Kehidupan Masyarakat Multikultur di Dusun Wanasari Desa Dauh Puri Kaja Denpasar Utara 1982-2019
on
HUMANIS
Journal of Arts and Humanities
p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X
Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019
Vol 25.3 Agustus 2021: 386-395
Kehidupan Masyarakat Multikultur di Dusun Wanasari Desa Dauh Puri Kaja Denpasar Utara 1982-2019
Rani Angreini, Ida Ayu Wirasmini Sidemen, Anak Agung Inten Asmariati Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
Email korespondensi: [email protected] , [email protected] , [email protected]
Info Artikel
Abstract
Masuk: 7 Mei 2021
Revisi: 13 Juni 2021
Diterima: 23 Juni 2021
Keywords:
Development, Multicultural
Society, Economy, Tradition
Dusun Wanasari is one of the hamlets where a multicultural society develops and makes the people of Wanasari Hamlet create harmony with the people in Denpasar. The people of Wanasari Hamlet were originally market people from various regions in Indonesia who lived and traded around the Payuk market area. The establishment of Wanasari Hamlet was based on the land given by Cokorda Pemecutan because the number of people living in the Payuk market area was increasing from time to time. The social development that occurs in Wanasari Hamlet is increasing every year and bringing about changes. This can be seen from the population that grows every year, followed by the development of traditions, arts, and the community's economy. The purpose of this study was to determine the background of the establishment of Wanasari Hamlet, diversity and acculturation, as well as the implications of diversity for the lives of the people of Wanasari Hamlet.
Abstrak
Kata kunci:
Perkembangan, Masyarakat Multikultur, Perekonomian, Tradisi
Dusun Wanasari merupakan salah satu dusun yang masyarakat multikulturnya berkembang serta menjadikan masyarakat Dusun Wanasari mewujudkan kerukunan dengan masyarakat di Denpasar. Masyarakat Dusun Wanasari awalnya merupakan masyarakat pasar dari berbagai daerah di Indonesia yang bermukim dan berdagang di sekitar kawasan pasar Payuk. Berdirinya Dusun Wanasari didasarkan pada tanah pemberian Cokorda Pemecutan karena jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pasar Payuk semakin meningkat dari waktu ke waktu. Perkembangan sosial yang terjadi di Dusun Wanasari setiap tahun semakin meningkat dan membawa perubahan. Hal itu terlihat dari jumlah penduduk yang tumbuh setiap tahunnya, diikuti dengan perkembangan tradisi, kesenian dan perekonomian masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang berdirinya Dusun Wanasari, keberagaman dan akulturasi, serta implikasi keberagaman bagi kehidupan masyarakat Dusun Wanasari.
PENDAHULUAN
Artikel ini membahas tentang kehidupan masyarakat multikultur di Dusun Wanasari Desa Dauh Puri Kaja Denpasar Utara 1982-2019. Secara etimologis multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham) (Lionar, 2019).
Bali terletak di antara dua pulau yaitu Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota Provinsi Bali yaitu Denpasar. Di Dunia, Bali terkenal sebagai tujuan wisata dengan keunikan yang ada dari berbagai hasil seni-budayanya. Bali memiliki jumlah penduduk cukup banyak dan terus mengalami peningkatan, kepadatan penduduk yang terjadi di Bali diakibatkan karena banyaknya masyarakat dari berbagai daerah yang menetap di Bali untuk kepentingan pekerjaan (Suryana, 2012).
Masyarakat ialah sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai kalangan, masyarakat mengacuh pada kelompok orang yang menempati wilayah tertentu dan hidup bersama. Di antara kelompok-kelompok tersebut, mereka saling komunikasi, memiliki simbol, aturan, serta hukum yang memperhatikan tindakan anggotanya (Purwantini, 2016). Masyarakat merupakan kelompok manusia yang dibatasi oleh aspek tertentu, antara lain teritorial, bangsa, serta golongan. Masyarakat masuk dalam keseluruhan jejaring sosial dari sebuah kehidupan bersama untuk membentuk budaya baru dengan memberi nuansa baru bagi semua orang dari daerah asalnya yang berbeda-beda (Neonbasu, 2013).
