Kumpulan Cerpen Lelaki Kantong Sperma Analisis Abnormalitas Seksual
on

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X
Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019 Vol 25.3 Agustus 2021: 306-314
Kumpulan Cerpen Lelaki Kantong Sperma Analisis Abnormalitas Seksual
Anak Agung Gede Gita Galih Gumalang, Maria Matildis Banda Universitas Udayana Denpasar, Bali, Indonesia
Email Koresponding: [email protected] , [email protected]
Info Artikel
Masuk:4 Mei 2021
Revisi:2 Juni 2021
Diterima:15 Juni 2021
Keywords:
short stories, structure, sexual abnormalities
Kata kunci:
cerpen, struktur, abnormalitas seksual
Corresponding Author: Anak
Agung Gede Gita Galih Gumalang,
Email:galihgumalang@icloud. com
DOI:
https://doi.org/10.24843/JH.20
21.v25.i03.p07
Abstract
This article discusses the form of sexual abnormality from the short stories collection Lelaki Kantong Sperma by Putu Juli Sastrawan. This collection of short stories contains nine short stories, of which six short stories contain elements of sexual abnormalities. The focus of this research is on two things, namely to reveal the structure and the form of sexual abnormalities in the short stories collection of Lelaki Kantong Sperma. The analysis technique used in this research is purposive sampling technique. The method used to collect data is the literature study method. Description method is used to analyze data. The analysis of the six short story titles used structural theory from Burhan Nurgiyantoro's formulation and the theory of sexual abnormalities from Kartini Kartono. Based on the results of the analysis, it was found that the structure was formed of three elements, namely, groove, characterization, and background. Furthermore, the form of sexual abnormalities is clearly depicted, one of which is the character Setia in the short story “Menggiring Belia” who is sexually attracted to minors. Through this, it was revealed that the character Setia had a form of pedophile sexual abnormality.
Abstrak
Artikel ini membahas bentuk abnormalitas seksual dari kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma karya Putu Juli Sastrawan. Kumpulan cerpen ini memuat sembilan judul cerpen, dari jumlah itu diambil enam cerpen yang mengandung unsur abnormalitas seksual. Fokus penelitian ini adalah dua hal, yaitu mengungkap struktur dan bentuk abnormalitas seksual dalam kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik Purposive sampling. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode studi pustaka. Metode deskripsi digunakan untuk menganalisis data. Analisis keenam judul cerpen, digunakan Teori struktural dari rumusan Burhan Nurgiyantoro dan teori abnormalitas seksual dari Kartini Kartono. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa struktur dibentuk atas tiga unsur yakni, alur, penokohan, dan latar. Selanjutnya, bentuk abnormalitas seksual digambarkan secara jelas salah satunya pada tokoh Setia dalam cerpen “Menggiring Belia” yang tertarik secara seksual dengan anak di bawah umur. Melalui hal ini, diungkap bahwa tokoh Setia mengidap bentuk abnormalitas seksual pedofilia.
PENDAHULUAN
Karya sastra tumbuh dari hasil pemikiran pengarang yang dipengaruhi berbagai masalah sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Karya sastra mampu memberikan kesan, pesan, dan pedoman bagi masyarakat pembaca (Putri, 2016). Dengan kata lain, sebuah karya sastra mampu mengungkapkan isi hati seseorang yang berupa pemikiran, ide, dan perasaan saat membaca (Sari, 2017).
Cerpen merupakan karya sastra berbentuk prosa yang tergolong pendek dan pokok ceritanya tidak seluas novel. Sumardjo & Saini (1997) juga menjelaskan bahwa cerpen adalah prosa fiksi yang aspek masalahnya terbatas dalam konflik cerita, sehingga menghasilkan cerita yang jauh lebih pendek dari novel. Cerita dalam cerpen juga cenderung dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari (Sukmayanti, 2014). Karya sastra berbentuk cerpen banyak ditulis oleh pengarang daerah, termasuk Bali. Dengan kata lain, cerpen merupakan karya fiksi non faktual karena hasil dari buah pikir seorang pengarang (Sapdiani et al., 2018)
Buku kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma karya Putu Juli Sastrawan ini memuat sembilan cerita pendek dengan tebal 103 halaman yang sebagian besar ceritanya bertemakan gangguan seksualitas, seperti pedofilia, homoseksual, parafilia, hingga nekrofilia. Buku ini memberi kesan tentang pandangan skeptis masyarakat luas perihal orang dengan gangguan seksualitas yang masih menjadi hal tabu dalam kehidupan masyarakat.
