1

DAMPAK NEGATIF INVASI MILITER JEPANG PADA ZAMAN

SHOUWA DALAM MANGA MADOMOWAZERU BATAFURAI

KARYA OGURA AKANE

Ida Ayu Dwi Udiyani

Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Udayana

Abstract

History are often used as setting in literature work like comics, one of them is Madomowazeru Batafurai. The comic reflected the negative impact of Japanese invasion on the Shouwa era againts Japanese society. By using the theory of postcolonialism, the comic is analyzed from the point of view of history to see the Shouwa era’s history reflection and the negative impact of Japanese invasion. According to the result of the analysis the Shouwa era’s history reflection in the comic are the negative impact of Japanese invasion which reflected in Madomowazeru Batafurai comic are great hunger in Japan, coup in the capital, China-Japan War, Pacific War, and Sea Battle Philippine. The social impact of Japanese invasion are sending Japanese young men to the war battlefield, limited goods and the lack of foods, decreasing of jobs, the peoples are lost their homes, and many victims. The psychology impact of Japanese invasion are worries the family of the young men at war, sadness the family left war, depressed Japanese young men, and deep sorrow for the death of the family in the war.

Keywords : Shouwa era, Japanese invasion, negative impact.

  • 1.    Pendahuluan

Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan negara barat. Pembaharuan tersebut dimulai dari pengembalian sistem pemerintahan kepada Tenno (Kaisar), yang pada periode sebelumnya dipegang oleh Shougun dengan sistem pemerintahan yang disebut dengan bakufu. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengembangan politik dan ekonomi, serta menerapkan kebijakan Fukokukyouhei (negara kaya, militer kuat) dengan membeli berbagai mesin dan teknologi canggih dari negara Amerika dan Eropa (Toyota&Abe, 1988:46-51). Periode tersebut merupakan titik tolak bagi Jepang untuk memperlihatkan kekuatan militer mereka yang baru dengan cara mengadakan invasi militer ke negara-negara lain (Pratiwi, 2012). Setelah berhasil menduduki pangkalan Jerman yang ada di Cina pada Perang Dunia I (1914), Jepang semakin gencar melakukan invasi militer ke

berbagai wilayah, sehingga menimbulkan peperangan yang berlangsung cukup lama.

Dampak-dampak akibat perang tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, tetapi juga menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Jepang sendiri. Walaupun Jepang berada di pihak yang menyerang, dampak penjajahan juga dirasakan oleh negara Jepang itu sendiri. Invasi militer yang dilakukan oleh Jepang juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Jepang. Salah satu karya sastra yang memperlihatkan dampak invasi militer Jepang terhadap masyarakat Jepang adalah manga Madomowazeru Batafurai. Manga ini menceritakan tentang percintaan antara seorang geisha dengan seorang pelukis tato. Selain berlatarkan sejarah zaman Shouwa, manga ini juga menggambarkan reaksi dari masyarakat Jepang akibat invasi militer Jepang yang terjadi pada zaman Shouwa. Penelitian ini menggunakan manga Madomowazeru Batafurai yang berjumlah dua jilid sebagai sumber data.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimanakah refleksi sejarah zaman Shouwa yang terdapat dalam manga Madomowazeru Batafurai karya Ogura Akane?

  • 2.    Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari invasi militer Jepang yang terjadi pada zaman Shouwa terhadap masyarakat Jepang dalam manga Madomowazeru Batafurai karya Ogura Akane?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya manga. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui refleksi sejarah zaman Shouwa dan dampak yang ditimbulkan oleh invasi militer Jepang yang terjadi pada zaman Shouwa terhadap masyarakat Jepang dalam manga Madomowazeru Batafurai karya Ogura Akane.