Dusun Wanasari merupakan dusun yang terletak ditengah-tengah kota Denpasar. Masyarakat Dusun Wanasari merupakan salah satu masyarakat di Kota Denpasar yang memiliki wilayah dengan penghuni yang berasal dari Bali serta luar Bali seperti berasal dari Jawa, Madura, Lombok, Bugis etnis China. Selain adanya masyarakat pendatang dari luar
Bali yang tinggal di Dusun Wanasari Denpasar Utara, namun juga terdapat masyarakat yang berasal dari Kabupaten Karangasem yang menempati Dusun Wanasari. Masyarakat yang berasal dari Karangasem datang dan tinggal di Dusun Wanasari Denpasar karena pada tahun 1963 gunung tertinggi di Bali yaitu Gunung Agung meletus. Oleh karena itu banyak masyarakat terutama masyarakat muslim dari Karangasem yang mengungsi bahkan berpindah tempat tinggal ke beberapa daerah di Bali salah satunya di Dusun Wanasari.
Identitas muslim Dusun Wanasari terkontruksi dari adanya proses persilangan antar etnis, agama, pekerjaan, serta budaya antara muslim pribumi dan urban pendatang yang terintegrasi dalam ikatan primordial seperti etnis, agama, lingkungan, kedekatan emosional, budaya dan perkawinan silang. Komunitas muslim yang terletak di Jalan Ahmad Yani Denpasar Utara merupakan salah satu wilayah masyarakat muslim tinggal dan menetap. Tanah masyarakat komunitas muslim sebagian memang hasil hibah dari kerajaan sebagai contoh kerajaan Badung kepada kaum muslim yang berdagang di pasar Badung. (Wirawan, 2019).
Adapun latar belakang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini (1) Bagaimana latar belakang berdirinya Dusun Wanasari (2) Bagaimana perkembangan keragaman dan akulturasi masyarakat Dusun Wanasari (3) Apa implikasi keragaman bagi kehidupan masyarakat Dusun Wanasari.
METODE DAN TEORI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Berikut adapun tahapan yang dilakukan untuk memperoleh sumber yaitu (1) heuristik atau pengumpulan sumber (2) verifikasi atau kritik sumber baik kritik sumber internal maupun eksternal (3) interpretasi atau penafsiran terhadap
sumber yang diperoleh (4) historiografi atau penulisan sejarah. Adapun sumber yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa hasil wawancara, dokumen/arsip, dan beberapa sumber pustaka yang relevan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi sejarah sosial. Menurut Kuntowijoyo bahwa sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam, antara lain tema kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, kelimpah-ruahan, kesalehan, kekesatriaan, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi (Kuntowijoyo, M. S, 2003). Dengan menggunakan metodologi sejarah sosial untuk melihat adanya fakta sosial yang ada di Dusun Wanasari. Dalam penelitian ini menggunakan model evolusi, alasannya karena penulis melihat adanya gambaran yang melukiskan perkembangan masyarakat multikultural dari awal berdiri hingga menjadi masyarakat yang kompleks.
Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan metodologi sejarah kota. Sejarah kota dapat dimasukkan ke dalam sejarah lokal dan dari segi lain dapat dimasukkan ke dalam sejarah lainnya seperti sejarah ekonomi dan politik. Model garapan yang digunakan penulis ini yaitu ekologi. Ekologi adalah interaksi antara manusia dan alam sekitarnya. Perubahan ekologi ini sesuai dengan perkembangan penduduk, secara etnis, status, kelas dan kultural.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori eksplanasi. Teori eksplanasi yaitu proses mengapa dan bagaimana suatu peristiwa itu terjadi, baik peristiwa alam, ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, maupun budaya. Sebuah peristiwa baik peristiwa alam maupun sosial yang terjadi disekitar memiliki hubungan sebab akibat serta proses. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan teori interaksi yang
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial berjalan saat mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Berdirinya Dusun Wanasari
Dusun Wanasari, yang dikenal dengan nama Kampung Jawa. merupakan dusun yang berada di Desa Dauh Puri Kaja Denpasar Utara. Salah satu dusun yang terletak di Kota Denpasar dan memiliki wilayah dengan penghuni mayoritas berasal dari luar Bali (Srikandi, M.B, 2016). Letak Dusun Wanasari sangat strategis sekali karena letaknya yang berada di pintu masuk Kota Denpasar sebelah utara, namun karena adanya pemekaran wilayah Kota Denpasar maka Dusun Wanasari masuk menjadi bagian dari Denpasar Utara yang sebelumnya masuk dalam Kota Denpasar Barat. Dusun Wanasari, diperkirakan berdiri tahun 1904. Pada tahun 1904 di Dusun Wanasari terdapat sebuah tangsi Belanda (loji), dan disekitarnya banyak tumbuh rumput (ilalang).
