1

ANALISIS ASPEK MORAL DALAM NOVEL INCEST

KARYA I WAYAN ARTIKA

I Komang Harry Trisna Lesmana

Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud

Abstract

This article analyzed the moral aspect in a novel entitled Incest written by I Wayan Artika in which it is literal sociology study. The problems analyzed in this study included how the moral of the characters in society and the influence of the characters towards the community in the novel. The background of analyzing this novel was due to the existence of societal aspect in the novel and to elaborate how the novel itself and also how the writer describe the traditional values which are related to ‘kembar buncing’ in a modern life. The result from the analysis showed that Incest is an illustration of human’s way of thinking which still focusing on the old tradition and showed the effect of things done in community. The methodology used in this article, firstly, was done by obtaining data using reading technique, listen and take note towards the resources. And then followed by describing the facts found in the field and analyzed it deeper. The discussion part talked about the good characters of Geo dan Bulan who wanted to built up the village to recover. Differ from the manners of the grandfather from Nyoman Sika who showed bad manner, for example, stealing things from the Temple which caused the grandchildren from that old man was born ‘kembar buncing’.

Keywords: moral positive and negative, consequence from attitude, novel Incest.

  • 1.    Latar Belakang

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan lain tentang nilai-nilai kebenaran dan dalam hal itu yang ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2009:321). Semi (1984:49) menyatakan karya sastra dianggap sebagai medium yang paling efektif membina moral dan kepribadian dalam suatu kelompok masyarakat. Moral dalam karya sastra dipandang sebagai amanat dan pesan. Bahkan, unsur amanat itu sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra itu sebagai pendukung pesan.

Beberapa pendapat tentang moral disimpulkan bahwa moral merupakan hasil perilaku setiap tindakan manusia berdasarkan norma-norma etik yang baik dan luhur dalam lingkungan masyarakat. Hal ini berarti moral mempermasalahkan sifat yang baik dalam perilaku manusia sebagai hasil tindakannya, akan tetapi, dalam kehidupan manusia sifat baik dan buruk sulit dipisahkan, untuk mengetahui sifat baik harus mempelajari sifat buruk, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian moral merupakan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan.

Novel Incest dipilih sebagai objek analisis karena beberapa pertimbangan. Pertama, karena ceritanya mengungkapkan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kedua, novel ini masih menjungjung nilai tradisi yang berkaitan dengan kembar buncing dalam kehidupan modern. Ketiga, novel ini menarik karena novel Incest belum pernah diteliti dalam bentuk artikel, khususnya pada analisis aspek moral.

Novel Incest menceritakan nasib bayi kembar buncing, kembar laki-laki dan perempuan yang harus menjalani beberapa sanksi dari adat seperti pengasingan di Langking Langkau (gubuk yang terbuat dari bambu), melaksanakan upacara Malik Sumpah atau upacara pembersihan desa, hingga pemisahkan kedua bayi tersebut dan pada akhirnya mereka dinikahkan oleh adat, prosesi tersebut dilakukan karena kelahiran kembar buncing dianggap membawa aib bagi masyarakat setempat. Dalam novel ini pengarang begitu detail menggambarkan masalah percintaan, tingkah laku tokoh dalam berinteraksi dengan lingkungannya, dendam, atau tentang mereka yang berwatak munafik sehingga menunjukkan moral tidak baik yang dapat merugikan masyarakat desa setempat dan tokoh yang memiliki moral baik yang berniat membangun desa dari keterpurukan. Berdasarkan pemaparan di atas maka dipilihlah aspek moral dalam novel Incest karya I Wayan Artika sebagai topik dalam artikel ini. Jadi artikel ini dilatarbelakangi oleh tingkah laku tokoh-tokoh yang terjadi dalam masyarakat yang bersifat mempertahankan adat dan tokoh yang bersifat terbuka akan perubahan pada adat seperti yang terlihat pada tokoh Geo dan Bulan dalam novel Incest karya I Wayan Artika.

I Wayan Artika adalah seorang sastrawan berasal dari Bali. Sebagai seorang sastrawan, dia cukup banyak menulis karya sastra berupa cerpen dan novel. Karyanya antara lain: cerpen Perempuan Senja (2004), cerpen Operasi Cesar (2002), cerpen Ngaben (2002), dan novel Rumah Kepompong yang bertemakan kisah cinta yang terlarang. Di antara karya sastranya, novel Incest yang paling menjadi perhatian. Lewat novel Incest yang bertemakan kembar buncing ini I Wayan Artika harus diadili oleh adat setempat, karena tulisannya yang dianggap menceritakan aib desanya kepada masyarakat dan Artika harus membayarnya dengan dikeluarkan untuk sementara dari desa tersebut.

