POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA PELIATAN, KECAMATAN UBUD, BALI
on
SIMBIOSIS VIII (2): 72-82
Program Studi Biologi FMIPA UNUD
eISSN: 2656-7784
September 2020
http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis
POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA PELIATAN, KECAMATAN UBUD, BALI
ECOTOURISM DEVELOPMENT POTENTIAL IN PELIATAN VILLAGE, UBUD, BALI
I Nyoman Gede Wisesa Adnyana1, I Ketut Ginantra1, Ida Ayu Astarini1
-
1 Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Bukit Jimbaran
-
Email : wisesaadnyana52@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi yang dimiliki di Desa Peliatan untuk pengembangan ekowisata dan kelayakan Desa Peliatan jika dikembangkan sebagai destinasi ekowisata. Parameter yang diamati terdiri dari 4 aspek yaitu aspek daya tarik wisata, aspek aksesibilitas, aspek amenity dan ancilliary. Metode yang digunakan dalam memperoleh data yaitu wawancara mendalam kepada kepala desa, masyarakat dan pengunjung, studi literatur, observasi dan kuisioner dengan metode accidental. Analisis data menggunakan metode skoring dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Desa Peliatan memiliki potensi dalam aspek daya tarik alam yaitu keanekaragaman flora dan satwa liar, ekosistem sawah dan sungai, daya tarik budaya, daya tarik buatan manusia, aksesibilitas, amenitas, ancilliary dan partisipasi masyarakat untuk pengembangan sebagai desa ekowisata. Desa Peliatan layak dikembangkan berdasarkan 5 kriteria pada pedoman analisis ADO-ODTWA sebagai kawasan ekowisata dengan indeks kelayakan sebesar 96.11%.
Kata Kunci: daya tarik, fauna, flora, kelayakan destinasi, pariwisata berkelanjutan.
ABSTRACT
The purpose of this study is to find out the potential of Peliatan Village to be an ecotourism village and the eligibility of Peliatan Village to be an ecotourism destination. Four aspects were observed. They were attraction, accessibility, amenity and ancillary. The method used to collect the data were deep-interview with the Head of Peliatan Village, locals, and visitors, literature review, observation and accidental questionnaire. Data analysis was carrie on by scoring and description. The result of the observation shows that Peliatan Village has the potential relating to the natural attraction e.g. the diversity flora and wild animals, ecosystem of rice field and river, cultural attraction, man-made attraction, accessibility, amenity, ancillary and society's participation in the development of ecotourism village. Peliatan Village is eligible to be expanded into an ecotourism area based on the five criteria of ADO-ODTWA with eligibility index of 96.11%.
Keywords: attraction, destination eligibility, fauna, flora, sustainable tourism.
PENDAHULUAN
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang bersifat khas yang mengandung tiga unsur ”eco”, yaitu memperhatikan aspek ekologis, dimana kegiatan ekowisata harus ramah lingkungan, memperhatikan aspek ekonomis, kegiatan ini menguntungkan bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat disekitar kegiatan yang dilaksanakan, dan memperhatikan persepsi
masyarakat (Evaluating Community Opinion) dimana kegiatan ini harus memperhatikan pendapat dan melibatkan masyarakat lokal (Western, 1995; Dalem, 2002; Dalem 2004).
Bali menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor yang dikembangkan untuk mendukung perekonomian. Faktor yang mengakibatkan kesan yang kuat bagi
wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali adalah budaya dan alam di Pulau Bali (Utama, 2016). Ubud menjadi salah satu kecamatan di Pulau Bali yang dikenal oleh wisatawan lokal maupun mancanegara akan budaya dan keindahan alamnya (Hijriati dan Mardiana, 2014). Salah satu desa di Ubud yang memperkenalkan budaya Bali ke manca negara yaitu Desa Peliatan.
Desa Peliatan berlokasi di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Desa Peliatan berada dalam transisi jaman ke arah serba modern, pengaruh budaya luar yang semakin kuat, namun tata cara kehidupan dan budaya tradisional masih mendominasi sehingga mampu menjadi daya tarik kedatangan wisatawan. Desa Peliatan sejak tahun 1931 berkembang sebagai kawasan wisata budaya dan terkenal akan hasil kerajinan masyarakatnya seperti seni ukir, patung, tari dan seni lukis. Seni budaya yang dimiliki oleh Desa Peliatan berpotensi sebagai daya dukung dalam pengembangan kawasan ekowisata.