Dipilihnya kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma sebagai objek penelitian, yaitu; Pertama, kumpulan cerpen ini memuat tema mayor gangguan seksualitas yang tergambar jelas dalam keenam cerpen terpilih untuk dianalisis. Tema tersebut dianggap menarik untuk
diungkap dalam sebuah karya sastra; Kedua, sepengetahuan peneliti kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma belum pernah dikaji sebagai objek penelitian ilmiah di dalam Universitas Udayana maupun di perpustakaan lainnya.
METODE DAN TEORI
Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah studi pustaka dengan teknik baca, simak, dan catat. Tahapan kerja yang dilakukan yakni, membaca buku-buku referensi terkait, lalu pustaka disimak dengan seksama untuk menginterpretasi gagasan utama dari referensi; dilanjutkan dengan proses pencatatan.
Selanjutnya data diolah melalui metode deskriptif dengan teknik baca, simak, catat, dan interpretasi. Tahapan penyajian hasil analisis data menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan penggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dan ditulis dalam format artikel.
Penelitian ini menggunakan teori struktural rumusan Burhan Nurgiyantoro dan teori abnormalitas seksual oleh Kartini Kartono. Kedua teori tersebut menjadi alat analisis utama untuk menelaah keenam judul cerpen yang mengandung wujud abnormalitas seksual.
Struktural
Analisis struktur karya sastra adalah tahapan kerja pertama bagi seorang peneliti sastra, karena sebuah karya sastra memiliki sebuah kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat diungkap melalui karya itu sendiri (Ngalong, 2016). Ibarat sebuah bangunan, struktur dalam sebuah karya sastra berperan amat penting dalam terbentuknya sebuah karya sastra yang utuh. Teori struktural memiliki fungsi untuk mengungkap keterkaitan antarunsur pembangun karya sastra hingga menjadi utuh (Lado et al., 2016). Analisis struktur bertujuan untuk
menguraikan beberapa unsur yang terkandung dalam obyek karya sastra. Unsur-unsur tersebut hadir dalam tiap karya sastra yang kerap ditemukan oleh pembaca (Limbong, 2016). Analisis stuktural karya sastra fiksi, dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi, serta hubungan antarunsur pembangun (intrinsik) karya terkait (Nurgiyantoro, 1998). Analisis pada kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma meliputi unsur alur, penokohan, dan latar.
-
1. Alur
Plot atau alur sebuah cerita haruslah bersifat padu atau unity. Kepaduan antara peristiwa yang satu dengan lainnya, antara peristiwa yang diceritakan lebih dulu, dan kemudian, ada hubungan dan sifat saling terkait. Alur terbentuk oleh rangkaian tahapan peristiwa yang dihadirkan oleh tokoh dalam cerita (Suryadi & Nuryatin, 2017). Di samping itu, alur menimbulkan tegangan emosi kepada pembaca selama menyelesaikan cerita (Astadi, 2014)
Analisis struktur dalam kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma menggunakan tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Hal tersebut didasari oleh pandangan Aristoteles (dalam Nurgiyantoro, 2012) mengungkapkan bahwa sebuah plot/alur wajibnya terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end).
-
2. Penokohan
Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dalam analisis kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma, Peneliti menganalisis
hanya menggunakan perspektif tokoh utama dan tokoh pendamping, karena dua perspektif tokoh tersebut dirasa relevan untuk proses analisis tokoh dalam karya sastra berbentuk cerpen yang pada umumnya terdiri hanya dua sampai tiga tokoh dalam tiap cerita. Hal tersebut didasari oleh pendapat Nurgiyantoro (dalam Ihsan, 2017) yang mengungkapkan bahwa penokohan terbagi atas dua bagian, yaitu tokoh utama yang banyak disebutkan dalam cerita dan tokoh pendamping sebagai pendukung watak tokoh.
