HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Vol 26.1 Februari 2022: 100-112

Mushaf Lipat Abu: Suntingan, Terjemahan, dan Keutamaan serta Manfaat Teks

Mohammad Hasbi Romadhoni, I Wayan Cika iUniversitasiUdayana, Denpasar, Bali, Indonesia Email korespondensi: [email protected] , [email protected]

Info Artikel


Abstract

Masuk: 3 Agustus 2021 Revisi: 30 September 2021 Diterima: 2 Oktober 2021

Keywords: mushaf lipat, philology, single manuscript edition.


Mushaf lipat Abu is a manuscript given by a collector from Jakarta named Abu in 2018. The purpose of this paper is to findi out the contents and describe and introduce the mushaf lipat because of the uniqueness of the manuscripts and to add studies to the Nusantara manuscripts using philological theory. Mushaf lipat Abu was studied using philological theory and translation theory. The method used for data collection is a catalog study method and a field study method with a notetaking technique whose purpose is to find a manuscript whether there are variants. The method used in analyzing the data is the standard method of single manuscript edition and the method of presentation is descriptive analytical method. The results showed that the mushaf lipat is a codex unicus because it is not contained in the catalog that the researcher refers to. Mushaf lipat consists of two main materials, namely wood and paper, mushaf lipat contains four letters in the Qur'an, namely Al-Fatihah as an opening letter, As-Sajdah, Ad-Duha, and Al-Ikhlas.

Abstrak

Kata kunci: mushaf lipat, filologi, edisi naskah tunggal

Corresponding Author:

Mohammad Hasbi Romadhoni, email:

[email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

22.v26.i01.p11


Mushaf lipat Abu merupakan naskah pemberian seorang kolektor dari Jakarta yang bernama Abu pada tahun 2018. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui isi dan mendeskripsikan, serta mengenalkan mushaf lipat karena keunikan naskahnya, dan untuk menambah kajian-kajian terhadap naskah-naskah Nusantara menggunakan teori filologi. Mushaf lipat Abu dikaji menggunakan teori filologi dan teori terjemahan. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode studi katalog dan metode studi lapangan dengan teknik catat yang tujuannya adalah mencari sebuah naskah apakah terdapat variannya. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode standar edisi naskah tunggal dan metode penyajiannya menggunakan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mushaf lipat merupakan naskah codex unicus karena tidak terdapat pada katalog yang peneliti rujuk. Mushaf lipat terdiri dari dua bahan utama yaitu kayu dan kertas dan berisi empat surat dalam al-qur’an yaitu surat al-fatihah sebagai surat pembuka, surat as-sajdah, surat ad-duha, dan surat al-ikhlas dengan susunan dua baris ditulis dari kanan ke kiri tanpa menggunakan harakat yang setiap suratnya mengandung topik pembahasan yang berbeda.

PENDAHULUAN

Abad ke-13 merupakan abad masuknya Islam di Nusantara. Selain tradisi tulis Islam berkembang melalui karya sastra dan naskah ajaran Islam lainnya, diperkirakan juga pada abad inilah mushaf-mushaf al-qur’an ditulis sekitar masa Kerajaan Samudra Pasai. Mushaf tertua di Indonesia berasal dari akhir abad ke-16 pada tahun 1585. Pada tahun yang sama juga ditemukan mushaf al-qur’an yang ditulis oleh Al-Faqih Al-Ali Alifuddin Abdul Baqi bin Abdullah Al-Adni di Ternate Maluku Utara. Seluruh mushaf al-qur’an tersebut ditulis tanpa menggunakan mesin cetak. Tidak seperti sekarang, mushaf dapat dilipatgandakan dan dicetak berkali-kali dalam jumlah yang banyak. Sebelum ditemukannya mesin cetak, masyarakat menulis sendiri mushaf-mushaf tersebut (Rahmayani, 2016:1).

Mushaf al-qur’an ditulis dengan berbagai media, seringkali ditemukan mushaf-mushaf al-qur’an ditulis menggunakan medium daluang dan kertas eropa. Tradisi penulisan mushafi al-qur’an sering dilakukan di dalam pondok pesantren dan lingkungan kerajaan Islam di Nusantara. Tradisi menulis mushaf al-qur’an di dua tempat yang sudah dijelaskan tersebut merupakan awal bagi berkembangnya mushaf al-qur’an di Nusantara. Beberapa mushaf al-qur’an ada yang masih tersimpan di pondok pesantren. Ada juga yang sudah diselamatkan dan disimpan di museum dan perpustakaan. Mushaf al-qur’an juga masih banyak dimiliki perseorangan seperti kolektor dan ahli waris.

Mushaf al-qur’an seringkali ditulis dengan berbagai tujuan, salah satunya untuk mendokumentasikan al-qur’an agar pelajar dapat membaca dan memahami isi al-qur’an itu sendiri sebab sebelumnya al-qur’an diajarkan hanya melalui lisan saja. Masyarakat Nusantara awalnya sangat awam terhadap kebudayaan

mushaf al-qur’an, karena kebudayaan menulis naskah yang berkembang di dalam masyarakat Nusantara adalah kebudayaan menulis yang berasal dari agama Hindu dan Buddha (Marsono, 2011:2-3). Kebudayaan menulis mushaf al-qur’an selain tujuannya sebagai dokumentasi terhadap isi al-qur’an, kebudayaan menulis mushaf al-qur’an juga bertujuan agar al-qur’an dapat dipelajari sekaligus memperkenalkan agama Islam. Maka dari sinilah mushaf al-qur’an adalah salah satu kunci perkembangan kebudayaan menulis naskah di Nusantara yang sebelumnya tradisi penulisan naskah selalu didominasi oleh kebudayaan agama Hindu dan Buddha (Lestari, 2016:175).