Inisiatif pengembangan ekowisata di Desa Peliatan sudah dimulai antara lain atas inisiatif Anak Agung Gde Raka Dalem yang merupakan salah satu tokoh masyarakat asal Banjar Ambengan Desa Peliatan – Ubud bersama dengan tokoh Desa Peliatan antara lain Prof. Wayan Suarna, Made Dwi Sutaryantha dimana pada saat itu Anak Agung Gde Raka Dalem sebagai pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Peliatan sekaligus dosen ekowisata, ilmu-ilmu lingkungan dan Tri Hita Karana dari Universitas Udayana. Tokoh Desa Peliatan ini berusaha mengembangkan ekowisata di Desa kelahirannya Peliatan-Ubud sejak sekitar tahun 1990-an untuk memperkaya pariwisata budaya yang sudah populer di desa tersebut, terutama melalui berbagai kajian penelitian dan publikasi ilmiah serta pemberdayaan masyarakatnya.
Salah satu komponen penting dalam ekowisata yaitu daya tarik. Daya tarik belum atau tidak dikembangkan dapat dikatakan sebagai sumber daya potensial dan belum dapat dikatakan daya tarik wisata, hingga
ada suatu pengelolaan untuk
mengembangkannya (Sudiarta, 2006).
Ekowisata dapat menjadi dasar menuju pariwisata berkelanjutan
dikarenakan terkandung prinsip edukasi mengenai alam dimana masyarakat juga memperoleh manfaatnya. Dari prinsip edukasi mengenai alam dan manfaatnya terhadap masyarakat, maka Bali termasuk Desa Peliatan berpotensi dikembangkan sebagai ekowisata karena memiliki sumber daya alam dan sosial budaya masyarakat yang mampu menunjang pengembangan pariwisata.
Menurut Dewi dkk. (2017) jika sumber daya alam tersebut dikelola dengan baik maka akan dapat menunjang ekowisata. Berdasarkan uraian di atas, menjadi tujuan dilakukan penelitian untuk mengkaji potensi-potensi dan kelayakan di Desa Peliatan sebagai pengembangan destinasi ekowisata.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Desa Peliatan Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali dimulai pada bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Mei 2020. Alat yang digunakan yaitu alat tulis dan handphone. Bahan yang digunakan yaitu kuisioner dan panduan wawancara.
Data potensi, daya tarik di Desa Peliatan dan kelayakan desa sebagai kawasan ekwosiata diperoleh dari hasil pengamatan lapangan, kuisioner yang ditujukan kepada 40 wisatawan mancanegara dan masyarakat Desa Peliatan sebanyak 100 orang secara accidental dan wawancara kepada Kepala Desa Peliatan, Bendesa Adat Peliatan secara in-depth interview. Kriteria yang dinilai yaitu :
-
1. Attraction; unsur yang diamati yaitu atraksi, keunikan sumber daya, banyaknya jenis sumber daya, variasi kegiatan, kebersihan lokasi, keamanan dan kenyamanan.
-
2. Aksesibility; unsur yang diamati yaitu kondisi dan jarak jalan darat, tipe jalan dan waktu tempuh dari pusat kota.
-
3. Amenity; unsur yang diamati yaitu penginapan dan rumah makan yang ada di kawasan Desa Peliatan.
-
4. Ancilliary; unsur yang diamati yaitu toko souvenir, fasilitas kesehatan, keuangan, keamanan dan olahraga.
Data kelayakan desa sebagai kawasan ekowisata dianalisis berdasarkan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) (Ditjen PHKA, 2003) yang dimodifikasi pada beberapa kriteria yaitu unsur variasi kegiatan alam ditambahkan sub unsur birdwatching, unsur keamanan ditambahkan sub unsur bebas dari rabies dan HIV dan menambakan satu unsur baru yaitu persepsi masyarakat dengan dua sub unsur. 5 kriteria dari 15 kriteria (ADO-ODTWA) (Ditjen PHKA, 2003) yang dinilai yaitu Daya tarik wisata, Aksesibility, Akomodasi, Sarana dan prasarana dan Persepsi masyarakat dipilih karena telah mewakilkan aspek dari ekowisata yaitu ecology, economy dan evaluating community opinion khususnya dari segi Biologi. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian menggunakan rumus :
S = N x B
Keterangan :
S = skor/nilai suatu kriteria
N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = bobot nilai
Hasil perhitungan dan analisis tiap kriteria diklasifikasikan dalam 3 tingkat kelayakan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Interval (I) klasifikasi ditentukan dengan rumus berikut :
I : Nilai Maksimal – Nilai Minimum Banyaknya Klasifikasi
Hasil pengolahan data mengenai potensi dan kelayakan ekowisata lalu diuraikan secara deskripsi. Hasil penilaian 5 kriteria ODTWA digunakan sebagai gambaran potensi dan kelayakan Desa Peliatan sebagai kawasan ekwosiata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
-
A. Potensi Desa Peliatan untuk
Pengembangan Ekowisata
Atraksi
Hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan Desa Peliatan menunjukkan daya tarik kategori tinggi dengan nilai 870 (Tabel 1). Atraksi potensial Desa Peliatan meliputi
-
1. Daya tarik alam a. Sawah
Luas lahan persawahan di Desa Peliatan mencapai 237 Ha terdiri dari 12 subak (Badan Pusat Statistik, 2019). Subak dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata sehingga dapat mempertahankan lahan sawah dari pengalihan fungsi lahan contohnya sebagai agro-ekowisata (Artawan dan Sunarta, 2016).
