HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Vol 25.3 Agustus 2021: 360-366

Analisis Hegemoni dalam Buku Kumpulan Cerpen Ngipiang Jokowi karya I Made Sugianto

Siti Noviali, I Ketut Ngurah Sulibra, Tjok Istri Agung Mulyawati R

Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia

Email korespondensi: [email protected], [email protected] ,

[email protected]

Info Artikel

Masuk: 11 Januari 2021

Revisi: 20 Februari 2021

Diterima: 30 Februari 2021

Keywords: short stories, structure, hegemony


Kata kunci: cerpen, struktur, hegemoni

Corresponding Author: Siti

Noviali

Email:

[email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

21.v25.i03.p13


Abstract

This analysis aims to determine the structure and obtain a clear explanation about hegemony in the four short stories. This study uses two theories including structural theory and hegemony theory. The methods and techniques used are divided into three types, namely; the data collection stage, the data analysis stage, and the data analysis presentation stage. The method used in data collection is the simak method accompanied by translation techniques and note-taking techniques. Then, methods and techniques use qualitative methods and analytic descriptive techniques. Then, proceed with informal methods in the stage of presenting the results of data analysis, the techniques used are inductive and deductive. The results obtained in this study include the narrative structure and form of hegemony in the four short stories. The narrative structure is divided into incidents, plot, characters and characterizations, settings, themes, and moral value. The analysis of hegemony in the four short stories is divided into two types, namely domination of power based on morals and domination of power which is suppressive. The author describes hegemony through characters and characterizations, incidents, and settings. The hegemony reflected in the four short stories is presented in two kinds, namely hegemony in verbal form and hegemony in physical form.

Abstrak

Tujuan dari analisis ini yaitu untuk mengetahui struktur naratif dan memperoleh gambaran mengenai hegemoni yang terdapat dalam keempat cerpen tersebut. Penelitian ini menggunakan dua teori meliputi teori struktural dan teori hegemoni. Metode dan teknik yang digunakan terbagi menjadi tiga macam yaitu; tahap pengumpulan data tahap analisis data, serta tahap penyajian analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak yang disertai dengan teknik terjemahan dan teknik pencatatan. Metode dan teknik selanjutnya menggunakan metode kualitatif dan teknik deskriptif analitik. Kemudian dilanjutkan dengan metode informal dalam tahap penyajian hasil analisis data, teknik yang digunakan adalah induktif dan deduktif. Adapun hasil yang didapatkan dalam kajian ini meliputi pemaparan struktur naratif dan bentuk hegemoni dalam keempat cerpen. Struktur naratif terbagi menjadi insiden, alur, tokoh dan penokohan,

latar, tema, dan amanat. Analisis hegemoni dalam keempat cerpen terbagi menjadi dua jenis yaitu dominasi kekuasaan yang berbasis moral dan dominasi kekuasaan yang bersifat menekan. Pengarang menyampaikan hegemoni melalui tokoh dan penokohan, insiden, dan latar. Hegemoni yang tercermin dalam keempat cerpen disajikan dalam dua macam yaitu hegemoni dalam bentuk verbal dan hegemoni dalam bentuk fisik.

PENDAHULUAN

Cerpen adalah cerita khayalan yang permasalahannya singkat dan menekankan pada suatu kejadian (Tarigan, 1984:138). Isi dari sebuah cerpen sangat padat dan hanya berfokus pada satu titik konflik. Melalui cerpen, pengarang menggambarkan suatu hal secara tajam (Jacob, 2001:184).

Karya sastra modern berupa cerpen mulai banyak digemari oleh masyarakat Bali. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya pengarang sastra Bali modern yang menciptakan cerpen. Walaupun tidak sepopuler karya sastra Bali Klasik, cerpen perlahan-lahan memperkenalkan dirinya kepada masyarakat Bali modern. Salah satu pengarang sastra Bali modern yang sangat aktif menciptakan karya adalah I Made Sugianto dengan buku kumpulan cerpen Ngipiang Jokowi.

Kumpulan cerpen Ngipiang Jokowi merupakan pengalaman pribadi beliau sendiri selama menjabat sebagai seorang kepala desa. Beliau menuangkan ide dalam bentuk cerpen dan imajinasi.

