SIMBIOSIS X (2): 122-139              http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis

Program Studi Biologi FMIPA UNUD

eISSN: 2656-7784

September 2022

KEANEKARAGAMAN TANAMAN UMBI – UMBIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF DI KECAMATAN RENDANG DAN BEBANDEM, KABUPATEN KARANGASEM, BALI

DIVERSITY OF POTENTIAL TUBEROUS PLANTS AS AN ALTERNATIVE FOOD IN RENDANG AND BEBANDEM DISTRICT, KARANGASEM REGENCY, BALI

Indah Tria Hoky*, Ida Ayu Astarini, Made Pharmawati

1Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, Indonesia – 80361

*Email korespodensi: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk eksplorasi dan identifikasi jenis, cara pengolahan, pemanfaatan, karakteristik morfologi dan kandungan gizi dari tanaman umbi umbian yang terdapat di Kecamatan Rendang dan Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik wawancara, observasi lapangan, eksplorasi, koleksi dan dokumentasi. Dari hasil penelitan ditemukan 9 jenis umbi-umbian yaitu Manihot esculenta, Ipomoea batatas, Colocasia esculenta, Xanthosoma sagittifolium, Amorphophallus campanulatus,, Dioscorea alata, D. bulbifera, D. hipsida, dan D. aculeata. Spesies Manihot esculenta terdapat tiga varian, Ipomoea batatas terdapat 5 varian, Xantosoma sagittifolium terdapat 4 varian, Colocasia esculenta 1 varian, Amorphophallus campalunatus 1 varian, Dioscorea alata 4 varian, Dioscorea aculeata 2 varian, Dioscorea hipsida 1 varian dan Dioscorea bulbifera 2 varian. Pemanfaatan setiap jenis umbi-umbian cukup bervariasi : ubi kayu, talas,dan ubi jalar, sebelum dikonsumsi diolah dengan cara direbus, dibakar, dikukus, digoreng, sedangkan 2 jenis lainnya yaitu gadung dan suweg memerlukan perlakuan khusus sebelum dikonsumsi karena jenis umbi-umbian tersebut dapat menyebabkan keracunan. Pemanfaatan organ-organ lain dari jenis umbi-umbian dapat digunakan sebagai sayuran (daun ubi kayu, daun ubi jalar, daun talas, tangkai daun talas), obat tradisional (uwi dan ubi jalar), pakan ternak (batang talas, daun ubi jalar) dan sebagai penunjang ekonomi keluarga. Deskripsi dan karakter morfologi setiap jenis umbi berbeda. Perbedaan karakter morfologi dilihat pada perawakan, umbi (bentuk, struktur, ukuran, warna), batang (bentuk, struktur, ukuran, warna), daun (bentuk, struktur, ukuran, warna). Semua tanaman umbi – umbian yang ditemukan bisa menjadi bahan pangan utama pengganti beras karena mempunyai kandungan gizi yang kompleks.

Kata kunci: karakteristik morfologi, metode deskriptif, kandungan gizi, pemanfaatan umbi – umbian.

ABSTRACT

This study aimed to explore and identify the types, processing methods, utilization, morphological characteristics and nutritional content of tuber plants found in Rendang District and Bebandem District, Karangasem Regency. The method used was descriptive method with interview techniques, field observations, exploration, collection and documentation. The results showed there are 9 types of tubers were found, namely Manihot esculenta, Ipomoea batatas, Colocasia esculenta, Xanthosoma sagittifolium, Amorphophallus campanulatus,, Dioscorea alata, D. bulbifera, D. hipsida, dan D. aculeata. There were three variants were identified for Manihot esculenta, 5 variants of Ipomoea batatas, 4 variants of Xantosoma sagittifolium, 1 variant of Colocasia esculenta, 1 variant of Amorphophallus campalunatus, 4 variants of D. alata, 2 variants of D. aculeata, 1 variant of D. hipsida and 2 variants of D. bulbifera. The utilization of each type of tubers varies : cassava, taro, and

sweet potato can be boil, grilled, steamed, fried, while the other 2 types, namely gadung and suweg, require special treatment before consumption because these tubers can cause poisoning. Utilization of other organs from the type of tubers can be used as vegetables (cassava leaves, sweet potato leaves, taro leaves, taro leaf stalks), traditional medicine (uwi and sweet potato), animal feed (taro stems, sweet potato leaves) and as a support for the family economy. The description and morphological character of each type of tuber are different. Differences in morphological characters are seen in stature, tubers (shape, structure, size, color), stem (shape, structure, size, color), leaves (shape, structure, size, color). All tubers found can be alternative carbohydrate source to rice because they have complex nutritional content.

Keywords : morphological characteristics, utilization of tubers.

PENDAHULUAN

Indonesia sesungguhnya memiliki beragam bahan pangan tradisional yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional namun belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. (Astawan, 2011).

Konsumsi beras meningkat tampak pada besarnya alokasi pengeluaran untuk beras. Struktur pengeluaran keluarga menunjukkan pengeluaran yang cukup besar pada komoditi beras. Pengeluaran keluarga miskin 70% digunakan untuk pangan dan sebesar 34% dialokasikan untuk membeli beras sebagai makanan pokok (Dewan Ketahanan Pangan, 2005). Karbohidrat menjadi kebutuhan dasar masyarakat Indonesia, sebagian besar penduduk memanfaatkan beras sebagai sumber karbohidrat utama. Di Indonesia terdapat banyak sumber karbohidrat selain beras yaitu umbi – umbian, kacang – kacangan, tanaman pangan seperti sagu, sukun aren (multipurpose tree species) yang dapat mendukung ketahan pangan nasional (Sastrapradja, 2012).

descriptive methods, nutritional content,

Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang, kencur, jahe, kimpul, talas, gembili, ganyong, bengkuang dan sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati. Umbi-umbian di Indonesia merupakan sumber karbohidrat ketiga setelah beras dan jagung. Umbi-umbian popular atau mayor yang dikembangkan di Indonesia adalah ubi kayu dan ubi jalar. Umbi-umbian yang kurang popular atau minor memiliki jenis keragaman yang lebih besar dan pemanfaatannya belum optimal, meskipun demikian dari segi kuantitas tidak sebanyak hasil panen umbi-umbian mayor. Jenis umbian-umbian minor antara lain talas, gadung, gembili, garut, ganyong, suweg, uwi. Sama halnya dengan umbi-umbian mayor, kandungan karbohidrat umbi-umbian minor termasuk tinggi (Zulaikah, 2002).

Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bali yaitu terletak di ujung Timur dari Pulau Bali. Kabupaten Karangasem memiliki beragam umbi-umbian. Di Karangasem penduduk masih banyak yang terbatas secara ekonomi dan bergantung

pada sumber daya alam sebagai sumber karbohidrat untuk kehidupan sehari – hari. Sebagai contoh Desa Sibetan dan Desa Bhuana Giri sangat jarang dijumpai keberadaan pasar tradisional ataupun modern, karena letaknya di perbukitan dan agak terpencil dibandingkan dengan Desa Jungutan. Perkembangan pariwisata dan kemajuan pembangunan menyebabkan lahan penanaman umbi- umbian semakin berkurang. Oleh karena itu eksplorasi dan pendataan penting dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman umbi-umbian yang terdapat di Karangasem.

Penelitian pemanfaatan umbi-umbian telah banyak dilakukan dan masih terus berjalan sampai saat ini, salah satunya adalah menggali dan memanfaatkan komponen bioaktif atau nilai fungsionalnya. Bahan pangan bernilai fungsional jika memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai bahan pangan yang memenuhi gizi, dapat diterima secara sensoris oleh konsumen, dan memiliki fungsi tertentu dalam menjaga kesehatan. Umbi-umbian mengandung senyawa bioaktif yang berpengaruh positif terhadap penyerapan glukosa darah seperti polisakarida larut air (PLA), serat pangan dan diosgenin (Yofananda dan Teti, 2016).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karangasem dari Januari hingga Maret 2020. Eksplorasi dilakukan di dua kecamatan dengan ketinggian tempat yang berbeda, dan setiap kecamatan diambil tiga desa. Di tiap desa dilakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, petani, pedagang pasar serta observasi langsung di lapang. Kecamatan yang digunakan sebagai tempat eksplorasi adalah Kecamatan Rendang (500 -1.200 m dpl) dan Kecamatan Bebandem

(100 - 700 m dpl). Kedua kecamatan tersebut dipilih berdasarkan perbedaan ketinggian yang diperkirakan akan mempengaruhi jenis tanaman umbi – umbian yang didapatkan.

Identifikasi morfologi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

Prosedur Penelitian

Pengambilan sampel petani dilakukan melalui metode sampling nonprobabilitas, dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria petani yang dijadikan sampel adalah :

  • 1.    Petani mengetahui keberadaan umbi-umbian

  • 2.    Mengenal tanaman jenis umbi-umbian

  • 3.    Mengetahui secara umum mengenai budidaya, penggunaan hasil dan harga.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain Dinas Pertanian Kabupaten yaitu informasi daerah yang berpotensi ditemukannya jenis umbi-umbian dan Studi Pustaka.

Data karakteristik umbi yang diamati meliputi warna, bentuk, dan bentuk umbi, Panjang dan diameter umbi, warna batang, bentuk dan warna daun, panjang dan lebar daun dan karakteristik khusus lainnya. Identifikasi tanaman umbi – umbian mengacu pada Sudarnadi, 1995.

Data dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjabarkan dan menjelaskan hasil penelitian.

Analisis kandungan nutrisi

Ekstraksi tanaman dilakukan di Laboratorium     Teknologi     Pangan,

Universitas Udayana. Analisis kandungan nutrisi yaitu vitamin C, vitamin A (beta karoten, serat dan pati) dan kandungan antioksidan yang dimiliki.

Amorpophallus, Manihot, Dioscorea, Colocasia, dan Xantosoma.

Manfaat dan kegunaan serta bagian umbi yang digunakan di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh 23 sampel yang teridentifikasi menjadi 9 spesies yang termasuk ke dalam 6 marga yaitu Ipomoea,

Jenis tanaman umbi-umbian yang ditemukan di kecamatan rendang dan bebandem beserta kegunaannya

Bebandem dan Rendang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Manfaat dan kegunaan Tanaman Umbi – umbian serta bagian yang digunakan

No

Nama Umbi

Bagian

Manfaat atau kegunaan

1

Talas

Daun

Batang Umbi

Pakan ternak

Olahan sayur, pakan ternak

Pelengkap dalam banten suci, makanan ringan, bibit

2

Ubi jalar

Daun

Batang Umbi

Pakan ternak (babi, sapi dan bebek), Meningkatkan haemoglobin (mencegah demam berdarah)

Pakan ternak

Pelengkap dalam banten suci, makanan ringan, bibit

3

Suweg

Umbi

Pelengkap dalam banten suci, makanan ringan

4

Ubi Kayu

Daun Umbi

Olahan sayur

Pelengkap dalam banten suci, , makanan ringan

5

Uwi – uwian

Umbi

Pelengkap dalam banten suci

6

Gadung

Umbi

Pelengkap dalam banten suci

Di Kecamatan Rendang dan

Bebandem ditemukan enam genus tanaman umbi-umbian dengan total 23

sampel umbi yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran sampel tanaman umbi-umbian di Kecamatan Rendang dan Bebandem, Kabupaten Karangasem