-
b. Flora dan fauna
Hasil pengamatan di lapangan teridentifikasi sebanyak 78 jenis flora (Lampiran 1). Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan hasil penelitian Muksin dkk. (2012) di wilayah Desa Peliatan yang berhasil menemukan dan mengidentifikasi 100 jenis herba dan liana dan hasil penelitian Suarna dkk. (2012) berhasil diidentifikasi 148 jenis pohon. Pemanfaatan terbesar 33,33% tumbuhan yang teridentifikasi sebagai tanaman hias, 30,77% pemanfaatan sebagai sarana upakara, serta makanan dan sayur-mayur 26% dan 6%. sebagai bahan obat dan gulma. Menurut Darmadi et al. (2019) tanaman
hias, tanaman upakara dan tanaman peneduh memberi keindahan dan keunikan di lingkungan Desa Cengkilung, Kota Denpasar dan Desa Penglipuran sebagai daya tarik wisata.
Fauna yang ditemukan dan diidentifikasi yaitu 14 spesies (Lampiran 2). Penelitian Dalem dkk. (2014) kawasan Desa Peliatan yang memiliki potensi untuk pengamatan satwa liar terutama burung meliputi sekitar Banjar Pande Peliatan, Pura Alas Arum, subak Pangkung dan daerah Santian.
Menurut Muttaqien et al. (2015)
keanekaragaman spesies burung yang tinggi menunjukkan potensi daya tarik dalam pengembangan ekowisata seperti kegiatan bird watching. Burung sebagai atraksi ekowisata "bird watching" yaitu keragaman
jenis, status dan perilaku (Dalem dkk., 2012; Suaskara, 2016).
-
c. Sungai Ten Teep
Sungai ini diberi nama sungai ten teep oleh masyarakat karena keberadaan sugai ini berada di bawah pohon teep dimana kata ten berasal dari kata beten atau dalam bahasa Indonesia berati di bawah sedangkan teep merupakan salah satu jenis tanaman yang kemudian dikenal sebagai sungai ten teep. Akses menuju ke sungai masih berupa jalan tanah. Wisatawan dapat melakukan aktivitas meditasi di grojogan.
-
2. Daya tarik budaya
-
a. Seni tari dan tabuh Desa Peliatan
Anak Agung Gede Mandera merupakan perbekel pertama Desa Peliatan yang berdedikasi terhadap seni di Desa Peliatan, beliau bersama dengan sekaa gong Gunung Sari Peliatan memperkenalkan seni tari dan tabuh Desa Peliatan keliling Eropa dan Amerika pada tahun 1931. Seniman tabuh lainnya yang terkenal antara lain I Wayan Gandra dan Made Lebah. Wisatawan dapat melihat pertunjukan tari di Desa Peliatan antara lain di Balerung stage, Ancak Saji Puri Peliatan serta beberapa bale banjar di lingkungan Desa Peliatan b. Seni lukis dan ukir
Seni lukis di Desa Peliatan muncul dari seniman-seniman besar seperti Ida Bagus Made dan Wayan Jujul asal banjar Tebesaya dan Ida Bagus Sugata asal banjar Ambengan. Seniman patung yang ada di Desa Peliatan antara lain Anak Agung Gde Raka asal banjar Ambengan yang merupakan anggota seniman Pitamaha tahun 1930-an, Wayan Ayun, I Wayan Winten dan Made Budiasa asal Banjar Teges Kawan Yangloni.
-
c. Puri Peliatan
Puri Peliatan merupakan destinasi yang dikunjungi oleh wisatawan dan merupakan daya tarik wisata di Desa Peliatan. Wisatawan dapat belajar mengenai tari, ukir dan belajar musik tradisional Bali yaitu gambelan Desa Peliatan.
-
d. Festival rurung
Festival rurung merupakan salah satu kegiatan yang diadakan tiap satu tahun
sekali yang diselenggarkan pada akhir tahun. Wisatawan dapat menikmati makanan tradisional dan seni budaya Desa Peliatan.