Buku kumpulan cerpen tersebut terdiri dari tiga belas judul cerpen yaitu Ngipiang Jokowi, Kosekan di Tongose Linggah, Depang Tiang Ngoyong Jumah, Tresna Selat Segara, Cicing Mabatis Telu, Ampakang Tiang Kori, Bli, Teken Pang Neken, Guru Abdi, Ulian KIS Iluh Nadak Tiwas, Lelipi Ipian, Arjuna Tapa, Balian Runtag, dan I Kadek Dadi Hakim. Ketiga belas cerpen tersebut menceritakan tentang permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat Bali. Terdapat kritik sosial mengenai situasi kehidupan dan persoalan yang lumrah terjadi di masyarakat Bali.

Diantara ketiga belas cerpen tersebut, akan dianalisis empat cerpen yang memiliki persamaan konflik dan memiliki benang merah antara satu sama lain. Keempat cerpen tersebut antara lain cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag dan I Kadek Dadi Hakim. Keempat cerpen tersebut dipilih karena saling berkaitan dan membahas pokok permasalahan yang sama yaitu hegemoni.

Hegemoni berkaitan dengan sikap dan cara mengkoordinasikan dan memperoleh kekuasaan yang dilaksanakan oleh kelompok tertentu dalam suatu praktik kekuasaan (Kurniawan, 2012:72). Hegemoni mencerminkan kelompok yang berkuasa akan mendominasi kelompok yang dikuasai sesuai dengan kehendaknya.

Dibandingkan dengan cerpen-cerpen sebelumnya, keempat cerpen tersebut lebih dominan mengandung hegemoni mengenai perilaku pejabat yang sering terjadi di masyarakat. Keempat cerpen ini memiliki perbedaan dengan beberapa cerpen lainnya yang ada pada buku kumpulan cerpen Ngipiang Jokowi yang lebih banyak menggambarkan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat Bali.

Buku kumpulan cerpen Ngipiang Jokowi ini belum pernah diteliti sebelumnya dan merupakan keluaran terbaru, sehingga masih segar untuk diulas lebih mendalam mengenai hegemoni yang terkandung di dalamnya.

Penelitian ini akan mengulas mengenai hegemoni dalam keempat cerpen pada buku kumpulan cerpen Ngipiang Jokowi yaitu cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag dan I Kadek Dadi Hakim, seperti perilaku

pejabat yang bertindak sewenang-wenang karena memiliki kekuasaan yang tinggi. Hegemoni yang dianalisis berupa realita sosial yang terjadi di masyarakat dan tercermin dalam keempat cerpen pada buku ini. Penelitian ini menggunakan teori struktural yang akan mengkaji struktur naratif dari keempat cerpen.

Melalui latar belakang yang telah dijabarkan tersebut, ditemukan dua pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah struktur naratif yang membangun cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag dan I Kadek Dadi Hakim tersebut? Serta Wacana hegemoni apa sajakah yang terkandung dalam cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag dan I Kadek Dadi Hakim?

Tujuan dari penelitian keempat cerpen tersebut yaitu sebagai berikut; untuk memberikan informasi serta menambah pengetahuan mengenai karya sastra khususnya sastra Bali modern berupa cerpen. Selain itu, untuk mengetahui struktur naratif dan wacana hegemoni dari keempat cerpen yang akan diteliti.

METODE

Penelitian ini menganalisis data berupa buku kumpulan cerpen Ngipiang Jokowi. Diantara ketiga belas cerpen, akan diambil empat cerpen untuk dijadikan sebagai objek kajian yang merupakan data utama dari penelitian ini. Empat cerpen tersebut meliputi; Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag, dan I Kadek Dadi Hakim.

Metode merupakan cara untuk memecahkan masalah, sehingga lebih mudah untuk dianalisis (Ratna, 2004: 34). Teknik merupakan alat yang digunakan pada penelitian dan bersifat konkret atau nyata (Ratna, 2004: 37). Metode dan teknik pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data dan tahap penyajian hasil analisis.

Pada tahap pengumpulan data, terdapat dua metode yaitu metode simak dan metode wawancara. Metode simak menggunakan teknik terjemahan dan teknik pencatatan. Metode wawancara menggunakan teknik catat dan teknik rekam.

Selanjutnya pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif dibantu dengan teknik yaitu deskriptif analitik.