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti Mushaf lipat Abu. Sebenarnya manuskrip Mushaf lipat Abu yang peneliti miliki belum memiliki nama karena keterbatasan informasi di dalamnya. Penamaan mushaf lipat oleh peneliti diberikan mendasarkan pada fisik mushafnya yang dilipat-lipat sehingga sangat cocok untuk diberi nama mushaf lipat. Mushaf lipat Abu ini didapatkan pada tahun 2018 dari seorang kolektor dari Jakarta yang namanya Abu. Peneliti tidak pernah bertemu dengan kolektor secara langsung, tetapi pernah berkomunikasi melalui media sosial discord saat berdiskusi sastra. Mushaf lipat Abu ini menjadi milik pribadi sejak dihibahkan kepada peneliti. Mushaf lipat Abu terdiri dari empat surat dalam al-qur’an. Mushaf lipat Abu dikaji menggunakan teori filologi dan teori terjemahan. Teori filologi digunakan untuk mengungkapkan naskah dan teksnya. Teori terjemahan digunakan untuk menerjemahkan teksnya karena isi teks ditulis menggunakan bahasa Arab.

Hanifatul Asna (2017) dari Universitas islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan skripsinya yang berjudul “Sejarah dan Karakteristik Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Pangeran

Diponegoro (Kajian Filologi)” membahas tentang dua manuskrip mushaf al-qur’an peninggalan Pangeran Diponegoro melalui pendekatan filologi dengan tujuan menelusuri sejarah dan karakteristik mushaf. Selain membahas tentang sejarah mengapa penulisan mushaf dilakukan, penelitian ini juga mengkaji bagian-bagian karakter dalam mushaf secara kodikologis. Penelitian ini juga membahas bagaimana teks-teks dalam mushaf Pangeran Diponegoro disajikan. Teks-teks di dalamnya diteliti bagaimana penggunaan rasm, qira’at, tanda baca, tanda tajwid, dan tanda waqaf.

Tati Rahmayani (2016) dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan skripsinya yang berjudul “Karakteristik Manuskrip Mushaf Al-Qur’an H. Abdul Gaffar (Kajian Filologi)” membahas tentang Manuskrip Mushaf Al-ur’an H.Abdul Gaffar yang berasal dari Dusun Gunung Malang, Desa Poteran Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Fokus penelitian ini adalah menjabarkan siapa yang menulis manuskripnya dengan cara turun ke lapangan mewawancarai narasumber. Penelitian ini juga membahas karakteristik teks yang terdapat pada Mushaf Al-Qur’an H. Abdul Gaffar seperti rasm, harakat, simbol, qira’at dan scholia. Penelitian ini menggunakan teori filologi dengan metode naskah tunggal edisi kritis. Mushaf ini terbuat dari daluang.

Trie Utari Dewi (2017) membuat sebuah tulisan yang berjudul “Naskah Mushaf Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Berbahan Lontar Kajian Nilai dan Unsur Estetika”. Jurnal ini dimuat dalam Jumantara (Jurnal Manuskrip Nusantara) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Volume 8 Nomor 2. Jurnal ini mengungkapkan dan menjelaskan nilai dan estetikanya. Mushaf ditemukan di Tatar Sunda, Tasikmalaya dan belum imasuk ke dalam katalog naskah sunda.i

Isi penelitian ini terdiri dari penjelasan iluminasi, seni dan struktur rupa, motif dan kaligrafi. Jurnal ini juga menjelaskan nilai-nilai naskahnya seperti nilai ekonomis, nilai tradisi dan budaya, dan nilai sejarahnya. Naskah mushaf ini terbuat dari lontar.

Qona’ah Dwi Hastuti dan Moh. Abdul Kholiq Hasan (2020) menyusun sebuah tulisan yang berjudul “Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Daun Lontar Koleksi Kiai Abdurrochim (Kajian Pemakaian Rasm dan Qira’at)”. Jurnal ini dimuat dalam Profetika Jurnal Studi Islam Volume 21 Nomor 1 tahun 2020. Manuskrip mushaf Kiai Abdurrochim terbuat dari lontar yang ditemukan di Tarub, Jawa Tengah. Penelitian ini hanya berfokus pada rasm dan qira’at yang digunakan, yang artinya pengkajian hanya berfokus pada teks saja. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa Mushaf Kiai Abdurrochman terdapat beberapa kesalahan penulisan dan peneliti menyuntingnya.

Adrika Fithrotul Aini (2020) menyusun sebuah tulisan yang berjudul “Identifikasi Naskah dan Klasifikasi Corrupt Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Koleksi Perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng”. Jurnal ini dimuat dalam Al-Qudsi Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadisi iInstitut Agama Islam Negeri Tulungagung Volume 4 Nomor 1 tahun 2020. Penelitian ini berfokus pada manuskrip warisan dari KH. Hasyim Asy’ari yang tersimpan di Pondok Pesantren Tebuireng. Fokus substansi penelitiannya meliputi tiga hal yaitu identifikasi naskah, kritik teks corrupt, dan bentuk scholia naskahnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik teks.