-
3. Daya tarik buatan manusia
-
a. Kerajinan tangan
Salah satu seniman yang masih menjalankan usaha kerajinan tangan yaitu Serayu pot and Terracotta yang dikelola oleh bapak I Wayan Cameng. Wisatawan dapat mengikuti kelas untuk melukis pot kemudian dapat dibawa sebagai souvenir. e. Rurung Banjar Yangloni
Rurung atau jalan gang kawasan Banjar Yangloni telah dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa sebagai daya tarik wisata di Desa Peliatan. Pengunjung dapat berfoto dengan background telajakan dan gapura pintu masuk rumah warga lokal.
Kebersihan lokasi
Desa Peliatan memiliki program gerakan 1.000.000 biopori berkoordinasi dengan PEGO yang tersebar di seluruh kawasan Desa Peliatan. Salah satu pemanfaatan biopori di Desa Peliatan adalah sebagai tempat pengolahan sampah organik dan mengurangi genangan air karena air akan langsung masuk kedalam tanah. Selain gerakan 1.000.000 biopori, Desa Peliatan memiliki awig-awig (aturan adat di Bali) mengenai sampah.
Keamanan
Protokol kesehatan terkait new normal yang diterapkan Desa Peliatan yaitu masyarakat dan seluruh pengunjung Desa Peliatan wajib menggunakan masker di areal umum desa, tempat cuci tangan dan hand sanitizer di beberapa areal publik seperti rurung/gang inisiatif dari masyarakat, pasar Peliatan dan seluruh Banjar di Desa Peliatan, penyemprotan disinfektan yang dilakukan setiap satu minggu sekali tertera dalam APBDES Peliatan, menerapkan social dan physical distancing.
Tabel 1. Atraksi wisata di kawasan Desa Peliatan | |||
No |
I Indikator |
Skor |
Skor Maksimal |
1 |
Atraksi |
25 |
30 |
Variasi |
25 |
30 | |
2 |
kegiatan wisata | ||
Banyaknya |
15 |
30 | |
3 |
jenis sumber | ||
daya | |||
4 |
Kebersihan |
30 |
30 |
5 |
Keamanan |
25 |
30 |
6 |
Kenyamanan |
25 |
30 |
Jumlah (nilai x |
145 x 6 |
1080 | |
bobot (6)) |
= 870 | ||
Keterangan : | |||
Klasifikasi nilai total : 358-598 = rendah; 599-839 = | |||
sedang; 840-1080 = tinggi |
Aksesibilitas
Akses menuju lokasi wisata di kawasan Desa Peliatan tergolong tinggi dengan nilai sebesar 450 (Tabel 2). Pengunjug dapat menggunakan jasa transportasi konvensional (taksi) atau jasa transportasi online menuju Desa Peliatan Akses jalan menuju Desa Peliatan merupakan jalan beraspal sehingga mudah diakses dengan kendaraan pribadi.
Aksesibilitas merupakan faktor yang mempermudah wisatawan untuk mencapai destinasi wisata namun akses yang mudah akan memicu wisata massal akibat tingginya kunjungan wisatawan (Yuniarti dkk., 2018).
Tabel 2. Aksesibilitas wisata di kawasan Desa Peliatan | ||
No Indikator |
Skor |
Skor Maksimal |
Kondisi dan jarak jalan |
30 |
30 |
2 Tipe jalan |
30 |
30 |
Waktu |
30 | |
3 tempuh dari pusat kota |
30 | |
Jumlah (nilai x |
90 x 5 = |
450 |
bobot (5)) |
450 |
Keterangan :
Klasifikasi nilai total : 148-248 = rendah; 249-34
=sedang; 350-450 = tinggi
Amenitas
Amenitas wisata yang terdapat di kawasan Desa Peliatan tergolong tinggi dengan nilai 90 (Tabel 3). Wisatawan memiliki dua pilihan untuk menginap yaitu hotel dan homestay atau villa yang dikelola oleh masyarakat lokal. Terdapat 35 unit homestay yang ada di Desa Peliatan.
Menurut Chusmeru dan Noegroho (2010) homestay merupakan salah satu pilihan yang menarik wisatawan untuk menginap karena masyarakat lokal dapat meperkenalkan dan mengajarkan budaya yang ada di desa kepada wisatawan.
Restoran atau rumah makan yang ada di Desa Peliatan antara lain Bebek Tepi Sawah dan Sawah Indah Resto Ubud. Pengunjung yang vegetarian dapat mengunjungi restoran Sayuri Healing Food. Selain restoran terdapat juga rumah makan yang dikelola masyarakat lokal dan sore hari wisatawan dapat mengunjungi alun-alun desa untuk wisata kuliner yang dijual masyarakat lokal.
