HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Vol 26.1 Februari 2022: 91-99

Analisis Fungsi Sintaksis dan Nilai di Dalam Pepatah Bahasa Indonesia

Epril Linia Tamara Br Ginting, I Made Madia, I G.A.A. Mas Triadnyani Universitas Udayana Denpasar, Bali, Indonesia

Email Korespondensi: [email protected] , [email protected] , [email protected]

Info Artikel


Abstract

Masuk:14 Juli 2021

Revisi:4 Oktober 2021

Diterima:6 November 2021

Keywords: proverbs, syntax, ethnolinguistics


This study discusses syntactic functions, cultural values and national character in Indonesian proverbs. Problems discussed in study (1) what is form of Indonesian proverb. (2) what are values (education in the culture and character of nation) contained in the Indonesian proverb (3) what are aspects of social meaning of the Indonesian proverb. Method of data collection in this study is method of listening, technique used is technique of note taking. theories used are syntax and ethnolinguistics. Data analysis carried out was concluded from number of clauses in Indonesian proverbs grouped into single sentence proverbs and complex sentence proverbs. Based on implementation of ethnolinguistic theory referring to Permendiknas 2010 resulted in eighteen values of cultural education and national character. social aspect Indonesian proverb is divided into two parts, (1) reflection of society contained in form of advice in proverb and (2) social function in form of moral values contained in proverb.

Abstrak

Kata kunci: peribahasa, sintaksis, etnolinguistik

Corresponding Author:

Epril Linia Tamara Br Ginting, email: [email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

22.v26.i01.p10


Penelitian ini membahas fungsi sintaksis , nilai budaya dan karakter bangsa dalam pepatah bahasa Indonesia. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini (1) bagaimanakah bentuk kalimat pepatah bahasa Indonesia. (2) bagaimanakah nilai (pendidikan dalam budaya dan karakter bangsa) yang terkandung pada pepatah bahasa Indonesia? (3) bagaimanakah aspek makna sosial pepatah bahasa Indonesia. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu metode simak, teknik yang digunakan yaitu teknik catat. Teori yang digunakan yaitu, sintaksis dan etnolinguistik. Analisis data yang dilakukan disimpulkan dari jumlah klausa pepatah bahasa Indonesia dikelompokkan atas pepatah kalimat tunggal dan pepatah kalimat kompleks. Berdasarkan Implementasi teori etnolinguistik mengacu pada Permendiknas 2010 menghasilkan delapan belas butir nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Aspek sosial dalam pepatah bahasa Indonesia terbagi menjadi dua bagian, (1) Cerminan masyarakat yang terdapat di dalamnya berupa nasihat-nasihat dalam pepatah dan (2) fungsi sosial berupa nilai moral yang terkandung dalam pepatah.

PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat berguna untuk manusia, oleh sebab itu bahasa selalu digunakan manusia dalam mengungkapkan segala sesuatu seperti ide, pikiran, gagasan, perasaan, serta keinginannya kepada orang lain. Peribahasa ialah golongan maupun kelompok kalimat ataupun kata yang menyatakannya suatu niat, situasi, atau hal-hal orang yang mengungkapkan perilaku dan sebuah maksud, keadaannya seseorang, ataupun perihal yang mengungkapkannya perbuatan, kelakuan, maupun perihal tentang dirinya seseorang. Peribahasa meliputinya pepatah, ungkapan, ibarat, perumpamaan, serta juga tamsil. Biasanya, kelompok kalimat ataupun kata pada peribahasa mempunyai struktur yang tetap serta merupakan kiasan pada sebuah maksud tertentu.

Menurut pendapat Kridalaksana (2009) peribahasa (saying, maxim) ialah penggalan kalimat maupun kalimat yang sudah membeku makna, bentuk, serta kegunaanya dalam masyarakat; memiliki sifat yang turun temurun; digunakan guna menghiasi percakapan maupun karangan, pemberi nasihat, penguat maksud dari suatu karangan; meliputi atau mencakup ibarat, pepatah, pameo, serta juga perumpamaan.

