INVENTARISASI JENIS – JENIS ULAR YANG DITEMUKAN DI SEKITAR PANTAI MERTA SARI DAN PADANG GALAK
on
JURNAL SIMBIOSIS V (2 ): 69 - 72
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224
September 2017
http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis
Directoryof OPEN ACCESS JOURNALS
INVENTARISASI JENIS – JENIS ULAR YANG DITEMUKAN DI SEKITAR PANTAI MERTA SARI DAN PADANG GALAK
INVENTORY SNAKES AROUND SANUR AND PADANG GALAK BEACH
I Gusti Putu Ayunda Pratiska1, Ida Bagus Made Suaskara2, Joko Wiryatno3, dan I Gede Agus Pradana Putra4 1,2,3Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Udayana Bukit Jimbaran, Bali.1ayundapratiskaa@yahoo.com, 2made_suaskara@unud.co.id, 3wiryatnojoko@gmail.com
4Bali Reptile Rescue putraaguspradana@yahoo.co.id
INTISARI
Ular laut memiliki bisa kuat dan gigitanya berakibat fatal pada manusia, sedangkan pada umumnya ular yang ditemukan di area mangrove adalah ular yang berbisa lemah dan ular yang tidak berbisa (McKay, 2006). Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai ular menyebabkan timbulnya asumsi bahwa setiap ular yang ditemukan berbahaya, sehingga perlu dilakukannya penelitian dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai jenis – jenis ular berbisa dan tidak berbisa yang terdapat di wilayah pantai dan sekitar area hutan mangrove. Penelitian PKL ini dilakukan dari awal Januari sampai akhir Januari yang berlokasi di sekitar Pantai Merta Sari sampai Padang Galak. Metode yang digunakan adalah metode jelajah yaitu metode yang dilakukan dengan cara menentukan habitat yang kemungkinan sesuai untuk habitat ular (Asad et al., 2011). Pengambilan data dilakukan pada pagi hari dan malam hari, dengan cara menangkap dan mengidentifikasi ular yang ditemukan secara in situ mengacu pada buku panduan identifikasi ular dengan judul ‘107+ Ular Indonesia’(Riza Marlon, 2014), serta buku ‘Reptil dan Amphibi di Bali’ oleh Mckay (2006). Berdasarkan hasil penelitian, ular yang ditemukan di sekitar Pantai Merta Sari dan Pantai Padang Galak berjumlah 61 individu ular dengan dua famili berbeda yaitu Colubridae dan Elapidae. Spesies ular dari famili Colubridae yang ditemukan adalah ular Tambak/Dog-faced Water Snake (Cerberus rynchops) dan famili Elapidae adalah ular Erabu/Yellow-lipped Sea Krait (Laticauda colubrina).
Kata kunci: inventarisasi, habitat, ular.
ABSTRACT
Sea snakes have a strong venom and when they bite can be fatal for humans, whereas snakes found in mangrove areas are weak venomous snakes and non-venomous snakes (McKay, 2006). The low understanding public aboutthe snakes has led to the assumption that any snakes found are dangerous, so research needs to be done in order to provide information on the types of venomous and non-venomous snakes present in coastal areas and around mangrove forest areas. This research was conducted from early January to the end of January located around Merta Sari Beach to Padang Galak. The method used is the method of cruising method is done by determining the habitat that is likely suitable for snake habitat (Asad et al., 2011). Data collected in the morning and at night, by capturing and identifying snakes found in situ refers to the snake identification titled '107+ Ular Indonesia' (Riza Marlon, 2014), and the book 'Reptiles and Amphibians in Bali 'By Mckay (2006). Based on the results of the study, snakes found around Merta Sari Beach and Padang Galak Beach numbered 61 individual snakes with two different families namely Colubridae and Elapidae. Snake species of the Colubridae family found are Dog-faced Water Snake (Cerberus rynchops) and the Elapidae family is the Erabu/Yellow-lipped Sea Krait (Laticauda colubrina) snake.
Keywords: inventory, habitat, snake.