Sejarah berdirinya Dusun Wanasari terkait dengan Pasar Payuk yang sekarang dikenal dengan Pasar Badung. Pasar Badung merupakan pasar terbesar yang berada di Kota Denpasar. Dahulu Pasar Badung bernama Pasar Payuk karena di pasar tersebut banyak perajin periuk yang menjajakan hasil kerajinannya dengan beraneka ragam gerabah (Lakara, 2020). Awalnya masyarakat Dusun Wanasari merupakan orang-orang pasar dari berbagai daerah di Indonesia yang tinggal dan berdagang di sekitar wilayah Pasar Payuk. Masyarakat pendatang yang mendiami wilayah Pasar Payuk awal mulanya hanya sekitar 22 KK yang terdiri dari Orang Madura, Jawa, dan Bugis. Pendatang dari luar Bali yang tinggal di wilayah Pasar Payuk semakin lama semakin bertambah. Melihat semakin banyaknya orang-orang
yang tinggal di wilayah Pasar Payuk, dalam hal ini Cokorda Pemecutan menyediakan dua lokasi berbeda yang akan dijadikan tempat tinggal masyarakat. Dua lokasi tersebut yaitu di daerah Lumintang sekitar loji jalan Ahmad Yani atau Kampung Jawa dan jalan Thamrin dekat dengan Puri Pemecutan.
Loji yang berada di Lumintang atau yang saat ini dikenal Kampung Jawa dipindahkan oleh Raja Pemecutan, dan warga yang memilih lokasi loji untuk tempat tinggal segera membersihkan ilalang yang telah menutupi lokasi sekitaran loji tersebut. Lokasi loji tersebut pada akhirnya oleh masyarakat Kota Denpasar disebut dengan nama Kampung Jawa. Disebut dengan nama Kampung Jawa karena masyarakat pendatang tersebut bukan orang Bali dan masyarakat Bali menyebut para pendatang dengan sebutan orang Jawa/ orang Islam. Walaupun sebenarnya masyarakat pendatang tersebut bukan hanya dari Jawa saja, akan tetapi masyarakat Bali menyebut pendatang dengan sebutan orang Jawa, sebutan ini telah lama dipergunakan oleh masyarakat Bali bagi para pendatang. Namun pemberian nama Kampung Jawa dahulu tidak dipermasalahkan oleh masyarakat yang menempati Kampung Jawa, akan tetapi masyarakat yang menempati lokasi tersebut sangat menghargai sekali pemberian nama tersebut.
Nama Kampung Jawa pada tahun 1956 diubah menjadi Dusun Wanasari atas arahan dari bapak Sumarma (Camat Denpasar Barat). Alasan diubahnya menjadi Dusun Wanasari karena agar tidak adanya hal yang terkesan dalam suatu identitas kesukuan dan menghindari adanya perpecahan antara para pendatang di Dusun Wanasari (Atmadja et al, 2019).
Perekonomian tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia setiap harinya (Nimpa, B.J, 2018). Masyarakat di Dusun Wanasari pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang perdagangan atau buruh harian lepas seperti pedagang makanan, usaha warung, pedagang pakaian, kuli bangunan, selain itu terdapat masyarakat pekerja swasta dan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Perekonomian masyarakat Dusun Wanasari menurut penjelasan dari Kantor Desa didasarkan pada mata pencaharian masyarakat yaitu tingkat ekonomi atas, menengah dan bawah. Jika dilihat dari masyarakat Dusun Wanasari sendiri, rata-rata dahulu masyarakat memiliki pekerjaan sebagai pedagang minuman keliling di sekitar pantai-pantai di Bali dan ada yang sebagai penjaga stand makanan atau minuman di pantai, dan seiring berjalannya waktu ada yang memiliki usaha milik sendiri
Dusun Wanasari adalah salah satu dusun yang masyarakatnya merupakan masyarakat pendatang yang telah melakukan migrasi dari suatu daerah ke daerah lain. Masyarakat Dusun Wanasari mayoritas beragama Islam. Kehidupan beragama masyarakat Dusun Wanasari dengan antar agama maupun etnis walaupun bermayoritaskan masyarakat Islam namun hubungan masyarakat sangat baik serta bertoleransi.