Peribahasa terbagi menjadi tiga macam, yaitu peribahasa, perumpamaan, dan pameo yang merupakan jenis peribahasa yang biasanya digunakan sebagai semboyan. Dalam hal ini, pepatah Bahasa Indonesia adalah bagian dari peribahasa. Penelitian ini dilandasi atas ketertarikan terhadap penggunaan salah satu jenis dari peribahasa tersebut, yaitu pepatah, sebagai bahan penelitian. Pepatah merupakan ragam peribahasa gandengan kandungan pesan dan nasihat leluhur (pada dasarnya digunakan sebagai penegasan bagi lawan komunikasi). Peribahasa harfiah merupakan ucapan secara alami dengan kalimat kompleks, memiliki kandungan

petunjuk dan kebijaksanaan. Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas, rumusan masalah yang dikaji pada studi ini meliputi (1) bagaimanakah bentuk kalimat pepatah bahasa Indonesia, (2) bagaimanakah nilai (pendidikan karakter serta budaya bangsa) yang terkandungnya pada pepatah bahasa Indonesia, (3) bagaimanakah aspek nilai sosial dalam bahasa Indonesia. Pernah dilakukan beberapa penelitian yaitu, Akbar (2020) berjudul “Analisis Makna Peribahasa dalam bahasa Konjho Kecamatan Sinjai Barat” Tujuan dari riset tersebut ialah untuk mendeskripsikannya makna dari pada pribahasa yang terdapat di dalam bahasa konjho.

Penelitian lain terkait peribahasa juga pernah dilakukan oleh Selan (2014) berjudul “Analisis Makna dan Nilai dalam Peribahasa Dawan”, yang menyatakan bahwa peribahasa ialah salah satu dari pada wujud kebahasaan yang dipergunakan sebagai komunikasi untuk mengungkapkannya suatu perihal yang sering mengungkapkannya suatu hal yang kerap kali terlintas di dalam pikirannya seorang manusia.

Menurut dari seseorang bernama Nova Mandolang (2014) dengan judul “Ungkapan dan peribahasa bahasa Mongondow”, penelitian tersebut bertujuan untuk memaparkan fungsi serta struktur dari ungkapan, peribahasa bahasa Mongondow serta mendeskripsikannya berbagai macam nilai kebudayaan yang terkandungnya di dalam ungkapan serta peribahasa Mongondow. Guna memperlihatkannya riset tersebut berbeda dengan riset-riset lainnya, maka dari pada demikian dibutuhkan bahan pustaka dengan berbagai buku teks yang memiliki keterkaitan pada riset tersebut serta penelusuran berbagai macam bahan pustaka atas hasil dari riset terdahulu.

Anita Kurnia Rachman, (2019), meneliti tentang “Metafora Tumbuhan dalam Peribahasa Indonesia (Kajian

Semantik Kognitif)”, penelitian tersebut menjelaskan bahwa satu perihal yang menarik pada peribahasa Indonesia ialah penggunaannya nama-nama tumbuhan. Negara Indonesia memanglah terkenalnya sebagai negara yang mempunyai tanah yang subuh hingga tumbuh banyak sekali keberagaman tanaman maupun tumbuhan yang dipergunakan di dalam peribahasanya yang juga menjadi sangatlah bervariasi.

Penelitian lain dilakukan oleh Muthia Hanindar dapaan Rizki Andini (2017). Dengan judul “Analisis Makna Kotowaza yang Terbentuk dari Kata Anjing () serta padanannya dalam peribahasa bahasa Indonesia”, penelitian tentang kotozawa yang terbentuknya dari kalimat Anjing. Penelitian tersebut mengatakan bahwa, hewan maupun binatang ialah salah satu dari pada objek yang kerap kali dijadikannya sebagai bahan untuk perumpamaan. Bahwasanya hewan merupakan sesosok makhluk hidup yang muncul di dalam kehidupannya para manusia.