PENDAHULUAN
Kekayaan biodiversitas yang tinggi pada wilayah pantai dan area hutan mangrove merupakan tempat hidup berbagai macam organisme, salah satunya adalah ular.Ular (Serpentes) dapat ditemukan hampir di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub, Ireland dan New Zealand.Ular dapat hidup pada habitat darat (terestrial), di pepohonan (arboreal), di dalam tanah (fossorial), perairan-darat (semi aquatik) dan laut (aquatik) (Zug, 2001). Menurut McKay (2006), salah satu ular yang memiliki bisa kuat dan gigitannya berakibat fatal pada manusia adalah kelompok ular laut (Hydropiinae). Salah satu spesies ular yang dapat ditemukan pada habitat air asin adalah ular Erabu/Yellow-lipped Sea Krait (Laticauda
colubrina).Habitat hutan mangrove terdapat di sekitar pantai, dimana pada habitat mangrove juga ditemukan spesies ular berbisa lemah dan ular yang tidak berbisa.Informasi mengenai jenis – jenis ular, jenis ular berbisa dan tidak berbisa masih belum banyak diketahui oleh masyarakat, khususnya di wilayah hutan mangrove di sekitar Pantai Merta Sari dan Pantai Padang Galak.
Ular memiliki peran penting di alam dalam menjaga keseimbangan ekosistem kawasan secara alami, baik sebagai
pemangsa (predator) maupun sebagai mangsa (prey) (Goin et al., 1978; O’Shea, 1996; Link, 2005). Wilayah hutan mangrove di sekitar Pantai Merta Sari dan semak-semak di Pantai Padang Galak merupakan salah satu habitat yang berpotensi memiliki keanekaragaman jenis ular yang tinggi, kondisi ini mendorong untuk dilakukannya penelitian agar data ular serta penyebarannya dapat diketahui dan menjadi sumber informasi yang berguna bagi masyarakat.
MATERI DAN METODE
Pengambilan sampel ular dilakukan di wilayah sekitar Pantai Merta Sari dan Pantai Padang Galak. Pengamatan dilakukan di sekitar area mangrove yang terdapat di Pantai Merta Sari dan di sekitar Pantai Padang Galak. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pukul 05.00 – 08.00 WITA dan malam hari pukul 20.00 - 00.00, dari tanggal 09 Januari sampai 22 Januari 2016. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu, dengan dua kali pengulangan pada pagi dan malam hari. Identifkasi jenis ular dilakukan secara in situ(di lokasi penelitian) dan beberapa sampel yang tidak dapat diidentifikasi, ditangkap dan di bawa ke Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana, untuk identifikasi lebih lanjut.
Directoryof OPEN ACCESS JOURNALS
Pengambilan sampel dimulai pada pagi hari di sekitar Pura Dalem Pengembak dengan cara menelusuri sekitar area mangrove yang meliputi jalan setapak sepanjang area mangrove sampai batas cabang sungai sebelah utara menuju barat hutan mangrove.Pengambilan sampel pagi hari di area Pantai Padang Galak dilakukan dengan cara menelusuri sekitar pinggiran pantai di bawah bebatuan besar dan di sebelah barat pantai dengan habitat semak dan bangunan tua (Taman Festival Padang Galak) yang tidak terpakai. Pengambilan sampel pada malam hari di sekitar Pura Dalem Pengembak dan di sekitar Pantai Padang Galak menggunakan senter untuk membantu dalam melihat ular. Pengambilan sampel dilakukan dengan jalur yang sama seperti pagi hari.
HASIL
Ular yang ditemukan di wilayah sekitar Pantai Merta Sari dan Pantai Padang Galak berjumlah 61 individu ular dengan dua famili berbeda yaitu Colubridae dan Elapidae. Spesies ular dari famili Colubridae yang ditemukan adalah ular Tambak/Dog-faced Water Snake (Cerberus rynchops) dan famili Elapidae adalah ular Erabu/Yellow-lipped Sea Krait (Laticauda colubrina).
Tabel 1. Daftar Spesies Ular yang Ditemukan di Wilayah Sekitar Pantai Merta Sari dan Pantai Padang Galak

Lokasi |
Famili |
Nama Lokal |
Nama Latin |
Jumlah Jenis |
∑ | ||
Pagi |
Malam | ||||||
1 |
Pantai |
Colubridae |
Ular |
Cerberus |
3 |
39 |
42 |
Merta Sari |
Tambak |
rynchops |
2 |
Pantai Padang Galak |
Elapidae |
Ular Erabu Laticauda -colubrina |
19 |
19 |
Total |
3 |
58 |
61 |
Gambar 1. Ular Tambak/Dog-faced Water Snake (Cerberus rynchops).
