CERPEN LAHRU KANGKANG TINIBANIN UDAN SAWENGI DAN SUJEN BETEL KARYA I MADE SUARSA KAJIAN STRUKUR
on
1
CERPEN LAHRU KANGKANG TINIBANIN UDAN SAWENGI DAN SUJEN BETEL KARYA I MADE SUARSA KAJIAN STRUKUR
I PUTU EKA GUNAWAN MARTHA
NIM 0901215034
PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA
ABSTRACT
This research researching literary Bali modern who shaped short stories. This short story is taken from a collection of short stories "Gede Ombak Gede Angin". This research researching two storiette is Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi and sujen Betel.
In this study using structural theories used are those of Mr Teeuw, Damono, and Ratna. The Theories uses a combination of several experts opinion literature. Methods and techniques in the study were divided into three stages, namely the stage of providing data by using the method of recording techniques and translation. Stage of data analysis using qualitative and descriptive analytic techniques. Stage presentation of results of data analysis using informal methods are assisted with deductive and inductive techniques.
The results obtained in this study is the structure of the short story Lahru Kangkang Tinibanin and Sujen Betel, the formal structures consisting of a variety of language, and style. narrative structure of the short story Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi and Sujen Betel composed of the incident, the grooves are used flashbacks and straight, background which includes setting the time, place, and atmosphere, character and characterization, theme, and the the mandate.
Keywords: short stories, structure and.nyentana marriage
Keberadaan cerpen berbahasa Bali semakin digemari oleh masyarakat, karena semakin banyaknya fasilitas yang menyalurkan cerpen tersebut ke masyarakat. Fasilitas tersebut antara lain berupa media massa dan elektronik. Media massa misalnya koran Bali Post Minggu terdapat halaman khusus yang memuat berita, artikel, resensi buku, dan karya sastra berbahasa Bali dalam bentuk media Bali Orti.
Cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi (LKTUS) dan Sujen Betel (SB) merupakan cerpen-cerpen yang diambil dari kumpulan cerpen Gede Ombak Gede Angin karya I Made Suarsa. Kumpulan cerpen Gede Ombak Gede Angin mendapatkan hadiah Sastra Rancage pada tahun 2007. Cerpen Lahru Kangkang
Tinibanin Udan Sawengi merupakan cerpen yang mengisahkan perkawinan nyentana. Pada cerpen Sujen Betel merupakan cerpen mengisahkan mitos sujen betel yang diselingi perkawinan nyentana.
Penelitian ini memilih kedua cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan sawengi, dan Sujen Betel dikarenakan memiliki gaya bahasa dan amanat yang padat dan diselingi tentang perkawinan nyentana dan mitos sujen betel. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian terhadap cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi, dan Sujen Betel diteliti dengan kajian struktur di dalamnya.
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada latar belakang diatas, apabila dirumuskan permasalan dalam proposal ini tidak lain sebagai berikut:
-
1. Unsur apa sajakah yang membangun struktur forma yang terdapat cerpen LKTUS dan SB?
-
2. Unsur apa sajakah yang membangun struktur naratif yang terdapat cerpen LKTUS dan SB?
Menurut Triyono (1994: 37) tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan harus diperjelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Karena tujuan merupakan tujuan yang bersifat khusus. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
-
1. Untuk mengetahui struktur forma yang terdapat dalam cerpen LKTUS dan SB
-
2. Untuk mengetahui struktur naratif yang terapat dalam cerpen LKTUS dan SB
Dalam penelitian ini menggunakan metode dan teknik yang dibagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama, metode dan teknik penyediaan data, metode yang digunakan metode simak, teknik yang digunakan pencatatan dan penerjemahan dibagi menjadi dua yaitu : terjemahan harfiah dan idiomatis. Tahap kedua, metode dan teknik analisis
data, metode yang digunakan kualitatif, teknik yang digunakan deskritif analitik. Tahap ketiga, metode dan teknik penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan informal, teknik yang digunakan teknik cara berfikir deduktif dan induktif.