No

Nama

Nama Spesies

Sebaran

Kecamatan

Desa

1

Keladi ijo

Xanthosoma sagittifolium

Rendang, Bebandem

Besakih,    Pempatan,

Sibetan, Jungutan

2

Keladi kapas

Xanthosoma sagittifolium

Bebandem

Sibetan

3

Keladi kuning

Xanthosoma sagittifolium

Rendang

Besakih

4

Keladi togog

Colocasia esculenta

Rendang, Bebandem

Besakih, sibetan

5

Keladi ungu

Xanthosoma sagittifolium

Bebandem

Jungutan, Sibetan

6

Sela merah

Ipomoea batatas

Rendang, bebandem

Rendang,    Besakih,

Pempatan,    Sibetan,

Jungutan, Buana Giri

7

Sela kapuh

Ipomoea batatas

Rendang

Besakih, pempatan

8

Sela kuning

Ipomoea batatas

Rendang, Bebandem

Rendang,    Besakih,

Pempatan,    Sibetan,

Jungutan, Buana Giri

9

Sela putih

Ipomoea batatas

Rendang

Rendang,    Besakih,

pempatan

10

Sela ungu

Ipomoea batatas

Bebandem

Buana giri

11

Singkong

Manihot utilissima

Rendang bebandem

Rendang,    Besakih,

Pempatan,    Sibetan,

Jungutan, Buana Giri

12

Singkong kuning

Manihot utilissima

Rendang

Pempatan

13

Singkong karet

Manihot utilissima

Rendang, Bebandem

Besakih, Buana giri

14

Suweg

Amorphophallus campalunatus

Bebandem

Sibetan

15

Umbi dalam

Dioscorea alata

Bebandem

Sibetan,     Jungutan,

Buana giri

16

Umbi    dalam

amubu telor

Dioscorea bulbifera

Bebandem

Sibetan

17

Umbi    dalam

bayam

Dioscorea alata

Bebandem

Sibetan

18

Umbi    dalam

bingin

Dioscorea alata

Bebandem

Sibetan

19

Umbi    dalam

kedukduk

Dioscorea alata

Bebandem

Sibetan

20

Umbi gadung

Dioscorea hispida

Bebandem

Sibetan

21

Umbi    dalam

languan

Dioscorea aculeate

Bebandem

Sibetan

22

Umbi dalam jahe

Dioscorea aculeate

Bebandem

Sibetan

23

Umbi    dalam

biaung

Dioscorea bulbifera

Bebandem

Sibetan

Jenis dan varian umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai subsitusi (pengganti)

bahan pangan pokok dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan varian umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai substitusi bahan pangan pokok

No

Nama umum

Nama local

Nama Familia

Nama Jenis

Varian

1a

Kimpul

Kladi

Araceae

Xanthosoma sagittifolium,

  • -    Ijo

  • -   Kapas,

  • -   Kuning

  • -   Ungu,

1b

Keladi

Kladi

Araceae

Colocasia esculenta

-   Kladi togog

2

Ubi jalar

Sela manis

Convovulaceae

Ipomoea batata

  • -   Merah

  • -   Kapuh,

  • -   Kuning

  • -   Putih

  • -  Ungu

3

Ubi kayu

Sela perahu

Euphorbiacece

Manihot utilissima

-   Kuning

-   Ketan

-   Putih

4

Suweg

Umbi suweg

Araceae

Amorphophallus campalunatus

-   Suweg

5

Uwi

Umbi

Dioscoreaceae

Dioscorea spp.

  • -   Dalam

  • -   Amubu telor

  • -  Bayam

  • -   Bingin

  • -   Kedukduk

  • -   Gadung

  • -   Languan

  • -   Jahe

  • -   Biaung

Berdasarkan hasil wawancara yang      yaitu direbus, dikukus, dibakar dan

telah

dilakukan,       masyarakat      digoreng menjadi kripik. Produk olahan

memanfaatkan jenis umbi-umbian pada      tanaman umbi – umbian dapat dilihat pada

umumnya dengan cara yang sederhana      Tabel 4.

Tabel 4. Cara Pengolahan Jenis-Jenis Umbi yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Karangasem

No

Nama umum

Nama local

Produk olahan

1

Kimpul

Kladi

-

Kripik keladi

-

Keladi rebus

2

Keladi

Kladi

-

Keladi rebus

3

Ubi jalar

Sela manis

-

Kripik ubi – kolak

-

Ubi rebus

-

Ubi bakar

-

Sela meurab

-

Godoh sela

4

Ubi kayu

Sela perahu

-

Kripik singkong – kolak

-

Sela meurab

-

Timus

-

Godoh singkong

5

Suweg

Umbi suweg

-

Umbi rebus

-

Kolak

6

Uwi

Umbi / biaung

-

umbi rebus

-

timbungan biaung

7

Ubi kelapa

Umbi dalam

-

umbi rebus

-

sela meurab

8

Gadung

Gadung

-

kripik gadung

Tabel 5. Karakter Morfologi Varian Ubi Kayu

No

Karakter

Sela Perahu

Putih

Sela Perahu

Ketan

Sela Perahu

Kuning

1

Umbi

Warna Kulit

Putih

Putih

Putih kekuningan

Warna daging umbi

Putih

Putih

Putih kekuningan

Panjang umbi

15 – 25 cm

15 – 30 cm

15 – 35 cm

Diameter umbi

4 cm – 10 cm

3 cm – 8 cm

8 cm – 15 cm

2

Batang

Warna empulur

Putih

Putih

Kuning

3

Daun

Warna tangkai daun

Merah tua

Merah

Merah kekuningan

Panjang tangkai daun

10 – 15 cm

12 – 17 cm

8 – 11 cm

Jumlah torehan

6 – 9

5 – 6

6 – 9

Dalamnya torehan

6 – 10 cm

8 – 12 cm

6 – 9 cm

Panjang daun

10 – 20 cm

10 – 15 cm

10 – 20 cm

Lebar daun

4 – 5 cm

3 – 4 cm

5 – 7 cm

Karakter morfologi tanaman umbi-umbian (umbi, batang, dan    daun) yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem

Karakter morfologi tanaman umbi-umbian yang Ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem ditampilkan pada Tabel 6 sampai Tabel 9.