Putu Irene Deborah Arnawa (2016) menyusun sebuah tulisan yang berjudul “Shift of Noun Phrases in The Translation of Gospel into Kitab Injil” yang dimuat dalam Humanis Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Volume 15 Nomor 2 tahun 2016. Tulisan ini membahas jenis, tingkat, dan kategori pergeseran kemudian menemukan korespondensi serta kesetaraan tekstual pada gospel dan terjemahan kitab injil pada setiap frasa nominanya. Data yang dihasilkan diolah menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Sugama, dkk (2017) bersama-sama menyusun sebuah tulisan yang berjudul “Translation Method with Emphasis of Clause Level in Bhagavad-Gita As It Is and in Bhagavad-Gita Menurut Aslinyayang dimuat dalam Humanis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Volume 19 Nomor 1 tahun 2017. Tulisan ini membahas dan mendefinisikan tingkat klausanya pada setiap ayat-ayat yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode penerjemahan newmark yang di antaranya adalah secara literal, faithfull, semantik, adaptasi, terjemahan bebas, idiomatik, dan komunikatif.

METODE DAN TEORI

  • 1.    TeoriiFilologi

Filologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang naskah dan teks. Filologi merupakan suatu pengetahuan yang juga mempelajari tentang sastra. Sastra yang dipelajari tentunya sastra lama, karena naskah maupun teks dalam sudut pandang filologi memuat cerita-cerita pada masa lampau. Filologi juga mempelajari tentang kebahasaan, sejarah, filsafat hidup, dan kebudayaan yang ada dalam naskah (Sulistyorini, 2015:2). Penjabaran teori ini meliputi tekstologi (mempelajari seluk beluk teks, yangi meliputi penjelmaan dan penurunan teks, ipenafsiran, dan pemahamannya), kodikologi      (mempelajari      dan

mengidentifikasi seluk beluk semua aspek kenaskahannya, antara lain: bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulisan naskah), dan suntingan

(melakukan perbaikan terhadap teks yang telah dipilih).

  • 2.    Teori Terjemahan

Menurut G. Jäger (dalam Moentaha, 2008:9) proses terjemahan   (das

übersetzen, the translating) adalah transformasi teks dari satu bahasa kei teks bahasa lain tanpa mengubah isi teksi iasli. Kegiatan menerjemahkan adalah upaya mengubah suatu bahasa ke dalam bahasa yang dituju. Penelitian mushaf lipat dilakukan dengan melakukan transformasi dari bahasa Arab menjadi bahasa Indonesia menggunakan teknik terjemahan bebas (free translation). Terjemahan bebas adalah terjemahan yang dilakukan di tingkat satuan-satuani ibahasa, seperti kalimat atau teks secarai keseluruhan (Moentaha, 2008:52). Penerjemahan mushaf lipat berfokus pada satuan ayat-ayatnya yang terdapat dalam teks dan dibagi berdasarkan setiap surat kandungannya.

Metode

Metodei ipenelitian dalam tulisan ini terbagii imenjadii imetode pengumpulani idata, analisis, dan penyajian hasil ianalisis. Fathurahman (2015:69-90) mengatakan bahwa metode pengumpulan data terbagi menjadi dua metode, yaitu imetode studi katalog dan metode studi lapangan. Metode ini dilaksanakan bertujuan untuk menentukan naskah dan teks apa yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Metode studi katalog juga bertujuan untuk menginventarisasi naskah dengan melacak dan menemukan apakah sebuah naskah memuat salinan dan varian di tempat lain Metode analisis data menggunakan metode deskripsi naskah. Metode deskripsi naskah adalah usaha menjelaskan dan mendeskripsikan naskah secara detail dan akurat. Penelitian ini menggunakan metode analisis data edisi naskah tunggal yang bertujuan untuk melakukan alur pengkajian. Analisis data mushaf lipat

tidak lepas dengan kegiatan suntingan teks yang melibatkan metode suntingan yaitu metode standar. Rokhmansyah (2017:72) menjelaskan bahwa metode standar adalah menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil, sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Sementara itu, metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu menjelaskan semua data dengan menjabarkan isi dari objek penelitian. Ragam bahasa yangi idigunakan adalah ragam bahasa iIndonesia ilmiah.

HASIL DAN PEMABAHASAN

  • 1.    Deskripsi Naskah

Rokhmansyah (2017:83) sebagian naskah-naskahi nusantara terutama yang umurnya relatif tua tidak mencantumkan judul naskah secarai eksplisit, tetapi seorang peneliti tidak serta-merta mengatakan bahwa suatu naskah tidak berjudul hanya karena tidak tercantum di sampul naskah. Oleh karena itu perlu dilakukan pengecekan awal dengan serius karena kemungkinan judul naskah terdapat pada awal maupun akhir dari teks. Berkaitan dengan objek penelitian yang peneliti pilih, judul naskah tidak ditemukan pada teksnya, baik di awal teks, tengah teks, maupun akhir teks. Judul juga tidak ditemukan pada cover naskah. Kemudian isi teksnya terdiri dari surat-surat dalam ial-qur’an yang tersusun tidak pada satu topik serta kolofon teks yang tidak tertulis keterangan penyalin dan waktu penyalinan. Rokhmansyah (2017:84) menjabarkan jika pada suatu naskah yang diteliti tidak memiliki judul, peneliti dapat menempuh dua cara, yang pertama adalah melalui identifikasi naskah dari bagian penyebutan teks baik secara langsung maupun tidak langsung dan isi naskah yang bersangkutan. Kedua dengan cara melihat ciri-ciri naskahnya

ditinjau dari bahan, bentuk, atau nama pemiliknya.