Perkembangan penduduk di Dusun Wanasari relatif meningkat, akan tetapi disisi lain lahan pemukiman di Dusun Wanasari tidak adanya peluasan lahan sehingga Dusun Wanasari semakin padat dengan semakin banyaknya masyarakat pendatang.
-
a. Faktor Pendorong dari Daerah Asal
Faktor pendorong mempengaruhi sesuatu menjadi berkembang. Masyarakat terdorong untuk melakukan
perpindahan ke Dusun Wanasari, karena masyarakat pendatang rata-rata ingin memperbaiki perekonomian dan penghidupan yang lebih baik. Kekurangan perekonomian masyarakat di daerah asal yang pada umumnya bekerja sebagai petani di lahan milik orang lain dengan imbalan berupa uang atau hasil panen. Masyarakat yang melakukan migrasi menuju Bali yang memiliki banyak peluang usaha dari pariwisatanya.
-
b. Faktor Penarik Dari Daerah Tujuan
Kemajuan pariwisata di Provinsi Bali telah menjadikan wilayah Bali sebagai tempat utama masyarakat pendatang untuk memperbaiki kehidupannya dengan membuka usaha serta bekerja di Bali. Dusun Wanasari merupakan salah satu dusun di Denpasar yang menjadikan wilayah tempat tinggal masyarakat pendatang dari luar Bali. Meningkatnya pembangunan pariwisata di Bali yang berlangsung dalam segala bidang baik ekonomi, sosial, maupun budaya memberikan daya tarik yang begitu kuat bagi masyarakat untuk memasuki Bali.
Dusun Wanasari berada di bawah Pemerintahan Desa Dauh Puri Kaja Denpasar Utara. Dusun Wanasari memiliki susunan kepengurusan terbagi atas beberapa rukun tetangga (RT) dan yang di ketuai oleh masing-masing ketua RT. Ketua rukun tetangga di Dusun Wanasari dipilih secara langsung oleh masing-masing masyarakat di setiap RT. Dalam menjalankan segala tugasnya Kepala Dusun didampingi dengan sembilan ketua RT, ketua RT di Dusun Wanasari lebih ikut serta aktif dalam urusan masyarakat dusun, keagamaan, dan sebagainya serta dibantu oleh beberapa lembaga sosial masyarakat yang terdapat di Dusun Wanasari seperti
karang taruna, lembaga kepengurusan agama.
Keragaman dan Akulturasi Masyarakat Dusun Wanasari
Kerukunan di Bali sudah terjalin baik dengan sistem budaya yang disebut nyama braya yang artinya saudara, kerabat, saudara deket sehingga temen-temen yang non-Hindu ataupun non-Bali sudah dianggap sebagai kerabat. Contoh wujud kerukunan yang terjadi antara masyarakat Islam dan masyarakat Hindu adalah hubungan sosial seperti perkawinan diantara keduanya saling menjaga keamanan pada saat masyarakat mengadakan acara (Sunaryo, 2018).
Bangsa Indonesia memiliki semboyan yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti yaitu berbeda-beda namun satu jua. Semboyan tersebut menggambarkan adanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, ras, agama dan bahasa (Oentoro, 2013). Berbagai hubungan yang berlangsung antara warga dengan suku, bangsa dan etnik berbeda telah menciptakan kebudayaan umum-lokal di berbagai wilayah di Indonesia. (Hakim et al, 2018).
