1

DISKRIMINASI GENDER YANG DIALAMI TOKOH TAKAKO OTOMICHI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI

Tiari Christin Medah

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Udayana

Abstract

Gender differences have spawned various gender discrimination for both men and particularly to women. Women discrimination can be caused by the view of people who think of women as second class citizens whose existence was not consider so that indirectly have a negative impact on women. Those viewpoints can be derived from a patriarchal culture, a culture which states that men can completely control women. It also occurs in Japanese society, one of which is reflected through the novel Kogoeru Kiba by Asa Nonami. Forms of gender discrimination were experienced by female characters in the novel Kogoeru Kiba, namely Takako Otomichi, among other stereotype, subordination, and psychological violence. Manifestation feminism as an attempt to overcome gender discrimination performed by Takako Otomichi seen from the position in Japanese society, purpose of life, and Takako Otomichi’s attitude.

Keywords: Gender, Discrimination, Feminism

  • 1.    Latar Belakang

Sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia (Semi, 1993:1). Salah satu bentuk permasalahan tersebut adalah diskriminasi gender yang sering menimpa kaum perempuan. Diskriminasi terhadap kaum perempuan tidak hanya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam karya sastra pun banyak digambarkan tentang kehidupan kaum perempuan yang berperan sebagai penderita (Endraswara, 2008 114). Salah satu karya sastra yang menggambarkan hal tersebut adalah novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami. Novel Kogoeru Kiba mengangkat masalah diskriminasi terhadap kaum perempuan sekaligus memberi solusi terhadap perempuan untuk lepas dari kekuasaan laki-laki. Penelitian ini menggunakan teori kritik sastra feminis ideologis untuk membahas diskriminasi gender pada tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami. Pada dasarnya, kritik sastra feminis ideologis merupakan cara menafsirkan suatu teks yang dapat

memperkaya wawasan para pembaca perempuan dan membebaskan cara berpikir perempuan (Djajanegara, 2003:28).

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimanakah diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami?

  • 2.    Bagaimanakah upaya untuk mengatasi diskriminasi gender yang dilakukan oleh tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan dan apresiasi terhadap karya sastra, khususnya karya sastra Jepang. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Untuk mendeskripsikan diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami.

  • 2.    Untuk mendeskripsikan upaya dalam mengatasi diskriminasi gender yang dilakukan oleh tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami.

  • 4.    Metode Penelitian

    4.1   Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu penelitian yang secara khusus meneliti teks baik lama maupun modern (Ratna, 2009:39). Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik catat.

  • 4.2    Metode dan Teknik Penganalisisan Data

Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode deskriptif analisis, yaitu analisis teks dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis (Ratna, 2009:53). Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik intertekstual (Culler dalam Sangidu, 2005:23-24).

  • 4.3    Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dilakukan setelah data selesai dianalisis. Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode informal, yaitu penyajian hasil analisis dengan kata-kata, bukan dalam bentuk angka-angka, bagan, atau statistik (Ratna, 2009:50). Teknik penyajian hasil analisis dilakukan dengan cara menarasikan serta menguraikan fakta-fakta dari penganalisisan data yang telah dilakukan sebelumnya.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Novel Kogoeru Kiba menceritakan tentang kehidupan seorang detektif polisi wanita bernama Takako Otomichi yang bekerja di Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo sebagai anggota daisankidōsōsatai (unit investigasi bergerak ketiga). Takako Otomichi merupakan seorang perempuan yang berjuang untuk tetap eksis dalam masyarakat yang didominasi oleh kaum laki-laki walaupun ia selalu dipandang sebelah mata oleh rekan sekerjanya hanya karena ia adalah seorang perempuan.

  • 5.1    Diskriminasi Gender yang Dialami Tokoh Takako Otomichi dalam

    Novel Kogoeru Kiba KaryaAsa Nonami

Sebenarnya perbedaan gender (gender differences) tidak akan menjadi masalah selama tidak memunculkan diskriminasi gender. Akan tetapi, dalam kenyataannya perbedaan gender telah melahirkan berbagai diskriminasi gender baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan. Untuk memahami persoalan yang muncul sebagai akibat adanya perbedaan gender dapat dilihat dari manifestasinya, yaitu 1) stereotip; 2) subordinasi; 3) marginalisasi; 4)

beban ganda; dan 5) kekerasan (Narwoko dan Suyanto, 2004:321-326). Diskriminasi gender yang dialami tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami adalah dalam bentuk 1) stereotip, yaitu pelabelan terhadap pihak tertentu yang selalu berakibat merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan; 2) subordinasi, yaitu anggapan dalam masyarakat yang menyatakan bahwa perempuan itu emosional, irasional dalam berpikir, perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin atau pengambil keputusan maka akibatnya perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis (second person); dan 3) kekerasan psikologis (Narwoko dan Suyanto, 2004:321-322).