  • 4.    Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan historis dalam menganalisis data. Pendekatan historis merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan relevansi karya sastra sebagai dokumen sosial. Hakikat karya sastra adalah imajinasi tetapi imajinasi memiliki konteks sosial dan sejarah (Ratna, 2009:66). Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan teknik pengumpulan data, yaitu dengan metode studi pustaka serta teknik catat, metode dan teknik analisis data, yaitu dengan metode formal serta metode deskriptif analisis, dan metode dan teknik penyajian hasil analisis data, yaitu dengan metode informal.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori postkolonial dari Frantz Fanon (1960) (dalam Ratna, 2008:84) yang menganalisis mengenai dampak sosiologis dan psikologis yang ditimbulkan oleh kolonialisme Jepang dalam bentuk invasi militer Jepang. Teori postkolonialisme akan didukung dengan teori dekonstruksi dari Jacques Derrida (1976) (Ratna, 2009:222-224). Teori ini akan mendukung teori postkolonial yang tidak hanya memandang Jepang dalam posisi penjajah yang mendapatkan keuntungan dari invasi militernya, tetapi juga membongkar dampak negatif yang dialami oleh masyarakat Jepang sendiri akibat pelaksanaan invasi militer tersebut. Selain teori dekonstruksi, teori semiotika dari Marcel Danesi akan digunakan juga sebagai teori pendukung untuk membantu menganalisis tanda-tanda yang terdapat dalam manga.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Zaman Shouwa dimulai sejak diangkatnya Hirohito, yang merupakan cucu dari Kaisar Meiji, menjadi Kaisar pada tahun 1926. Berakhirnya zaman Shouwa ditandai dengan wafatnya Hirohito pada bulan Januari 1989. Refleksi sejarah zaman Shouwa yang terdapat dalam manga Madomowazeru Batafurai adalah kelaparan besar di Jepang (Shouwa Daikikin) (1931), kudeta di ibukota kekaisaran (1932-1936), perang Cina-Jepang (Nicchuu Sensou) (1937-1945), Perang Pasifik (Taiheiyou Sensou) (1941-1945), Pertempuran Laut Filipina (1944), dan Perang Okinawa (Okinawasen) (1945). Selama masa kepemimpinan Kaisar Hirohito, perluasan wilayah dengan mengadakan invasi militer ke berbagai negara semakin

gencar dilakukan. Invasi militer tersebut mengakibatkan pecahnya berbagai perang. Perang-perang tersebut terjadi karena Jepang ingin memperluas wilayah jajahannya, sehingga Jepang disebut sebagai negara penjajah. Penjajahan Jepang tersebut menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Jepang sendiri. Dampak negatif invasi militer Jepang terhadap masyarakat Jepang tersebut adalah:

  • 5.1    Dampak Sosiologis

    1.    Pengiriman Pemuda Jepang ke Medan Perang

Pada tahun 1873, Jepang mengeluarkan peraturan wajib militer (chouheirei) bagi anak laki-laki yang berumur 17 tahun keatas. Peraturan wajib militer (chouheirei) tersebut terus dilaksanakan hingga tahun 1945.

  • (1)    喋々     :[… 中国との戦争は泥沼化し、巷では戦争に送り

出される人が年々増えてきました]

(マドモワゼルバタフライ 2, 2006:78)

Chou-Chou    : [chuugoku to no sensou wa doronumakashi, chimata

de wa sensou ni okuridasareta hito ga fuete kimashita] (Madomowazeru Batafurai 2, 2006:78)

Chou-Chou : [… perang Jepang dengan Cina semakin parah, makin banyak pemuda yang dikirim ke medan perang]

(Mademoiselle Butterfly 2, 2007:78)

Data nomor (1) memperlihatkan bahwa sejak pecahnya perang antara Jepang dengan Cina, semakin banyak pemuda yang dikirim ke medan perang. Setelah pecahnya Perang Cina-Jepang pada tahun 1937, pemerintahan Jepang terus mengirimkan tentara bantuan ke Cina karena semakin berkurangnya tentara Jepang di Cina. Selain itu, dalam upaya pelebaran kekuasaan, dibutuhkan banyak tentara untuk menyerbu wilayah-wilayah target invasi militer. Para pemuda yang akan ditarik ke medan perang akan mendapatkan surat pemberitahuan dari pemerintah yang menyatakan bahwa pemuda tersebut dipanggil untuk berperang sebagai kewajibannya membela negara. Peperangan yang terus menerus terjadi dan upaya negara Jepang untuk melebarkan kekuasaan dengan cara mengadakan invasi militer menyebabkan banyak pemuda Jepang dikirim untuk berperang.

  • 2.    Keterbatasan Jumlah Barang dan Kekurangan Bahan Makanan

Pada tahun 1934 terjadi gagal panen besar-besaran bersamaan dengan kepanikan kronis di bidang pertanian. Kemiskinan di daerah pertanian pun semakin parah (Akane, 2006:163). Pemerintah mencoba mengatasi krisis ekonomi ini dengan cara mengadakan ekspansi ke wilayah Cina dan membangun industri persenjataan yang cukup mempengaruhi perekonomian Jepang. Namun, perang yang terus berlanjut semakin menguras anggaran negara untuk dialirkan ke sektor militer. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan militer Jepang, karena pada masa kepemimpinan Kaisar Hirohito, militer merupakan sektor yang paling mendapatkan perhatian pemerintah.