Kemudian pada tahap terakhir yang digunakan adalah metode informal. Metode informal merupakan salah satu cara penyajian hasil dalam bentuk penjabaran (Ratna, 2004: 50). Metode penyajian informal ditunjang dengan teknik deduktif dan induktif.

KERANGKA TEORI

Penelitian ini menggunakan beberapa kajian pustaka yang relevan sebagai tolak ukur dalam meneliti. Salah satunya yaitu Adiyatno (2016), dalam penelitiannya yang berjudul Hegemoni Dalam Novel Trilogi Karya Ahmad Tohari: Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian ini mendeskripsikan hegenomi dalam novel trilogi karya Ahmad Tohari. Teori yang digunakan yaitu teori hegenomi berdasarkan pendapat Marxis dan Gramsci.

Penelitian lain yang mendukung kajian ini yaitu Sri Ariestini, Ni Nyoman (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Hegemoni Ekonomi Pedagang Cina Terhadap Rakyat Sanur dalam Teks Novel Biyar-biyur Ring Pesisi Sanur. Penelitian ini mendeskripsikan mengenai hegemoni dalam suatu karya sastra.

Pengkajian ini dilakukan menggunakan dua teori yaitu struktural dan hegemoni. Analisis struktural dilakukan dengan cara melaksanakan identifikasi, pengkajian, dan deskripsi pada suatu karya sastra sesuai dengan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik (Nurgiyantoro, 2018:37).

Penelitian terhadap keempat cerpen dalam buku kumpulan cerpen Ngipiang

Jokowi tidak terlepas dari penelitian terhadap strukturnya. Teori struktural digunakan untuk mengkaji keempat cerpen mengenai unsur intrinsik berupa insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat.

Teori hegemoni digunakan untuk meneliti bentuk hegemoni pada keempat cerpen. Hegemoni berkaitan dengan sikap dan cara mengkoordinasikan dan memperoleh kekuasaan yang dilaksanakan oleh kelompok tertentu dalam suatu praktik kekuasaan (Kurniawan, 2012:72).

Hegemoni digunakan untuk menunjukkan adanya suatu kelas yang mendominasi dan mengatur masyarakat melalui pemaksaan serta kepemimpinan moral dan intelektual (Storey, 2003:172).

Hegemoni dapat dibagi menjadi dua yaitu hegemoni menurut Marx dan hegemoni menurut Gramsci. Hegemoni Marx lebih mengarah kepada kekuasaan yang ortodoks dan menggunakan bermacam-macam cara dalam kepemimpinan yang telah dibangun secara historis (Faruk, 2003: 63).

Hegemoni menurut Gramsci bersifat kepemimpinan moral dan intelektual. Konsep hegemoni Gramsci untuk mengkaji bentuk politis, kultural, serta paham tertentu yang berkembang dalam suatu masyarakat. Suatu kelas yang kokoh dapat mendirikan konsep kepemimpinan yang berbeda dari bentuk dominasi yang sifatnya memaksa (Faruk, 2003: 63).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag, dan I Kadek Dadi Hakim

Tujuan dari analisis struktural yakni untuk membedah dan menjabarkan secara detail dan teliti mengenai hubungan antarunsur dan aspek dari suatu karya sastra sehingga memperoleh

makna yang menyeluruh (Teeuw, 1984:135).

Struktur cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag, dan I Kadek Dadi Hakim meliputi insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Seluruh bagian tersebut saling berkaitan dan membangun cerita dari keempat cerpen tersebut. Insiden dalam keempat cerpen merupakan rangkaian peristiwa yang membangun alur sehingga menjadi satu kesatuan. Alur dalam keempat cerpen adalah alur maju karena diawali dengan tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, serta tahap penyelesaian.