Tabel 3. Amenitas wisata di kawasan Desa Peliatan
No Indikator |
Skor |
Skor Maksimal |
Jumlah kamar |
30 |
30 |
Jumlah (nilai |
30 x 3 = |
90 |
x bobot (3)) |
90 |
Keterangan :
Klasifikasi nilai total : 28-48 = rendah; 49-69 = sedang; 70-90 = tinggi
Ancilliary
Ketersediaan fasilitas pendukung di kawasan Desa Peliatan tergolong tinggi dengan nilai sebesar 300 (Tabel 4). Restoran vegetarian, food court, pasar modern dan pasar tradisional. Rental motor. Fasilitas kesehatan yaitu Posko kesehatan desa. Fasilitas keuangan yaitu bank. Fasilitas olahraga yaitu lapangan bulu tangkis dan sepak bola. Desa Peliatan memiliki posko keamanan yang disebut dengan pos badan keamanan desa (Bankandes).
Tabel 4. Ancilliary di Desa Peliatan
No |
Indikator |
Skor |
Skor Maksimal |
1 |
Sarana |
50 |
50 |
2 |
Prasarana |
50 |
50 |
Jumlah (nilai x bobot (3)) |
100 x 3 = 300 |
300 |
Keterangan :
Klasifikasi nilai total : 19-112 = rendah; 113-206 = sedang; 207-300 = tinggi
Persepsi dan Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat terhadap pengembangan Desa Peliatan menjadi ekowisata tergolong tinggi (Tabel 5). Hasil wawancara terhadap 100 warga Desa Peliatan menujukkan hasil bahwa 100 responden menjawab setuju. Masyarakat berharap dengan Desa Peliatan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata maka dapat meningkatkan desa khususnya di bidang pariwisata sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Rizkianto dan Topowijono (2018) apabila kegiatan ekowisata berjalan maka kelestarian lingkungan akan terjaga disamping dapat memberikan peluang pekerjaan baru untuk menunjang perekonomian masyarakat.
Tabel 5. Persepsi masyarakat
No |
Indikator |
Skor |
Skor Maksimal |
1 |
Mendukung dikembangkan Berpartisipasi dalam |
30 |
30 |
2 |
kegiatan pengelolaan ekowisata |
30 |
30 |
Jumlah (nilai x bobot (6)) |
60 x 6 = 360 |
360 |
Keterangan :
Klasifikasi nilai total : 58-158 = rendah; 159-259 = sedang; 260-360 = tinggi
-
B. Kelayakan Desa Peliatan jika Dikembangkan sebagai Kawasan Ekowisata
Tabel 6 menunjukkan hasil penilaian kriteria ODTWA terhadap desa Peliatan sebagai kawasan ekowisata dengan tingkat kelayakan ekowisata yaitu layak untuk dikembangkan dengan indeks kelayakan yaitu 96,11%. Hasil ini karena aspek pada masing - masing ekowisata menunjukkan potensi tinggi, seperti pada aspek aksesibilitas, akomodasi, sarana dan prasaran serta persepsi masyarakat dengan indeks nilai potensi yaitu 100%. Potensi wisata dengan indeks nilai potensi 80,56% perlu ditingkatkan dari berbagai aspek hingga memenuhi syarat dari pengembangan konsep ekowisata.
Tabel 6. Hasil penilaian kelayakan ekowisata Desa Peliatan
No |
Kriteria Penilaian |
Bobot (B) |
Nilai Total (N) * |
Nilai Max Potensi ODTWA (Smax) ** |
Nilai Poten si (Si) *** |
Indeks Nilai Potensi (%) **** |
Tingkat Kelayakan |
1 |
Daya tarik |
6 |
145 |
180 |
870 |
80,56 |
Layak |
wisata |
dikembangkan | ||||||
2 |
Aksesibility |
5 |
90 |
145 |
450 |
100 |
Layak dikembangkan |
3 |
Akomodasi |
3 |
30 |
30 |
90 |
100 |
Layak dikembangkan |
4 |
Sarana dan |
3 |
100 |
100 |
300 |
100 |
Layak |
prasarana |
dikembangkan | ||||||
5 |
Persepsi |
6 |
60 |
60 |
360 |
100 |
Layak |
masyarakat |
dikembangkan | ||||||
Jumlah |
425 |
545 |
1765 |
96,11 |
Layak dikembangkan |
Keterangan :
* Hasil penilaian terhadap destinasi wisata
** Skor tertinggi untuk setiap kriteria
*** Hasil perkalian antara bobot dengan nilai total
**** Indeks kelayakan: Hasil pembagian nilai maksimal dengan nilai potensi
KESIMPULAN
Desa Peliatan memiliki potensi dalam aspek daya tarik alam yaitu keanekaragaman flora dan satwa liar, ekosistem sawah dan sungai, daya tarik budaya, aksesibilitas, amenitas, ancilliary dan partisipasi masyarakat untuk pengembangan sebagai desa ekowisata. Desa Peliatan layak dikembangkan berdasarkan 5 kriteria pada pedoman analisis ADO-ODTWA sebagai kawasan ekowisata dengan indeks kelayakan sebesar 96.11%.
