1

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG

Ni Ketut Ayu Ratmika

Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana

Abstract

Research on code mixing and code switching over the Bali language in dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung in general aims to analyze and solve problems on sociolinguistics aspects that are considered to be a confusion in the community. At the level of data preparation techniques used method listen completely to tap the bottom, followed by technique and method talk listen completely involved with interview. The level of analysis used data matching methods and matching ekstralingual intralingual contact technique is compared with the case of tree equalize. Presentation of the data analysis method used informally assisted with deductive and induktive techniques. Result obtained in this research kinds of code mixing is word, phrases, and clause. Kinds of code mixing pursuant to coming from absorption that is inner code mixing, outer code mixing, and hbryd code mixing. Kinds of code switching pursuant to switchover of its language that is inner code switching and outer code switching. Factor in the causes of the code mixing in dharma wacana grounded by three factors is namely speakers of factor, factor language media, and the prestige factor (authority). Factor over the cause of the code switching grounded by four factors is namely speaker participant factor, factor of language, situation factor, and factor topic.

Keywords: sociolinguistics, code, language

  • (1)    Latar Belakang

Bahasa sebagai media komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu masyarakat. Setiap bahasa akan mengalami periodisasi perkembangannya masing-masing yang nantinya akan menjadi bukti bahwa suatu bahasa dapat terus bertahan dan bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman atau bahkan mengalami kemunduran karena ditinggalkan oleh para penuturnya.

Masyarakat Bali di zaman modern ini sebagian besar merupakan penutur multilingual yaitu berkomunikasi menggunakan lebih dari satu bahasa atau beraneka

ragam bahasa. Masyarakat yang multilingual akan cenderung menggunakan bahasa yang praktis dan mudah dimengerti sehingga dalam pemakaiannya akan dapat menimbulkan gejala-gejala bahasa seperti campur kode dan alih kode. Peristiwa campur kode dan alih kode ini dapat dijumpai dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung yang saat ini sedang digemari dan terkenal di kalangan masyarakat Bali. Campur kode dan alih kode yang terjadi dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung menimbulkan kesimpangsiuran yang dianggap sebagai suatu kekeliruan dalam penggunaan bahasa Bali pada saat ini. Hal inilah yang menyebabkan penelitian ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.

  • (2)    Pokok Permasalahan

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut.

  • 1.2.1  Macam-macam campur kode dan alih kode apa sajakah yang terdapat dalam

dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung ?

  • 1.2.2  Bagaimanakah ciri-ciri campur kode dan alih kode yang terdapat dalam

dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung ?

  • 1.2.3  Apakah yang menyebabkan terjadinya campur kode dan alih kode dalam

dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung ?

  • (3)    Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan mengenai aspek sosiolinguistik yang terdapat dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung yang dianggap sebagai suatu kekeliruan oleh masyarakat. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan macam-macam campur kode dan alih kode, mendeskripsikan ciriciri campur kode dan alih kode, dan mengetahui faktor penyebab terjadinya campur

kode dan alih kode dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung. Manfaat penelitian ini yaitu secara teoretis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk perkembangan dan memberikan informasi yang berkenaan dengan studi sosiolingustik, serta dapat menjadi pembanding dalam penelitian-penelitian sosiolinguistik mengenai campur kode dan alih kode selanjutnya. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan dan memberikan kebenaran mengenai campur kode (code mixing) dan alih kode (code switching) yang terdapat dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung.

  • (4)    Metode Penelitian

Metode dan teknik penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan. Tahap penyediaan data digunakan metode simak dengan teknik dasar sadap yang kemudian dilanjutkan dengan teknik simak libat cakap dan metode wawancara dengan teknik pancing. Tahap analisis data digunakan metode padan intralingual dan padan ekstralingual dengan teknik hubung-banding menyamakan hal pokok. Penyajian hasil analisis data digunakan metode informal dibantu dengan teknik deduktif dan induktif.

  • (5)    Hasil Penelitian

Setelah melakukan penganalisisan terhadap permasalahan mengenai campur kode dan alih kode yang terjadi dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung maka didapatkan jawaban atas permasalahan tersebut yang akan disajikan sebagai berikut.

  • 5.1    Campur Kode dan Alih Kode dalam Dharma Wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung

Macam-macam campur kode dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung dapat dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan tata tingkat perangkat kebahasaanya dan berdasarkan asal bahasa serapannya. Berdasarkan tata tingkat perangkat kebahasaanya dapat digolongkan ke dalam tiga bagian yaitu campur kode pada tataran kata, frase, dan klausa. Pada tataran kata didapatkan penyisipan dalam bentuk kata dasar, kata berafiks, kata berulang, kata majemuk, dan abreviasi. Pada tataran frase didapatkan penyisipan frase endosentrik atributif, endosentrik koordinatif, endosentrik apositif, dan frase eksosentrik direktif. Berdasarkan asal serapannya dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dengan penyisipan unsur bahasa Jawa Kuna dan bahasa Indonesia. Campur kode ke luar (outer code mixing) dengan penyisipan unsur bahasa Inggris, dan bahasa Sanskerta. Campur kode campuran (hbryd code mixing) dengan penyisipan unsur bahasa Arab dan bahasa Indonesia, bahasa Latin dan bahasa Indonesia. Macam-macam alih kode dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung dilihat dari peralihan bahasanya dibagi menjadi dua yaitu alih kode ke dalam (inner code switching) dengan pengalihan bahasa dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia, dan pengalihan bahasa Bali ke bahasa Jawa Kuna yang masih dalam satu rumpun bahasa yaitu rumpun Austronesia. Alih kode ke luar (outer code switching) dengan pengalihan dari bahasa Bali ke bahasa Sanskerta yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Indo Eropa.