Menurut Lily, (2019), meneliti “Analisis Makna Peribahasa Mandarin yang Mengandung 4 Unsur Bagian Tubuh Manusia” mengungkapkan bahwa artikel yang mereka teliti mengambil idiom yang mengandung bagian tubuh manusia sebagai penelitian benda dan konsep “bagian tubuh manusia” dianalisis dan dihitung sebanyak 422.

Muhammad, (2018) mengadakan penelitian tentang “Perbandingan Peribahasa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris: Kajian Semantik Kognitif”, dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa bahasa peribahasa bukan bahasa literal yang secara langsung mengarahnya kepada pesan moral yang mau disampaikannya, akan tetapi lebih dari pada bahasa yang tersirat ataupun iliteral.

Penelitian selanjutnya dari Beti Arsyad, (2019), dalam penelitiannya

yang berjudul “Kajian Teoritis Struktur Internal bahasa (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik)”, menyatakan bahwa Manusia membutuhkan bahasa untuk melakukan interaksi komunikasi. Bahasa merupakan sebuah alat untuk menyampaikannya ide, hasrat, kemauan atau keinginan, serta pikiran terhadap seseorang serta berperannya dalam perkembangan bermacam-macam faktor kehidupan dari seorang manusia. Dengan begitu, bahasa mempunyai kegunaan, yakni menjadi media dalam menyampaikannya suatu pesan maupun informasi.

Penelitian selanjutnya oleh Lindawati, (2012) dengan judul penelitian yaitu “Mamangan Minangkabau (sebuah kajian Semiotik)”. Dalam penelitian tersebut membahas mengenai pepatah yang disebut juga sebagai Bahasa kiasan Lindawati, mengatakan bahwa dalam melakukan interaksi komunikasi, penduduk yang ada di Minangkabau sering kali juga mempergunakan bahasa kiasan. Bahasa kiasan ini dipergunakan dalam rangka untuk menjaga kesopanan dalam hal bertutur kata. Perihal menyampaikannya pikiran, melakukan debat, maupun untuk menasehatinya orang lain, oleh sebab demikian orang Minang menyampaikannya dalam bahasa kiasan. Biasanya, bahasa ini bisa diartikannya menjadi sebuah ujaran maupun ucapan yang memiliki makna secara tidak langsung.

Penelitian dari Listiyowati, (2014) dengan judul penelitian “Analisis Struktur Fungsional Pada Peribahasa Indonesia: Tinjauan Sintaksis”, mengatakan bahwa terciptanya peribahasa disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, peribahasa berasal melalui bahasa kiasan yang digunakan di suatu tempat, kemudian terkenal kepada umum. bahasa kiasan yang diciptakan oleh seseorang digunakan pada kehidupan kesehariannya. Sehingga,

bahasa kiasan tersebut dikenalnya oleh para penduduk sekitarnya. Begitu juga dengan masyarakat yang mengenal bahasa kiasan tersebut, dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

METODE DAN TEORI

Metodologi yang dipergunakan dalam pengumpulannya data yakni metodologi catat serta juga simak. Data dikumpulkan dengan menyimak dan mencatat data-data pepatah sesuai dengan kebutuhan penelitian Cara kerjanya adalah dengan membaca data penelitian dan buku penunjang. Selanjutnya disimak dengan cermat dan dilakukan proses pencatatan kemudian dilakukan proses analisis ke dalam bentuk fungsi sintaksis. Sesudah data dikumpulkannya dengan metodologi serta teknik data, maka dilanjutkan dengan mempergunakan metodologi serta teknik analisa data, yaitu proses klasifikasi data dan lalu analisis dengan teliti. Selanjutnya, metodologi penyajian dari hasil analisa data yang dipergunakan pada riset ini ialah metodologi informal serta formal.