Ragam bahasa merupakan mode penggunaan bahasa (sehari-hari) dalam teks, dalam hal ini menyangkut tentang penggunaan bahasa Bali (BB) dalam cerpen Lahru Kangkang Udan Sawengi dan Sujen Betel. Dalam hal ini digunakan deskripsi dari Suasta (2011:33), dengan mempertimbangan efektifitas dan validitas penyajiaannya. Secara umun, Suasta mengelompokkan Bahasa Bali menurut Rasa Basa Basa Bali dibagi menjadi empat bagian yaitu : Bahasa Bali Alus (BBA), Bahasa Bali Madya (BBM), Bahasa Bali Andap (BBAN) dan Bahasa Bali Kasar (BBK).
Penggunaan Ragam bahasa dalam cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi dan Sujen Betel yaitu bahasa Bali Alus, bahasa Bali Andap, bahasa Bali kasar, dan beberapa menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Menurut Putra (2010:113) Kualitas sebuah karya sastra tidak saja ditentukan oleh bahasanya (lumrah atau halus), tetapi oleh gabungan antara gaya bahasa, substansi tema, dan struktur naratifnya. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas, sebagai refleksi jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 1984:113).
Gaya bahasa yang ditemukan dalam cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi dan Sujen Betel yaitu gaya bahasa perbandingan (perumpamaan (sesawangan dan sesenggakan), metafora, personifikasi, dan antithesis), dan gaya bahasa pertentangan (hiperbola).
Struktur naratif dua cerpen dalam kumpulan cerpen GOGA meliputi: insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Unsur-unsur itu membangun dua
cerpen dalam kumpulan cerpen GOGA. Cerpen tersebut berjudul: Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi dan Sujen Betel menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan.
Menurut Sukada (1987: 58-59) bahwa insiden adalah kejadian atau peristiwa yang terkandung dalam cerita, besar atau kecil. Secara keseluruhan insiden-insiden ini menjadi kerangka yang membangun atau membentuk struktur cerita. Insiden-insiden ini diuji mengenai ada atau tidak adanya hubungan yang satu terhadap yang lainnya. Unsur yang dapat dipakai mengujinya adalah plot (alur). Itulah sebabnya dalam sistematisasi analisis, insiden mendapat tempat pertama.
Insiden yang terjadi dalam cerpen LKTUS ketika Luh Suasti bersedih ditinggal pergi oleh Gde Sudira pulang ke rumahnya. Kesedihannya berlarut-larut hingga pada suatu malam Luh Suasti bermimpi pergi ke rumah suaminya dan melihat suaminya bernama Gde Sudira selingkuh dengan Ni Ketut Puji. Saat terbangun dari mimpinya, Luh Suasti mendengar suara Gde Sudira yang datang ke rumahnya dan seketika memeluknya dengan erat.
Insiden yang terjadi dalam cerpen SB ketika Ni Wayan Sujen bersedih dengan kepergian I Wayan Katen yang baru saja dinikahinya tiga bulan. Selang beberapa saat suami keduanya meninggal setelah menikah selama 6 bulan dengan penyakit yang tidak bisa diobati. I Ketut Sujana yang mencoba mendekati Ni Wayan Sujen, namun nasibnya malang I Ketut Sujan ditemukan menggantungkan diri di kamarnya karena tidak mendapat restu dari orang tuanya unutk menikahi Ni Wayan Sujen.
Secara sederhana alur dapat didefinisikan sebagai sebuah rangakaian cerita dalam yang menunjukkan hubungan sebab-akibat (Wijaya dan Wahyuni, 2012:4). Alur yang terdapat dalam cerpen LKTUS menggunakan sorot balik (flash back) sedangkan cerpen Sujen Betel menggunakan alur lurus.
-
5.3.3 Tokoh dan penokohan
Penamaan setiap tokohnya dalam ketiga cerpen tersebut sangatlah khas menggunakan nama orang Bali. Tokoh pada kedua cerpen tersebut terdiri dari tokoh utama protagonis, tokoh antagonis dan tokoh tambahan. Pada cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi tokoh utama protagonisnya adalah Luh Suasti. Tokoh antagonisnya adalah Gde Sudira. Tokoh tambahannya adalah Dadong Luh Suasti, Meme Gde Sudira, Bapan Gde Sudira, I Putu Merta Nadi, Made Pugeg, Luh Wati, Ketut Puji, Ida Ayu Tirtawati, Ketut Sueca, Made Umbara, Nyoman Gondoran, Ketut Merta, dan I Nyoman Rai. Cerpen Sujen Betel tokoh utama protagonisnya adalah Ni Wayan Sujen dan Dadong Soter. Tokoh antagonisya adalah I Made Giweng dan I Ketut Sujana. Tokoh tambahanya adalah I Wayan Katen, I Wayan Sadru, I Made Kiblik, I Ketut Kaplug, I Nyoman Pondok, I Gusti Ngurah Gede, Meme I Ketut Sujana dan Bapan I Ketut Sujana. Namun dari tokoh-tokoh tersebut hanya tokoh utama saja yang dilukiskan perwatakannya melalui ciri-ciri fisiologi, psikologi dan sosiologi. Penokohan tokoh utama pada cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi dan Sujen Betel digambarkan menggunakan teknik dramatik.