-
3. Latar
Latar dalam sebuah karya sastra sarat dengan semua keterangan, petunjuk pengaluran yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan suasana sosial. Menurut Abrams (dalam Yulianti, 2018) latar merupakan dasar yang merujuk pada pengertian lingkungan, waktu, kondisi social tempat berlangsungnya konflik dan peristiwa dalam cerita. Dalam kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma ditemukan latar berupa tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat ditemukan dominan dalam keenam data cerpen yang akan dianalisis. Ketiga unsur latar tersebut dilakukan analisis dan penjabaran berdasarkan keenam judul cerpen terkait, berguna untuk menjelaskan secara rinci dan berpola mengenai keadaan lingkungan dan waktu saat berjalannya konflik antar tokoh dalam cerita.
Abnormalitas Seksual
Seks merupakan energi psikis, yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. (Kartono, 2009). Dalam kehidupan seks manusia, terdapat fenomena penyimpangan-penyimpangan seksual yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku penyimpangan seksual berdampak pada kondisi psikologis seorang individu yang disebabkan oleh faktor eksternal, yakni
tekanan dan stress yang berulang-ulang (Kiaonarni et al, 2013). Fenomena kelainan seksual tersebut juga terjadi dalam tokoh-tokoh cerpen Lelaki Kantong Sperma. Lambanaung (2015) menyatakan bahwa, konflik yang dialami oleh tokoh dalam sebuah karya sastra erat kaitannya dengan konflik yang dialami oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Bentuk abnormalitas seksual dalam penelitian ini difokuskan hanya pada bentuk kelainan seksual pada sumber data yang dikaji, yaitu kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma. Data abnormalitas seksual diambil dari tokoh-tokoh yang berperan dalam tiap judul cerpen dalam buku tersebut. Varian kelainan pada tiap tokoh cerpen diambil berdasarkan teori abnormalitas seksual yang dirumuskan oleh Kartono yang akan dibahas berturut-turut yaitu; Abnormalitas seksual berdasarkan dorongan seksual abnormal yang akan menilik motif seorang tokoh dalam cerpen untuk melakukan tindakan yang masuk kriteria abnormalitas seksual; Abnormalitas seksual berdasarkan partner seks abnormal yang membahas pasangan seksual abnormal tokoh dalam cerpen yang memenuhi kriteria abnormalitas seksual; Abnormalitas seksual berdasarkan cara pemuasaan seks abnormal yang membahas kecenderungan perilaku seks abnormal yang memenuhi kriteria abnormalitas.
-
1. Abnormalitas Berdasarkan Dorongan
Seksual yang Abnormal
Abnormalitas berdasarkan dorongan seksual yang abnormal merupakan jenis abnormalitas yang berkaitan dengan motif atau dorongan seks yang tidak normal. Bentuk-bentuknya meliputi perselingkuhan, hasrat seksual yang tidak matang, dan hasrat seksual yang tidak terkendali. Melalui tindakan seksual yang
tidak terkendali ini, korban dari tindakan tersebut acap kali memberikan trauma yang mendalam terhadap korban, dampaknya mulai dari emosi yang tidak stabil bahkan gangguan orientasi seksual dalam diri korban (Salleh et al, 2020).
-
2. Abnormalitas Berdasarkan Partner
Seks yang Abnormal
Abnormalitas berdasarkan partner seks yang abnormal merupakan jenis abnormalitas yang berfokus pada obyek dan pasangan seksual yang tidak normal. Kelainan ini meliputi hubungan sesama jenis, ketertarikan seksual pada suatu benda yang tidak wajar, dan hasrat seksual pada binatang.
-
3. Abnormalitas Berdasarkan Cara
Pemuasan Seks yang Abnormal
Abnormalitas bedasarkan cara-cara yang abnormal dalam pemuasan seksual adalah jenis abnormalitas yang memfokuskan pada proses seks yang tidak wajar untuk mencapai
ejakulasi/kepuasan seksual. Kelainan seksual ini meliputi pemuasan seks dengan imaji/semu (onani),
kecenderungan pemuasan dengan penderitaan/menyakiti, dan pemuasan dengan mempertontonkan bagian-bagian tubuhnya saat berhubungan seks (ekshibisionisme). Pengidap
ekshibisionisme mendapatkan kepuasan seksual dengan tanpa malu
mempertontonkan alat kelaminnya di muka umum (Saidah, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan diuraikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut.