Dusun Wanasari dikenal oleh masyarakat sebagai dusun yang masyarakatnya multikultural dari berbagai etnis dan budaya, masyarakat di Dusun Wanasari hidup saling berbaur dalam satu wilayah desa dan dusun, meskipun penduduk di luar Dusun Wanasari mayoritas orang-orang Hindu Bali. Masyarakat hidup berdampingan dan bersama. Perbedaan yang ada tidak menjadi persoalan bagi masyarakat Dusun Wanasari untuk saling tetap berinteraksi dengan sesama dan tetap mempertahankan persatuan. Masyarakat pendatang di Dusun Wanasari diharapkan berperan aktif untuk dapat melaksanakan
dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku di wilayah Denpasar khususnya di Desa Dauh Puri Kaja. Partisipasi masyarakat di Dusun Wanasari jika dilihat lebih kepada sistem swadaya, setiap pembangunan yang dilaksanakan oleh Dusun Wanasari tidak melibatkan pemerintah dan struktur pemerintahan yang bersifat mengikat (Ardika, et al, 2010).
Program pembangunan diluncurkan untuk mewujudkan Dusun Wanasari yang mandiri dan unggul. Terciptanya kebersamaan dan keharmonisan masyarakat Dusun Wanasari karena adanya interaksi sosial yang baik dan hubungan sosial yang dinamis antar masyarakat pendatang dan masyarakat asli Bali. Jaringan kebersamaan masyarakat di Dusun Wanasari dikarenakan adanya hubungan sosial diantara masyarakat Dusun Wanasari.
Akulturasi merupakan proses percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi (Kau, S. A et al, 2018). Akulturasi muncul bila masyarakat dari suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur asing yang berbeda, unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat, 2014). Masyarakat Dusun Wanasari berasal dari berbagai daerah, sehingga masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain dan membentuk kebudayaan baru, seperti Lebaran Ketupat, Kampung Ramadhan, Tari Rodat.
-
a. Bahasa
Bahasa digunakan setiap manusia sebagai alat komunikasi dan interaksi dengan makhluk hidup. Hubungan komunikasi antar etnis mampu memberikan keuntungan dalam
aktualisasi seperti membentuk peningkatan pengetahuan serta cara pandang baru setiap orang melalui bahasa yang berbeda-beda. Jalinan hubungan komunikasi masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda membawa tantangan yang unik yaitu dimana masyarakat dapat menemukan dan membangun kesamaan dibalik berbagai perbedaan (Rahardjo, T, 2005).
Kesadaran akan kesatuan dengan menggunakan Bahasa Bali sebagai alat komunikasi antar masyarakat desa yang telah lama tinggal di Bali dan yang telah bisa menguasai Bahasa Bali, sedangkan penggunaan bahasa daerah dari daerah asal masing-masing seperti Madura, Bugis, Jawa, Lombok hanya digunakan terbatas pada satu suku atau sebatas keluarga saja. Dalam organisasi sosial kemasyarakatan yang ada di Desa Dauh Puri Kaja maupun Dusun Wanasari penggunaan komunikasi dengan Bahasa Bali bersifat informal, sedangkan dalam batas formal masyarakat tetap menggunakan Bahasa Indonesia.
-
b. Tradisi
Tradisi dinilai sangat baik, bahkan dianggap tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat. Tradisi merupakan adat yang berkembang dalam masyarakat baik yang menjadi adat kebiasaan atau di asimilasikan dengan ritual adat dan agama. Penelitian yang dilakukan oleh Aliffiati mengenai interaksi sosial antar umat beragama (Aliffiati, 2014).
Dalam perkembangan tradisi Islam yang ada di Dusun Wanasari tidak terlepas dari budaya orang-orang Madura dan Jawa yang menjadi mayoritas pendatang di Dusun Wanasari, tradisi yang melekat di Dusun Wanasari salah satunya yaitu Ngejot, Lebaran Ketupat, Nyekar, Maulid Nabi, Kampung Ramadhan. Masing-masing aliran kepercayaan dan agama di Indonesia mempunyai beraneka ragam tradisi. Salah satu tradisi yang banyak dilakukan
di Indonesia, khususnya di Jawa adalah tradisi nyekar mengunjungi pemakaman orang yang telah meninggal (Sunaryo, 2016).
