HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Vol 25.1 Februari 2021: 36-43

Khazanah Leksikon Tradisi Penangkapan Ikan Paus dalam Novel Suara Samudra Karya Maria Matildis Banda: Kajian Ekolinguistik

Ni Putu N. Widarsini

Universitas Udayana Denpasar, Bali, Indonesia Correspondence e-mail: n_widarsini@unud.ac.id

Info Artikel


Masuk:15 Desember 2020

Revisi:14 Januari 2021

Diterima: 29 Januari 2021

Keywords: lexicon, tradition,

Lamalera language, ecolinguistics


Kata kunci: leksikon, tradisi, bahasa Lamalera, ekolinguistik

Corresponding Author:

Ni Putu N. Widarsini emial:

n_widarsini@unud.ac.id

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.2

021.v25.i01.p05


Abstract

This paper aims to find and analyze the forms and categories lexicon of the whale chathing tradition in the Suara Samudra novel by Maria Matildis Banda. To realize this, the library method and scrutinize method were applied in the data collection assisted with notes technical. And then, the data analyzed with qualitative description method and ecolinguistics theory. Then, the result showed with informal and formal method. The result showed that forms and categories lexicon of the whale chathing tradition in the Suara Samudra novel by Maria Matildis Banda writed with lexicon of Lamalera language. That the lexicon consist (1) biotic lexicon, like koteklema ‘whale’, lamafa ‘stab fisherman of whale’, and matros ‘paddle fisherman of boat’; and (2) abiotic lexicon, like peledang ‘boat’, kerakki ‘special chair of stab fisherman of whale in the boat’, and blettu ‘traditional hat from palm leaves’. The form of lexicon consist (1) singular form, like buri ‘trumpet from skin of shell’ and kela ‘place of ball of twine yarn’; (2) complex form, like lama uri ‘special fisherman for drive boat’ and tena laja ‘sailing boat’. The cathegory of lexicon consist noun and noun phrase.

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk menemukan dan menganalisis bentuk-bentuk dan kategori khazanah leksikon tradisi penangkapan ikan paus dalam novel Suara Samudra karya Maria Matildis Banda. Untuk merealisasikannya, metode studi pustaka dan metode simak diterapkan dalam pengumpulan data dibantu dengan teknik catat. Selanjutnya, data dianalisis dengan metode deskriptif kualitataif dengan teori ekolinguistik. Hasil analisis kemudian disajikan dengan metode informal dan formal. Hasilnya menunjukkan bahwa khazanah leksikon tradisi penangkapan ikan paus pada novel Suara Samudra ditulis oleh Maria Matildis Banda dengan leksikon bahasa Lamalera. Khazanah leksikon itu terdiri atas (1) khazanah leksikon biotik, seperti koteklema ‘ikan paus’, lamafa ‘nelayan penikam ikan paus’ , dan matros ‘nelayan pendayung perahu’; dan (2) khazanah leksikon abiotik, seperti peledang ‘perahu’, kerakki ‘tempat duduk khusus penikam ikan paus di dalam perahu’, dan blettu ‘topi tradisional dari daun lontar’. Bentuk leksikonnya terdiri atas (1) bentuk tunggal, seperti buri ‘terompet dari kulit kerang’ dan kella ‘wadah pintalan benang’; dan (2) bentuk kompleks, seperti lama uri ‘nelayan khusus juru mudi’ dan tena

laja ‘perahu yang berlayar’. Kategori leksikonnya terdiri atas nomina dan frasa nomina.

PENDAHULUAN

Di dalam novel Suara Samudra terdapat unsur-unsur sosial, seperti tokoh, peristiwa, dan latar. Semua unsur itu diadopsi dari dunia nyata. Ratna (2010) telah menyatakan bahwa tidak ada novel yang diciptakan semata-mata melalui imajinasi. Melalui Suara Samudra (SS), Maria Matildis Banda (MMB) memperkenalkan khazanah kebudayaan daerah Lembata yang dihuni oleh masyarakat Lamalera yang menggunakan bahasa Lamalera untuk berkomunikasi. MMB menuliskan novelnya dalam bahasa Indonesia, tetapi di dalamnya ada leksikon bahasa Lamalera dalam hal tradisi penangkapan ikan paus.

Tradisi penangkapan ikan paus ini merupakan kearifan lokal masyarakat Lamalera yang dikemukakan oleh MMB melalui karya sastra warna lokal (meminjam istilah Ratna, 2005 dan 2011). Dikatakan karya sastra warna lokal karena dalam novel SS dilukiskan kejadian/peristiwa di wilayah masyarakat Lamalera melalui penggunaan kata-kata/kosakata bahasa daerah, yaitu bahasa Lamalera seperti telah dikemukakan oleh (Widarsini 2019).