Struktural
-
1. Alur
Berdasarkan analisis penelitian, cerpen “Menggiring Belia”, “Bipolar, “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya”, “Parafilia”, dan “Lelaki Kantong
Sperma” menggunakan alur konvensional flashback. Dalam cerpen “Aurat si Mayat” menggunakan alur konvensional. Dalam sebuah karya sastra cerpen, unsur alur menjadi poros utama dalam pengembangan peristiwa yang dialami tokoh dalam cerpen (Anggraini et al, 2018). Analisis alur menggunakan tiga tahapan yaitu, tahap awal, tengah, dan akhir. Tahapan awal dalam keenam cerpen cenderung memperkenalkan tokoh utama cerita. Tahapan tengah cenderung memunculkan masalah hingga klimaks cerita. Tahapan akhir cenderung menyajikan klimaks akhir yang menggantung dan menimbulkan tanya bagi pembaca. Sebagai contoh tahapan akhir dalam cerpen “Menggiring Belia” :
Pagi hari, rumah sakit gaduh. Kepala satpam melapor dengan wajah ketakutan pada pimpinan tentang dua pasien yang kabur secara bersamaan: Seorang bapak bersama anak perempuannya. (hlm. 11)
Bagian akhir, penulis baru memberitahu bahwa Setia dan Belia adalah seorang ayah dan anak. Hal ini tentu merupakan teknik plot yang menarik dan mengejutkan pembaca. Sepanjang cerita, diceritakan Setia yang amat nafsu dengan Belia saat pertama kali masuk RSJ. Bahkan, sebelum Belia dibujuknya untuk kabur bersama, Setia sempat menjamahi tubuh anaknya sendiri dengan penuh nafsu. Berdasarkan analisis dan kutipan di atas, informasi bahwa Setia dan Belia memiliki hubungan ayah dan anak baru dipaparkan dalam bagian akhir cerita.
-
2. Penokohan
Berdasarkan analisis penelitian, keenam judul cerpen tersebut memiliki hubungan antar unsur tiap tokohnya. Pada cerpen “Menggiring Belia” ditemukan analisis tokoh Setia dan Belia memiliki ikatan ayah dan anak.
Diceritakan Belia mengalami pengalaman pahit yaitu diperkosa oleh belasan pemuda saat pulang dari rumah temannya. Setelah kejadian itu, mental Belia tidak stabil dan harus dirawat di sebuah RSJ lebih dulu dibandingkan Setia. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti berasumsi bahwa psikologis Setia yang cenderung tidak normal didapatkannya setelah kejadian mengenaskan yang dialami oleh anaknya. Setia mengalami tekanan batin yang berat sehingga merusak kestabilan mentalnya.
Pada cerpen “Aurat si Mayat” ditemukan analisis hubungan tokoh utama dengan tokoh pendamping tidak terjalin begitu baik. Tokoh Nohan diperlihatkan seorang pria pendiam dengan trauma pada wanita di masa lalunya. Berdasarkan sifatnya yang pendiam, besar kemungkinan ia memiliki sangat sedikit interaksi dengan tokoh-tokoh lainnya. Hal ini juga mendasari kecurigaan tokoh-tokoh lain dengan yang terjadi dengan Nohan.
Pada cerpen “Bipolar”, tokoh Ewa adalah seorang anak laki-laki yang tidak diinginkan oleh tokoh Bapak. Alasan itu yang membuatnya diperlakukan seperti budak oleh ayahnya sendiri. Semua pekerjaan rumah yang ‘umumnya’ dikerjakan perempuan, dilakukan olehnya sendiri. Sejak kecil ia merasa tidak menjadi seorang laki-laki seutuhnya, hingga ia kabur dari rumah dan bertemu Endru, seorang homoseksual yang mau menghargai keberadaan Ewa.
Pada cerpen “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya” ditemukan analisis bahwa tokoh Aku/Farida adalah seorang gadis yang penurut dan mandiri. Hal tersebut tentu didapat dari pengalamannya yang diasuh oleh Nenek karena harus ditinggalkan oleh orang tuanya sejak masih berumur lima tahun. Sifat penurut dan tak berdayanya ini yang dimanfaatkan Kakek untuk memenuhi birahinya saat Farida harus diasuh oleh Kakek karena Nenek sedang sakit.