-
c. Kesenian
Kesenian berkaitan dengan keindahan (estetika) yang dimiliki oleh masyarakat. Keindahan yang melahirkan berbagai seni yang berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dan kebudayaan yang lain. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk ekspresikan (Nyia Abdullah, 2013). Masyarakat Dusun Wanasari memiliki beberapa kesenian yang berkembang yaitu hadrah, qasidah, rodat dewasa dan anak-anak. Dalam perkembangan kesenian di Dusun Wanasari tidak terlepas dari kesenian orang-orang Jawa sebagai mayoritas pendatang dengan kesenian Islamnya. Walaupun masyarakat Dusun Wanasari memiliki keberagaman masyarakat dari agama, daerah, suku dan memiliki banyak kesenian dari daerah asalnya akan tetapi masyarakat saling memiliki rasa kebersamaan dalam mengembangkan kesenian yang ada di Dusun Wanasari.
Implikasi Keragaman Bagi Kehidupan Masyarakat Dusun Wanasari
Identitas masyarakat adalah suatu hal mendasar yang dimiliki setiap masyarakat. Setiap orang tentu memiliki sebuah identitas untuk dapat membedakan dengan masyarakat yang lain. Terdapat persamaan dan perbedaan masyarakat Dusun Wanasari dari etnis, agama, budaya hingga pekerjaan yang dijalaninnya. Proses persilangan (cross cutting affiliation) masyarakat Dusun Wanasari memiliki persamaan dan perbedaan terintegrasi menjadi suatu kesatuan identitas yang utuh, yaitu
identitas masyarakat Dusun Wanasari (Gede, G. A. P. M, et al, 2018).
Identitas masyarakat Dusun wanasari merupakan proses kultural Islam dan kultural etnis dalam masyarakat. Identitas terbangun melalui proses kontruksi dimaknai sebagai identitas bersama melambangkan suatu daerah yang terdapat perkumpulan kesatuan identitas.
Kerukunan antar umat beragama di Indonesia harus dipertahankan dan diperjuangkan. Dipertahankan karena keadaan rukun yang ada merupakan anugerah. Diperjuangkan karena kerukunan adalah idealitas kehidupan yang harus diwujudkan (Naim, 2016).
Kerukunan antara umat Islam dan umat beragama lainnya di Dusun Wanasari Denpasar merupakan simbol toleransi antar umat beragama di Bali. Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, menunjukkan keberadaan umat agama lain tidak terpinggirkan. Terciptanya kerukunan masyarakat beragama di Dusun Wanasari maupun dengan masyarakat luar Dusun Wanasari dapat dilihat dari adanya saling berinteraksi, saling memberikan kebebasan bagi setiap masyarakat dalam menjalankan ibadahnya, masyarakat tidak merasa terganggu dengan peribadatan antar umat beragama.
-
a. Pendidikan
Pendidikan adalah institusi penting dalam proses perubahan sosial. Pendidikan memberikan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat (Martono, 2012). Kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan keterkaitan erat dengan persepsi dan praktek budaya yang dominan di dalam masyarakat. Jagat pendidikan harus memuat adanya “pendidikan nilai” yaitu proses pembudayaan yang selalu berusaha
meningkatkan harkat dan martabat manusia, secara khusus bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai agama, kewarganegaraan, dan seni budaya (Haman, 2021).
Dalam proses perkembangan kehidupan masyarakat Dusun Wanasari tidak terlepas dari perkembangan wilayah Dusun Wanasari dan perkembangan pendidikan. Perpindahan penduduk yang dilakukan oleh masyarakat pendatang yang menempati Dusun Wanasari berdampak pada perubahan tingkat pendidikan keluarga. Masyarakat Dusun Wanasari yang memiliki pendidikan sampai jenjang SD, SMP, dan SMA sangat mengusahakan untuk anak-anaknya dapat menjalankan pendidikan hingga perguruan tinggi. Data resmi mengenai tingkat pendidikan masyarakat di Dusun Wanasari tidak dapat ditemukan, akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan sebagian besar pendidikan masyarakat Dusun Wanasari pada tingkat dasar, menengah, atas dan perguruan tinggi. Jika dilihat dahulu pendidikan masyarakat Dusun Wanasari bagi orang tua hanya dapat sampai tingkat pendidikan dasar bahkan tidak bisa bersekolah. Masyarakat Dusun Wanasari dengan kerja keras membangun usaha yang dijalaninnya sendiri dan bekerja untuk dapat merubah kehidupan keluarganya dan memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
-
b. Ekonomi
Migrasi merupakan hal yang biasa bagi Negara berkembang seperti Indonesia yang membawa dampak baik terhadap perekonomian masyarakat. Motivasi para migran untuk berpindah ke suatu daerah pada setiap orang atau daerah berbeda-beda. Namun demikian yang paling menonjol adalah motif ekonomi. Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian.