Kedua cara tersebut sangat mungkin dilakukan apabila peneliti menemukan kesulitan dalam menemukan judul teks. Pada naskah ini, peneliti sulit menentukan ciri-ciri teksnya untuk dapat dijadikan sebagai judul naskah karena mengandung teks dan topik yang berbeda-beda, maka peneliti memilih cara kedua yang ditawarkan, yaitu dengan memberikan judul naskah melalui ciri-ciri fisiknya. Peneliti menamai judul naskah dengan mushaf lipat. Mushaf disematkan sebagai judul naskah karena dalam teksnya termuat teks-teks al-qur’an yaitu surat al-fatihah, as-sajdah, ad-duha, dan al-ikhlas. Solahudin (2017:5-6) mengatakan bahwa mushaf atau suhuf berasal dari bahasa Arab kuno bagian selatan, dengan dibantu definisi kamus kontemporer Arab-Indonesia mengartikan bahwa mushaf adalah buku, kitab, atau al-qur’an. Tinjauan pendapat dari Solahudin mendefinisikan bahwa mushaf adalah lembaran-lembaran bertuliskan teks al-qur’an yang dijilid. Maka dengan begini kata “mushaf” cocok disematkan pada judul naskah karena ciri-cirinya adalah teks yang termuat adalah surat-surat al-qur’an. Kata “lipat” kemudian disematkan pada judul setelah kata “mushaf” berasal dari media teksnya yaitu kertas dibentuk dengan dilipat secara zig-zag. Kemudian kertas yang dilipat tersebut diberikan cover dari kayu di bagian atas dan bawahnya sebagai pelindung teksnya

  • 2.    Struktur Fisik Naskah

Struktur fisik naskah merupakan bagian-bagian yang tersusun pada sebuah naskah yang berkaitan dengan unsur-unsur pembentuknya. Pembahasan struktur fisik naskah bertujuan untuk imenjabarkan hal-hal apa saja yang terdapat pada sebuah naskah. Struktur fisik naskah terbagi menjadi beberapa pembahasan yang di antaranya adalah

keadaan, ukuran, bahan, dan baris. Berikut di bawah ini pembahasan mengenai struktur fisik mushaf lipat.

  • a.    Keadaan Naskah

Mushaf lipat teridentifikasi ada tiga bahan yang membentuknya yaitu kayu (sebagai cover atas dan bawah), kertas (media penulisan teks), dan benang (pengikat antara media teks dan cover). Cover bagian atas mushaf lipat dilubangi sehingga dapat dimasukkan benang untuk menjaga kertas tidak terurai dan tetap pada bentuk seperti mushaf lipat yang saat ini peneliti miliki. Keadaan mushaf lipat dikategorikan sebagai naskah yang utuh, artinya tidak ada lembaran yang hilang dan rusak. Seluruh teks dapat terbaca baik oleh peneliti. Lembaran-lembaran mushaf lipat terlipat baik dengan adanya benang pengikat sehingga teks sangat tidak mungkin terlipat tidak sesuai dengan keadaan awal saat peneliti menerima naskah. Mushaf lipat dapat juga dikategorikan baik sedang. Hal ini terjadi meskipun kayu yang digunakan sebagai cover masih kuat (tidak lapuk) tetapi pada bagian cover atas, terdapat guratan yang menyebabkan kayu tidak halus dan terdapat bekas congkelan. Bekas congkelan tersebut disebabkan saat membentuk cover terjadi kesalahan ukir sehingga cover tidak simetris. Kertas mushaf lipat dibeberapa bagiannya juga terdapat jamur dan berubah warna agak kecoklat-coklatan. Keadaan kertas tersebut terjadi karena kertas tidak dirawat dan dibersihkan oleh pemilik sebelumnya serta warna kertas yang berubah warna terjadi disebabkan sentuhan tangan langsung pada kertas. Keadaan naskah lainnya yang dapat dideskripsikan adalah mushaf lipat tidak memiliki kotak/peti penyimpanan (kropak atau sejenisnya) yang menyebabkan naskah tidak tersimpan aman dan baik. Khawatir terjadi kerusakan fisik baik luar maupun dalam naskah, peneliti menyimpan mushaf lipat

pada hardcase tebal yang di dalamnya terdapat busa untuk menjaga keotentikan fisik mushaf lipat.

  • b.    Ukuran Naskah

Ukuran naskah secara umum terdiri dari ukuran lembar dan ukuran ruang. Ukuran lembar adalah identifikasi bilangan hasil pengukuran yang dinyatakan dalam format angka dan satuan jarak. Ukuran ruang juga bagian dari identifikasi hasil pengukuran dari benda selain kertas. berdasarkan definisi tentang ukuran, maka mushaf lipat dapat dinyatakan dalam satuan jarak sentimeter (cm) dari ukuran panjang, lebar, dan tingginya. Cover atas berukuran 15 x 2,8 cm. Sedangkan cover bawah berukuran 11 x 3,2 cm. Panjang naskah jika dibentangkan berukuran 171 cm. Tinggi naskah berukuran 3,5 cm,dan halaman mushaf lipat yang dilipat secara zig-zag dibaca bolak-balik sehingga halamannya terbagi menjadi dua, yaitu pada balik pertama dan balik kedua. Halaman balik pertama berjumlah 22, sedangkan halaman balik kedua juga berjumlah 22. Sehingga seluruh halamannya berjumlah 44 serta terdiri dari empat surah al-qur’an. Surah tersebut antara lain adalah surah al-fatihah yang sebagai manggala (terdirii dari tujuh ayat), sedangkan tiga surat lain merupakan matan, yaitu surah as-sajdah (30 ayat), surah ad-dhuha (11 ayat), dan surah al-ikhlas (empat ayat).