Pada cerpen “Parafilia” terdapat hubungan antar tokoh yang cenderung kuat. Ditemukan pembentukan psikologis Henry dimulai saat ia masih kecil yang tidak pernah dapat kasih sayang dari orang tuanya melainkan kekerasan verbal dan seksual. Kemudian trauma mendalam yang ia dapat saat disodomi oleh tokoh Om dengan kejam dan kasar. Pengalaman-pengalaman inilah yang berperan besar atas rusaknya mental Henry. Tempramennya menjadi tidak terkontrol hingga pada suatu ketika ia membantai keluarga Pak Tua dengan kejamnya.
Pada cerpen “Lelaki Kantong Sperma” ditemukan hubungan antar tokoh yang sangat berkesinambungan. Deven, sebagai tokoh utama menjadi salah satu korban dari perbuatan tokoh Bapak di masa lalu terhadap Ibu Deven. Perlakuan ayah terhadap ibunya tak bisa dilupakan oleh Deven karena hal tersebut sudah menghancurkan hidup tokoh Ibu. Tokoh Devin juga tak diduga-duga memiliki hubungan darah dengan Deven, karena mereka memiliki ayah yang sama dan ibu yang berbeda, tentu juga nasib yang berbeda.
-
3. Latar
Latar keenam cerpen dibagi menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Dalam keenam cerpen yang dianalisis, ketiga unsur latar tersebut ditemukan sangat beragam. Hal tersebut sesuai dengan tokoh-tokoh dalam tiap cerita yang terdiri dari berbagai golongan, profesi, dan usia. Ada yang seorang pasien RSJ, pemandi mayat, seorang kakek dan sebagainya. Fakta tersebut menyebabkan tidak ditemukannya jenis latar tempat, waktu, maupun sosial yang dominan antara keenam cerpen tersebut.
Latar tempat, latar waktu, dan latar sosial sangat menentukan nasib tokoh-tokoh yang mengalami abnormalitas seksual dalam kumpulan cerpen ini. Dalam “Menggiring Belia” misalnya,
latar Rumah Sakit Jenaka/Rumah Sakit Jiwa dan kamar mandi sekolah menentukan nasib Belia. Demikian pula bagaimana pikiran-pikiran Nohan yang terbentuk di Rumah Sakit Cipta Bakti, dan kamar mayat. Tempat dan waktu yang menjadikan tokoh-tokoh “terjebak” dalam abnormalitas.
Latar yang terdapat dalam keenam cerpen ini, baik latar tempat, latar waktu, maupun latar sosial juga menentukan nasib tokoh-tokoh. Rumah Pak Tua, rumah si ibu, penginapan, gudang, kandang sapi dalam “Parafilia” misalnya tampak secara langsung mendukung apa yang sebenarnya dialami para tokoh.
Abnormalitas Seksual
-
1. Abnormalitas Berdasarkan Dorongan
Seksual yang Abnormal
Dorongan seksual yang abnormal ditemukan pada judul cerpen “Parafilia”, “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya”, dan “Lelaki Kantong Sperma”. Abnormalitas berdasarkan dorongan seksual dalam ketiga judul cerpen tersebut meliputi prostitusi, perkosaan, dan seduksi. Seduksi adalah bujukan dan godaan untuk mengajak pasangannya bersetubuh, yang sebenarnya melanggar norma hukum (Kartono, 2009). Sebagai contoh wujud abnormalitas seduksi pada tokoh Bapak Deven dalam cerpen “Lelaki Kantong Sperma” :
Lelaki itu akan menikah dengan perempuan lain di bulan ke sepuluh tahun yang sama. Lelaki kantong sperma itu berjanji untuk mengganti biaya persalinan atas apa yang sudah dia lakukan kepada ibuku. (hlm. 33)
Melalui kutipan di atas diceritakan Bapak Deven yang tak bertanggung jawab atas kehamilan dari Ibu Deven. Ia hanya mau menanggung biaya persalinannya dan tak ikut campur dalam kelanjutan hidup anak itu dan Ibu Deven.