Perkembangan pariwisata di Bali yang semakin maju mendorong
masyarakat migran di Dusun Wanasari untuk dapat segera merubah kehidupan serta perekonomiannya di tanah rantau. Ekonomi masyarakat pendatang di Dusun Wanasari menjadi kondisi yang paling berubah semenjak melakukan perpindahan dan sangat perpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Pekerjaan masyarakat Dusun Wanasari umumya dalam sektor pariwisata sebagai pemandu pariwisata dan sebagai pedagang yang semakin memiliki kemajuan dalam perekonomian. Pekerjaan maupun usaha yang di kembangkan masyarakat Dusun Wanasari dari awal dengan modal yang minim dan dengan penuh ketekunan serta kemauan yang ada secara bertahap terus membawakan kemajuan serta kenaikan taraf hidup.
-
c. Sosial
Perkembangan kehidupan masyarakat multikultur di Dusun Wanasari secara objektif melihat bagaimana masyarakat dengan agama dan budaya yang berbeda-beda relatif tidak pernah adanya konflik antar masyarakat. Masyarakat Dusun Wanasari memiliki toleransi yang sangat tinggi, semua ini dapat diketahui bahwa hampir tidak adanya konflik yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat (Bali-Hindu), masyarakat saling menghormati agama, bahasa, suku, golongan dan sebagainya.
Keadaan masyarakat Dusun Wanasari dan sekitarnya yang cenderung harmonis tercipta karena selalu mencari solusi yang saling menguntungkan dalam pemecahan sebuah konflik. Hal utama yang membuat rendahnya konflik di Dusun Wanasari yaitu adanya kebebasan beribadah masyarakat pendatang maupun masyarakat setempat karena saling memenuhi satu sama lain.
SIMPULAN
Dusun Wanasari yang dikenal dengan Kampung Jawa merupakan dusun yang terletak di Kota Denpasar dan memiliki wilayah dengan penghuni mayoritas berasal dari luar Bali. Berdirinya Dusun Wanasari terkait dengan Pasar Payuk, yang sekarang dikenal dengan sebutan Pasar Badung. Hubungan Pasar Payuk dengan masuknya masyarakat pendatang dari luar Bali di Dusun Wanasari yaitu awal mulanya masyarakat Dusun Wanasari merupakan orang-orang yang berwilayah di pasar atau sebagai pedagang dari berbagai daerah di Indonesia yang mendiami wilayah Pasar Payuk. Masyarakat pendatang di Pasar Payuk dahulu banyak memiliki kegiatan sebagai perajin periuk. Kehidupan masyarakat multikultur di Dusun Wanasari selalu berkembang dengan terus mempertahankan sikap toleransi antar agama, tradisi dan menjalankan kesenian yang dimiliki. Masyarakat di Dusun Wanasari tetap mempertahankan bahasa serta kebudayaan daerah asalnya namun tetap menghargai semua kebudayaan yang ada di lokasi mereka tinggal saat ini dan turut serta dalam pembangunan wilayahnya dengan sistem swadaya. Terciptanya kebersamaan dan keharmonisan masyarakat Dusun Wanasari karena adanya interaksi sosial yang baik dan hubungan sosial yang dinamis antar masyarakat pendatang dan masyarakat asli Bali. Adanya rasa saling tolong menolong diantara masyarakat pendatang di Dusun Wanasari, adanya kebebasan beribadah masyarakat pendatang maupun masyarakat setempat.
Sesuai dengan hasil penelitian di atas, maka penelitian berikutnya diharapkan dapat mengkaji kembali dan mengembangkan penelitian tentang kehidupan masyarakat multikultur, khususnya di Dusun Wanasari.
DAFTAR PUSTAKA
Aliffiati, A. (2014). Interaksi Sosial Antarumat Beragama di Perumahan Bumi Dalung Permai Desa Dalung, Kuta Utara, Badung. Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), 4 (1).