Ular Tambak (Cerberus rynchops) memiliki bentuk tubuh silinder, dimana pada bagian mata sampai leher terdapat garis hitam.Kepala dan leher berwarna keabu – abuan atau coklat tua dengan serangkaian strip (garis) berwarna gelap di bagian dorsal. Sisik pada bagian dorsalberjumlah 23 - 24 buah
sisik, dimana pada bagian dorsal juga terdapat garis – garis melintang yang berwarna gelap dan berbentuk sejajar, sedangkan bagian ventral berjumlah 148 buah sisik denganwarna kekuningan dan pola bercak hitam yang berjejer (McKay, 2006; Marlon, 2014).

Gambar 2.Ular Erabu/Yellow-lipped Sea Krait (Laticauda colubrina) (Dok. pri. Agus Putra).
Ular Erabu memiliki bentuk kepala oval, kepala dan leher berukuran sama, supralabial dan infralabial berwarna kuning. Mata berbentuk bulat kecil, dengan garis hitam di belakang lubang hidung (nostril) melewati mata sampai leher.Tubuhnya berwarna belang
abu-abu hitam dari leher sampai ekor, tubuh ventral berwarna kening keputihan.Ekor berbentuk pipih seperti dayung, yang berfungsi untuk berenang mencari makan di laut.Pada bagian punggung/dorsal terdapat sisik dengan jumlah 26 – 27 buah sisik, sedangkan bagian
ΓΛO Λ I Directoryof OPEN ACCESS JOURNALS
ventral jumlah sisiknya 245 buah sisik. Garis hitam berbentuk cincin/black banded ring yang berada pada bagian punggung berjumlah 42 buah. Sisik pada bagian ekor (sub caudal) seluruhnya berupa sisik ganda dengan total jumlah sisik 40 buah sisik dan sisik
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan di wilayah sekitar Pantai Merta Sari dengan perbedaan waktu antara pagi hari dan malam hari mendapatkan hasil yang berbeda.Pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak dua kali pengulangan pada saat pagi hari hanya mendapat 3 jenis individu.Hal ini dikarenakan aktivitas ular Tambak dimulai pada saat matahari terbenam (senja) dan beristirahat setelah matahari terbit (pagi), sehingga saat pengambilan sampel ular Tambak sedikit ditemukan di pagi hari. Pasang surut air laut juga berpengaruh terhadap aktivitas ular ini yang menyebabkan ular Tambak akan bersembunyi di dalam lubang – lubang kepiting jika air sedang pasang (Karns et al.,2002). Aktivitas masyarakat seperti memancing dan menangkap ikan dengan jaring yang berada di sekitar area mangrove juga berpengaruhterhadap keberadaan ular Tambak.Ular Tambak aktif pada malam hari (nokturnal), karena pada saat malam hari ikan – ikan kecil sedang beristirahat di tepian sungai dan ular Tambak memanfaatkan waktu tersebut untuk mencari makan. Ular Tambak berburu dengan cara membentuk kelompok kecil dan menunggu ikan – ikan kecil di tepian sungai, lalu ular Tambak akan menangkap ikan yang lewat di depan rahangnya.
Penelitian yang dilakukan di Pantai Padang Galak dengan caramenelusuri sekitar pinggiran pantai di bawah bebatuan besar dan di sebelah barat pantai dengan habitat semak dan bangunan tua (Taman Festival Padang Galak)mendapatkan spesies ular Erabu (Laticauda colubrina). Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa pengambilan sampel yang dilakukan selama dua kali pengulangan pada malam hari ditemukan ular Erabu dengan jumlah 19 individu, sedangkan pada pengulangan waktu pagi hari sebanyak dua kali tidak ditemukan ular Erabu. Hal ini kemungkinan terjadi karena saat pengambilan sampel air laut pasang dan adanya aktivitas manusia yang cukup tinggi seperti orang memancing dan jogging di pinggiran pantai pada pagi hari.Ular Erabu lebih banyak beraktivitas pada habitat laut/perairan (aquatik) memangsa ikan – ikan kecil dan belut laut. Ular Erabu akan muncul ke pinggiran pantai dekat bebatuan besar untuk beristirahat, berganti kulit (ecdysis), bersembunyi, dan bertelur (Das, 2010).