Bentuk stereotip yang dialami oleh Takako Otomichi adalah bahwa perempuan memiliki kodrat hanya untuk melakukan pekerjaan domestik, yaitu menjadi seorang istri dan seorang ibu. Di dalam masyarakat Jepang pada tahun 1898 pemerintah Meiji menetapkan Undang-Undang Dasar Meiji yang di dalam salah satu pasalnya mengemukakan bahwa etika konfusianisme dijadikan sebagai ideologi pegangan bagi bangsa Jepang. Hal ini berarti mengembalikan tradisi lama yang membedakan wilayah publik dan domestik. Wilayah publik dianggap sebagai wilayah laki-laki, yakni pergi ke luar mencari makan untuk keluarganya sedangkan wilayah domestik merupakan wilayah perempuan sehingga perempuan harus berkonsentrasi di dalam rumah tangga (Hosokawa, 1995:154-155). Takako Otomichi merupakan seorang perempuan yang memiliki pekerjaan di wilayah publik sebagai detektif polisi. Hal tersebut menimbulkan anggapan bahwa Takako Otomichi melalaikan tanggung jawab dan kodratnya sebagai perempuan yang seharusnya hanya mengurusi wilayah domestik, yaitu menjadi seorang istri dan ibu yang baik.

Pandangan gender ternyata tidak saja berakibat terjadinya pelabelan negatif (stereotip), akan tetapi juga mengakibatkan terjadinya subordinasi terhadap kaum perempuan. Bentuk subordinasi yang dialami Takako Otomichi, yaitu dihalangi-halangi dalam pencapaian karirnya. Kaum laki-laki rekan kerja Takako Otomichi tidak segan-segan untuk menghalangi kemajuan karirnya dengan tidak menganggap keberadaannya. Mereka tidak ingin melihat diri Takako Otomichi berkembang. Kaum laki-laki tersebut tidak ingin Takako memegang

jabatan yang sama atau lebih tinggi daripada mereka karena apabila Takako Otomichi mampu menyaingi laki-laki rekan sekerjanya, hal itu merupakan hinaan bagi mereka.

Selain dari lingkungannya bekerja, Takako Otomichi juga tak luput dari kekerasan psikologis dalam bentuk perselingkuhan saat ia masih menjalani kehidupan berumah tangga dulu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

  • (1)    第一、夫は、貴子が思っていたような男ではなかったかも知れない ともで思った―― 何しろ、あんな女と寝たいと思うような男じゃ ないの――(凍える牙、 1996:149)

Dai ichi, otto wa, Takako ga omotte ita you na otoko de wa nakatta kamo shirenai tomo de omotta―― nani shiro, anna onna to netai to omou youna otoko janai no ―― (Kogoeru Kiba, 1996:149).

‘Pertama, suaminya telah menunjukkan karakter yang sesungguhnya, setelah semua, tidur dengan perempuan seperti itu, ia bukan laki-laki seperti yang dipikirkan Takako.’

Kutipan dari novel Kogoeru Kiba ini merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh Takako Otomichi yang dilakukan oleh mantan suaminya. Kekerasan psikologis memang tidak menimbulkan bekas pada bagian tubuh, seperti kekerasan fisik, namun kekerasan psikologis dapat meruntuhkan harga diri bahkan memicu dendam. Kekerasan psikologis justru lebih sulit diatasi daripada kekerasan fisik. Dampak yang ditimbulkan dari perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan suaminya adalah membuat Takako Otomichi memendam rasa kesepian dan dendam dalam dirinya.

  • 5.2 Upaya Untuk Mengatasi Diskriminasi Gender yang Dilakukan Oleh

Tokoh Takako Otomichi dalam Novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami

Dalam mengkaji analisis perwujudan feminisme sebagai upaya untuk mengatasi diskriminasi gender yang dilakukan tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba, akan dilihat dari 1) kedudukan tokoh; 2) tujuan hidup tokoh; dan 3) sikap tokoh (Djajanegara, 2003:51-54). Berikut ini akan dibahas upaya untuk mengatasi diskriminasi gender yang dilakukan oleh tokoh Takako Otomichi

dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami. Pada novel Kogoeru Kiba tokoh Takako Otomichi digambarkan memiliki kedudukan sebagai detektif polisi.

Menurut data National Police Agency (NPA) jumlah perempuan yang berprofesi sebagai polisi wanita di Jepang pada tahun 2010 sebanyak 14.870 orang atau hanya 5,8 persen dari total polisi Jepang keseluruhan (Taro, 2011). Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa Takako Otomichi tidak seperti kebanyakan perempuan yang memilih untuk tidak bekerja sebagai seorang detektif polisi. Hal itu merupakan salah satu perwujudan feminisme dari Takako Otomichi yang ingin mensejajarkan dirinya dengan kaum laki-laki melalui pekerjaan sebagai detektif polisi wanita. Oleh karena itu, ia tidak ingin berdiam diri di rumah dan hanya melakukan tugas domestik.