Mbete (2009) mengungkapkan bahwa secara sosio-kultural, bahasa adalah komponen kebudayaan yang ada secara nyata dan secara langsung juga dapat membedakan antara komunitas etnik yang satu dengan yang lain. Sebagai realitas sosial, bahasa merupakan fenomena yang dipakai masyarakat penuturnya untuk berinteraksi dalam konteks situasi dan kultural dalam suatu lingkungan. Dalam perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme yang hidup secara bersistem dalam suatu lingkungan.

Berpatokan pada pernyataan Mbete di atas, bahasa Lamalera itu hadir dan hidup bersama komunitas penuturnya di lingkungan sebuah wilayah tepi samudra yang bernama Pulau Lembata. Sebagai wilayah tepi samudra, penghidupan masyarakatnya adalah sebagai nelayan. Sebagai nelayan, ada sesuatu yang khas dilakukan nelayan Lamalera itu dalam hal tradisi penangkapan ikan paus. Kekhasannya ada dalam novel SS karya MMB. Hal itu sangat menarik dan layak untuk dibahas dalam rangka penggalian dan pengungkapan kekayaan etnik Lamalera yang merupakan bagian budaya bangsa Indonesia. Lukisan alam masyarakat Lamalera ada dari awal sampai akhir sebagai latar dalam novel SS karya MMB. Kata-kata yang digunakan disusun untuk mendeskripsikan suasana lingkungan sebagai suatu keadaan dengan bahasa Indonesia dan bahasa Lamalera. Hidup masyarakat Lamalera yang tergambar dalam novel SS berhubungan erat dengan lingkungannya sebagai wilayah tepi samudra. Itu adalah sebuah gambaran ekologis masyarakat Lamalera. Perlu dilakukan upaya pelestarian dan pendokumentasian bahasa yang merupakan komponen kebudayaan mereka. Itulah sebabnya tulisan ini dibuat sehingga menjadi awal pengungkapan ekologis yang ada. Alasan lainnya adalah karena belum ada peneliti lain yang membahasa novel SS dengan teori ekolinguistik. Berdasarkan penelusuran di jurnal, ada beberapa artikel terkait yang menggunakan kajian ekolinguistik. Berikut ini adalah beberapa artikel yang terkait itu. 1) Rajistha (2016) menulis artikel berjudul Beblabadan Bahasa Bali dalam Perspektif Ekolinguistik di Jurnal Ilmu Bahasa. 2) Almos dkk. (2018)

menulis artikel berjudul Ecology of Flora and Fauna in Maninjau Lake di Jurnal Arbitrer. 3) Kurniawan dkk. (2019) menulis artikel berjudul Kearifan Ekologis dalam Leksikon Bahasa Rimba di Hutan Bukit Duabelas Jambi: Kajian Ekolinguistik di Jurnal Ilmu Budaya.

Masalah yang dibahas adalah sebagai berikut: Khazanah leksikon apa sajakah yang ada pada tradisi penangkapan ikan paus dalam novel SS?, Apa sajakah bentuk dan kategori leksikonnya?.

Tujuan yang ingin dicapai adalah sesuai dengan masalah yang dibahas. Dengan demikian, ada dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu menemukan dan menganalisis (1) khazanah leksikon tradisi penangkapan ikan paus dalam novel SS dan (2) bentuk-bentuk dan kategori leksikonnya dari sudut pandang ekolinguistik.

METODE DAN TEORI

Secara metodologis ada beberapa tahapan yang dilakukan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan itu adalah sebagai berikut. Pertama, pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan metode simak dibantu dengan teknik catat. Studi pustaka dilakukan pada catatan kaki novel SS untuk menemukan arti leksikon data tradisi penangkapan ikan paus dalam bahasa Indonesia. Penyimakan dilakukan pada novel SS yang merupakan sumber data. Penyimakan dilakukan dengan cara membacanya, memilahnya, dan memasukkannya ke dalam kartu data. Kedua, kartu-kartu data/korpus data dianalisis dengan metode deskriptif analitik kualitatif. Akhirnya, hasil analisis disajikan dengan metode formal dan informal Sudaryanto (1993).