Tabel 6. Karakter Morfologi Varian Ubi Jalar

No   Karakter

Ubi jalar Merah        Ubi jalar Kapuh      Ubi jalar Kuning        Ubi jalar Putih       Ubi jalar Ungu

1    Umbi      Warna Kulit

Merah                Coklat              Jingga pucat            Putih               Ungu

Warna daging umbi

Bentuk Umbi

Kuning kehijaun       Putih               Orange                Putih               Ungu

Bulat telur             Bulat lonjong        Bulat lonjong           Bulat tidak           Bulat lonjong

beraturan

Panjang umbi

Diameter umbi

10 – 25 cm           5 – 15 cm          7 – 15 cm             9 – 25 cm           11-20 cm

5 – 9 cm            3 – 5 cm           3- 6 cm               5 – 8 cm           4 – 8cm

2    Batang     Warna batang

3    Daun      Bentuk daun

Hijau                Hijau               Hijau muda            Hijau               Hijau keunguan

Triangular           Hastate             Almost devided         Cordate             Triangular

Ukuran daun

5 – 9 cm            4 – 8 cm           5 – 7 cm              6 – 9 cm          4 – 7 cm

Panjang tangkai daun

Warna tangkai daun

Pangkal daun

Tepi daun

4 – 12 cm            6 – 11 cm          5 – 12 cm             5 – 10 cm          6 – 12 cm

Hijau                Hijau keunguan      Hijau muda            Hijau keunguan      Hampir seluruh ungu

Rata                 Berlekuk            Rata                   Berlekuk            Berlekuk

Rata                 Bercangap menjari   Berbagi menjari         Rata                Rata

Tabel 7. Karakter Morfologi Varian Keladi

No

Karakter

Keladi Ijo

Keladi Kapas

Keladi Kuning

Keladi ungu

Keladi togog

Umbi      Warna daging umbi

Putih

Putih

Putih kekuningan

Putih keunguan

Putih

Bentuk Umbi

Bulat memanjang

Bulat memanjang

Bulat memanjang

Bulat

Bulat

Panjang umbi

10 – 25

8 – 15 cm

7 – 10 cm

6 – 9 cm

15 – 20 cm

Diameter umbi

8 – 15 cm

4 – 8 cm

6 – 12 cm

8 – 15 cm

20 – 30 cm

2

Batang     Warna batang

Hijau

Hijau muda

Hijau muda

Ungu

Hijau keunguan

3

Daun

Perisai

Perisai

Delta

Hati

Oval

Bentuk daun

Warna tangkai daun

Hijau

Hijau muda

Hijau kekuningan

Ungu

Hijau keunguan

Panjang tangkai daun

30 – 50 cm

15 – 25 cm

10 – 25 cm

25 – 40 cm

35 – 55 cm

Lebar daun

25 – 30 cm

10 – 20 cm

15 – 20 cm

20 – 30 cm

25 – 35 cm

Jumlah daun dalam

3 - 10       helai

5 – 10 helai

2 – 6 helai

3 – 9 helai

3 – 7 helai

satu individu

Tabel 8. Karakter Morfologi Varian Uwi-uwian

Nama

Warna sayap

Warna rigid

Warna tangkai

Daun

Bentuk daun

Bentuk Umbi

Warna kulit dalam umbi

Warna daging umbi

Uwi dalam

Ungu

Ungu kehijauan

Hijau pangkal ungu

Jantung memanjang

Tidak beraturan

Ungu

Ungu keputihan

Uwi Amubu telor

Hijau tidak bersayap

Hijau

Hijau

Jantung melebar

Tidak beraturan

Putih kekuningan

Putih kekuningan

Uwi Bayam

Ungu kehijauan

Hijau keunguan

Hijau pangkal ungu

Jantung memanjang

Memanjang

Kuning kecoklatan

Putih

Uwi bingin

Hijau

Hijau keunguan

Hijau

Jantung memanjang

Memanjang

Keabu-abuan

Putih

Uwi kedukduk

Ungu

Ungu kehijauan

Ungu kehijauan

Jantung memanjang

Memanjang

Ungu

Putih kekuningan

Uwi gadung

Hijau

Hijau

Hijau

Menjari

Bulat

Keabu-abuan/ungu

Putih

Uwi languan

Hijau tidak bersayap

Hijau

Hijau

Jantung melebar

Memanjang

Keabuan–abuan

Putih kekuningan

Uwi jahe

Hijau kemerahan

Hijau

Hijau pangkal merah

Jantung memanjang

Memanjang

Putih keabuan

Putih

Uwi biaung

Hijau

Hijau

Hijau

Jantung melebar

Oval

Kuning kecoklatan

Putih kekuningan

Kandungan gizi yang terdapat pada tanaman umbi-umbian yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem

Kandungan gizi tanaman umbi – umbian yang ditemukan di Karangasem

dapat dilihat pada Tabel 11 yang terdiri dari kapasitas antioksidan, karoten, kadar abu bakar dan protein.

Tabel 9. Analisis Kandungan Gizi

No

Nama

Sampel

Kapasitas antioksidan

Analisis Protein ( % bb )

Analisis

Kadar abu (%)

Analisis Karoten

%

Mg/L

1

Keladi togog

0.0017

17.24

1.3562

1.08416

0.038

2

Talas Kapas

0.0017

16.74

0.9911

0.80693

TTD

3

Keladi Ijo

0.0011

11.05

1.2952

1.11012

TTD

4

Talas ungu

0.0012

12.20

2.7031

1.41316

0.005

5

Singkong kuning

0.0011

11.36

2.4806

1.08092

0.051

6

Sela Merah Malem

0.0003

2.54

1.9912

1.35252

0.013

7

Singkong

0.0012

12.32

2.9692

1.07311

0.076

*TTD = tidak teridentifikasi

PEMBAHASAN

Jenis tanaman umbi-umbian yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem beserta kegunaannya

Tanaman umbi – umbian yang ditemukan di dua kecamatan sebagian besar memiliki jenis yang sama kecuali pada jenis Dioscorea spp.. hanya ditemukan di Kecamatan Bebandem. Jenis umbi – umbian yang ditemukan di Kecamatan rendang sebagian besar adalah jenis ubi jalar (Ipomoea batatas), dimana sela manis banyak diperjual-belikan disekitar jalan raya menuju ke Pura Besakih. Ubi jalar atau disebut sela manis oleh masyarakat sekitar menjadi salah satu oleh – oleh khas dari kecamatan rendang khususnya Desa Rendang, Desa Besakih dan Desa Pempatan. Tanaman umbi – umbian di Kecamatan Rendang yang paling banyak dari segi jumlah adalah sela manis dibandingkan dengan keladi atau singkong sedangkan untuk jenis Dioscorea tidak ditemukan di Kecamatan Rendang.