Aspek moral yang terkandung dalam novel Incest mengutamakan tingkah laku, sikap hidup manusia yang berinteraksi dengan lingkungan serta melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Membicarakan tentang moralitas tentu saja tidak lepas dari mentalitas manusia dalam bentuk sebagai isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan. Berdasarkan tinjauan dari website www.google.com novel Incest pernah diteliti oleh Niti Handayani Hasan dengan judul “Novel Incest karya I Wayan Artika: Tinjauan Antropologi Sastra” dan novel ini juga dibicarakan oleh Jiwa Atmaja pada bab 3 dalam buku Bias Gender Perkawinan Terlarang pada Masyarakat Bali yang membahas tentang perkawinan sedarah yang terdapat dalam novel ini. Penelitian yang dilakukan Nita Handayani lebih mendeskripsikan relasi logis yang terjadi pada antarunit naratif dalam novel Incest mengenai perkawinan sedarah dan pergeseran pekerjaan dari petani menjadi buruh pabrik, serta perjuangan seorang petani organik yang tetap mempertahankan profesinya sebagai petani, sedangkan artikel ini lebih memfokuskan pada aspek moral tokoh yang terdapat dalam novel Incest.

  • 2.    Pokok Permasalahan dan Tujuan Penelitian

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah aspek sosiologi sastra yang berfokus pada analisis moral dalam novel Incest karya I Wayan Artika. Tujuan dari artikel ini untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra yang diciptakan pengarang dan menambah khazanah penelitian sastra,

khususnya sastra Indonesia. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku tokoh yang terdapat dalam novel Incest karya I Wayan Artika.

  • 3.    Teori dan Metode Penelitian

Teori yang digunakan dalam menganalisis novel ini adalah sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Dalam artikel ini digunakan teori Wellek dan Warren (1989:111) yaitu, sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan tentang suatu karya sastra yang menjadi pokok telaah adalah apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan yang hendak disampaikan.

Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2009:321) menyatakan moral dalam cerita sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun dalam pergaulan. Ia bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.

Secara umum moral mengarah pada (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban akhlak, budi pekerti, susila (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008:929)

Metode dan teknik dalam pengerjaan artikel ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu: metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam tahapan pengumpulan data adalah studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan data yang diperoleh melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan (Ratna, 2010:196). Setelah data diperoleh, dilakukan teknik lanjutan yaitu teknik membaca, simak, dan catat. Langkah selanjutnya dalam menganalisis data digunakan

Metode deskriptif analisis, yaitu analisis teks untuk mengetahui strukturnya kemudian digunakan untuk memahami lebih lanjut gejala-gejala sosial.

  • 4.    Analisis Aspek Moral Novel Incest Karya I Wayan Artika

Membicarakan tentang moralitas tentu saja tidak akan lepas dari mentalitas manusia dalam bertindak sebagai ekspresi dan improvisasi dari hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan. Untuk menggambarkan pesan moral tokoh dalam novel Incest, akan dipaparkan berdasarkan sikap dan tingkah laku tokoh itu sendiri.

Moral yang ditunjukkan oleh tokoh utama ketika Geo Antara memberikan pendidikan gratis kepada masyarakat desa. Hal mulia tersebut dilakukan Geo untuk dapat menunjang ekonomi desanya yang dianggap pada saat itu masih tertinggal dengan desa yang berada di daerah tersebut. Semua hal yang dilakukan Geo semata-mata hanya untuk desanya dan kemajuan pemikiran masyarakat desanya. Sikap baik Geo disambut dan diterima baik oleh masyarakat Jelungkap. Berikut Kutipannya.

Bekal intelektualitas seorang pemuda menjelang 25 tahun ini, tampaknya membuat mereka diam sejenak. Ada sejumlah kerja kecil yang dilakoni Geo bersama anak-anak desa yang sedang tumbuh. Dengan iklas rumahnya dijadikan tempat berkumpul dan belajar. Meski geo bukan guru namun persoalan-persoalan di perbincangkan dan dianalisis (hlm. 35).

Kutipan di atas menjelaskan perilaku yang baik terdapat pada diri Geo Antara, selaku pemuda desa yang baru menyelesaikan pendidikan kuliahnya diluar daerah, dengan iklas Geo membagi ilmunya kepada pemuda Jelungkap. Hal itu semata-mata dilakukan untuk memajukan desa tempat kelahirannya. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Jelungkap dilakukan dengan iklas tanpa mengharapkan imbalan, bahkah rumahnyapun rela dijadikan tempat berkumpul dan berdiskusi bagi masyarakat desa Jelungkap. Selain Geo Antara, pengarang juga menampikan perilaku baik dari saudara kembar dari Geo Antara yang bernama Gek Bulan. Dengan tekad yang nyaris serupa dengan Geo Antara yang berniat mengembangkan desanya, bekal yang diperoleh dari kuliahnya disalurkan ke masyarakat dengan membuat pertanian

organik yaitu konsep baru yang tidak menggunakan pupuk kimia dalam mengolah lahan pertanian dan dengan idenya ini pertanian yang terdapat dalam desa Jelungkap diharapkan menjadi alami dan tidak tersentuh bahan kimia lainnya yang sedikit demi sedikit dapat menghancurkan lahan pertanian di Desa Jelungkap. Berikut adalah kutipannya.