Ekolinguistik merupakan istilah lain dari ekologi bahasa. Kridalaksana (1982) menyatakan bahwa ekologi bahasa itu adalah penyelidikan mengenai interaksi antara bahasa dan lingkungannya. Mbete

(2013) mengungkapkan bahwa parameter ekolinguistik bertolak dari parameter ekologi dan parameter linguistik. Parameter ekologi terdiri atas lingkungan (environment), keberagaman (diversity), dan kesalingterhubungan (interrelation), interaksi (interaction), dan kesalingtergantungan (interdependence). Isi lingkungan itu mencakupi segalanya, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata, yang hidup (biotik) maupun yang tidak hidup (abiotik). Konsep inilah yang diterapkan di sini dalam pembahasan kategori ekologi. Selanjutnya, parameter linguistik itu dijelaskan mencakupi satuan-satuan bentuk dan makna linguial. Bentuk-bentuk dan kategori khazanah leksikon yang dibahasa di sini menggunakan konsep Ramlan (1979) yang menyatakan bahwa bentuk linguistik itu ada yang berbentuk tunggal dan ada yang berbentuk kompleks. Untuk kategori leksikonnya digunakan konsep Verhaar (2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suasana dan lukisan alam serta tradisi penangkapan ikan paus masyarakat nelayan Lamalera dalam novel SS karya MMB yang berbahasa Indonesia ditemukan ditulis dengan katakata bahasa Lamalera dari bagian awal sampai akhir. Itu adalah sebuah gambaran ekologis masyarakat nelayan Lamalera. Hidup dan kehidupan mereka yang tergambar dalam novel SS berhubungan erat dengan lingkungan mereka sebagai sebuah wilayah tepi samudra. Revitalisasi bahasa daerah dalam novel SS ini ke depan sangat bermanfaat untuk perkembangan sastra dan bahasa Lamalera.

Masyarakat nelayan Lamalera dalam novel SS ini ditemukan memiliki khazanah leksikon dalam hal tradisi penangkapan ikan paus. Khazanah leksikon tradisi penangkapan ikan paus

yang ditemukan itu diidentifikasi dan diklasifikasikan seperti di bawah ini.

  • a.    Khazanah Leksikon Biotik

Khazanah leksikon biotik yang ditemukan meliputi fauna/hewan dan manusia. Khazanah leksikon biotik itu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Khazanah Leksikon Biotik Fauna/Hewan

No.

Bahasa

Lamalera

Bahasa Indonesia

Bentuk

Linguistik

Kategori

Linguistik

1

koteklema (SS8)

ikan paus jenis sperm

bentuk tunggal

nomina

2

kea (SS175)

paus lain yang mendekat pada paus yang ditikam

bentuk tunggal

nomina

3

seguni (SS163)

nama lokal ikan paus selain koteklema

bentuk tunggal

nomina

4

temu (SS172)

ikan paus jenis dolphin

bentuk tunggal

nomina

5

temu bela

ikan paus jenis pilot whale

bentuk

nomina

(SS173)

kompleks

Tabel 2. Khazanah Leksikon Biotik Manusia

No.

Bahasa

Bahasa Indonesia

Bentuk

Kategori

Lamalera

Linguistik

Linguistik

1

ata mola (SS68)

tukang buat perahu

bentuk kompleks

frasa nomina

2

breung alep

nelayan pendamping

bentuk

frasa nomina

(SS9)

lamafa

kompleks

3

lama uri (SS9)

nelayan juru mudi

bentuk kompleks

frasa nomina

4

lamafa (SS9)

nelayan penikam ikan paus

bentuk tunggal

nomina

5

matros (SS9)

nelayan pendayung

bentuk tunggal

nomina

6

pneta alep

perempuan pencari nafkah

bentuk

frasa nomina

(SS132)

melalui barter ikan

kompleks

7

pnete (SS156)

sama dengan pneta alep

bentuk tunggal

nomina

  • b.    Khazanah Leksikon Abiotik

Khazanah leksikon abiotik yang ditemukan meliputi (1) jenis-jenis dan bagian perahu, (2) bahan pembuatan perahu, (3) peralatan dalam perahu, (4)

ritual dan tradisi, serta (5) tempat dan tempat menaruh perahu. Semua leksikon abiotik itu disajikan dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 3. Khazanah Leksikon Abiotik Jenis-Jenis dan Bagian-Bagian Perahu

No.

Bahasa

Lamalera

Bahasa Indonesia

Bentuk Linguistik

Kategori Linguistik

1

peledang (SS4)

perahu tradisional Lamalera yang terbuat dari kayu yang biasa digunakan untuk berburu ikan paus

bentuk tunggal

nomina

2

tena (SS97)

perahu yang berlayar mencari nafkah

bentuk tunggal

nomina

3

tena laja (SS97)

perahu yang berlayar

bentuk kompleks

frasa nomina

4

hamma lolo (SS9)

bagian haluan perahu tempat lamafa berdiri mengambil ancang-ancang untuk menikam ikan paus

bentuk kompleks

frasa nomina

5

kerakki (SS163)

tempat duduk khusus penikam ikan paus di dalam perahu sebelum atau sedudah beraksi sebagai lamafa

bentuk tunggal

nomina

6

tale leo (SS68)

tali khusus penghubung tempuling dengan lambung perahu

bentuk kompleks

frasa nomina

Tabel 4. Khazanah Leksikon Abiotik Bahan Pembuatan Perahu

No.