Saat ini uwi dilupakan dan sangat jarang ditemukan di kecamatan Rendang

karena masyarakat belum mengenal dan mengetahui potensi tanaman uwi. Hal itu menyebabkan tidak adanya daya tarik bagi masyarakat untuk menjadikan tanaman uwi sebagai salah satu tanaman umbi – umbian yang bisa dijadikan bahan pangan atau untuk dijual karena tidak adanya permintaan pasar untuk tanaman uwi (Dioscorea) (Kinasih dkk.,2017).

Dioscorea tidak ditemukan di Kecamatan Rendang tetapi ditemukan 9 varian di Kecamatan Bebandem. Desa Sibetan menjadi desa dengan jumlah varian dioscorea terbanyak, di Desa Sibetan uwi – uwian (Dioscorea spp.) cukup mudah ditemukan karena hampir semua petani memilikinya namun jenis yang paling umum dimiliki adalah umbi dalam (Dioscorea alata) karena merupakan salah satu tanaman umbi yang rasanya disenangi oleh masyarakat sedangkan untuk uwi jenis lain tidak begitu diminati oleh masyarakat. Di Desa Sibetan memiliki ketua kelompok tani yang sangat aktif mengikuti pelatihan mengenai berbagai jenis tanaman salah satunya tanaman umbi – umbian. Bapak

ketua tani tersebut yang mempunyai inisiatif untuk tetap menanam berbagai jenis uwi di halaman kebun dekat rumahnya, berawal dari ibu beliau yang sangat senang mengonsumsi umbi dari berbagai varian Dioscorea. Tanaman Dioscorea spp. memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman umbi-umbian yang lain karena mudah tumbuh di daerah lahan kritis tanpa perawatan yang berarti (Purnomo et al., 2012).

Perbedaan iklim di Kecamatan Rendang dan Bebandem cukup berbeda dimana curah hujan di Kecamatan Rendang khususnya daerah atau desa yang dekat dengan Desa Besakih sangat tinggi. Kecamatan Bebandem memiliki rata – rata curah hujan yang lebih rendah yaitu 196,7 mm sedangkan Kecamatan Rendang memiliki curah hujan rata – rata 306 mm setiap tahunnya. Perbedaan iklim ini dapat menjadi salah satu penyebab adanya variasi dari jenis umbi – umbian yang ditemukan.

Tanaman umbi – umbian di Kecamatan Rendang dan Kecamatan Bebandem sudah cukup banyak dimanfaatkan, sebagai bahan pangan, pakan ternak, sarana upacara agama dan juga beberapa jenis diantaranya dipercaya menjadi obat. Daun dari ubi jalar dapat direbus atau peras dengan air dan dicari sari – sarinya kemudian dikonsumsi langsung. Masyarakat mempercayai bahwa sari daun ubi jalar dapat meningkatkan trombosit pada penderita demam berdarah (dan bisa mencegah) sehingga banyak masyarakat yang rutin meminumnya meskipun tidak memiliki gejala demam berdarah.

Daun singkong dan talas yang muda dapat diolah menjadi berbagai hidangan khas masyarakat Karangasem dan bali pada umumnya. Palem menjadi salah satu contoh lauk yang terbuat dari daun talas muda yang dalamnya berisi adonan udang yang

telah dihaluskan dan dibumbui kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Masyarakat Desa Sibetan menggunakan tangkai dari daun ubi jalar yang telah dikupasi kulit luarnya sebagai bahan tumis sayur dan juga bisa direbus sebentar lalu dijadikan lauk dingin (diberi bumbu dan minyak) tanpa dimasak dan dapat langsung dikonsumsi.

Sebagian besar bagian umbinya dibuat untuk hidangan manis atau cemilan, seperti godoh, keripik sela, urab sela, timus, kolak, pulung – pulung ubi, roti kukus ubi, bolu ubi, dodol ubi, sanglawe sela, dan selai ubi. Masyarakat sangat kreatif dalam memanfaatkan umbi – umbian menjadi berbagai olahan makanan yang dapat meningkatkan harga jual dan juga sekaligus untuk mengawetkan. Gambar beberapa olahan ubi dapat dilihat pada Gambar 1.

Harga jual ubi yang mentah atau hanya direbus dan dibakar sangat murah per kilogramnya untuk satu kampil yang berisi 50 kg hanya diharga Rp. 2000 – 2500/ kg. Untuk meningkatkan harga jual petani berinisiatif untuk mengolah umbi – umbian tersebut terlebih dahulu sebelum dijual kepada konsumen. Harga ubi meningkat setelah dijual lagi di pasar atau dijual oleh pedagang – pedagang kecil di depan rumahnya per kg dihargai Rp. 5000 – 6000.