Latar dalam cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi dan Sujen Betel yaitu: latar tempat, latar waktu dan latar suasana yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial. Pada cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi latar tempatnya adalah kamar Luh Suasti, tempat tidur Luh Suasti, jurang, kamar Gde Sudira, dan rumah Gde Sudira. Latar waktunya adalah tengah malam, malam hari, dan pagi hari. Latar suasananya adalah suasana sedih, suasana marah, suasana bahagia, dan suasana terkejut. Cerpen Sujen Betel latar tempatnya adalah setra (kuburan), pekarangan Ni Wayan Sujen, rumah Ni Wayan Sujen, desa tetangga, sawah, rumah Dadong Soter, sungai, kamar I Ketut Sujana, dan rumah I Ketut Sujana. Latar waktunya adalah senja, sore hari, malam hari, pagi hari, dan jam empat. Latar suasana adalah suasana sedih, suasana jatuh cinta, suasana marah, dan suasana ketakutan.
-
5.3.5 Tema
Tema Cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi adalah tentang "Pernikahan nyentana". Cerpen Sujen Betel bertemakan "Mitos Sujen Betel” dan diselingi oleh pernikahan nyentana.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat ditarik simpulan berikut ini:
Cerpen LKTUS dan SB terdapat strukur forma dan naratif. Struktut forma kedua cerpen adalah ragam bahasa (bahasa Bali Alus, bahasa Bali Andap, bahasa Bali kasar, dan beberapa menggunakan bahasa Jawa Kuno) dan gaya bahasa (gaya bahasa perbandingan (perumpamaan (sesawangan dan sesenggakan), metafora, personifikasi, dan antithesis), dan gaya bahasa pertentangan (hiperbola).
Struktur naratif dalam cerpen LKTUS dan SB adalah insiden, insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Insiden dari kedua cerpen ini digambarkan mendekati realita sehingga seolah-olah benar-benar terjadi. Alur yang digunakan adalah flash back dan alur lurus. Tokoh pada kedua cerpen tersebut terdiri dari tokoh utama protagonis, tokoh antagonis dan tokoh tambahan. Namun dari tokoh-tokoh tersebut hanya tokoh utama saja yang dilukiskan perwatakannya melalui ciri-ciri fisiologi, psikologi dan sosiologi. Penokohan tokoh utama pada cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi dan Sujen Betel digambarkan menggunakan teknik dramatik. Latar dalam cerpen Lahru Kangkang Tinibanin Udan Sawengi dan Sujen Betel yaitu: latar tempat, latar waktu dan latar suasana yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial. Tema dalam cerpen LKTUS dan SB yaitu perkawinan nyentana dan mitos sujen betel. Amanat kedua cerpen tersebut diambil dari kehidupan di masyarakat dan pengalaman.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Putra, I Nyoman Darma. 2010. Tonggak Baru Sastra Bali Modern. Denpasar: Pustaka Larasan
Suarsa, I Made. 2006. Gede Ombak Gede Angin Pupulan Sawelas Carita Cutet Basa Bali. Denpasar: Fakultas SastraUniversitas Udayana.
-----------------------2009. Gede Ombak Gede Angin Pupulan Sawelas Carita Cutet Basa Bali. Surabaya: Paramita.
Suasta, I.B Made.2011. Berbicara Bahasa Bali. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Triyono, Adi. 1994. Langkah Langkah Penyusunan Rancangan Penelitian Sastra, dalam Teori Penelitian Sastra oleh Staf Pengajar UGM. Yogyakarta.
Wijaya, dan Wahyuni. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sukada, Made.1987. Beberapa Aspek Tentang Sastra. Denpasar: Kayumas dan Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba.
Discussion and feedback