HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022

Vol 26.4. Nopember 2022: 361-368

Pergulatan Perempuan Kusamba di Sentra Pengelolaan Ikan

Kusamba’s Women Struggles in Fishery Management Centre

I Nyoman Sukiada1*, Anak Agung Ayu Girindrawardani2, Ni Wayan Sri Rahayu3 1,2Universitas Udayana, Denpasar, Provinsi Bali,

3

3STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah, Palu, Provinsi Sulawesi Tengah Email korespondensi: [email protected], [email protected], [email protected]

Info Artikel


Masuk:18 September 2022

Revisi: 16 Oktober 2022

Diterima:24 Oktober 2022

Terbit: 30 Nopember 2022

Keywords:

struggle; women; domestic sector; public sector; power relations


Kata kunci:

pergulatan; perempuan; sektor domistik; sektor publik; relasi kuasa

Corresponding Author:

I Nyoman Sukiada,

email:

[email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

22.v26.i04.p05


Abstract

Development in the field of science and technology has resulted in very basic changes, including changes in the perspective between the positions of men and women. The impact of these changes has resulted in more opportunities for women to participate in the public world. The same is true for women in Kusamba Village in the fish management industry. This study uses a qualitative descriptive method by using a purposive sample informant determination technique. While the data collection techniques use observation techniques, in-depth interviews, and documentation. The theory used to analyze the problem is Pierre Bourdieu's generative structural theory and Foucault's knowledge-power relation theory. The results showed that the struggle of women in Kusamba Village in the fish processing center was able to improve the welfare of families and communities. This can be proven by the increasing number of women's savings in the Kusamba Village Credit Institution. The success of women in improving the welfare of their families and communities has not been able to increase the bargaining position of women in politics, both in the family and in the community.

Abstrak

Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar termasuk perubahan tentang cara pandang antara kedudukan laki-laki dan perempuan. Dampak dari perubahan tersebut menjadikan semakin banyaknya kesempatan bagi perempuan untuk ikut terjun ke dunia public. Begitu pula halnya dengan perempuan di Desa Kusamba dalam industry pengelolaan ikan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik penentuan informan purposive sample. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah teori struktural generatif Pierre Bourdieu dan teori relasi pengetahuan-kekuasaan Foucault. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergulatan kaum perempuan Desa Kusamba di sentra pengolahan ikan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat

dibuktikan dengan meningkatnya jumlah tabungan kaum perempuan yang ada di Lembaga Perkreditan Desa Kusamba. Keberhasilan kaum perempuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat belum mampu meningkatkan posisi tawar kaum perempuan dalam bidang politik baik di ranah keluarga maupun di masyarakat.

PENDAHULUAN

Kaum perempuan di Indonesia pada umumnya sering dihadapkan dalam berbagai situasi akibat dari adanya relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan (ketidaksetaraan gender) di berbagai ranah kehidupan (Sukiada, dkk, 2021). Meskipun turut berperan besar dalam seluruh proses bernegara, namun sebagian besar perempuan Bali masih berada dalam posisi tidak bersuara dan mengalami ketidakadilan. Masih banyak terjadi diskriminasi dan kekerasan dalam berbagai bentuk terhadap perempuan Bali seperti kesenjangan partisipasi politik (Sukiada, dkk, 2021), rendahnya kualitas hidup perempuan Bali dan kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki.

Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia termasuk terjadinya perubahan cara pandang tentang laki-laki dan perempuan. Kemajuan dalam dunia pendidikan mengubah cara pandang masyarakat terutama dikotomi sektor publik dan domistik. Sektor publik tidak lagi didominasi dan hanya pantas bagi laki-laki, namun telah mampu dilakukan oleh kaum perempuan dengan berbagai alasan. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah karena perempuan telah mampu mengakumulasikan berbagai modal khususnya modal budaya sehingga membuka kesempatan bagi perempuan untuk ikut terjun ke dunia publik.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut penelitian ini akan