SARAN
Pengelolaan sawah di Desa Peliatan perlu dikembangkan kembali untuk mempertahankan lahan persawahan dari pengalihan fungsi lahan. Daya tarik alamnya perlu dikembangkan dan dilakukan promosi kepada pengunjung. Untuk menyempurnakan kajian ini, perlu dilakukan kajian ekowisata sesuai dengan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata daerah Bali sesuai dengan acuan Dalem (2004).
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih juga peneliti ucapkan kepada A. A. Gd. Raka Dalem, Fransiscus Xaverius Sudaryanto dan I Ketut Muksin atas bimbingan dan saran dalam penulisan. Terimakasih kepada I Made Dwi Sutaryantha selaku Kepala Desa Peliatan beserta jajarannya dan seluruh masyarakat Desa Peliatan yang telah mengizinkan dan mendukung penulis untuk melakukan pengambilan data di Desa Peliatan.
DAFTAR PUSTAKA
Artawan, I. M. J dan Sunarta, I. N. 2016.
Strategi Krama Subak Dalam
Menanggulangi Alih Fungsi Lahan Pertanian Akibat Pariwisata. Jurnal Destinasi Pariwisata. 4(2): 134-138.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Ubud Dalam Angka 2019. UD. Astari, Denpasar.
Chusmeru dan Noegroho, A. 2010. Potensi ketenger sebagai desa wisata di Kecamatan Batu Raden, Kabupaten Banyumas. Jurnal Analisis
Pariwisata. 10(1): 16-23.
Dalem A. A. G. R. 2002. Ecotourism in Indonesia. In T. Hundloe (ed.) Linking Green Productivity to Ecotourism: Experiences in the Asia-Pacific Region. Tokyo: Asian Productivity Organization.
Dalem, A. A. G. R. 2004. Merumuskan Prinsip-prinsip dan Kriteria Ekowisata Daerah Bali. Jurnal Bumi Lestari. 4(2): 86-90.
Dalem, A. A. G. R., Muksin, I. K., Sudirga, K. S., Suaskara, I. B. M. 2012. Burung Sebagai Atraks Ekowisata di Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Bali. Jurnal Bumi Lestari. 3(2):96-105.
Dalem, A. A. G. R., Widana, I. N., dan Putri, I. A. T. E. 2014. Burung Sebagai Atraksi Ekowisata Di Kawasan Pariwisata Ubud, Bali. Jurnal Bumi Lestari. 14(2): 125-132.
Darmadi, A. A. K., Wirasiti, N. N., dan Ginantra, I. K. (2019). Diversity of Species and Benefits of Telajakan Plant as a Potential Tourism
Attraction in Bali. Journal of
Environmental Management and
Tourism, 1(1): 109-120.
Dewi, N. P. R. M., Sutarjo, Treman, I. W. 2017. Studi Kelayakan Objek Wisata Alam Monkey Forest (Mandala Wisata Wenara Wana) Untuk Pengembangan Ekowisata Di Desa Padangtegal, Kecamatan Ubud,
Kabupaten Gianyar. Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan
Pendidikan Hukum dan Ilmu Sosial (Skripsi). Tidak dipublikasikan.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003. Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Jakarta.
Hijriati, E. dan Mardiana, R. 2014. Pengaruh Ekowisata Berbasis
Masyarakat Terhadap Perubahan
Kondisi Ekologi, Sosial Dan Ekonomi Di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal Sosiologi Pedesaan. 2(3): 146159.
Muksin, I. K., Dalem, A. A. G. R., dan Joni, M. 2012. Jenis-Jenis Herba Dan Liana Di Desa Peliatan, Ubud-Bali, Kepercayaan Masyarakat Dan Mitos Yang Berkembang Tentang
Tumbuhan Tersebut. Jurnal
Ecotrophic. 4(1): 38-42.
Rizkianto, N., dan Topowijono. 2018. Penerapan Konsep Community Based Tourism Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berkelanjutan (Studi Pada Desa Wisata Bangun, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek). Jurnal Administrasi Bisnis. 58(2): 20-26.
Suarna, I W., Dalem, A. A. G. R., dan Wirasiti, N. N. 2006. Jenis pohon, pemanfaatan serta kepercayaan masyarakat Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar-Bali. Jurnal
Lingkungan Hidup Bumi Lestari. 6(1): 29-48.