Penelitian tersebut menggunakan teori struktur. Teori pertama yang digunakan adalah teori sintaksis dan teori kedua adalah teori etnolinguistik. Teori sintaksis yang dipergunakan pada riset ini ialah teori sintaksis Chaer. Etnolinguistik ialah cabang dari linguistik yang menyelidikinya relasi diantara bahasa dengan para penduduk yang belumlah memiliki tulisan ataupun dengan penduduk desa. Implementasi teori etnolinguistik mengacu pada Permendiknas tahun 2010.

Menurut dari seseorang bernama Kridalaksana (2001), mengemukakan bahwasanya etnolinguistik ialah (1) cabang dari linguistik yang menyelidikinya relasi diantara bahasa dengan para penduduk yang belumlah memiliki tulisan ataupun dengan penduduk desa, pada sektor ini juga biasanya disebut dengan sebutan

linguistik antropologi; (2) cabang linguistik antropologi menyelidikinya relasi bahasa serta sikap kebahasaan pada suatu bahasa. Salah satu dari aspek etnolinguistik yang paling menonjol adalah permasalahan relativitas bahasa.

Menurut dari seseorang bernama Wakit Abdullah (2013:10), menyatakan bahwasanya etnolinguistik ialah bidang linguistik yang menaruhnya perhatiannya pada dimensi kebahasaan (klausa, wacana, frasa, kosa kata, serta berbagai unit lingual lain). Di dalam dimensi budaya serta sosial (layaknya peristiwa budaya, upacara spiritual, golklore serta yang lain sebagainya) dalam ruang lingkup yang jauh lebih luas lagi yang bertujuan guna mempertahankan serta memajukannya berbagai macam praktik kebudayaan serta struktur sosial masyarakat.

Teori Sintaksis

Teori sintaksis yang dipergunakan pada riset ini ialah teori sintaksis Chaerm. Menurut dari seseorang bernama Chaer (2009) mengemukakan bahwasanya sintaksis itu ialah subsistem dari bahasa yang membicarakannya mengenai pengaturan serta penataan berbagai macam kata kedalam satuan yang jauh lebih besar yang biasa disebutnhya dengan sebutan sintaksis, yaitu frasa, kalimat, kata, klausa, serta juga wacana. Dalam unsur sintaksis permasalahan yang dibicarakannya ialah kegunaan ataupun fungsi dari sintaksis, peranan, serta kategori dari sintaksis juga. Istilah subjek, predikat, objek, serta keterangan ialah sebuah istilah yang berkenaannya dengan kegunaan maupun fungsi dari sintaksis. Hasan Alwi, dkk (1998: 333) menyatakan bahwa subjek (S), predikat (P), pelengkap (Pel), objek (O), serta keterangan (Ket) yang termasuk ke dalam fungsi sintaksis. Di dalam unsur sintaksis, permasalahan yang dibicarakannya itu ialah kategori, fungsi, serta peran dari pada sintaksis. Istilah dari subjek, predikat, objek, serta

juga keterangan ialah sebuah istilah yang berkenaan pada kegunaan maupun fungsi dari pada sintaksis.

Teori Etnolinguistik

Etnolinguistik menelaah bahasa bukan cuma dari pada strukturnya semata, melainkan juga fungsi serta pemakaiannya pada konteks situasi sosial kebudayaan. Sementara itu menurut dari KBBI, etnolinguistik itu ialah cabang linguistik yang menyelidikinya relasi diantara bahasa serta masyarakat yang belumlah memiliki tulisan maupun penduduk desa.

Menurut dari pendapat Duranti, (2001) mengatakan bahwasanya etnolinguistik ialah suatu keilmuan yang mengkajikannya sistem bahasa dalam sudut pandang budaya. Etnolinguistik disebutnya juga dengan sebutan linguistik antropologi yang ialah sebuah kajian bahasa serta kebudayaan yang menjadi sub bidang yang paling utama dari adanya antropologi.

