathanya terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian bunga betina, bunga jantan dan bagian yang steril (Sudarnadi, 1995).
Gambar 5 : Suweg
Bentuk umbi bulat pipih, warna kulit luar umbi coklat tua, daging umbi berwarna kuning kemerahan mendekati oranye. Diameter umbinya 12 cm – 25 cm dan muncul akar di bagian kulit umbi. Batang basah berbentuk bulat memanjang 18 – 45 cm, diameter batang 4 – 12 cm, permukaan batang hijau pucat dengan corak memanjang yang tidak beraturan. Tanaman suweg dapat dilihat paga Gambar 5.
Daun tunggal, tangkai bulat, licin, warna hijau dengan bintik-bintik berwarna hijau pucat, tangkai bercabang cabang menjadi 3-5 cabang sekunder, diujung cabang sekunder terbentuk daun, helaian terbelah menjadi tiga, ditengah-tengah helaian daun terdapat umbi coklat tua yang kasar berbintil-bintil, anak daun melanset dengan banyak lekukan dipinggir daunnya, ujung meruncing, pertulangan menyirip, permukaan licin, bagian atas berwarna hijau tua dan bagian bawah berwarna hijau muda, panjang daun 15-28 cm. Ditemukan hanya satu varian di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.
Uwi – uwian (Dioscorea spp.)
-
a. Dioscorea alata
Tumbuhan terna, memanjat dan membelit, annual. Tinggi mencapai 10 m, berakar serabut. Umbi bentuknya beragam ada yang bulat, pipih, panjang, lapisan kulit
luar berwana coklat, sedikit bergetah, berwarna putih, kuning dan ungu (Kinasih dkk., 2017). Batang, membelit ke kanan, tidak berduri, bersudut 4 dan bersayap berwarna hijau, panjang 3-5 m.
Daun tunggal, bertangkai, letak berseling dibagian dasar, tangkai berbentuk bulat, helaian berbentuk jantung, ujung meruncing, pangkal membelah, tepi rata, permukaan licin dengan panjang 7-13 cm, pertulangan melengkung dan berwarna hijau. Variasi Dioscorea alata ditemukan hanya di Kecamatan Bebandem, akar batang dan daunnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 : Variasi Dioscorea alata :
a. ubi dalam, b. ubi bayem, c. ubi beringin, d. ubi kedukduk.
-
b. Dioscorea hispida
Tanaman perdu merambat, tinggi 510 m. Umbi berbentuk bulat tak beraturan, permukaan luar ditumbuhi bulu-bulu kaku, kasar berwarna kuning, permukaan kulit luar berwarna kuning muda, tipis, mudah terkelupas, daging umbi berwarna kuning muda, berlendir, panjang 1017 cm, diameter 4-7 cm (Wuryantoro dan Arifin, 2017).
Batang, berkayu, berbentuk silindris, melilit kekanan, pada bagian pangkal berwarna kuning, selebihnya berwarna hijau tua, permukaan berduri
tajam. Daun, tunggal, bentuk bulat telur, anak daun tiga (trifoliolatus), letaknya tersusun secara spiral dan berhadap-hadapan, ibu tangkai membulat, berwarna hijau, panjang tangkai 15-20 cm, helaian bulat telur, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan kasar dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Untuk Memahami lebih jelas mengenai morfologi tanaman gadung dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 : gadung
-
c. Dioscorea bulbifera
Tanaman perdu memanjat, perennial, terdapat duri akar. Akar serabut dan berwarna putih. Umbi bulat, membentuk umbi gantung disetiap buku batang, tunggal, warna abu-abu sampai coklat, diameter 3-5 cm dan bila dipotong akan teroksidasi berwarna orange.