Ardika, P. P., Tamim, I. H., & Zuryani, N. (2010). Partisipasi Masyarakat Migran Di Dusun Wanasari (Kampung Jawa): Analisis
Pembangunan Denpasar
Berwawasan Budaya.
Atmadja, N. B., & Purnawati, D. M. O. (2019). Dusun Islam Wanasari di Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali (Latar Belakang Sejarah, Dinamika, serta Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA). Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, 7(1).
Gede, G. A. P. M., Noak, P. A., & Puspitasari, N. W. R. N. Politik Identitas Muslim Kampung Jawa terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Denpasar (Doctoral Dissertation, Udayana University).
Hakim, A., & Untari, S. (2018).
Pendidikan Multikultural: Strategi Inovatif Pembelajaran Dalam Pluralitas Masyarakat
Indonesia. Malang: Madani Media.
Haman, R., & Darmana, I. K. (2020). Gerakan Sosial (Wuat Wa’i) pada Masyarakat Desa Gurung
Liwut. Humanis, 25(1).
Kau, S. A., & Yahiji, K.
-
(2018) . Akulturasi Islam dan Budaya Lokal: Studi Islam tentang Ritus-Ritus Kehidupan dalam
Tradisi Lokal Muslim
Gorontalo (Vol. 1). Inteligensia Media.
Koentjaraningrat. (2014). Pengantar Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kuntowijoyo, M. S. (2003). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Lakara, Gede Windu, et al. (2020).
Konsep Perancangan Kawasan Pasar Tradisional Badung Sebagai Upaya Memperkuat Karakter Kawasan JL. Gajah Mada Denpasar. Jurnal Segara Widya. Vol. 1.
Lionar, U., & Mulyana, A. (2019). Nilai-nilai Multikultural Dalam
Pembelajaran Sejarah: Identifikasi Pada Silabus. Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE), 1(1).
Martono, N. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial (Sampel halaman). RajaGrafindo Persada Jakarta.
Naim, N. (2016). Membangun Kerukunan Masyarakat
Multikultural. Harmoni, 15(1).
Neonbasu, G. (2013). Kebudayaan: Sebuah Agenda (Dalam Bingkai Pulau Timor dan Sekitarnya). Gramedia Pustaka Utama.
Nimpa, B. J. (2018). Strategi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Kuliner Pantai Tak Berombak (Ptb) Kecamatan Turikale Kabupaten Maros. Jurnal Environmental
Science, 1(1).
Nyia Abdullah, M. I., Bakar, S. A., & Mohd Annuar, D. T. (2013). Rodat:
Budaya Tradisi Yang
Berevolusi. Wacana Seni Journal of Arts Discourse, 12.
Oentoro, J. (2013). Indonesia satu, Indonesia beda, Indonesia bisa. Gramedia Pustaka Utama.
Purwantini. (2016). Masyarakat Urban, Budaya Urban, dan Sastra Urban di Indonesia: Kajian Lintas Media. Jurnal Ilmu-ilmu Budaya, 16(1).
Rahardjo, T. (2005). Menghargai Perbedaan Kultural: Mindfulness dalam Komunikasi Antaretnis. Pustaka Pelajar.
Srikandi, M. B. (2016). Komunikasi Antar Budaya Penduduk Pendatang dengan Penduduk Asli (Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali).
Sunaryo, F. D. S. (2018). Dinamika Kerukunan Antar Umat Beragama Eksistensi Masyarakat Islam di Bali Pasca Bom Bali Tahun 20022012. Humanis, 22(1).
Sunaryo, Fransiska Dewi Setiowati. (2016). Tradisi Ziarah Gua Maria Kerep Ambarawa dan Pengaruh Budaya Jawa. Jurnal Ilmu-ilmu Budaya, 16(2).
Suryana, D. (Ed.). (2012). Bali: Bali dan Sekitarnya. CreateSpace
Independent Publishing Platform.
Wirawan, I. G. M. A. S., & Dewi, K. S. (2019, February). Identitas Politik dan Politik Identitas Masyarakat Muslim di Bali. In Seminar Nasional Hukum dan Ilmu Sosial (Vol. 2).
Discussion and feedback