Menurut dari seseorang bernama Harimurti Kridalaksana (1983: 42), menyatakan bahwasanya etnolinguistik ialah (1) cabang linguistik yang menyelidikinya relasi diantara bahasa serta penduduk yang belumlah memiliki tulisan ataupun penduduk desa, pada sektor ini juga biasa disebutnya dengan linguistik antropologi (2) cabang linguistik antropologi yang menyelidikinya relasi diantara bahasa serta sikap kebahasaan pada sebuah bahasa, salah satu dari aspek etnolinguistik yang sangatlah menonjol adalah permasalahan relativitas bahasa.

Relativitas bahasa ialah salah satu dari pada perspektif bahwasanya bahasa dari seseorang menentukannya sisi dunia yang dimilikinya dengan dilaluinya kategori klasifikasi serta gramatikal semantik yang terdapat di dalam bahasa itu serta yang dikreasikannya secara bersamaan dengan budaya Harimurti Kridalaksana (1983: 145).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Bentuk Kalimat Pepatah Bahasa Indonesia

Berdasarkan jumlah klausa, pepatah bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas pepatah berbentuk tunggal atau kalimat tunggal dan pepatah yang berbentuk kompleks atau kalimat kompleks.

  • a.    Bentuk Kalimat Tunggal Pada

    Kalimat Tunggal

Menurut Keraf (1989:  145-146),

kalimat tunggal busa dibedakannya berdasarkan kalimat mayor serta minor. Kalimat minor ialah sebuah kalimat yang terdirinya dari satu unsur inti maupun pusat, dalam hal ini P, tanpa unsur S, kalimat mayor ialah suatu kalimat yang memiliki kandungan unsur inti P dan S. Unsur selain P dan S, yakni O, K, dan Pel, kehadirannya bersifat opsional.

Menurut Antari (2017), kalimat tunggal ialah sebuah kalimat yang terdirinya dari pada satu klausa. Pada penelitian ini ditemukan 6 pola kalimat tunggal, yaitu.

Pola A: P+K, pola B: P+O+K, pola C: S+P, pola D: S+P+K, pola E: S+P+O dan pola F:  S+P+Pel. Berikut adalah

penjelasan mengenai pola-pola kalimat tunggal yang ada pada pepatah Bahasa Indonesia.

Pepatah berbentuk kalimat minor dapat dikelompokkan lagi atas beberapa pola

Pola A: P+K

  • (1)    Terpegang di abu hangat

P        K

Berdasarkan analisis data di atas pepatah tersebut mengandung arti “mendapat atau mencampuri sesuatu yang menyusahkan saja.” diidentifikasi unsur P (terpegang), K (di abu hangat)

  • (2)    Sepala-pala mandi biarlah basah P           K

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “Dalam mengerjakan

suatu pekerjaan hendaknya tidak dilakukan            setengah-setengah”

diidentifikasi unsur P (sepala-pala mandi), K (biarlah basah)

Pola B: P+O+K

  • (3)    Sedia payung sebelum hujan P    O      K

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “sifat peragai seseorang tidak dapat diketahui pasti jika belum mengenal secara dekat” diidentifikasi unsur P (sedia), O (payung), K (sebelum hujan)

  • (4)    Menepuk air di dulang

P    O    K

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “melakukan suatu perbuatan yang memalukan nama baik sendiri” diidentifikasi unsur P ( menepuk), O (air), (di dulang)

Pepatah bahasa Indonesia dilihat dari kalimat mayor dapat dibedakan atas dua tipe.

Pola C: S+P

  • (5)    Adat dunia balas membalas

S           P

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “yang baik dibalas dengan yang baik dan yang buruk dibalas buruk” diidentifikasi unsur S (adat dunia), P (balas membalas). Contoh lain pepatah seperti tipe ini adalah sebagai berikut.