Gambar 1 : Aneka olahan umbi – umbian ; a. sela urab, b. suweg mekukus, c. timus, d. pulung – pulung ubi

Di Karangasem terdapat upacara rutin setiap tahunnya, saat panen raya tiba masyarakat akan memohon persembahan hasil panen sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan. Upacara Ngusaba Buluh yang bermakna Bulu atau semua tumbuhan yang bertujuan Memohon kemakmuran kehadapan Ida Bhatara Sri sebagai manifestasi Ida Hyang Widhi Wasa sebagai Dewi Kemakmuran yang disimbulkan melalui Pohon Buluh dan Aon (abu kayu bakar ), yang selanjutnya ditaburkan dan disebarkan pada sawah dan ladang guna mendapat hasil panen yang berlimpah. Beberapa jenis umbi – umbian khususnya talas juga diperlukan dalam pembuatan banten suci (sebagai pala bungkah) untuk upacara atau odalan besar baik di pura maupun di sanggah masing – masing masyarakat.

Karakter morfologi tanaman umbi-umbian (umbi, batang, dan daun) yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem

Morfologi dari tanaman umbi – umbian yang sama (ditemukan pada kedua kecamatan) tidak menunjukan perbedaan morfologi yang mencolok, yang sangat berbeda adalah jenis tanaman yang ada di masing – masing kecamatan.

Singkong (Manihot utilissima)

Habitus terna, perenial, tinggi 1,54,5 m dan memiliki akar tunggang. (Lende dkk., 2020). Umbi berbentuk bulat memanjang, diameter umbi 3cm – 15cm (untuk varian ubi kayu kuning ditemukan memiliki diameter sampai 15 cm). Warna kulit luar umbi coklat tua, permukaan kulit luar kasar, warna kulit bagian dalam putih kemerahmudaan dan kuning, daging umbi berwarna putih dan kuning. Batang berkayu, tegak, bulat, beruas-ruas, empulur

batang berwarna putih dan kuning, muda berwarna hijau dan tua berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kekuningan. Daun tunggal, memiliki tangkai daun yang berwarna merah tua dan merah kekuningan, panjang daun antara 10-20 cm, lebar antara 4-6 cm. Ada 3 varian ubi kayu yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem, yaitu ubi putih karet, ubi kayu putih dan ubi kayu kuning. Gambar ketiga varian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2: Variasi Ubi kayu

  • a.    karet b. putih c. kuning

Ubi jalar (Ipomoea batatas)

Habitus herba, merambat pada permukaan tanah yang mencapai panjang 35m jika dibentangkan. Akar serabut, putih kecoklatan yang akan membentuk umbi. Umbi berbentuk bulat telur, bulat lonjong dan bulat tidak beraturan. Memiliki tekstur sedikit keras, warna kulit umbi putih, merah, jingga,coklat dan ungu. Warna daging umbi yaitu ungu, putih, kuning, kuning kehijauan, dan oranye menyala. Panjang umbinya 5-25 cm dengan diameter 3 -9 cm. Batang bulat, tidak berkayu, licin, berwarna hijau, hijau keunguan, hijau muda dan ungu.

Daun tunggal, bertangkai, tangkai bulat, bentuk ada yang bulat dan ada yang menyerupai jantung, tulang menjari berwarna hijau dan ungu, ujung meruncing,

pangkal rata dan berlekuk, tepi bervariasi ada yang rata dan ada yang bertoreh, berwarna hijau muda hingga hijau tua, pangkal ada yang rata dan ada yang berlekuk, permukaan licin (Rukmana, 1998). Panjang tangkai daun 4 -12 cm, ukuran daun 4-9 cm. Tepi daun varian ubi kayu yang ditemukan yaitu berbentuk rata, becangap menjari dan berbagi menjari. Dari hasil eksplorasi ditemukan 5 varian ubi jalar di Kecamatan Rendang dan Kecamatan Bebandem, gambar umbi, daun dan batang ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 : Variasi ubi jalar : a. ubi ungu,

  • b.    ubi putih, c. ubi merah malem, d. ubi kuning, e. ubi kepuh.

Talas (Xanthosoma sagittifolium)

Talas memiliki habitus herba perennial, umbi berbentuk bulat, panjang tak beraturan dan terdapat akar pada umbi. Kulit luar umbi berwarna coklat muda sampai coklat tua. Daging umbi ada yang berwarna putih, putih kekuningan dan putih keunguan. Panjang tanaman talas mencapai 7-25 cm. Batang basah tegak, berbentuk silinder, berwarna hijau, hijau muda, kuning, hijau keunguan dan ungu.

Daun tunggal, merupakan daun lengkap, letak berseling, berbentuk perisai, delta, hati dan oval. Daun lengkap bertangkai, memilki tangkai daun berwarna hijau,merah tua, tangkai padat berisi tetapi memiliki banyak rongga udara yang memungkinkan tanaman beradaptasi

terhadap kondisi tergenang (Lende dkk, 2020). Panjang tangkai daun 10-55 cm, pangkal berlekuk, ujung meruncing, tepi rata, tulang menjari, warna tulang daun hijau,kuning dan ungu. Ibu tulang besar dan dapat dibedakan dengan jelas dengan anak-anak tulang daun lainnya, panjang 1855cm, lebar 10-35 cm. Jumlah daun dalam satu individu 2 – 10 helai daun. Talas atau keladi ditemukan sebanyak 5 varian di Kecamatan Rendang dan Bebandem, gambar umbi, batang dan daun varian talas dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 : Variasi talas : a. talas ungu, b. talas gadang, c. talas kapas, d. talas kuning, e. talas togog.

Suweg (Amorphophallus campalunatus)

Tumbuhan herba menahun tinggi 2m – 4m berumbi besar dengan hanya satu daun yang tegak keluar dari umbinya. Tangkai daun berdaging, tebal, berwarna hijau cerah dengan bercak – bercak hijau pucat, panjangnya 50 – 120 cm. Daun pada tumbuhan dewasa berdiameter 1 – 2,5 cm cm yang terbagi dalam tiga bagian ; setiap bagian terdiri dari banyak anak helai daun yang berbentuk oblong dan ujungnya runcing. Spatha setelah bunga mekar, panjangnya 50 – 120cm, melebar berbentuk corong dengan tepi yang bergelombang. Tabung corong berwarna kehijauan dan kemerahan dengan bintik – bintik putih. Bagian atasanya berwarna merah kecoklatan atau ungu. Spadiksnya

sepanjang spathanya terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian bunga betina, bunga jantan dan bagian yang steril (Sudarnadi, 1995).