mengungkapkan pergulatan perempuan dalam sentra pengolahan ikan di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Sentra pengolahan ikan di Desa Kusamba berdiri tahun 1999 karena tahun sebelumnya pengolahan ikan dilakukan di rumah-rumah penduduk. Sentra pengolahan ikan banyak melibatkan kaum perempuan terutama sebagai buruh. Di sentra pengolahan ikan Desa Kusamba terdapat 73 pengelola melibatkan sekitar 200 orang perempuan yang bekerja sebagai buruh karena setiap pengelola mempunyai tenaga 2-5 orang. Para perempuan yang bekerja di sentra pengolahan ikan memperoleh upah rata-rata Rp. 50.000,-per hari bahkan bisa lebih tergantung dari jumlah ikan yang berhasil dikelola. Penghasilan yang diperoleh kaum perempuan di Desa Kusamba mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Di samping itu kaum perempuan mampu menyisihkan pendapatannya sehingga bisa menabung di LPD Desa Kusamba. Keberhasilan kaum perempuan di Desa Kusamba untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nampaknya belum mampu meningkatkan posisi tawar perempuan dalam ranah keluarga maupun di ranah masyarakat.

METODE DAN TEORI

Penelitian tentang Pergulatan Perempuan di Sentra Pengolahan Ikan Desa Kusamba menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah tradisi yang dikembangkan oleh ilmu-ilmu sosial dan budaya yang secara fundamental tergantung atas pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. Medote kualitatif mengikuti prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu berupa kata-kata tertulis dari perilaku yang diamati (Moleong,2005: 3, 16).

Teknik pengumpulan data penelitian, dilakukan dengan beberapa langkah. Seperti menggunakan teknik wawancara mendalam, teknik dokumentasi dan teknik observasi. Penelitian ini menggunakan teori Strukturalisme Generatif, teori ini merupakan landasan berpikir untuk membicarakan hubungan dialektik antara habitus dan lingkungan (ranah) (Rahayu, 2022). Habitus berada di dalam pikiran manusia sedangkan lingkungan berada di luarnya, namun keduanya saling berkaitan dan memengaruhi. Habitus adalah struktur mental (kognitif), yang digunakan manusia untuk menghadapi kehidupan sosial. Melalui pola-pola itulah aktor memproduksi tindakan mereka dan juga menilainya. Secara dialektika habitus adalah “produk intermalisasi (penghayatan) struktur” dunia sosial (George Ritzer-Douglas J. Goodman, 2003: 522).

Pengelolaan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis. Pada tahap ini data-data primer yang berupa hasil wawancara digabungkan dengan data-data sekunder yang berasal dari dokumen pendukung. Masing-masing data yang diolah harus diverifikasi dan dicross-check satu sama lain sehingga dalam proses analisis hanya data yang memiliki relevansi kebutuhan penelitianlah yang akan dipakai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara administratif, Desa Kusamba termasuk dalam wilayah Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Desa Kusamba sendiri berbatasan dengan Desa Dawan Kelod yang terletak

di sebelah utara, Desa Pesinggahan yang terdapat pada sebelah timur, sedangkan disebelah selatan merupakan wilayah pantai dan laut Selat Badung. Pada sisi Barat, Desa Kusamba berbatasan dengan Desa Gunaksa. Dalam sejarahnya Nama Kusamba berasal dari kata “Kusa” dan “Amba”. Kedua kata tersebut memiliki arti ilalang, dari kata tersebutlah diperkirakan nama kusamba muncul, hal ini karena di daerah Kusamba dulunya adalah padang ilalang. Desa Kusamba merupakan salah satu Desa Pelabuhan yang telah berlangsung sejak zaman kerajaan, masa penjajahan Jepang bahkan masih tetap berlangsung sampai dengan saat ini. Selain itu, Kusamba juga menjadi pelabuhan bagi para pemuka agama untuk mendatangkan atau membawa ajaran agama ke Pulau Bali. Begitu pula halnya kehadiran tokoh pembawa ajaran agama Hindu juga dikatakan melalui Pelabuhan Kusamba (Umiarti, 2018).

Sedangkan untuk saat ini Pelabuhan Kusamba merupakan salah satu pelabuhan yang menghubungkan antara Pulau Bali menuju Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Dari Pelabuhan Kusamba masyarakat Nusa Penida tersebut mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok mereka seperti halnya beras, minyak, bahkan air minum kemasan serta bahan-bahan makanan lainnya. Pelabuhan Tradisional ini, sehari-harinya tidak pernah lepas dari kesibukan masyarakatnya dari kegiatan bongkar muat barang-barang tersebut. Kapal yang digunakan sebagai sarana transportasi angkut tersebut bukanlah kapal-kapal yang besar, melainkan kapal kecil. Hal ini dikarenakan kondisi pelabuhan yang masih sangat alami sehingga masih belum memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar. Oleh karena itulah Desa Kusamba seringkali disebut sebagai Desa Pelabuhan.