Aktivitas ular Tambak dan ular Erabu yang tinggi pada malam hari kemungkinan dimanfaatkan oleh ular – ular ini
DAFTAR PUSTAKA
Das I. 2010.A Field Guide to The Reptiles of South-East Asia.
United Kingdom.
Three-Finger Toxins.Journal of Molecular Evolution. 57:110129.
Goin C. J., Goin O. B., and Zug Z. R. 1978.Introduction to Herpetology. Third editions. San Fransisco: W. H. Freeman and Company.
Karns D. R., Harold K. Voris, and Thomas G. G. 2002. Ecology of Oriental-Australian rear-fanged water snakes (Colubridae: Homalopsinae) in the Pasir Ris Park Mangrove Forest, Singapore. The Raffles Bulletin of Zoology. 50 (2): 487-498.
anal (kloaka) yang terbelah. Ular Erabu memiliki tipe gigi proteroglypha, dengan bisa yang kuat (neurotoksin), namun ular ini jarang menggigit manusia (Fry et al., 2003; McKay, 2006; Das, 2010).
untuk mencari pasangan dan bereproduksi. Pura Dalem Pengembak di Pantai Merta Sari dan Pura Campuhan di Pantai Padang Galak dapat menjadi lokasi konservasi in situ untuk jenis ular ini, ikan, burung dan organisme lainnya. Faktor adaptasi yang kuat dari ular Tambak dan ular Erabu terhadap kerusakan habitat, dapat dilihat dari keberadaan ular tersebut walaupun banyak terdapat sampah – sampah plastik dan botol di sepanjang area mangrove dan pinggiran pantai.
Aktivitas manusia yang tinggi di pagi sampai sore hari menyisakan sisa – sisa makanan yang sengaja atau tidak sengaja dibuang di dalam celah bebatuan, hal ini menarik hewan pengerat mencari makan di sekitar area bebatuan. Hewan pengerat contohnya tikus pada malam hari terlihat mencari makan di sekitar area bebatuan, hal ini kemungkinan menarik jenis ular lain seperti ular Sanca Batik (Python reticulatus) berburu di sekitar area bebatuan. Burung, kodok dan cecak yang terdapat di area mangrove merupakan mangsa bagi beberapa spesies ular seperti ular Pucuk (Ahaetulla prasina) dan ular Tali (Dendrelaphis pictus) namun dalam penelitian ini, ular – ular tersebut tidak ditemukan selama pengamatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah sekitar Pantai Merta Sari dan Pantai Padang Galak ditemukan ular dengan dua famili berbeda yaitu Colubridae dan Elapidae. Spesies ular dari famili Colubridae yang ditemukan adalah ular Tambak/Dog-faced Water Snake (Cerberus rynchops) dan famili Elapidae adalah ular Erabu/Yellow-lipped Sea Krait (Laticauda colubrina).
SARAN
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ular dengan lokasi dan waktu yang berbeda sebagai bahan perbandingan sehingga dapat ditemukan keanekaragaman spesies ular di habitat mangrove dan pesisir pantai.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si., Bapak Drs. Joko Wiryatno, M.Si., dan Bali Reptile Rescue.
Fry B. G., Wuster W., Kini R. M., Brusic V., Khan A., Venkataraman D., Rooney A. P. 2003. Molecular Evolution and Phylogeny of Elapid Snake Venom
Link R. 2005. Living with Wildlife in the Pacific Northwest: Snake. Washington: Departement of Fish and Wildlife.
Marlon R. 2014. Panduan Visual dan Identifikasi Lapangan : 107+ Ular Indonesia. Jakarta : Indonesia Printer.
McKay J. L. 2006.Reptil dan Ampibi di Bali. Krieger Pu Com. Malabar, Florida. Hal:85-140.
O’Shea M. 1996.A Guide to the Snake of Papua New Guinea. Port Moresby: Independent Group Pty Ltd.
Directoryof OPEN ACCESS JOURNALS
Zug, G. R., and Caldwell L. P. 2001. Herpetology.Academic Press San Diego. London.
72
Discussion and feedback