  • (2)    喋々     :「私達の生活は大きく変えられてしまいました。

あらゆる物資が不足し食べ物は配給制になりまし たが

(マドモワゼルバタフライ 2, 2006:149)

Chou-Chou : [Watashitachi no seikatsu wa ookiku kaerarete shimaimashita. Arayuru busshi ga fusokushi, tabemono wa haikyuusei ni narimashita ga] (Madomowazeru Batafurai 2, 2006:149)

Chou-Chou : [Kehidupan kami berubah total. Jumlah barang sangat terbatas, distribusi makanan pun tersendat…]

(Mademoiselle Butterfly 2, 2007:149)

Data nomor (3) menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat Jepang yang berubah total, dari keterbatasan barang-barang hingga tersendatnya distribusi makanan. Hal tersebut disebabkan oleh perang yang terjadi antara Jepang dengan Amerika yang terjadi pada tahun 1941 yang lebih dikenal dengan sebutan Perang Pasifik (Taiheiyou Sensou). Anggaran pemerintah saat itu terpusat pada kebutuhan perang, sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi terbengkalai. Selain itu, berbagai larangan dan embargo dilayangkan Amerika Serikat terhadap Jepang untuk memperlemah kekuatan militer Jepang (Beasley, 2003:319). Perekonomian yang memburuk mengakibatkan masyarakat kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan. Distribusi makanan dari pemerintah terhadap rakyat kecil menjadi tersendat karena sebagian besar makanan dikirim untuk dijadikan perbekalan para tentara di medan perang. Selain itu, barang-barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun tersedia dalam jumlah terbatas.

Dalam manga Madomowazeru Batafurai terdapat lima dampak sosiologis invasi militer Jepang. Selain pengiriman pemuda Jepang ke medan perang dan keterbatasan jumlah barang serta kekurangan bahan makanan, dampak sosiologis invasi militer Jepang lainnya adalah berkurangnya lapangan pekerjaan, masyarakat kehilangan tempat tinggal, dan banyaknya korban jiwa.

  • 5.2    Dampak Psikologis

    1.    Kekhawatiran Keluarga terhadap Pemuda yang Berperang

Saat Chinatsu harus menjalani wajib militer, dengan terpaksa ia meninggalkan Chou-Chou yang sedang hamil demi membela negara di medan perang.

  • (3)    喋々    :千夏さん 大丈夫ですよね。ちゃんと無事に帰っ

てきてくれますよね

(マドモワゼルバタフライ 2, 2006:119)

Chou-Chou : Chinatsu-san … daijoubu desuyone. Chanto buji ni kaettekite kuremasuyone …

(Madomowazeru Batafurai 2, 2006:119)

Chou-Chou : Chinatsu-san … pasti baik-baik saja, kan? Pasti akan pulang dengan selamat, kan …?

(Mademoiselle Butterfly 2, 2007:119)

Data nomor (3) memperlihatkan bahwa Chou-Chou merasa khawatir terhadap keadaan Chinatsu di medan perang. Orang Jepang memiliki pemikiran bahwa mereka harus setia terhadap Kaisar maupun peraturan yang dibuat oleh Kaisar. Setia kepada Kaisar juga berarti mencintai tanah air mereka. Sebagai masyarakat Jepang mereka juga harus membela negara jika terjadi keadaan darurat seperti terjadinya perang ataupun datangnya serbuan musuh. Sebenarnya Chou-Chou mengetahui hal terburuk yang bisa terjadi pada Chinatsu di medan perang. Kematian sangat mungkin dihadapi tentara di medan perang, terlebih lagi jika tentara tersebut dikirim ke wilayah musuh. Walaupun begitu khawatir dengan nasib Chinatsu, Chou-Chou tetap berusaha meyakinkan diri bahwa Chinatsu akan kembali dari kewajibannya membela negara dalam keadaan selamat.

  • 2.    Kesedihan Keluarga yang Ditinggal Berperang

Setelah keberangkatan Chinatsu ke medan perang, Chou-Chou tinggal bersama ayah Chinatsu di rumah keluarga Fukuzawa. Chou-Chou selalu teringat kenangan manisnya bersama Chinatsu, sehingga membuatnya semakin mengkhawatirkan kondisi Chinatsu.

  • (4)    i^    : r0o⅛rrtkτ<Hfco fl⅛^^^⅞0o ®

い出すのは楽しい事ばかりなのに、思い出せば思 v⅛⅛mwτ'T...j

(マドモワゼルバタフライ2, 2006:127)

Chou-Chou : [Itsumo koko ni itekureta. Chinatsu-san ga inai.