  • c.    Bahan Naskah

Mushaf lipat terbuat dari dua jenis bahan yaitu kayu (sebagai sampul) dan kertas. Hasil identifikasi kayu yang peneliti dapat adalah jenis kayu yang digunakan sebagai cover naskah merupakan kayu Kendal Prit yang memiliki nama latin Ehretia Dichotoma Blume. Kayu ini masuk dalam koleksi Xylarium Bogoriense dengan nomor ID 1695 yang kayu ini berasal dari Bali dan kertas yang digunakan adalah kertas yang tidak terdapat watermark.

  • d.    Baris

Setelah melakukan penghitungan dan identifikasi pada setiap barisnya pada mushaf lipat, maka ditemukan rata-rata hasil margin adalah atas (0,5 cm), bawah (0,5 cm), kiri (0,5 cm), dan kanan (0,5cm). Jarak spasinya adalah 1 cm. Ukuran tulisannya adalah 0,5 cm. Jumlah baris tulisannya adalah dua dan tidak ditemukan adanya iluminasi serta ilustrasi.

  • 3.    Kritik Teks

Tim Penyusun PSK UGM (1977) kesalahan tulis yang terjadi pada mushaf lipat didominasi  dengan  penggantian

huruf (substitusi) seperti  penggantian

huruf dari ي menjadi ب dan ق menjadi ف. Kemudian diikuti dengan tidak ditulisnya suatu kata atau huruf (lakuna) contohnya huruf س dan ي. Kesalahan selanjutnya ada pada penambahan huruf karena kesalahan tulis (adisi) seperti huruf ر dan diikuti oleh kesalahan-kesalahan lain seperti huruf ditulis ganda (omisi) yaitu د, tersisipnya kata (interpolasi) yaitu اکف , penghilangan (haplografi) contohnya ن ما بکم ء, dan penulisan yang berlebihan (ditografi) yaitu الافئدة . Seluruh jenis kesalahan tersebut disusun dengan tabel yang hasilnya dapat dilihat di bawah ini.

No

Jenis Kesalahan

Jumlah

1.

Substitusi

164

2.

Adisi

6

3.

Omisi

1

4.

Lakuna

40

5.

Interpolasi

1

6.

Transposisi

-

7.

Ditografi

1

8.

Haplografi

4

  • 4.    Terjemahan Teks

Setelah teridentifikasi jenis kesalahannya, kemudian mushaf lipat disunting dan disusun ulang berdasarkan

setiap surat-suratnya yang ayatnya ditandai dengan tanda kurung kurawal/{..}. Hasil    terjemahannya

sebagai berikut.

  • 1.    Al-Fatihah

{1}Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih bagi Maha Penyayang, {2}Segala puji bagi Allah, tuhan seluruh alam,

{3}Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

{4} Pemilik hari pembalasan,

{5} Hanya kepadamu kami menyembah dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan,

{6} Tunjukkan kami jalan yang lurus,

{7} Jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat

  • 2.    As-Sajdah

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih bagi Maha Penyayang. {1}alif lāmmīm,

{2}Turunnya al-qur'an itu tanpa keraguan padanya, yaitu dari tuhan seluruh alam, {3} Tetapi mengapa mereka mengatakan, "dia telah membuat-buat", sesungguhnya al-qur'an itu kebenaran dari tuhanmu, supaya kamu dapat memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah didatangi orang yang memberikan peringatan sebelum kamu, agar mereka mendapat petunjuk,

{4} Allah menciptakan langit dan bumi dan apa saja yang ada di antara keduanya dalam enam masa, lalu bersemayamlah dia di atas ‘Arsy. Tiada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selainnya. tidakkah kamu tidak memperhatikan?,

{5} Dialah yang mengatur segala macam urusan dari langit ke bumi, kemudian naik kepadanya selama satu hari yang lamanya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu,

{6} Yang dengan demikian, dialah Tuhan yang mengetahui perkara gaib dan yang nyata, yang mahaperkasa lagi maha Penyayang,

{7} Yang mempercantik segala sesuatu yang dia ciptakan dan memulai penciptaan manusia dari tanah,

{8} Kemudian menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina,

{9} Kemudian menyempurnakan dan meniupkan roh ke dalamnya serta menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, namun sedikit sekali kamu bersyukur,

{10} Dan mereka berkata, "Apakah apabila kami telah lenyap di dalam tanah, kami akan ada pada ciptaan yang baru?" Bahkan mereka mengingkari pertemuan dengan tuhan mereka,

{11} Katakanlah, "malaikat maut yang diserahi untukmu akan mematikanmu, lalu hanya kepada tuhanmulah, kamu akan kembali."

{12}Dan sungguh menakutkan, jika sekiranya kamu melihat manusia yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan tuhan, berkatalah mereka "ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orangorang yang yakin"

{13} Dan apabila kami kehendaki, niscaya kami berikan petunjuk kepada setiap jiwa, tetapi telah tetap perkataanku, "Pasti akan aku penuhi bersama-sama neraka jahanam dengan jin dan manusia, {14} Maka rasakanlah sebab kamu sekalian melalaikan pertemuan dengan harimu ini, sesungguhnya kami juga melalaikan kamu dan rasakanlah azab yang kekal, atas segala yang telah kamu perbuat

{15} Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya, mereka bersujud dan bertasbih memuji tuhannya,     dan    mereka    tidak

menyombongkan diri

{16} Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada tuhannya dengan penuh harap dan rasa takut, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka {17} Maka tak ada seorang pun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu segala macam nikmat yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan

{18} Maka apakah orang yang beriman serupakah dengan orang yang fasik? tidaklah sama mereka

{19} Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, maka mereka akan mendapat surga sebagai tempat kediaman, sebagai pahala atas apa yang telah mereka kerjakan

{20} Dan adapun orang-orang yang fasik, maka tempat kediaman mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar, mereka dikembalikan ke dalam dan dikatakanlah kepada mereka, “rasakanlah azab neraka yang dahulu kamu dustakan” {21} Dan juga pasti kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat sebelum datang azab yang lebih besar, supaya mereka kembali

{22} Dan siapa lagi yang lebih zalim dari orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat tuhan, kemudian dia berpaling? Sungguh, kami akan beri balasan kepada orang-orang yang berdosa

{23} Dan sungguh, telah kami anugerahkan Kitab kepada Musa, maka janganlah engkau ragu menerimanya dan telah kami jadikan kitab itu sebagai petunjuk untuk Bani Israil

{24} Dan kami jadikan di antara mereka itu para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah selama mereka sabar meyakini ayat-ayat kami

{25} Sungguh tuhanmu yang memberi keputusan kepada di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang dulu mereka perselisihkan

{26} Dan tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka, telah banyak umat-umat sebelum mereka yang telah kami binasakan,

sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat kediaman mereka itu. Sungguh, yang demikian itu terdapat tanda-tanda. Apakah mereka tidak mendengarkan? {27}     Dan    tidakkah    mereka

memperhatikan,     bahwa     kami

mengarahkan air ke bumi yang tandus, lalu kami tumbuhkan tanaman sehingga hewan-hewan ternak mereka dan mereka dapat makan. Mengapa mereka tidak memperhatikan? {28} Dan mereka bertanya, "Kapan hari kemenangan itu jika kamu adalah orang yang benar?

{29} Katakanlah, "pada hari kemenangan itu, tidaklah berguna lagi keimanan orang-orang kafir dan mereka tidak akan diberi penangguhan

{30} Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sungguh mereka pun menunggu.

  • 3.    Ad-Duha

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih bagi Maha Penyayang. {1} Demi waktu duha

{2} Dan demi malam apabila telah sunyi {3} tuhanmu tidak meninggalkanm dan tidak pula membencimu

{4} Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik daripada yang permulaan

{5} Dan sungguh, kelak tuhanmu pasti memberikan karuna kepadamu, sehingga kamu menjadi puas

{6} Bukankah dia mendapati kamu sebagai seorang yang yatim, lalu dia melindungimu

{7} Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kebingungan, lalu dia memberikan petunjuk

{8} Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikanmu kecukupan

{9} Maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang kepada anak yatim {10} Dan janganlah kamu menghardik kepada orang yang meminta-minta {11} Dan terhadap nikmat yang diberikan tuhanmu hendaklah engkau nyatakan.

  • 4.    Al-Ikhlas

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih bagi Maha Penyayang.

{1}Katakanlah, “Dialah Allah, yang mahaesa”

{2} Hanya kepada Allah tempat meminta segala sesuatu

{3} Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan

{4} Dan tiada sesuatu yang setara dengan dia

(penutup) Mahabenarlah Allah yang Mahaagung, dan segala puji bagi Allah, tuhan seluruh alam.

  • 5.    Keutamaan dan Manfaat Teks

  • a.    Surat Al-Fatihah

Munandar (2018:7) al-fatihah berasal dari kata (فتح) fataha, (يفتح) yaftahu, (فثحا) fathan yang memiliki arti pembukaan atau kemenangan. Al-Hafidz (2012:74) juga menjabarkan bahwa arti dari surat al-fatihah adalah pembukaan. Surat ini adalah surat pertama yang terdapat pada al-qur’an, maka sangat tepat jika menamai surat ini dengan surat al-fatihah karena letaknya diawal al-qur’an. Berikut di bawah ini keutamaan dan manfaatnya.

  • 1.    Penyempurna Salat

Berdasarkan hadits Muslim yang berisi“barang siapa yang menjalankan salat sedang dia tidak membaca Ummul Qur'an (al-fatihah), maka salatnya itu kurang [dia katakan ini tiga kali] dan tidak lengkap. Dikatakan kepada Abu Hurairah:  Pada saat kita berada di

belakang Imam. Dia berkata: Bacalah dalam hati, karena dia telah mendengar Rasulullah bersabda bahwa Allah ta'ala berfirman:  Aku telah membagi doa

menjadi dua bagian antara Aku dan hambaku, dan hambaku akan menerima apa yang dia minta” (Munandar, 2018:21).

  • 2.    Pengobatan

Diriwayatkan oleh Bukhari “bahwa beberapa orang sahabat nabi pernah mengadakan suatu perjalanan, ketika mereka melewati salah satu perkampungan dari perkampungan Arab, orang-orang kampung tersebut tidak menerima mereka, ketika sikap mereka masih seperti itu seorang pemimpin mereka terkena sengatan kalajengking, lalu mereka pun berkata; "Apakah diantara kalian ada yang mempunyai obat, atau seorang yang bisa meruqyah?" lalu para sahabat Nabi pun berkata; "Sesungguhnya kalian tidak mau menerima kami, maka kamipun tidak akan melakukannya sehingga kalian memberikan imbalan kepada kami, akhirnya mereka pun berjanji akan memberikan beberapa ekor kambing. Lalu seorang sahabat Nabi membaca Ummul Qur`an dan mengumpulkan ludahnya seraya meludahkan kepadanya hingga laki-laki itu sembuh, kemudian orang-orang kampung itu memberikan kepada para sahabat Nabi beberapa ekor kambing. Namun para sahabat Nabi berkata; kita tidak akan mengambilnya hingga kita bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang hal ini, lalu mereka bertanya kepada nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang pemberian itu hingga membuat beliau tertawa. Beliau bersabda: Tidak tahukah bahwa itu ruqyah, ambillah pemberian tersebut dan berilah bagiannya untukku” (Munandar, 2018:16-19).