Ciri campur kode dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung yaitu (1) peristiwa campur kode tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan, melainkan lebih tergantung kepada pembicaranya (fungsi bahasa). Fungsi-fungsi bahasa tersebut yakni fungsi personal, fungsi direktif, fungsi fatik, fungsi referensial, dan fungsi metalingual. (2) Kesantaian dan kebiasaan penutur memakai lebih dari satu bahasa dalam berkomunikasi sehingga memberikan peluang unsur-unsur dari bahasa lain menyisip ke dalam bahasa Bali. (3) Campur kode yaitu tataran paling

rendah berwujud kata, frase dan paling tinggi berwujud klausa. (4) Unsur-unsur bahasa yang menyisip ke dalam bahasa Bali yaitu bahasa Inggris, bahasa Jawa Kuna, bahasa Sanskerta, bahasa Indonesia, bahasa Latin, dan bahasa Arab, yang tidak lagi mendukung fungsi bahasanya secara mandiri tetapi sudah menyatu dengan bahasa yang disisipi yaitu mendukung fungsi bahasa Bali. Alih kode yang terjadi dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung mempunyai ciri yaitu (1) alih kode terjadi karena adanya kontak bahasa dengan motif penutur mempunyai sikap kurang setia (loyalty) terhadap bahasa Bali sehingga dengan mudah mengalihkan pembicaraannya dari bahasa Bali ke Bahasa Indonesia. (2) Alih kode terjadi karena para penutur bahasa dalam dharma wacana merupakan orang-orang yang multilingual. (3) Alih kode dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung berwujud dalam tataran kalimat yang akan mendukung fungsi bahasanya sendiri sesuai dengan konteks yang dipendamnya. (4) Fungsi tiap-tiap bahasa disesuaikan dengan situasi yang terkait dengan perubahan isi pembicaraan dalam hal ini penutur (narasumber) beralih kode karena ingin menyampaikan beberapa kutipan dalam lontar yang berbahasa Jawa Kuna sehingga menuntut untuk beralih bahasa.

  • 5.2    Faktor Penyebab Campur Kode dan Alih Kode dalam Dharma Wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung

Faktor-faktor penyebab campur kode yang terjadi dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung yaitu, (1) Faktor penutur yang multilingual dan karena sikap kurang setia (loyalty) terhadap bahasa Bali. (2) Faktor kebahasaan yaitu disebabkan karena adanya istilah-istilah asing (seperti dalam bidang teknologi) yang memang tidak mungkin diganti menggunakan bahasa Bali. (3) Faktor prestise (wibawa) di sini penutur ingin menunjukkan gengsi atau prestise (wibawa) sebagai seorang pembicara serta menunjukkan intelektual. Faktor-faktor penyebab alih kode yaitu, (1) faktor peserta pembicara dalam dharma wacana merupakan orang-orang bilingual dalam hal ini adalah narasumber. (2) Faktor bahasa yaitu ketidakmungkinan bahasa tersebut untuk dirubah ke bahasa Bali seperti alih kode yang berbahasa Sanskerta. (3) Faktor situasi untuk melucu supaya dapat menciptakan

suasana yang menarik dan tidak kaku sehingga dengan sengaja mengalihkan pembicaraan. (4) Faktor pokok pembicaraan yang pada awalnya membicarakan upacara dewa yadnya kemudian beralih membicarakan upacara potong gigi sehingga menuntut terjadinya pengalihan bahasa.

  • (6)    Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa di dalam dharma wacana Ida Pedanda Gede Made Gunung telah terjadi peristiwa campur kode dan alih kode. Peristiwa campur kode berdasarkan macamnya dapat dibagi menjadi dua yaitu, (1) berdasarkan perangkat tingkat kebahasaan berwujud kata, frase dan klausa. (2) Berdasarkan asal serapannya diklasifikasikan menjadi campur kode ke dalam, campur kode ke luar, dan campur kode campuran. Alih kode berdasarkan pengalihan bahasanya dapat dibagi menjadi dua yaitu alih kode ke dalam dan alih kode ke luar. Ciri-ciri campur kode yaitu tidak dituntut oleh situasi, karena kesantaian dan kebiasaan, campur kode berwujud kata, frase, klausa, dan unsure yang menyisip akan mendukung fungsi bahasa yang disisipi. Ciri Alih kode yaitu karena adanya kontak bahasa, penutur yang multilingual, berwujud kalimat yang mendukung fungsinya masing-masing, dan fungsi tiap bahasa disesuaikan dengan situasi. Penyebab terjadinya campur kode dilatarbelakangi oleh tiga faktor yaitu faktor penutur, kebahasaan, dan prestise (wibawa). Penyebab terjadinya alih kode dilatarbelakangi oleh empat faktor yaitu faktor peserta pembicara, bahasa, situasi, dan pokok pembicaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Jendra, Wayan. 1991. Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nababan, PWJ. 1991. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.