Selain aktivitas pelabuhan, di Desa Kusamba juga ditemukan Sentra Pengelohan Ikan yang menjadi salah satu tempat bagi masyarakat Desa Kusamba untuk memperoleh penghasilan. Begitu pula halnya kaum perempuan yang terdapat di Desa Kusamba. Berikut akan dijelaskan mengenai peranan perempuan di Sentra Pengolahan Ikan serta dampaknya terhadap keluarga.

Peran Perempuan di Sentra Pengolahan Ikan Desa Kusamba

Bagi masyarakat Desa Kusamba, Pantai Kusamba bukan hanya sekedar pantai yang digunakan sebagai sarana wisata untuk membantu menenangkan hati dan memberi suasana tenang dan nyaman. Pantai dari dulu sampai sekarang merupakan jantung ekonomi, jantung mata pencahariaan bagi masyarakat Desa Kusamba itu sendiri. Bagi mereka yang tidak berbekalkan ijazah untuk mencari pekerjaan di kantor, pantai Kusamba menjadi medan pertolongan untuk melanjutkan hidup. Begitu pula halnya bagi para kaum perempuan, dimana para kaum perempuan membantu para laki-laki dalam memperoleh rezeki. Peran perempuan dalam ekonomi keluarga tidak dapat dianggap remeh karena berbagai fakta sudah menunjukkan bahwa peran produktif perempuan marnpu menyelematkan ekonomi keluarga, terutama pada masa ekonomi keluarga yang sedang turun.

Berdasarkan profil ekonomi Desa Kusamba telah dilihat bahwa sebanyak 181 orang masyarakat di Desa Kusamba yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan yang terdapat di Desa Kusamba merupakan nelayan yang masih menggunakan kapal-kapal tradisional. Sehingga tidak jarang juga ditemukan banyak para perempuan yang menjajakan hasil tangkapan ikan di pinggir jalan penghubung Kota Denpasar dan

Kabupaten Karangasem. Bukan hanya dalam bentuk sate dari ikan segar, tetapi berbagai kreasi juga dimunculkan untuk menambah minat para konsumen untuk membeli produk-produk dari para kaum ibu-ibu tersebut. Seperti halnya pepes ikan dari pindang ikan tongkol.

Selain itu, aktivitas perempuan juga ditemukan pada pemindangan ikan (TPI) Kusamba yang merupakan area pemindangan terbesar yang berada di Bali, Tempat pemindangan ikan di Desa Kusamba dibangun pada area seluas 2296,50 m2 dengan sekitar kurang lebih 70 blok pemindangan, masing-masing blok memiliki 2-3 nelayan pemindang yang bertugas untuk memindang ikan. Aktivitas para perempuan dalam pemindangan ikan cukup kompleks yakni mulai dari proses pencucian ikan, mengatur perbaris ikan pada keranjang, serta menaburkan garam pada ikan yang akan di pindang. Sementara perempuan yang lain akan menyiapkan api yang masih menggunakan kayu bakar.

Peranan kaum perempuan pada sentra pemindangan ikan menjadi salah satu bentuk upaya para perempuan Desa Kusamba dalam mengembangkan perekonomian khususnya perekonomian keluarga mereka. Sehingga dengan hal tersebut para perempuan tidak hanya mengandalkan gajih dari suami mereka akan tetapi telah dapat berpenghasilan sendiri.

Fakta ini terutama dapat dilihat pada keluarga-keluarga yang perekonomiannya tergolong rendah, dimana banyak dari kaum ibu-ibu yang ikut menjadi pencari nafkah tambahan bagi keluarga. Menurut Soekanto (2015) bahwa peran menunjukkan sebagai fungsi, penyesuaian dan proses, dalam artian bahwa para kaum perempuan di Desa Kusamba khususnya kaum perempuan pada Sentra Pengelolaan Ikan melaksanakan peranannya sesuai dengan fungsinya sebagai istri dan ibu dalam

berumah tangga dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi dalam berumah tangga.