Gambar 5 : Suweg

Bentuk umbi bulat pipih, warna kulit luar umbi coklat tua, daging umbi berwarna kuning kemerahan mendekati oranye. Diameter umbinya 12 cm – 25 cm dan muncul akar di bagian kulit umbi. Batang basah berbentuk bulat memanjang 18 – 45 cm, diameter batang 4 – 12 cm, permukaan batang hijau pucat dengan corak memanjang yang tidak beraturan. Tanaman suweg dapat dilihat paga Gambar 5.

Daun tunggal, tangkai bulat, licin, warna hijau dengan bintik-bintik berwarna hijau pucat, tangkai bercabang cabang menjadi 3-5 cabang sekunder, diujung cabang sekunder terbentuk daun, helaian terbelah menjadi tiga, ditengah-tengah helaian daun terdapat umbi coklat tua yang kasar berbintil-bintil, anak daun melanset dengan banyak lekukan dipinggir daunnya, ujung meruncing, pertulangan menyirip, permukaan licin, bagian atas berwarna hijau tua dan bagian bawah berwarna hijau muda, panjang daun 15-28 cm. Ditemukan hanya satu varian di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.

Uwi – uwian (Dioscorea spp.)

  • a.    Dioscorea alata

Tumbuhan terna, memanjat dan membelit, annual. Tinggi mencapai 10 m, berakar serabut. Umbi bentuknya beragam ada yang bulat, pipih, panjang, lapisan kulit

luar berwana coklat, sedikit bergetah, berwarna putih, kuning dan ungu (Kinasih dkk., 2017). Batang, membelit ke kanan, tidak berduri, bersudut 4 dan bersayap berwarna hijau, panjang 3-5 m.

Daun tunggal, bertangkai, letak berseling dibagian dasar, tangkai berbentuk bulat, helaian berbentuk jantung, ujung meruncing, pangkal membelah, tepi rata, permukaan licin dengan panjang 7-13 cm, pertulangan melengkung dan berwarna hijau. Variasi Dioscorea alata ditemukan hanya di Kecamatan Bebandem, akar batang dan daunnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 : Variasi Dioscorea alata :

a. ubi dalam, b. ubi bayem, c. ubi beringin, d. ubi kedukduk.

  • b.    Dioscorea hispida

Tanaman perdu merambat, tinggi 510 m. Umbi berbentuk bulat tak beraturan, permukaan luar ditumbuhi bulu-bulu kaku, kasar berwarna kuning, permukaan kulit luar berwarna kuning muda, tipis, mudah terkelupas, daging umbi berwarna kuning muda, berlendir, panjang 1017 cm, diameter 4-7 cm (Wuryantoro dan Arifin, 2017).

Batang, berkayu, berbentuk silindris, melilit kekanan, pada bagian pangkal berwarna kuning, selebihnya berwarna hijau tua, permukaan berduri

tajam. Daun, tunggal, bentuk bulat telur, anak daun tiga (trifoliolatus), letaknya tersusun secara spiral dan berhadap-hadapan, ibu tangkai membulat, berwarna hijau, panjang tangkai 15-20 cm, helaian bulat telur, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan kasar dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Untuk Memahami lebih jelas mengenai morfologi tanaman gadung dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 : gadung

  • c.    Dioscorea bulbifera

Tanaman perdu memanjat, perennial, terdapat duri akar. Akar serabut dan berwarna putih. Umbi bulat, membentuk umbi gantung disetiap buku batang, tunggal, warna abu-abu sampai coklat, diameter 3-5 cm dan bila dipotong akan teroksidasi berwarna orange.

(a)                            (b)

Gambar 8 : Variasi Dioscorea bulbifera : a. amubu telor, b. biaung

Batang bulat, memanjat, berduri, berwarna hijau hingga kecoklatan jika batang sudah tua. Daun tunggal, bentuk jantung, letak berseling, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan melengkung, tepi rata, permukaan atas licin, bagian atas berwarna hijau tua dan bawah berwarna hijau muda, panjang 10-20 cm dan lebar 10-15 cm (Sudarnadi, 1995). Dua variasi Dioscore bulbifera yang ditemukan yaitu ubi amubu telor dan ubi biaung yang dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 8.

  • d.    Dioscorea aculeata

Tumbuhan herba tahunan yang memanjat, panjangnya 3 – 5 m. Umbinya ada yang diselimuti oleh akar – akar rambut dan ada yang tidak. Bagian dalam dari umbinya berwarna hijau kekuningan atau hijau kecoklatan. Daun tunggal, berseling berbentuk hati dengan pangkal yang melengkung dan ujung meruncing (Sudarnadi, 1995).

Gambar 9 : Variasi Dioscorea aculeata : a. ubi jahe, b. ubi languan

Panjang batangnya sampai 5 m, berbentuk galah dengan tebal 03 - 0.7 cm. Umbi tumbuh berkelompok dan agak tersembul ke atas permukaan tanah, jumlahnya berkisar antara 20-40. Potongan melintangnya berwarna putih atau putih kekuningan, ukuran panjangnya 25-150 cm, diameter 10-25 cm. Dua variasi Dioscorea alata yang ditemukan adalah ubi jahe dan ubi languan dapat dilihat pada gambar 9.

Kandungan gizi yang terdapat pada tanaman umbi-umbian yang ditemukan di Kecamatan Rendang dan Bebandem

Tanaman umbi – umbian merupakan alternatif pengganti beras, saat musim kemarau dimana beras belum dapat dipanen masyarakat dapat mengganti bahan pangan utama dari beras menjadi umbi – umbian. Jenisnya yang beragam dan mempunyai rasa yang khas untuk setiap jenisnya, dapat dijadikan pangan utama yang tidak membosankan. Analisis kandungan gizi dari 9 umbi yang didapat dari hasil eksplorasi tercantum pada Tabel 9.