(a) (b)
Gambar 8 : Variasi Dioscorea bulbifera : a. amubu telor, b. biaung
Batang bulat, memanjat, berduri, berwarna hijau hingga kecoklatan jika batang sudah tua. Daun tunggal, bentuk jantung, letak berseling, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan melengkung, tepi rata, permukaan atas licin, bagian atas berwarna hijau tua dan bawah berwarna hijau muda, panjang 10-20 cm dan lebar 10-15 cm (Sudarnadi, 1995). Dua variasi Dioscore bulbifera yang ditemukan yaitu ubi amubu telor dan ubi biaung yang dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 8.
-
d. Dioscorea aculeata
Tumbuhan herba tahunan yang memanjat, panjangnya 3 – 5 m. Umbinya ada yang diselimuti oleh akar – akar rambut dan ada yang tidak. Bagian dalam dari umbinya berwarna hijau kekuningan atau hijau kecoklatan. Daun tunggal, berseling berbentuk hati dengan pangkal yang melengkung dan ujung meruncing (Sudarnadi, 1995).
Gambar 9 : Variasi Dioscorea aculeata : a. ubi jahe, b. ubi languan
Panjang batangnya sampai 5 m, berbentuk galah dengan tebal 03 - 0.7 cm. Umbi tumbuh berkelompok dan agak tersembul ke atas permukaan tanah, jumlahnya berkisar antara 20-40. Potongan melintangnya berwarna putih atau putih kekuningan, ukuran panjangnya 25-150 cm, diameter 10-25 cm. Dua variasi Dioscorea alata yang ditemukan adalah ubi jahe dan ubi languan dapat dilihat pada gambar 9.
Kandungan gizi yang terdapat pada tanaman umbi-umbian yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem
Tanaman umbi – umbian merupakan alternatif pengganti beras, saat musim kemarau dimana beras belum dapat dipanen masyarakat dapat mengganti bahan pangan utama dari beras menjadi umbi – umbian. Jenisnya yang beragam dan mempunyai rasa yang khas untuk setiap jenisnya, dapat dijadikan pangan utama yang tidak membosankan. Analisis kandungan gizi dari 9 umbi yang didapat dari hasil eksplorasi tercantum pada Tabel 9.
Umbi – umbian yang diuji memiliki kandungan protein, karbohidrat yang lebih rendah dibandingkan dengan beras tetapi memiliki kandungan kalsium, phosfor, zat besi dan vitamin yang lebih tinggi. Sehingga sangat baik jika dijadikan salah satu pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
Dari 9 sampel umbi yang didapat dari eskplorasi hasil uji kandungan gizi menunjukkan keladi togog memiliki kandungan antioksidan yang paling tinggi dibandingkan dengan umbi lainnya yang diuji kandungan gizinya. Keladi togong memiliki harga jual yang cukup tinggi dipasaran karena rasanya yang legit dan ukurannya besar. Keladi togong dapat diolah hanya dengan direbus dan diberi sedikit garam, rasanya sudah sangat legit dan masyarakat banyak yang meyukai rasanya.
Senyawa bioaktif yang ada pada umbi-umbian lokal inferior gembili, gadung, ubi kelapa, garut dan kimpul (talas) yaitu dioscorin, diosgenin, dan fenol memiliki fungsi sebagai antioksidan. Fungsi antioksidan dari beberapa senyawa bioaktif yang ada dalam umbiumbian lokal inferior ini diharapkan mampu menangkal
radikal bebas dalam tubuh (Atirrosyidah dan Teti, 2015). Varian Dioscorea memiliki kandungan protein karbohidrat yang sangat tinggi dibandingkan dengan beras putih dan berah merah. Dioscorea memiliki kandungan kalsium oksalat yang tinggi sehingga dibutuhkan pengolahan yang tepat sebelum dapat dikonsumsi (Wibawa dkk.,2011).