Melihat berbagai aktivitas perempuan yang dapat ditemukan saat ini yang hampir mencakup hampir semua lini kehidupan seharusnya telah membuka cara berfikir masyarakat yang menganggap bahwa seorang perempuan hanyalah kaum kelas dua. Dalam artian kaum yang hanya bisa melakukan aktivitas rumah dan bertugas hanya dalam lingkungan domestik. Pandangan-pandangan seperti itu seharusnya sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan masyarakat mengingat aktivitas seorang perempuan yang juga dapat melakukan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh seorang laki-laki. Pemahaman masyarakat mengenai kesetaraan gender seharusnya perlu mendapatkan perhatian khusus, anggapan-anggapan bahwa seorang perempuan telah kodratnya dalam lingkungan domestik hendaknya sudah tidak muncul lagi. Jika masyarakat memiliki pemirkiran dan wawasan yang luas maka akan dapat melihat bahwa kodrat yang dibawa oleh seorang perempuan hanyalah tiga yakni melahirkan, menyusui dan menstruasi. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa selain ketiga hal tersebut sesungguhnya dapat dilakukan oleh seorang perempuan baik dari pekerjaan ringan sampai dengan pekerjaan kasar seperti halnya buruh bangunan dan bahkan pada zaman sekarang sangat banyak para perempuan yang berbagai perusahaan ternama.

Implikasi Pergulatan Perempuan di Desa Kusamba

Dewasa ini, kesadaran akan kesejajaran peran antara laki-laki dan perempuan dalam lingkungan ekonomi semakin meningkat. Sebelumnya peran perempuan dianggap sebatas kegiatan rumah, mengurusi anak dan memasak. Namun di era modern ini, meningkatnya

kebutuhan hidup serta besarya biaya kebutuhan rumah tangga sehingga diperlukan kerjasama antar anggota keluarga. Atas dasar itulah yang kemudian menyebabkan kehadiran perempuan dalam kegiatan ekonomi tidak dapat dihindari.

Begitu pula dengan kaum perempuan yang terdapat di Desa Kusamba ikut berperan dalam meningkatkan perekonomian keluarga dengan cara menjadi buruh di sentra pengolahan ikan Desa Kusamba. Farmayanti & Amanah (2014) menjelaskan bahwa keterlibatan perempuan dalam pekerjaan di dasari oleh dua hal yakni kesempatan dan tuntutan. Faktor kesempatan dapat ditinjau dari perkembangan industri yang kian maju, sehingga secara tidak langsung kebutuhan tenaga kerja guna pelaksanaan industri tersebut. Banyak pekerjaan pada perusahaan tertentu baik yang bersifat industri maupun kerja sosial yang membutuhkan keahlian wanita seperti halnya keperawatan, kedokteran, sekretaris, bidan dan lainnya. Sedangkan faktor tuntutan merupakan faktor utama yang menyebabkan perempuan terlibat dalam pekerjaan hal ini dapat terjadi dikarenakan lemahnya perekonomian dalam suatu keluarga.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor pendukung para perempuan bekerja di sentra pengolahan ikan. Selain karena faktor tuntutan akibat rendahnya perekonomian keluarga, faktor kesempatan juga sangat mendukung. Hal ini dikarenakan posisi Sentra Pengolahan Ikan yang terdapat di Desa Kusamba sehingga menyebabkan hal tersebut menjadikan peluang para perempuan di Desa Kusamba untuk mengambil pekerjaan tersebut. Selain itu, tentu juga di dukung oleh pemerintah setempat, dimana pemerintah Desa Kusamba memilih untuk mempekerjakan masyarakat lokal dalam Sentra

Pengolahan Ikan di Desa Kusamba. Keterlibatan para perempuan dalam Sentra Pengolahan Ikan tentu akan menimbulkan berbagai implikasi diantaranya: (1) Implikasi di bidang ekonomi, aktivitas perempuan dalam upaya peningkatan ekonomi keluarga dapat dilihat di beberapa bidang, seperti halnya aktivitas perempuan pada pemindangan ikan, mengangkat ikan, membuat ikan menjadi olahan pepes dan sate serta menjual hasil tangkapan ke pasar-pasar tradisional maupun menjualnya di pinggir jalan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh kaum perempuan dilakukan adalah tidak lain dengan tujuan untuk membantu laki-laki sebagai kepala keluarga dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Dari berbagai peranan perempuan tersebut tentu akan berdampak pada perekonomian keluarga. Dalam hal ini yakni pemasukan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga kini tidak hanya berasal dari laki-laki sehingga pendapatanpun menjadi ganda. (2) Implikasi di bidang sosial, keterlibatan para perempuan dalam Sentra Pengolahan Ikan merupakan sebuah bentuk perwujudan bahwa seorang perempuan tidak hanya mampu melakukan kewajiban rumah tangga.