Suaskara, I. B. M. 2016. Keberadaan Jenis Burung Di Persawahan Subak Latu, Salah Satu Daya Tarik Ekowisata. Jurnal Simbiosis. 4(1): 22-25 I.
Sudiarta, M. 2006. Ekowisata Hutan Mangrove : Wahana Pelestarian Alam Dan Pendidikan Lingkungan. Jurnal Manajemen Pariwisata. 5(1): 1-25.
Utama, I Gusti Bagus Rai. 2016. Keunikan Budaya dan Keindahan Alam sebagai Citra Destinasi Bali menurut Wisatawan Australia Lanjut Usia. Jurnal Kajian Bali. 6(1): 149-172.
Western, D. 1995. Ekoturisme: Petunjuk Untuk Perencanaan dan Pengelolaan. The Ecotourism Society North Benington, Vermont. Jakarta.
Yuniartia, E., Soekmadib, R., Arifinc, H.
S., Noorachmatd, B. P. 2018. Analisis Potensi Ekowisata Heart Of Borneo Di Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 8(1): 44-54.
Lampiran 1. Jenis-jenis Tumbuhan yang Teridentifikasi di Lingkungan Desa Peliatan
No |
Nama |
Status |
Kegunaan | |
L/ TL |
DL/ TDL | |||
1 |
Alamanda (Allamanda catartica) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
2 |
Alpukat (Persea sp.) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
3 |
Ambengan /alang-alang (Imperata clyindrica) |
TL |
TDL |
Bahan atap bangunan |
4 |
Andong bang (Cordyline terminalis) |
TL |
TDL |
Tanaman hias, sarana upakara |
5 |
Bambu ampel (Bambusa sp.) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
6 |
Bambu/tiing tali (Gigantochloa apus) |
TL |
TDL |
Tali bambu/bahan anyaman, sarana upakara |
7 |
Base / Sirih (Piper betle) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
8 |
Belimbing (Averhoa carambola) |
TL |
TDL |
Buah dimakan, daun bisa diolah menjadi lawar |
9 |
Belimbing buluh (Averhoa bilimbi) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
10 |
Beringin (Ficus benjamina) |
L |
TDL |
Sarana upakara |
11 |
Buah naga (Hylocereus sp.) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
12 |
Bunga desember (Scadoxus multiflorus) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
13 |
Bunga Pelung / Kembang Pelung (Thunbergia sp.) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
14 |
Celeng / Teleng (Clitoria ternatea) |
TL |
Tanaman hias | |
15 |
Cempaka (Michelia alba) |
L |
TDL |
Sarana upakara |
16 |
Dadap (Erethrina samburbans) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
17 |
Daluman / Cincau Rambat (Cyclea barbata) |
TL |
TDL |
Minuman tardisional (Daluman) |
18 |
Durian (Durio zibetinus) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
19 |
Gemitir (Tagetes erecta) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
20 |
Gingseng jawa (Talinum paniculatum) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
21 |
Ikut lutung (Acalypha hispida) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
22 |
Jagung (Zea mays) |
TL |
TDL |
Makanan |
23 |
Jaka (Arenga pinnata) |
TL |
TDL |
Bahan nira/tuak, sarana upakara |
24 |
Jambu air (Psidum aquatica) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
25 |
Jeruk bali (Citrus maxima) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
26 |
Kacang panjang ( Vigna sinense L) |
TL |
TDL |
Bahan sayur |
27 |
Kaktus (Cactus sp.) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
28 |
Kamboja (Plumeria sp.) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
29 |
Kamboja merah (Plumeria rubra) |
TL |
TDL |
Sarana upakara, tanaman hias |
30 |
Katuk (Sauropus androgynus) |
L |
TDL |
Obat tradisional (loloh) |
31 |
Kedondong (Spondias sp.) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
32 |
Kelapa (Cocos nucivera) |
TL |
TDL |
Sarana upakara, buah untuk minyak dan jajan |
33 |
Kelor (Moringa oliefera ) |
L |
TDL |
Sarana upakara, daun dapat diolah menjadi makanan |
34 |
Kembang kertas (Bougenvillea spectabilis) |
TL |
TDL |
Tanaman hias, sarana upakara |
35 |
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) |
TL |
TDL |
Tanaman hias, sarana upakara |
36 |
Leci (Litchi chinensis) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
37 |
Lidah buaya (Aloe vera) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
38 |
Lidah mertua (Sansivera sp.) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
39 |
Mangga (Mangifera indica) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