  • b.    Surat As-Sajdah

Al-Hafidz (2012:263) surat as-sajdah adalah surat yang ke-32 di antara surat-surat dalam al-qur’an yang terdiri dari 30 ayat dan diturunkan sesudah surat al-mu’minun. Nama as-sajdah berasal dari ayat ke-15 yang berarti sujud. Di bawah ini adalah bahasan sujud yang dimaksud.

  • 1.    Tentang Sujud Tilawah

Riwayat Abu Daud yang berbunyi“dari Ibnu Umar menceritakan,bahwa nabi membacakan untuk kami al-qur’an. Bila tiba pada ayat sajadah, maka beliau takbir, sujud dan kami pun sujud pula bersama beliau” (Hakim, 2019:42-43).

  • 2.    Tuntunan Sujud Tilawah

Hakim (2019:42-43) berdasarkan riwayat Abu Daud, isinya adalah dari Aisyah radliallahu 'anha ia berkata; " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika melakukan sujud al-qur'an (sajdah) pada malam hari beliau mengucapkan beberapa kali: "sajada wajhī lillazī kholaqahu washaqqō sam‘ahu wabaṣorohu biḥawlihi waquwwatihī" (Wajahku bersujud kepada Dzat yang telah menciptakannya dan telah membuka pendengaran serta penglihatannya dengan daya dan kekuatannya).

  • c.    Surat Ad-Duha

Al-Hafidz (2012:68) surat ad-duha yang berarti “waktu matahari naik sepenggalah”. Nama ad-duha diambil dari kata ad-duha yang terdapat pada ayat pertama dalam surat ini. Aufa (2019:19) berdasarkan banyaknya tafsir ulama pada surat ini surat ad-duha mengajarkan nilai-nilai pendidikan di antaranya (1) larangan untuk larut akan urusan dunia yang akan melupakan kita untuk senantiasa beribadah kepada Allah, (2) selalu ingat akan kebahagiaan dan kesusahan serta jangan lupa untuk bersyukur kepada Allah, dan (3) larangan untuk berlaku sewenang-wenang dan menghardik anak yatim serta karena perbuatan tersebut bukanlah perbuatan yang baik dan tidak diajarkan agama.

  • d.    Surat Al-Ikhlas

Al-Hafidz (2012:112) surat al-ikhlas merupakan surat yang ke 112 di antara surat-surat dalam al-qur’an yang terdiri dari empat ayat dan diturunkan sesudah surat an-nas. Surat ini dinamakan al-

ikhlas karena surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian dan keesaan Allah serta menolak segala macam kemusyrikan. Arti dari al-ikhlas adalah “memurnikan keesaan Allah”. Ash-Shiddieqy (dalam Sa’diyah, 2015:33-34) mengatakan bahwa surat al-ikhlas juga disebut dengan surat at-tauhid karena isi surat ini membahas tentang tauhid (pengesaan Allah) dan tanzih (membersihkan tuhan dari sifat-sifat yang tidak layak). Surat al-khlas mengajarkan manusia agar tidak perlu ragu dan berburuk sangka kepada Allah karena secara tegas telah disebutkan pada isi surat ini. Selain isi suratnya yang berisi penegasan tentang keesaan Allah dan seruan untuk mengenalnya, surat al-ikhlas memiliki keutamaan dan manfaat sebagai berikut.

  • 1.    Sebanding dengan Sepertiga Al-Qur’an

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muslim yang berisi “dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berkumpullah kamu semuanya, karena aku akan membacakan kepada kalian sepertiga Al Qur`an." Maka berkumpullah kami, yang sempat berkumpul, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan membaca: “qul huwallohu aḥad”. Setelah itu, beliau masuk kembali. Maka kami saling berkata satu sama lain."Aku mengira bahwa wahyu ini baru diturunkan dari langit, sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam segera masuk ke dalam kamarnya." Tak berapa lama kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar seraya bersabda: "Tadi aku berjanji akan membacakan sepertiga Al Qur`an kepada kalian. Ketahuilah bahwa qul huwallohu aḥad adalah sama nilainya dengan sepertiga al-qur`an” (Sa’diyah, 2015:51).

  • 2.    Menjadikan Seseorang Masuk Surga Berdasarkan riwayat An-Nasa’i yang berbunyi “Abu Hurairah berkata; "Aku

datang bersama Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, lalu beliau mendengar seorang laki-laki membaca surat al-ikhlas: qul huwallahu ahad, allahush-shamad lam yalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad. Rasulullah shallallallahu'alaihi wasallam kemudian bersabda: 'wajib baginya'. aku bertanya, 'apa yang wajib bagi dia wahai Rasulullah shallallallahu'alaihi wasallam?’ beliau menjawab: surga” (Sa’diyah, 2015:53).