Kehadiran para perempuan di Sentra Pengolahan Ikan juga menjadi salah satu alternatif para perempuan dalam membangun hubungan interaksi sosial. Di Sentra Pengolahan Ikan, akan selalu terlihat para perempuan beristeraksi dengan berbagai topik pembahasan, mulai dari kehidupan keluarga, kehidupan masyarakat dan tidak jarang juga menjadi ajang tempat bergosip. Namun meskipun demikian, aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh para perempuan di Sentra Pengolahan Ikan menjadi salah satu alternatif hiburan, maupun sebagai tempat berkeluh kesah ketika mereka menghadapi masalah dalam keluarga atau masyarakat maupun

sebagai tempat untuk mencari solusi akan suatu masalah yang mungkin dihadapi oleh para kaum perempuan. (3) Implikasi dalam bidang politik, dalam struktur pemerintahan Desa Kusamba di samping kepala desa dan sektretaris desa yang dijabat oleh I Nengah Semadi Adnyana dan Dewa Gede Antara, ada empat kepala urusan yakni Kepala Urusan (Kaur) pemerintahan yang dijabat oleh Ni Kadek Eni Meliani, Kaur umum dijabat oleh Ni Nengah Sudarmi, Kaur keuangan I Komang Agus Mariawan, Kaur pembangunan I Nengah Suriadi. Hal ini menunjukkan kaum perempuan sudah berperan aktif dan mampu memegang posisi yang cukup strategis di bidang pemerintahan desa, walaupun harus diakui bahwa keterlibatan perempuan masih jauh tertinggal dari kaum laki-laki. Secara historis pucuk pimpinan di Desa Kusamba selama ini didominasi oleh laki-laki. Dari catatan yang ada di kantor Desa Kusamba menunjukkan bahwa sejak jaman pemerintahan Kolonial Belanda sampai saat ini jabatan perbekel selalu dipegang oleh laki-laki yakni: tahun 1929-1943 dijabat oleh Anak Agung Gde Raka, tahun 1943-1952 Anak Agung Gde Ngurah, tahun 1952-1972 Anak Agung Gde Anom, tahun 19721986 Anak Agung Gde Sayang, tahun 1986-1988 I Wayan Tjarma, tahun 19881998 Anak Agung Gde Suteja, tahun 1998-2012 Ida Bagus Suwitajaya, tahun 2012-2018 Ketut Winastra, tahun 2018-sekarang I Nengah Semadi Adnyana.

Dalam struktur pemerintahan desa khususnya di Desa Kusamba terdapat satu lembaga yakni Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam menyelnggarakan pemerintahan desa. BPD dapat dianggar sebagai “parlemen” desa, merupakan lembaga baru di desa pada era otonomi daerah di Indonesia. Anggota BPD merupakan wakil penduduk desa

berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat, terdiri atas tokoh adat, golongan profesi, pemuka agama, atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan BPD adalah empat tahun dan dapat diangkat atau diusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala desa atau perangkat desa lainnya.

Melihat kondisi tersebut bahwa selain dalam bidang pengolahan ikan, menunjukkan data bahwa perempuan di Desa Kusamba juga di satu sisi lain telah mampu menduduki jabatan yang lebih baik misalnya untuk menjadi perangkat desa. Hal ini tentu dilatar belakangi oleh keadaan perekonomian yang sudah membaik dan pengetahuan yang di dapat oleh seorang perempuan dalam berbagai pengalamannya telah mampu membentuk dan mambangun keberanian seorang peremuan dalam mengambil jabatan dan posisi yang lebih tinggi.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sesungguhnya perempuan di Desa Kusamba telah mencakup berbagai lini bidang dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian keluarga.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pergulatan perempuan di Sentra Pengolahan Ikan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dapat dilihat bahwa perempuan yang terdapat di Sentra Pengolahan Ikan hampir mencakup segala aktivitas yang terdapat di Sentra Pengolahan Ikan. Mulai dari pembongkaran ikan, mengangkat ikan, membersihkan ikan, menaburkan garam pada ikan, menata ikan sampai dengan memasak ikan untuk dijadikan pindang. Tidak hanya itu, para perempuan juga melakukan aktivitas lain untuk menunjang ekonomi keluarga seperti