Tokoh merupakan seorang pelaku maupun pemeran yang ada pada sebuah jalan cerita. Penokohan merupakan penggambaran watak pelaku cerita oleh pengarang (Esten, 1978: 27). Tokoh dalam keempat cerpen terbagi menjadi tiga yaitu tokoh utama, tokoh sekunder, serta tokoh pelengkap. Pada cerpen Teken Pang Neken, tokoh utamanya adalah I Ngurah Toni yang memiliki watak bertanggungjawab, tegas, dan jujur. Tokoh sekundernya adalah anggota DPR yang memiliki watak angkuh dan tidak bertanggungjawab. Tokoh pelengkapnya yakni pimpinan partai, pegawai kabupaten, pak camat, gadis cantik, dan pelayan. Pada cerpen Guru Abdi, tokoh utamanya adalah I Kadek Arya yang memiliki watak ulet, baik hati, dan bijaksana. Tokoh sekundernya adalah Pak Ketut Ar yang memiliki watak angkuh, sombong, dan pendendam. Tokoh pelengkapnya yakni istri Kadek Arya, murid, supir Pak Ketut Ar, dan kepala sekolah. Cerpen Balian Runtag, tokoh utamanya adalah Gede Brengos yang mempunyai sifat angkuh, sombong, serta pendendam. Tokoh sekundernya adalah Made Dogles yang memiliki watak rendah hati, penyabar, dan bijaksana. Tokoh pelengkapnya yakni tim sukses Gede Brengos dan pegawai desa.

Pada cerpen I Kadek Dadi Hakim, tokoh utamanya adalah si kakek yang memiliki watak penyabar, jujur, dan baik hati. Tokoh sekundernya adalah bapak kepala desa yang memiliki watak kurang tegas dan tidak bijaksana. Tokoh pelengkapnya yakni warga desa, Nang Regen, dan Pak Ngurah.

Latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang tercantum pada suatu karya sastra (Indrawati, 2009: 64). Latar dalam cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag, dan I Kadek Dadi Hakim meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Cerpen Teken Pang Neken, latar tempat meliputi kantor kepala desa, kantor camat, warung, dan rumah pimpinan partai. Latar waktu adalah satu bulan. Latar suasana meliputi suasana tegang dan suasana kecewa. Pada cerpen Guru Abdi, latar tempat meliputi sekolah, rumah Kadek Arya, balai banjar, rumah Pak Ketut Ar, dan ruang kepala sekolah. Latar waktu meliputi pagi hari, sore hari, hari Minggu, dan dua minggu. Latar suasana meliputi suasana gembira, suasana kecewa, suasana tegang, dan suasana sedih. Pada cerpen Balian Runtag, latar tempat meliputi pura, di depan kantor desa, kantor desa, dan puskesmas. Latar waktu meliputi enam tahun dan pagi hari. Latar suasana meliputi suasana marah dan suasana tegang. Pada cerpen I Kadek Dadi Hakim, latar tempat meliputi tanah kosong (tegalan), di bawah pohon Asem, dan tanah Anak Agung. Latar waktu adalah siang hari. Latar suasana meliputi suasana sedih, suasana tegang, suasana khawatir dan suasana kecewa.

Menurut Keraf (2002:107) tema merupakan gagasan utama yang disampaikan oleh pengarang di dalam karyanya. Tema dari keempat cerpen tersebut sama yaitu tentang kekuasaan. Tema ini tersirat dalam insiden yang terangkai pada jalinan cerita dan tercermin pada peran tokoh ketika menggerakkan alur ceritanya.

Kosasih (2012:71) menyatakan amanat merupakan pesan atau ajaran moral tersirat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca karya sastra. Amanat yang terdapat dalam cerpen Teken Pang Neken yakni penggunaan kekuasaan untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu bukanlah perbuatan yang baik. Amanat yang terdapat dalam cerpen Guru Abdi yakni kekuasaan yang dimiliki seharusnya digunakan secara bijak. Amanat yang terdapat dalam cerpen Balian Runtag yakni kekuasaan tidak seharusnya digunakan sebagai alat balas dendam. Kemudian amanat yang terdapat dalam cerpen I Kadek Dadi Hakim yakni kekuasaan tidak boleh digunakan untuk menutupi kesalahan.

Analisis Hegemoni dalam Cerpen Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag, dan I Kadek Dadi Hakim

Sosiologi sastra merupakan studi ilmiah dan objektif mengenai proses sosial masyarakat dalam yang tersirat dalam karya sastra, (Faruk, 2003: 1). Salah satu proses sosial dalam masyarakat adalah hegemoni.