SIMPULAN

Mushaf lipat tersusunan dari teks yang memuat surat al-fatihah, as-sajdah, ad-duha, dan al-ikhlas. Judul naskah diambil dari ciri fisiknya yang sedemikian rupanya. Hal tersebut dilakukan karena naskah ini tidak memiliki nama setelah mendapatkannya dari pemilik sebelumnya yang bernama Abu. Informasi mengenai penulis, pembuat, umur, serta kegunaan tidak dapat ditemukan dari kolofon maupun dari pemilik naskah sebelumnya sebab terputusnya komunikasi. Pembahasan mengenai teksnya juga dikategorikan berdasarkan setiap suratnya karena membahas topik-topik yang berbeda. Perbedaan juga terletak pada manfaat dan keutamaan surat-suratnya. Pembahasannya menggunakan ukuran hadits nabi Muhammad untuk menjabarkan setiap poin pembahasannya. Surat al-fatihah memiliki manfaat sebagai bacaan untuk penyempurna salat dan doa penyembuhan. Surat as-sajdah merupakan surat dengan ayat terbanyak yang terdapat pada mushaf lipat membahas tentang empat perkara dengan keutamaan surat ini dalam melakukan sujud tilawah. Surat ad-duha memiliki nilai pengajaran tentang jangan terlalu terlarut dengan urusan dunia, senantiasa bersyukur, dan larangan untuk berbuat tidak baik dengan anak yatim. Surat al-ikhlas memberikan pengajaran bahwa manusia harus percaya tanpa keraguan

kepada keesaan Allah dan larangan menyekutukannya serta menyamakannya dengan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Adrika Fithrotul. (2020). “Identifikasi     Naskah     dan

Klasifikasi Corrupt Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Koleksi Perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng” dalam Al-Quds: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis Volume 4 Nomor 1 (hlm. 19-38). Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri Curup.

Al-Hafidz, Ahsin W. (2012). Kamus Istilah Al-Qur’an. Jakarta:Sinar Grafika Offset.

Arnawa, Putu Irene Deborah. (2016). “Shift of Noun Phrases in The Translation of Gospel into Kitab Injil” dalam Humanis : Journal of Arts and Humanities Volume 15 Nomor 2 (hlm. 194-201). Denpasar:Universitas Udayana.

Asna, Hanifatul. (2017). “Sejarah dan Karakteristik Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Pangeran Diponegoro : Kajian Filologi”. Skripsi. Programi iStudi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islami Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Aufa, Ari Abi. (2019). “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Ad-Duha” dalam Al-Aufai: Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman Volume 1 Nomor 1    (hlm.    10-20).

Bojonegoro:Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro.

Dewi, Trie Utari. (2017). “Naskah Mushaf Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Berbahan Lontar Kajian Nilai dan Unsur Estetika” dalam Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara Volume 8 Nomori 2 (hlm. 163-182).

Jakarta:   Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia.

Fathurahman, Oman. (2015). Filologi Indonesia : Teori dan Metode. Jakarta:Prendanamedia Group.

Hakim, Alimun. (2019). “Aspek-Aspeki Pendidikan Akhlak dalam Q.S As-Sajdah Ayat 15-16 dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi. Bukittinggi.

Hastuti, Qona’ah Dwi & Moh. Abduli iKholiq Hasan. (2020). “Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Daun Lontar Koleksi Kiai Abdurrochim : Kajian Pemakaian Rasm dan Qira’at” dalam Profetika: Jurnal Studii Islam Volume 21 Nomor 1 (hlm. 57-76). Sukoharjo:Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Lestari, Lenni. (2016). “Mushaf Al-Qur’an Nusantara : Perpaduan Islam dan Budaya Lokal” dalam Jurnal At-Tibyan Volume 1 Nomor 1 (hlm. 173-198). Aceh:Institut Agama Islam Negeri Langsa Aceh.

Marsono.      (2011).      “Akulturasi

Penyebutan Konsepsi Tuhan pada Teks Sastra Suluk” dalam Jumantara : Jurnal Manuskrip Nusantara Volume 2 Nomor 1 (hlm. 1-22).         Jakarta:Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia.

Moentaha, Salihen. (2008). Bahasa dan Terjemahan :  Language and

Translation The New Milleniumi Publication: Kesaint Blanc.i

Munandar, Mirza. (2018). “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah”. Skripsi. Program Studii iPendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah     dan     Keguruani

iUniversitas Islam Negeri Ar-Raniry. Banda Aceh.

Rahmayani, Tati. (2016). “Karakteristik Manuskrip Mushaf Al-Qur’an H.Abdul Gaffar : Kajian Filologi”. Skripsi. Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islami iUniversitas Islam Negeri Sunani iKalijaga. Yogyakarta.

Rokhmansyah, Alfian. 2017). Teori Filologi. Yogyakarta:CV Istana Agency.

Sa’diyah, Halimatus. (2015). “Analisis Pemahaman Tafsir Surat Al-Ikhlas (Studi Kasus Pemahaman Tafsir Surat Al-Ikhlas Jama’ah Jam’iyyah At-Taqo   di Desa Bunder

Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon)”.    Skripsi. Fakultas

Ushuluddin   Universitasi Islam

Negeri Walisongo. Semarang.

Solahudin, M. (2017). Mushaf Nusantara Sejarah dan Perkembangannya. Kediri:Pustaka Zamzam.

Asta Sugama, I., & Parthama, I. (2017). Translation Method with Emphasis of Clause Level in “Bhagavad-Gita As It Is” and in “Bhagavad-Gita Menurut Aslinya”. Humanis, 19(1).

Sulistyorini, Dwi. (2015). Filologi : Teori     dan     Penerapannya.

Malang:Madani.

Tim Penyusun PSK UGM. (1977).i Kamus      Istilah      Filologi.i

Yogyakarta:Fakultas Sastra dani Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.