Preferensi anak muda terhadap komoditas ini juga sangat rendah, sehingga kalau tidak dilakukan upaya pelestarian dikawatirkan akan terjadi erosi genetik yang mengkhawatirkan pengembangan tanaman di masa mendatang. Dengan demikian sangat mendesak dilakukan upaya konservasi genetik uantuk tanaman ubi-ubian sebagai sumber keragaman pangan di masa mendatang (Wuryantoro dkk., 2016) Terutama untuk jenis Dioscorea spp. yang sangat jarang diketahui oleh masyarakat perlu dilakukan pelestarian.
SIMPULAN
Jenis tanaman umbi – umbian yang ditemukan di Kecamatan Bebandem dan Rendang, Kabupaten Karangasem adalah sebanyak 23 sampel yang termasuk kedalam enam genus. Morfologi dari tanaman umbi – umbian secara umum memiliki daun tunggal dan bertangkai, memiliki batang berkayu dan batang herba. Bentuk umbi bulat, lonjong dan memanjang, morfologi akar serabut dan tunggang. Kegunaan tanaman umbi bagi masyarakat sekitar adalah untuk sarana upacara, bahan makanan, pakan ternak dan untuk obat herbal. Jenis tanaman umbi yang paling sering digunakan adalah ubi jalar. Kandungan gizi dari tanaman umbi – umbian sangat banyak yaitu protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalsium, zat besi vitamin, sehingga bisa dijadikan pengganti
beras sebagai bahan pangan utama masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan M.. 2011. Pangan Fungsional
untuk Kesehatan yang Optimal.
Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Atirrosyidah,R.M.,Teti,E..2015. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi-Umbian Lokal Inferior: Kajian Pustaka. 3 (2) : 594 – 601.
Dewan Ketahanan Pangan. 2005. Peta Kerawanan Pangan Indonesia. Jakarta.
Kinasih, N.A.,D. Saptadi, L. Soetopo. 2017. Variasi Karakter Morfologi Tanaman Uwi (Dioscorea alata L.) Di Kabupaten Tuban dan Malang. Jurnal Produksi Tanaman. 5 (6) : 971 – 980.
Lende,M, Theresia,L.B., Maria,T.D.,
Siprianus, R.T. 2020. Jurnal Biotropikal Sains. Inventarisasi
Jenis Umbi-Umbian Dan
Pemanfaatannya Sebagai Substitusi Bahan Pangan Pokok Di Desa Waimangura Kecamatan Wewewa Barat Kabupaten Sumba Barat Daya. 17(1) : 103 – 117.
Purnomo, B.S. Daryono, Rugayah, I. Sumardi. 2012. Studi Etnobotani Dioscorea Spp. (Dioscoreaceae) dan Kearifan Budaya Lokal Masyarakat
disekitar Hutan Wonosadi Gunung Kidul Yogyakarta. Jurnal Natur Indonesia 14 (3) : 191 – 198.
Rukmana, R. 1998. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta
Sudarnadi,H.. 1995.Tumbuhan Monokotil. Penebar Swadaya. Jakarta
Wibawa, I.P.A.H.,Agung,K.,Bayu,A. 2011. Buletin Kebun Raya. Studi Keragaman Jenis, Kandungan Gizi Esensial Dan Kalsium Oksalat
Dioscorea Di Pulau Bali Dan
Lombok. 14 (2) : 1-8.
Wuryantoro, Sukar., Indah R.P., dan Ratna M. W. 2016. Explorasi Plasma Nutfah dan Pengembangan Uwi Sebagai Upaya Menunjang Program Diversifikasi Pangan Non Beras. Laporan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Merdeka. Madiun.
Wuryantoro, M. Arifin, 2017. Explorasi Dan Identifikasi Tanaman Umbi-Umbian (Ganyong, Garut, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Talas Dan Suweg) Di Wilayah Lahan Kering Kabupaten Madiun. Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi 18 (2) : 72 – 79.
Yofananda,O., Teti, E.. 2016. Potensi
Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Penurun Glukosa Darah. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1) : 410 - 416.
DOI: https://doi.org/10.24843/JSIMBIOSIS.2022.v10.i02.p01
139
Discussion and feedback