  • (6)    Air tenang menghanyutkan

S           P

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti yakni “orang yang banyak bicara biasanya kurang ilmunya” diidentifikasi unsur S (air tenang), P (menghanyutkan)

Pola D : S+P+K

  • (7)    Bangkai gajah bolehlah

S           P

ditudung nyiru K

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti ”kejahatan yang besar itu tidak dapat disembumyikan”

diidentifikasi unsur S (bangkai gajah) P (bolehlah), K (ditudung nyiru). Unsur nyiru dalam pepatah itu diidentifikasi sebagai keterangan karena bisa ditambahkan preposisi “dengan”, sebagai penanda keterangan alat seperti berikut.

(7a) Bangkai gajah bolehlah

S          P

ditudung dengan nyiru K

Pola E: S+P+Pel

  • (8)    Air pun ada pasang surutnya S     P        Pel

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “keberhasilan dan kegagalan datang silih berganti tidak ditebak” diidentifikasi unsurnya S (air pun), P (ada), Pel (pasang surutnya). Hanya ada satu contoh pepatah yang berpola S+P+Pel.

  • b.    Pepatah     Bahasa     Indonesia

    Berbentuk Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk ialah sebuah kalimat yang memiliki 2 pola dan memakai penghubung (konjungsi) yang dapat memperjelas hubungan pola-pola itu (Chaer, 1994:  234). Hubungan

koordinasi menghubungkan anatara dua klausa maupun lebih yang tiap-tiapnya itu memiliki posisi yang setara pada struktur konstituen kalimat.

Pola F: K+P+K+P

  • (9)    Ke langit tak sampai ke bumi

K      P      K

tak nyata P

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “suatu pekerjaan yang dikerjakan secara tanggung tidak tuntas dan terbengkalai” dapat diidentifikasi unsurnya sebagai K (ke langit), P (tak sampai), K (ke bumi) P (tak nyata)

  • c.    Pepatah     Bahasa     Indonesia

    Berbentuk Hubungan Subordinasi

Dua klausa atau lebih yang digabungkan hingga membentuknya sebuah kalimat majemuk yang ialah salah

satu dari klausanya yang jadi bagian dari pada klausa lainnya. Pepatah bahasa Indonesia yang tergolong kalimat subordinasi adalah sebagai berikut.

Pola G: P+Konj+P

  • (10)    Mengalah untuk menang

P     Konj     P

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “mengalah demi kebaikan” dapat diidentifikasi unsurnya sebagai P (mengalah), Konj (untuk), P (menang). Hanya terdapat satu contoh pepatah bahasa Indonesia yang tergolong pola P+Konj+P

Pola H: S+P+O

  • (11)    Air susu dibalas air tuba

S     P     O

Pepatah dari analisis data di atas mengandung arti “kejahatan yang dibalas dengan kebaikan” diidentifikasi unsurya sebagai S (air susu), P (dibalas), O (air tuba)

Nilai (Pendidikan dan Karakter Bangsa) yang Terkandung dalam Pepatah Bahasa Indonesia

Berdasarkan implementasi teori etnolinguistik yang menelaah bahasa bukanlah cuma daripada strukturnya saja, melainkan lebih dari pemakaian serta fungsinya dalam konteks kondisi maupun situasi sosial budayanya. Dengan mengacu pada Permendiknas tahun 2010 dihasilkan delapan belas butir nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, yakni kreatif, disiplin, toleransi, demokratis, semangat kebangsaan, menghargai prestasi, senang membaca, peduli lingkungan, jujur, religius, kerja keras, disiplin, rasa ingin tahu, cinta tanah air, bersahabat/komunikatif cinta damai,     peduli      sosial,      serta

bertanggungjawab. Pada penelitian ini, tidaklah semua nilai dan karakter bangsa di atas yang dianalisis dalam pepatah bahasa Indonesia. Nilai dan karakter bangsa yang akan dianalisis adalah, sebagai berikut.