halnya mengolah ikan menjadi pepes ikan, menjadi sate lilit sampai dengan menjual ikan di pinggir-pinggir jalan. Melihat berbagai peranan perempuan yang dapat ditemukan di Sentra Pengolahan Ikan tentunya terdapat implikasi yang ditimbulkan yakni peningkatan ekonomi keluarga, hal ini dikarenakan dalam suatu keluarga tidak hanya mengandalkan penghasillan dari kepala keluarga dalam hal ini yakni suami. Selain itu, para perempuan yang terdapat di Sentra Pengolahan Ikan juga dapat menjalin interaksi sosial di tempat mereka berkerja dalam hal ini hanya sekedar berbagi cerita maupun aktivitas lain yang tentunya dapat menjadikan seorang akan mendapatkan hiburan dari pada harus tinggal dirumah dan mengurusi pekerjaan rumah. Dengan berbagai kemampuan dan keterampilan yang didapatkan oleh seorang perempuan tersebut yang pada akhirnya mampu mengantarkan seorang perempuan untuk berjuang di ranah politik dalam hal ini yakni menduduki jabatan sebagai aparat desa.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Nengah Bawa. (2008). “Gender dalam Perspektif Budaya Bali”, Makalah dalam Seminar Gender dalam Perspektif Budaya Bali. Kerjasama PSW Unud dengan Biro BKPP Setda Provinsi Bali, Denpasar, 30 April 2008.

Farmayanti, Narni & Siti Amanah. (2014). Pemberdayaan Sosial Petani-Nelayan,         Keunikan

Agroekosistem dan Daya Saing. Jakarta: Yayasan Pusataka Obor Indonesia.

Harker, Richard et al. (ed.).  (2007).

(Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Pengantar

Hukom, Alexandra, (2011). Peran Perempuan Dalam Pembangunan

Ekonomi (Melalui Industri Mikro Pedesaan). Buletin Bawi Itah. Vol. XX. No. 1 Januari-Juni 2011. Jalasutra.

Mahardika, Satria. (2017). Merdeka Seratus Persen Kapten TNI A.A. Gde Anom Mudita Kesatria Puri Kilian Puri Agung Bangli. Yogyakarta: Quark Books.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mosse, J. C. (1996). Gender dan Pembangunan.Terjemahan Hartian Silawati.   Yogyakarta:   Pustaka

Pelajar. Paling Komprehensif Kepada    Pemikiran    Pierre

Bourdieu.Yogyakarta:

Rahayu, N. W. S. (2022). Proses Terbentuknya Desa Blimbingsari Sebagai Desa Wisata Berbasis Masyarakat. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 7(1), 67-78.

Ritzer, George dan D. J. Goddman. (2014). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Robinson, Geoffrey. (2006). Sisi Gelap Pulau Dewata Sejarah Kekerasan Politik. Yogyakarta: LKiS.

Sadli, Saparinah. (1995). “Pengantar Tentang Kajian Perempuan”, dalam T.O. Ibromi (Ed.), Kajian Perempuan Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Shiva, V. dan M. Mies. (2005) .Ecofiminism Perspektif Gerakan Perempuan                dan

Lingkungan.Terjemahan     Kelik

Ismunato dan Lilik. Yogyakarta: ERE Press.

Soekanto, Soerjono. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar (edisi revisi). Jakarta: Rajawali.

Sukardja, Putu. (2008). “Enkulturasi dan Masalah Gender Pada Industri Kain Tenun di Kelurahan Sangkar Agung, Kecamatan Negara,

Kabupaten Jembrana. Denpasar: Universitas Udayana.

Sukesi, Keppi. (1995) “Wanita Dalam Perkebunan Rakyat:  Hubungan

Kekuasaan Pria-Wanita Dalam Perkebunan Tebu”, dalam T.O. Ihromi. (Penyunting) Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor.

Sukiada, I. N., Wardani, A. A. A. G., & Rahayu, N. W. S. (2021). Pergulatan Perempuan dalam Revolusi         Fisik         di

Bali. Humanis, 25(2), 214-222.

Umiarti, Apni Tristia. (2018). Desa Kusamba dan Petani Garam. Denpasar: Universitas Udayana.