Kini di Jelungkap, perhatian mereka lebih banyak pada persoalan-persoalan desa ini. Bulan berencana akan mengerjakan pertanian organik dan untuk hal ini dia akan belajar pada Komang Wiarsa. “aku ingin mencoba dan bukan dimaksud sebagai cara untuk menghasilkan produk-produk pertanian organik. Tetapi lebih kepada memancing desa dan reaksi pendidikan hidup yang lestari tanpa mengunakan bahan kimia” katanya kepada Geo (hlm. 162).

Berdasarkan penjelasan di atas, Gek Bulan memiliki moral dan karakter yang baik, karena diusianya yang masih muda, ia memiliki rasa perduli terhadap orang dan lingkungan disekitarnya. Disamping itu dia juga sangat peduli kepada sistem pertanian di desanya dan memiliki semangat untuk mendorong terjadinya perubahan menuju tahap yang lebih baik.

Perilaku dan moral yang kurang baik terlihat pada kakek dari Nyoman Sika selaku ayah dari kembar buncing tersebut. Dalam novel Incest dikisahkan kakek melakukan pencongkelan sepasang batu permata yang terdapat di Pura Dalem setempat. Berikut kutipannya.

“Ya, kamu ingat dulu? Di Pura Dalem, ada sepasang batu paras. Entah karena apa pada suatu malam kakeknya datang ke Pura Desa. Sepasang permata mulia pada kedua patung itu dicongkelnya dengan pahat.” (hlm. 54).

Perbuatan yang dilakukan kakek tergolong tindakan yang kurang baik dan dapat dikatakan sang kakek melakukan pencurian. Menurut penduduk desa setempat, perbuatan yang dilakukannya mengakibatkan cucu dari kakek tersebut terlahir kembar buncing dan bagi masyarakat desa Jelungkap kelahiran kembar buncing merupakan aib bagi desa. Beberapa prosesi upacara harus dilakukannya untuk menetralisir aib yang di bawa kembar buncing tersebut. Perilaku yang kurang baik juga terdapat pada beberapa masyarakat desa Jelungkap. Digambarkan ketika

Nyoman Sika berada di dalam pengasingan yang disebut Langking Langkau, masyarakat desa yang melewati gubuk pengasingan itu seolah-olah tidak mau tau tentang apa yang dialami keluarga Nyoman Sika yang tepat berada di dalamnya. Berikut kutipannya.

Senja akan datang beberapa saat lagi. Orang-orang mulai melintas di Langking Langkau. Semuanya merunduk, seperti tidak pernah tahu apa yang terjadi. Dengan hal itu, mereka yang lewat, yang datang dari kebun dan pulang kerumah masing-masing melewati Langking Langkau, dapat menikmati kepura-puraan (hlm. 62).

Kutipan di atas menggambarkan perilaku yang tidak baik ditunjukkan pada beberapa warga Desa Jelungkap. Mereka hanya cuek dan tidak bertegur sapa ketika hendak melewati Gubuk Langking Langkau tersebut. Hal ini semata-mata pemikiran masyarakat Jelungkap yang beranggapan Nyoman Sika dan keluarganya telah membawa aib bagi desa.

  • 5.    Simpulan

Aspek moral tersirat dalam pembahasan mengutamakan tingkah laku, sikap hidup manusia yang berinteraksi dengan lingkungan serta melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Dari pembahasan di atas terlihat moral yang baik dan moral yang kurang baik ditunjukan dalam masing-masing tokoh novel Incest. Ketika melakukan perbuatan yang baik maka akan mendapatkan hasil yang baik, dan jika menunjukkan perbuatan yang kurang baik, maka akan mendapatkan hasil yang tidak baik, seperti yang terjadi dalam keluarga Nyoman Sika dalam novel Incest.

  • 6.    Daftar Pustaka

Artika, I Wayan. 2008. Incest. Buana Ilmu Popular.

Atmaja, Jiwa. 2008. Bias Gender Perkawinan Terlarang Pada Masyarakat Bali.

Denpasar: Udayana

Nurgiantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Ratna, Kutha. 2010. Metodelogi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Atar.1984. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan oleh Melane Budianta. Jakarta: PT Gramedia.