-
2. Abnormalitas Berdasarkan Partner Seks yang Abnormal
Partner seks yang abnormal ditemukan dalam judul cerpen “Menggiring Belia”, “Aurat si Mayat”, “Bipolar”, “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya”, dan “Parafilia”. Abnormalitas berdasarkan partner seks abnormal dalam kelima cerpen tersebut meliputi pedofilia, nekrofilia, pornografi, dan incest. Sebagai contoh wujud abnormalitas homoseksual pada tokoh Aku/Ewa dalam cerpen “Bipolar” :
Aku lebih memilih tinggal bersama Endru, pria yang mencintaiku sebenar-benarnya dan senyata-nyatanya. Aku kerap makan bersama, menggunakan bajunya, bercerita, menemaninya minum arak, dan bersetubuh setelahnya. (hlm. 43)
Berdasarkan kutipan di atas, diceritakan bagaimana sesama jenis antara tokoh Aku/Ewa dengan Endru. Hal tersebut dikategorikan homoseksual karena ada ketertarikan dan ikatan emosional antara kedua tokoh laki-laki tersebut. Homoseksual merupakan hubungan biologis antara sesama pria maupun sesama wanita (Rangkuti & Rangkuti, 2012). Kemudian, hal tersebut diperkuat dengan adanya ketertarikan dan tindakan seksual antara tokoh Aku/Ewa dengan Endru.
-
3. Abnormalitas Berdasarkan Cara
Pemuasan Seks yang Abnormal
Cara pemuasan seks yang abnormal ditemukan dalam judul cerpen “Parafilia” dan “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya”. Abnormalitas berdasarkan cara pemuasan abnormal dalam kedua judul cerpen tersebut meliputi mastrubasi/onani, sadisme, dan voyeurisme. Sebagai contoh wujud abnormalitas sadisme pada tokoh Kakek dalam cerpen “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya” :
Tentu dia merasakan hal aneh, terus memimpikan cucunya yang menangis sedih di bawah pohon pisang. Dengan sadar dia mencari saya, mengikuti mimpinya, dan menggali gundukan di bawah pohon pisang. Benar saja, saya ditemukan dengan badan yang sudah terpotong-potong menjadi dua puluh empat bagian yang masih menyisakan beberapa daging di beberapa bagian. (hlm. 74)
Pada kutipan di atas, digambarkan tewasnya tokoh Aku/Farida yang dimutilasi oleh tokoh Kakek setelah disetubuhi. Tokoh Kakek dikategorikan sadisme karena penyiksaan hebat sampai pada pembunuhan untuk mendapatkan kepuasan seks dan untuk mendapatkan orgasme, adalah puncak dari sadisme, korban dirusak tubuhnya dan dibunuh dengan kejam (Kartono, 2009).
SIMPULAN
Kumpulan cerpen Lelaki Kantong Sperma mengangkat tema besar yaitu kekerasan dan abnormalitas seksual. Beberapa wujud abnormalitas seksual yang ditemukan pada tokoh-tokoh dalam cerpen meliputi homoseksual, pedofilia, masturbasi, pornografi, dan sebagainya. Tokoh dalam keenam cerpen yang dianalisis terdiri atas dua sampai empat tokoh dan dibagi atas tokoh utama dan tokoh pendamping. Dalam cerpen “Menggiring Belia”, “Aurat si Mayat”, dan “Parafilia” sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu. Dalam cerpen “Bipolar”, “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya”, dan “Lelaki Kantong Sperma” menggunakan sudut pandang orang pertama tokoh utama. Alur terdiri dari tiga bagian yaitu tahapan awal, tengah, dan akhir. Setelah dianalisis, hampir keseluruhan cerpen menggunakan alur konvensional flashback, sedangkan dalam cerpen “Aurat si Mayat”
menggunakan alur konvensional. Berikutnya latar keenam cerpen keseluruhannya dibagi atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Secara keseluruhan abnormalitas seks berdasarkan partner seks yang abnormal ditemukan hampir semua judul cerpen yang dianalisis kecuali judul cerpen “Lelaki Kantong Sperma”. Jumlah data partner seks yang abnormal lebih dominan dibandingkan dengan jumlah data abnormalitas berdasarkan dorongan seks abnormal dan cara pemuasan seks yang abnormal. Dorongan seks yang abnormal ditemukan pada judul cerpen “Parafilia”, “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya”, dan “Lelaki Kantong Sperma”. Sedangkan data cara pemuasan seks yang abnormal ditemukan pada judul cerpen “Parafilia” dan “Tentang Mimpi & Cerita Lainnya”.