40 |
Melati jepang (Pseuderanthemum reticulatum) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
41 |
Meniran (Philanthus niruri) |
TL |
TDL |
Gulma |
42 |
Nangka (Arthocarpuys heterophylla) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
43 |
Nusa indah merah |
TL |
TDL |
Tanaman hias, sarana |
upakara | ||||
44 |
Pacah / Pacar air (Impatiens balsamina) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
45 |
Padi (Oryza sativa) |
TL |
TDL |
Makanan utama |
46 |
Paku Simbar menjangan (Plathycerium bifurcatum) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
47 |
Palem jari/waregu (Rhaps excelsa) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
48 |
Palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
49 |
Pandan Duri (Pandanus tectorius) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
50 |
Pandan Harum (Pandanus amaryllifoleu) |
L |
TDL |
Sarana upakara |
51 |
Paye / Pare (Mimordica sp.) |
TL |
TDL |
Bahan sayur |
52 |
Peji (Pinanga coronata) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
53 |
Pepaya (Carica papaya) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
54 |
Pipis- pipisan (paku) (Pyrrosia sp.) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
55 |
Pisang (Musa paradisiaca) |
TL |
TDL |
Sarana upakara, buah dimakan |
56 |
Pucuk merah (Syzygium oleana) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
57 |
Puring (Codiaeum variegatum) |
TL |
TDL |
Sarana upakara, tanaman hias |
58 |
Putri malu (Mimosa pudica) |
TL |
TDL |
Liar/gulma |
59 |
Rambutan (Nephelium lappaceum) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
60 |
Ratna (Gomphrena globosa) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
61 |
Sandat (Cananga odorata) |
TL |
TDL |
Sarana upakara, tanaman hias |
62 |
Sirih (Piper betle) |
TL |
TDL |
Sarana upakara |
63 |
Soka (Ixora grandiflora) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
64 |
Sotong /jambu biji (Psidium guajava ) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
65 |
Srikaya (Annona squamosa) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
66 |
Teeb (Artocarpus odoratissumu) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
67 |
Tibah (Morinda citrifolia) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
68 |
Tomat (Solanum lycopersicum) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
69 |
Wani (Mangifera caesia) |
TL |
TDL |
Buah dimakan |
70 |
Widelia (Widelia sp.) |
TL |
TDL |
Tanaman hias |
Keterangan :
TL : Tidak Langka berdasarkan acuan BKSDA Bali, 1998
L : Langka berdasarkan acuan BKSDA Bali, 1998
DL : Dilindungi (Permen LHK No. 106 Tahun 2018)
TDL ; Tidak dilindungi (Permen LHK N0. 106 Tahun 2018)
Lampiran 2. Jenis-jenis Hewanyang Teridentifikasi di Lingkungan Desa Peliatan
No |
Nama |
Nama Inggris |
Kelas |
Status | |
L/ TL |
DL/ TDL | ||||
1 |
Kuntul besar (Egretta alba) |
Great egrat |
Aves |
TL |
TDL |
2 |
Keruak (Amaurornis phoenicurus) |
White-breasted Waterhen |
Aves |
TL |
TDL |
3 |
Kadal (Mabouya multifasciata) |
Many-striped Skink |
Reptil |
TL |
TDL |
4 |
Capung sambar hijau (Orthetrum sabina) |
Variegated Green Skimmer |
Insecta |
TL |
TDL |
5 |
Walet (Collocalia linchi) |
Cave Swiftlet |
Aves |
TL |
TDL |
6 |
Bebek (Anas platyrhynchos domesticus) |
Mallard |
Aves |
TL |
TDL |
7 |
Kuntul perak (Egretta intermedia) |
Plumed Egret |
Aves |
TL |
TDL |
8 |
Tekukur (Streptopelia chinensis) |
Spotted Dove |
Aves |
TL |
TDL |
9 |
Burung gereja (Passer montanus) |
Eurasian Tree Sparrow |
Aves |
TL |
TDL |
10 |
Kuntul kecil (Egretta garzetta) |
Little Egret |
Aves |
TL |
TDL |
11 |
Koi (Cyprinus rubrofuscus) |
Koi |
Esteichth yes |
TL |
TDL |
12 |
Kutilang (Pycnonotus Aurigaster) |
Sooty-headed Bulbul |
Aves |
TL |
TDL |
13 |
Kuntul kerbau (Bubulcus ibis) |
Cattle Egret |
Aves |
TL |
TDL |
14 |
Dara (Columba livia) |
Rock Dove |
Aves |
TL |
TDL |
Keterangan :
TL : Tidak Langka berdasarkan acuan BKSDA Bali, 1998
L : Langka berdasarkan acuan BKSDA Bali, 1998
DL : Dilindungi (Permen LHK N0. 106 Tahun 2018)
TDL ; Tidak dilindungi (Permen LHK N0. 106 Tahun 2018)
82
Discussion and feedback