Perwujudan feminisme sebagai upaya untuk mengatasi diskriminasi gender yang dilakukan Takako Otomichi juga tercermin melalui tujuan hidup Takako Otomichi, yaitu menjadi perempuan yang mandiri. Salah satu cara Takako Otomichi untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan cara menjadi seorang polisi. Hal tersebut merupakan perwujudan feminisme dalam diri Takako Otomichi serta menunjukkan kemandirian dan ketidaktergantungan Takako Otomichi kepada orang tuanya secara finansial. Selain itu, upaya untuk mengatasi diskriminasi gender dapat dilihat melalui sikap tokoh Takako Otomichi, yang ditunjukkan melalui kutipan sebagai berikut:

  • (2)    貴子は、小さくため息をつくと、出来るだけ愛想の良い笑みを浮か べて男の胸元に手をおき、そっと顔を近付けながら「それなら、そ れでいいけど」と囁いた。嬉しそうに何か言おうとした男の顔を見 つめながら、胸元においた手で、ぐっと襟を摑み、間髪を入れず相 手の喉仏のあたりまでその手を引き上げて、更に捻ると、男の喉か らぐう、という声がもれた。貴子は、男の喉仏に握り拳を押し付け ながら、今度は正面から男を見据えた。あまりに近い距離で、焦点 が絞れないくらいだ。(凍える牙、1996:151)

Takako wa, chiisaku tame iki o tsuku to, dekiru dake aiso no yoi emi o ukabete otoko no munamoto ni te o oki, sotto kao o chikadzukenagara “sorenara, sorede ii kedo” to sasayaita. Ureshisou ni nani ka iou to shita otoko no kao o mitsumenagara, munamoto ni oita te de, gutto eri o tsukami, kanpatsu o irezu aite no nodobotoke no atari made sono te o hikiagete, sara ni nejiru to, otoko no nodo kara gū, to iu koe ga moreta Takako wa, otoko no nodobotoke ni nigirikobushi o oshitsukenagara,

kondo wa shōmen kara otoko o misueta. Amari ni chikai kyori de, shōten ga shiborenai kurai da (Kogoeru Kiba, 1996:151).

‘Takako mendesah, dengan senyumnya yang melucuti dan menempatkan satu tangannya di dada laki-laki itu. Ia mengangkat wajahnya dan berbisik, “Baiklah, kalau begitu.” Kemudian saat laki-laki itu melemah, ia menyambar kerah mantelnya, kemudian dengan cekatan mencolokkan tangannya di jakun laki-laki itu, ia meremasnya sampai laki-laki itu menggelegak. Takako menatapnya lurus-lurus di mata, wajah mereka begitu dekat sampai sulit rasanya untuk melihat dengan jelas.’

Kaum perempuan memiliki lekuk tubuh yang indah. Oleh karena itu, perempuan dianggap sebagai godaan bagi laki-laki dan selalu menjadi korban pelecehan. Akan tetapi, kebanyakan perempuan tidak melakukan apa-apa untuk menghadapi stereotip dan pelecehan seperti itu. Tidak seperti halnya yang dilakukan Takako Otomichi yang tidak ingin dilecehkan dan selalu menjadi korban yang dianggap suka menggoda dan mudah untuk dirayu. Terlihat dari sikap berani Takako yang diperlihatkan melalui kutipan (2) di atas.

  • 6. Simpulan

Novel Kogoeru Kiba menceritakan tentang seorang perempuan yang bernama Takako Otomichi yang mengalami diskriminasi gender dalam hidupnya. Takako Otomichi merupakan tokoh utama dalam novel Kogoeru Kiba, digambarkan sebagai perempuan yang cerdas, mandiri, dan berani memperjuangkan hak-haknya tidak dengan amarah, namun dengan kemampuan yang dimilikinya. Bentuk-bentuk diskriminasi gender yang diterima Takako Otomichi, antara lain dalam bentuk stereotip, subordinasi, dan kekerasan psikologis. Perwujudan feminisme sebagai upaya untuk mengatasi diskriminasi gender yang dilakukan oleh Takako Otomichi terlihat dari kedudukan atau status sosial Takako Otomichi dalam masyarakat Jepang yang digambarkan dalam novel Kogoeru Kiba, antara lain berkedudukan sebagai detektif polisi. Selain dilihat melalui kedudukan dalam masyarakat, perwujudan feminisme dapat dilihat juga melalui tujuan hidup Takako Otomichi yang ingin menjadi perempuan yang mandiri. Sikap Takako Otomichi dalam mengatasi diskriminasi gender terlihat dari usaha Takako Otomichi menghapus stereotip dengan berbagai cara, yaitu Takako Otomichi berupaya menjadi perempuan yang berani, kuat, dan tegar.

Daftar Pustaka

Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.

Hosokawa, Hideo. 1995. Nihonjin no Kekkonkan dalam Nihonjijo Hando Bukku dengan editor Osamu Mizutani dan Mizue Sasaki Hoka Tokyo: Taishuukan Shoten.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto (ed.). 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana.

Nonami, Asa. 1996. Kogoeru Kiba. Japan: Shinchousa.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sangidu. 2005. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta.

Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Taro, Ueno. 2011. Kepolisian Jepang Rekrut Lebih Banyak Polwan Sampai 2021. dalam http://www.halojepang.com/read/2013/04/29.