  • 1.    Religius

Nilai pendidikan karakter religius memiliki keterkaitan dengan yang namanya bertakwa, beriman, atau taat beragama dan kepercayaan . Berdasarkan hasil analisis diketahui beberapa pepatah bahasa Indonesia yang berkaitan dengan hal ini. Berikut dijelaskan beberapa pepatah bahasa Indonesia yang termasuk di dalamnya dengan mengacu pada Permendiknas 2010.

Berbaik-baik sesama umat, berpatut-patutlah sesama makhluk.

“Setiap manusia janganlah saling menyombongkan diri, sebab di hadapan Tuhan semua sama.”

Sesuai dengan Permendiknas 2010 yaitu religius, dalam data di atas dapat diketahui bahwa di dalam pepatah tersebut terkandung nilai religius yaitu , larangan untuk berbuat sombong oleh sebab itu kita tidak boleh untuk menyombongkan diri karena di hadapan Tuhan kita semua sama. Konteks kita dimaksudkan untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana manusia, haruslah bersikap arif terhadap sesama tanpa mengenal agama, ras, serta golongan. Kita dilarang untuk menyombongkan diri karena di hadapan Tuhan kita semua sama. Oleh sebab itu, dalam pepatah di atas terkandung nilai religius. Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pepatah dianalisis berdasarkan nilai. Salah satu di antaranya ialah religius atau agama.

Menurut Wardani (2016), nilai agama di dalam seluruh karya sastra tulis, naik itu yang tradisional ataupun yang modern terkhususnya Bali mempunyai nilai sekaligusnya ialah tujuan dari pengarangnya supaya para penikmat karyanya bisa memetik nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sudah tentu nilai yang terkandung beda-beda dengan apa yang dimaksud serta target maupun tujuan dari pengarang itu sendiri. Contoh data pepatah lain yang berkaitan dengan nilai religius, adalah “Hidup berakal

mati beriman” Artinya “dalam mengerjakan sesuatu kita harus menggunakan pengetahuan dan akal pikira”. Sesuai dengan permendiknas 2010 yaitu religius dalam pepatah di atas juga menggambarkan sifat religius bahwa dalam menjalani kehidupan hendaklah menggunakan akal dan pikiran dan “matilah” dalam keadaan beriman, karena manusia yang beriman jelas memiliki akal dan pikiran

  • 2.    Jujur

Jujur berarti sikap yang sama dalam pengetahuan, kata, perbuatan dan dapat dipercaya. Nasihat agar hidup dapat dipercaya dan jujur terdapat dalam beberapa pepatah bahasa Indonesia. Berikut dijelaskan beberapa pepatah bahasa Indonesia yang termasuk di dalamnya dengan mengacu pada Permendiknas 2010, yaitu, jujur “Bangkai Gajah, Bolehkah Ditudung Nyiru yang berarti “kejahatan besar tidak mungkin di tutup-tutupi

Sesuai dengan permendiknas 2010, yaitu jujur dalam pepatah di atas dapat dilihat bahwa jujur yang terkandung di dalamnya secara garis besar dapat di artikan bahwa setiap kejahatan pasti akan terkuak juga, oleh sebab itu jangan menutup-nutupi kejahatan dan berbuat jujurlah dalam kehidupan. Keberanian untuk mengungkap sebuah kejahatan diperlukan sikap jujur.

Contoh data pepatah lain yang berkaitan dengan nilai jujur, adalah. ”Yang baik-baik di pegang mati” Yang buruk-buruk di buang jauh

Artinya “sikap baik dipertahankan, sikap buruk di tinggalkan.”

Pepatah di atas di mengindikasikan adanya ajaran agar dalam menjalani kehidupan hendaklah bersifat jujur. Konteks kejujuran yang dimaksud terletak dalam memilah benar salah. Manusia harus berani mengambil langkah serta berani mengungkapkan dengan sejujur-jujurnya tentang benar-salah. Sifat yang baik di pertahankan dan

sifat yang buruk di buang sejauh-jauhnya. Terlihat mudah memang, akan tetapi dalam pengaplikasiannya jarang sekali ditemukan dalam laku-hidup masyarakat.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis pepatah bahasa Indonesia tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, berdasarkan jumlah klausa, pepatah bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas pepatah berbentuk tunggal atau kalimat tunggal dan pepatah yang berbentuk kompleks atau kalimat kompleks.