Melalui penelitian ini diharapkan mampu menambahkan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk membahas topik abnormalitas seksual dalam sebuah karya sastra. Melihat topik gangguan seksual masih tabu untuk dibicarakan dalam masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan mampu mengajak peneliti-peneliti lain untuk menilik karya sastra penulis lokal, khususnya di Bali.
REFERENSI
Anggraini, A., Tressyalina, T., &
Noveria, E. (2018). Karakteristik Struktur dan Alur dalam Teks Cerpen Karya Siswa Kelas XI SMA Negeri 2
Payakumbuh. Pendidikan Bahasa Indonesia, 7(3), 34-40.
Astadi, I G. I. (2014). Antara Eling dan Ragu: Analisis Psikologi Sastra Novel Dewi Kawi. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud, 7(1), 1-7.
Ihsan, N. L. (2018). “Upacara Kematian dalam Tradisi Suku Toraja dalam Novel Puya ke Puya Karya Faisal Odang: Kajian Sosiologi Sastra. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud. 22(1), 121-126.
Kartono, K. (2009). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Mandar Maju, Bandung.
Kiaonarni, O. W., Rusmiati, A., Muafiro, A., & Christiany, I. (2013).
Penyimpangan Perilaku Seksual Komunitas Waria. Jurnal
Keperawatan, 6(1), 6-9.
Lado, S. F., Zaki A. F., & Yuliani R. (2016). Analisis Struktur dan Nilai-Nilai Moral yang
Terkandung dalam Cerpen Ten Made Todoke Karya Yoshida Genjiro. Japanese
Literature, 2(2), 1-10.
Lambanaung, W. (2015). Gangguan Seksual Tokoh-tokoh Utama Dalam Novel Fifty Shades of Grey Karya E. L James. Jurnal Elektronik Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi, 4(2).
Limbong, J. L. (2016). Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Kota Palopo. Jurnal Onoma: Pendidikan,
Bahasa, dan Sastra, 2(1), 12-26.
Ngalong, V. P. (2016). Penyimpangan Perilaku Tokoh Utama dalam Novel The Sweet Sins karya Ranggawirianto Putra Kajian
Psikologi Sastra. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud. 14(2), 87-92.
Nurgiyantoro, B. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nurgiyantoro, B. (2012). Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Putri, N. P. Y. U. (2016). Analisis Psikologi Sastra Novel
Gelombang Lautan Jiwa karya Anta Samsara. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud. 15(2), 180-186.
Rangkuti, R., dan Yusuf R. (2012). Homoseksual dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum. 46(1), 191212.
Saidah, E. M. (2016). Penyimpangan Perilaku Seksual (Menelaah Maraknya Fenomena LGBT di Indonesia). Al-Ishlah: Jurnal
Pendidikan, 8(1), 56-68.
Salleh, N. M., Rahman, K. A. A., Haridi, N. H. M., Misran, N., Rashed, Z. N., & Zaim, N. H. (2020). Risiko Gangguan Seksual di dalam Rumah kepada Remaja. al-Irsyad: Journal of Islamic and Contemporary Issues, 5(1), 302310.
Sapdiani, R., Maesaroh, I., Pirmansyah, P., & Firmansyah, D. (2018).
Analisis Struktural dan Nilai Moral dalam Cerpen “Kembang Gunung Kapur” Karya Hasta Indriyana. Parole (Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia), 1(2), 101-114.
Sari, Nurmalia. (2017). “Kekerasan Perempuan dalam Novel Bak Rambut Dibelah Tujuh Karya Muhammad Makhdlori”. Jurnal
Literasi, SMP Muhammadiyah Penengahan. 1(2), 41-48.
Sukmayanti, N. N. E. (2014). Cerpen Tusing Ulian I Sepi, Bli Kadek, dan Cucu dalam Pupulan Cerpen Bli Kadek : Analisis Psikologi Sastra. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud. 6(3), 1-7.
Sumardjo, J., & Saini K.M. (1997).
Apresiasi Kesusastraan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suryadi, R., & Agus N. (2017). Nilai Pendidikan dalam Antologi Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 6(3), 314-322.
Yulianti, E. 2018. “Kepercayaan Tradisional Masyarakat Jawa dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono: Kajian Sosiologi Sastra”. Jurnal Humanis,
Fakultas Ilmu Budaya Unud. 22(3), 579-584.
Discussion and feedback