Umbi – umbian yang diuji memiliki kandungan protein, karbohidrat yang lebih rendah dibandingkan dengan beras tetapi memiliki kandungan kalsium, phosfor, zat besi dan vitamin yang lebih tinggi. Sehingga sangat baik jika dijadikan salah satu pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.

Dari 9 sampel umbi yang didapat dari eskplorasi hasil uji kandungan gizi menunjukkan keladi togog memiliki kandungan antioksidan yang paling tinggi dibandingkan dengan umbi lainnya yang diuji kandungan gizinya. Keladi togong memiliki harga jual yang cukup tinggi dipasaran karena rasanya yang legit dan ukurannya besar. Keladi togong dapat diolah hanya dengan direbus dan diberi sedikit garam, rasanya sudah sangat legit dan masyarakat banyak yang meyukai rasanya.

Senyawa bioaktif yang ada pada umbi-umbian lokal inferior gembili, gadung, ubi kelapa, garut dan kimpul (talas) yaitu dioscorin, diosgenin, dan fenol memiliki fungsi sebagai antioksidan. Fungsi antioksidan dari beberapa senyawa bioaktif yang ada dalam umbiumbian lokal inferior ini diharapkan mampu menangkal

radikal bebas dalam tubuh (Atirrosyidah dan Teti, 2015). Varian Dioscorea memiliki kandungan protein karbohidrat yang sangat tinggi dibandingkan dengan beras putih dan berah merah. Dioscorea memiliki kandungan kalsium oksalat yang tinggi sehingga dibutuhkan pengolahan yang tepat sebelum dapat dikonsumsi (Wibawa dkk.,2011).

Preferensi anak muda terhadap komoditas ini juga sangat rendah, sehingga kalau tidak dilakukan upaya pelestarian dikawatirkan akan terjadi erosi genetik yang mengkhawatirkan pengembangan tanaman di masa mendatang. Dengan demikian sangat mendesak dilakukan upaya konservasi genetik uantuk tanaman ubi-ubian sebagai sumber keragaman pangan di masa mendatang (Wuryantoro dkk., 2016) Terutama untuk jenis Dioscorea spp. yang sangat jarang diketahui oleh masyarakat perlu dilakukan pelestarian.

SIMPULAN

Jenis tanaman umbi – umbian yang ditemukan di Kecamatan Bebandem dan Rendang, Kabupaten Karangasem adalah sebanyak 23 sampel yang termasuk kedalam enam genus. Morfologi dari tanaman umbi – umbian secara umum memiliki daun tunggal dan bertangkai, memiliki batang berkayu dan batang herba. Bentuk umbi bulat, lonjong dan memanjang, morfologi akar serabut dan tunggang. Kegunaan tanaman umbi bagi masyarakat sekitar adalah untuk sarana upacara, bahan makanan, pakan ternak dan untuk obat herbal. Jenis tanaman umbi yang paling sering digunakan adalah ubi jalar. Kandungan gizi dari tanaman umbi – umbian sangat banyak yaitu protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalsium, zat besi vitamin, sehingga bisa dijadikan pengganti

beras sebagai bahan pangan utama masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M.. 2011. Pangan Fungsional

untuk Kesehatan yang  Optimal.

Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Atirrosyidah,R.M.,Teti,E..2015.     Jurnal

Pangan dan Agroindustri. Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi-Umbian Lokal Inferior: Kajian Pustaka. 3 (2) : 594 – 601.

Dewan Ketahanan Pangan. 2005. Peta Kerawanan Pangan Indonesia. Jakarta.

Kinasih, N.A.,D. Saptadi, L. Soetopo. 2017. Variasi Karakter Morfologi Tanaman Uwi (Dioscorea alata L.) Di Kabupaten Tuban dan Malang. Jurnal Produksi Tanaman. 5 (6) : 971 – 980.

Lende,M, Theresia,L.B.,    Maria,T.D.,

Siprianus, R.T. 2020. Jurnal Biotropikal Sains.   Inventarisasi

Jenis     Umbi-Umbian     Dan

Pemanfaatannya Sebagai Substitusi Bahan Pangan Pokok Di Desa Waimangura Kecamatan Wewewa Barat Kabupaten Sumba Barat Daya. 17(1) : 103 – 117.

Purnomo, B.S. Daryono, Rugayah, I. Sumardi. 2012. Studi Etnobotani Dioscorea Spp. (Dioscoreaceae) dan Kearifan Budaya Lokal Masyarakat

disekitar Hutan Wonosadi Gunung Kidul Yogyakarta. Jurnal Natur Indonesia 14 (3) : 191 – 198.

Rukmana, R. 1998. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta

Sudarnadi,H.. 1995.Tumbuhan Monokotil. Penebar Swadaya. Jakarta

Wibawa, I.P.A.H.,Agung,K.,Bayu,A. 2011. Buletin Kebun Raya. Studi Keragaman Jenis, Kandungan Gizi Esensial Dan  Kalsium Oksalat

Dioscorea Di  Pulau Bali Dan

Lombok. 14 (2) : 1-8.

Wuryantoro, Sukar., Indah R.P., dan Ratna M. W. 2016. Explorasi Plasma Nutfah dan Pengembangan Uwi Sebagai Upaya Menunjang Program Diversifikasi Pangan Non Beras. Laporan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Merdeka. Madiun.

Wuryantoro, M. Arifin, 2017. Explorasi Dan Identifikasi Tanaman Umbi-Umbian (Ganyong, Garut, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Talas Dan Suweg) Di Wilayah Lahan Kering Kabupaten Madiun. Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi 18 (2) : 72 – 79.

Yofananda,O., Teti, E..  2016. Potensi

Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Penurun Glukosa Darah. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1) : 410 - 416.

DOI: https://doi.org/10.24843/JSIMBIOSIS.2022.v10.i02.p01

139