Omoidasu nowa tanoshii koto bakari nanoni, omoidaseba omoidasu hodo samishii desu .]

(Madomowazeru Batafurai 2, 2006:127)

Chou-Chou : [Biasanya Chinatsu-san ada di sini, tapi sekarang dia tidak ada. Semua kenangan manis yang pernah kami buat, semakin diingat, membuatku semakin kesepian.]

(Mademoiselle Butterfly 2, 2007:127)

Data nomor (4) menunjukan perasaan Chou-Chou saat mengingat kenangan-kenangan manisnya bersama Chinatsu. Jika kenangan manisnya bersama Chinatsu semakin diingat, perasaan ingin kembali ke masa-masa indahnya tersebut semakin besar. Walaupun sangat ingin kembali pada masa tersebut, namun Chou-Chou tidak bisa kembali, ditambah lagi saat ini Chinatsu tidak ada bersamanya lagi. Kepergian Chinatsu ke medan perang tersebut membuat Chou-Chou merasa sedih dan kesepian. kesedihan dan rasa kesepian itu timbul karena Chinatsu sudah tidak ada lagi bersama Chou-Chou untuk menemaninya seperti yang selama ini mereka lakukan.

Selain kekhawatiran keluarga terhadap pemuda yang berperang dan kesedihan keluarga yang ditinggal berperang, dampak psikologis invasi militer Jepang lainnya adalah perasaan tertekan pemuda Jepang dan kesedihan mendalam karena kehilangan anggota keluarga dalam perang. Perasaan tertekan yang dialami oleh pemuda Jepang dipicu oleh adanya peraturan wajib militer untuk membela negara di medan perang. Dalam medan perang, kematian bakanlah sesuatu yang mustahil terjadi. Namun, perasaan kehilangan dan kesedihan tetap dirasakan oleh keluarga para pemuda yang gugur di medan perang.

  • 6.    Simpulan

Refleksi sejarah zaman Shouwa yang terdapat dalam manga Madomowazeru Batafurai adalah kelaparan besar di Jepang (Shouwa Daikikin), kudeta di ibukota kekaisaran, perang Cina-Jepang (Nicchuu Sensou), Perang Pasifik (Taiheiyou Sensou), Pertempuran Laut Filipina, dan Perang Okinawa (Okinawasen). Dampak sosiologis invasi militer Jepang terhadap masyarakat Jepang yang terdapat dalam manga Madomowazeru Batafurai adalah pengiriman pemuda Jepang ke medan perang, keterbatasan jumlah barang dan kekurangan bahan makanan, berkurangnya lapangan pekerjaan, masyarakatt kehilangan tempat tinggal, dan banyaknya korban jiwa. Dampak psikologisnya adalah kekhawatiran keluarga terhadap pemuda yang berperang, kesedihan keluarga yang ditinggal berperang, perasaan tertekan pemuda Jepang dan kesedihan mendalam karena kehilangan anggota keluarga dalam perang.

Daftar Pustaka

Akane, Ogura. 2005. Madomowazeru Batafurai 1. Tokyo: Hakusensha, Inc.

Akane, Ogura. 2006. Madomowazeru Batafurai 2. Tokyo: Hakusensha, Inc.

Akane,  Ogura.  2006.  Mademoiselle  Butterfly 1. Diterjemahkan dari

Madomowazeru Batafurai oleh Olce Balukh. Jakarta: PT. Gramedia.

Akane,  Ogura.  2007.  Mademoiselle  Butterfly 2. Diterjemahkan dari

Madomowazeru Batafurai oleh Lidwina Leung. Jakarta: PT. Gramedia.

Beasley,  W.G.  2003.  Pengalaman  Jepang: Sejarah Singkat Jepang.

Diterjemahkan dari The Japanese Experience: A Short History of Japan oleh Masri Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pratiwi, Hidayati Dwi Kusuma. 2012. Dinamika Politik Internal, Ekonomi, dan Politik Luar Negeri Jepang. Diakses dari website http://hidayati-d-k-fisip10.web.unair.ac.id/artikeldetail-46150-MBP-Asia-Timur-Dinamika-Politik-Internal,-Ekonomi-dan-Politik-Luar-Negeri-Jepang.html pada tanggal 20 Februari 2013.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Postkolonialisme Indonesia Relevansi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Toyota, Toyoko dan Abe Yuko. 1988. Nihon Jijou Shiirizu: Nihon no Rekishi. Tokyo: The Society for Japanese as A Foreign Language.