Kedua, berdasarkan implementasi teori       etnolinguistik mengacu pada

Permendiknas tahun (2010) dihasilkan delapan belas butir nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, diketahui bahwa dalam pepatah bahasa Indonesia terdapat nilai toleransi, religius, cinta tanah ai, kreatif, semangat kebangsaan disiplin, kerja keras, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatf, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Dalam penelitian ini tidak semua nilai dan karakter bangsa di atas dianalisis dalam pepatah bahasa Indonesia. Nilai dan karakter bangsa yang dianalisis adalah religius dan jujur.

Dari hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan rekomendasi untuk penelitian berikutnya bagi para peneliti lainnya agar dapat meneliti tentang bentuk dan nilai di dalam pepatah bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, W. (2013). Etnolinguistik: teori, metode, dan aplikasinya. Universitas Sebelas.

Akbar,     A.     Analisis     Makna

Peribahasa Dalam Bahasa Konjho Kecamatan Sinjai         Barat

Kabupaten Sinjai. Bahasa Dan Sastra, 5(1).

Antari, W. Y., & Satyawati, M. S.

  • (2017) . Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar. Humanis, 21(1), 46-51.

Chaer, A. (1994). Linguistik Umum.

Jakarta:   Rineka Cipta..   2007.

Linguistik Umum.

Chaer, A. (2009). Sintaksis bahasa Indonesia:   pendekatan proses.

Rineka Cipta.

Duranti, A. (2001). Linguistic anthropology: History, ideas, and issues. Linguistic anthropology: A reader, 1-38.

Gani, S. (2019). Kajian Teoritis Struktur Internal     Bahasa (Fonologi,

Morfologi,     Sintaksis,     Dan

Semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20..

Hanindar, M., & Andin, R. (2017).

Analisis Makna Kotowaza yang Terbentuk dari Kata Anjing () serta Padanannya dalam Peribahasa Bahasa Indonesia.

Keraf, Gorys. (1989). “Analisis struktur, fungsi, dan makna. Ende Flores:Nusa Indah

Kinanti, K. P., & Rachman, A. K. (2019).

Metafora Tumbuhan dalam Peribahasa Indonesia (Kajian Semantik Kognitif). BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(1), 68-81

Kridalaksana, H. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta:   Gramedia

Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2009). Kamus Linguistik (Edisi Keempat-Cetakan Kedua). Jakarta: PT Gramedia.

Kurniawan, M. H. (2018). Perbandingan Peribahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris: Kajian Semantik Kognitif. Jurnal Basis, 5(2), 63-74.

Listiyowati, V. (2014). Analisis Struktur Fungsional Pada Peribahasa Indonesia:   Tinjauan Sintaksis

(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lindawati, L. (2012). MAMANGAN MINANGKABAU (Sebuah Kajian Semiotik). Jurnal Elektronik Wacana Etnik, 3(2), 211-223.

Permatasari, N. P. A., Thamrin, L., & Suhardi, S. Analisis Makna Peribahasa Mandarin Yang Mengandung 4 Unsur Bagian Tubuh Manusia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 8(7), 781-793.

Rambitan, S., & Mandolang, N. (2014). Ungkapan dan Peribahasa Bahasa Mongondow. Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum, 1(2), 71-85.

Selan, D. Y. (2014). Analisis Makna Dan Nilai Dalam Peribahasa Dawan. Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya, 42(1).

Wardani, NPN., Sutika, IND., & Putra, IBR. Geguritan Mantri Sanak Lima Analisis Struktur Dan Nilai. Humanis, 17(3), 247-255