Analisis bentuk hegemoni pada Teken Pang Neken, Guru Abdi, Balian Runtag, dan I Kadek Dadi Hakim akan menggunakan konsep dan teori hegemoni campuran yaitu menurut Marx dan Gramsci. Kejadian-kejadian yang terdapat dalam cerpen dapat dianalisis menggunakan kedua teori tersebut. Hegemoni dalam bentuk dominasi atau penekanan adalah hegemoni yang dikemukakan oleh Marx dan biasanya lebih condong ke arah yang negatif. Sedangkan hegemoni Gramsci adalah hegemoni yang bersifat kepemimpinan intelektual dan moral sehingga lebih condong ke arah positif.

Jadi, pada keempat cerpen tersebut terdapat dua bentuk hegemoni yaitu hegemoni Gramsci yang berbasis kepemimpinan moral dan intelektual

serta hegemoni Marx yang bersifat mendominasi.

Pengarang menyampaikan hegemoni melalui tokoh dan penokohan, insiden, dan latar. Hegemoni yang tercermin dalam keempat cerpen disajikan dalam dua macam yaitu hegemoni dalam bentuk verbal berupa dialog antar tokoh dan hegemoni dalam bentuk fisik berupa tingkah laku tokoh.

SIMPULAN

Melalui hasil penjabaran berupa pembahasan yang telah dipaparkan di atas, struktur naratif dari keempat cerpen dianalisis dengan menggunakan teori struktural. Struktur dari keempat cerpen tersebut terdiri dari insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Seluruh struktur yang ada saling berhubungan antar satu sama lain.

Analisis hegemoni yang terkandung di dalam keempat cerpen diteliti dengan menggunakan teori hegemoni. Bentuk hegemoni yang terdapat di dalam keempat cerpen terbagi menjadi dua jenis yaitu dominasi kekuasaan yang berbasis moral dan dominasi kekuasaan yang bersifat menekan.

Penelitian hegemoni dalam buku kumpulan cerpen Ngipiang Jokowi masih ada peluang untuk dikaji lebih mendalam. Adapun saran untuk penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu sastra khusunya pada teori hegemoni Marx dan Antonio Gramsci sebagai salah satu bentuk analisis terhadap karya sastra.

Penelitian ini tentunya masih memiliki kekurangan dan kesalahan dalam penulisannya. Penelitian ini perlu dikembangkan kembali dengan penelitian selanjutnya yang relevan khususnya penelitian dengan bahan kajian dan teori yang sama. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hegemoni dalam cerpen (khususnya dalam cerpen karya I Made Sugianto) melalui teori ataupun

pendekatan yang lain. Penelitian ini dapat diteliti lebih mendalam melalui pendekatan sosiologi sastra untuk mengkaji permasalahan sosial yang terkandung di dalam karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyatno, Sam Devi dkk. (2016).

“Hegemoni Dalam Novel Trilogi Karya Ahmad Tohari:  Kajian

Sosiologi Sastra”, Bahasantodea, 4(4).

Esten, M. (1978). Teori  Pengantar

Sejarah Sastra. Bandung: Angkasa.

Faruk, H. T. (2003). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta:       Pustaka

Pelajar.

Indrawati. (2009). Bahasa dan Sastra Indonesia 1. Jakarta: PT Perca.

Jacob, Mey. (2001). Pragmatics. Australia.

Keraf, G. (2008). Diksi dan gaya bahasa (Cet. XVIII). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar keterampilan bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Kurniawan, H. (2012). Teori, metode, dan aplikasi sosiologi sastra. Graha Ilmu.

Nurgiyantoro,     B.      (2018). Teori

pengkajian fiksi. UGM press.

Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:       Pustaka

Pelajar.

Sri Ariestini, Ni Nyoman (2013). “Hegemoni Ekonomi Pedagang

Cina Terhadap Rakyat Sanur dalam Teks Novel Biyar-biyur Ring Pesisi Sanur”, Jurnal Humanis, 4(2).

Storey, J., & Nurdin, D. (2003). Teori budaya dan budaya pop: memetakan lanskap konseptual cultural studies. CV. Qalam.

Sugianto, I Made. (2019). Ngipiang Jokowi.    Tabanan:    Pustaka

Ekspresi.

Tarigan, H. G. (1984). Prinsip-prinsip dasar sastra. Penerbit Angkasa.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu sastra: Pengantar teori sastra (No. 7). Pustaka Jaya.