Bahasa

Lamalera

Bahasa Indonesia

Bentuk Linguistik

Kategori Linguistik

1

ara blikeng (SS73)

papan pertama pada bagian dasar peledang

bentuk kompleks

frasa nomina

2

ara knatti (SS73)

papan kedua

bentuk kompleks

frasa nomina

3

ara tukka (SS73)

papan ketiga

bentuk kompleks

frasa nomina

4

nullu futtu (SS73)

papan keempat

bentuk kompleks

frasa nomina

5

ara bela (SS73)

papan kelima

bentuk kompleks

frasa nomina

6

neffi (SS73)

papan keenam

bentuk tunggal

nomina

7

tenefa fa (SS74)

persambungan papan ke bagian haluan

bentuk kompleks

frasa nomina

8

tenefa uring (SS74)

persambungan papan ke bagian buritan

bentuk kompleks

frasa nomina

9

nullu (SS76)

balok lengkung untuk membuat pembagian ruangan dalam peledang

bentuk tunggal

nomina

Tabel 5. Khazanah Leksikon Abiotik Peralatan dalam Perahu

No.

Bahasa

Lamalera

Bahasa Indonesia

Bentuk

Linguistik

Kategori

Linguistik

1

flake (SS163)

galah bambu untuk alat penikam ikan

bentuk tunggal

nomina

2

kaffe numung

tempuling bermata tajam

bentuk

frasa nomina

(SS68)

berbentuk tanda centang untuk menikam ikan

kompleks

3

buri (SS224)

terompet dari kulit kerang yang dapat dibunyikan ketika ada masalah dalam melaut

bentuk tunggal

nomina

4

blettu (SS197)

topi tradisional dari daun lontar yang berfungsi untuk menghindari panas terik dan memberi tanda dalam melaut

bentuk tunggal

nomina

5

duri (SS226)

pisau yang berujung lancip yang digunakan sebagai salah satu alat penikam ikan

bentuk tunggal

nomina

6

kella (SS139)

wadah pintalan benang yang terbuat dari kulit labu hitam

bentuk tunggal

nomina

7

mora (SS263)

gulungan benang bahan tale leo

bentuk tunggal

nomina

8

keduke lelu

benang hasil pintalan yang

bentuk

nomina

(SS150)

terbuat dari serat kulit daun waru atau daun gebang

kompleks

Tabel 6. Khazanah Leksikon Abiotik Ritual dan Tradisi

No.

Bahasa

Bahasa Indonesia

Bentuk

Kategori

Lamalera

Linguistik

Linguistik

1

fekka meggu

upacara setelah pembuatan

bentuk

frasa

(SS92)

perahu selesai

kompleks

nomina

2

groi tena (SS95)

upacara pengujian kelayakan

bentuk

frasa

perahu

kompleks

nomina

3

pau laba ketilo

upacara semua peralatan

bentuk

frasa

(SS66)

selama pembuatan perahu

kompleks

nomina

4

sotta foi (SS94)

upacara pengarakan perahu

bentuk

frasa

ke laut

kompleks

nomina

5

faja koda kiri

tradisi penenggelaman batu

bentuk

frasa

(SS212)

yang diikat di ujung tali dalam perahu ketika ada bencana dalam melaut

kompleks

nomina

6    baleo (SS135)

teriakan khas untuk nelayan   bentuk tunggal   nomina

agar segera siap turun ke

laut

7    blaku (SS137)

pembagian daging ikan paus bentuk tunggal   nomina

untuk pendorong perahu ke

laut

8    fule (SS157)

barter ikan paus dengan      bentuk tunggal   nomina

hasil pertanian secara

kekeluargaan

Tabel 7. Khazanah Leksikon Abiotik Tempat dan Tempat Menaruh Perahu

No. Bahasa

Lamalera

Bahasa Indonesia            Bentuk          Kategori

Linguistik        Linguistik

1    naje (SS65)

pondok tempat menaruh     bentuk tunggal   nomina

perahu di pesisir pantai

Lamalera

2   Lamalera

(SS75)

pantai yang berarti ‘piring    bentuk tunggal   nomina

matahari’

3    Gripe (SS116)

jalan mendaki berupa tangga bentuk tunggal   nomina

alam yang menghubungkan

Lamalera A (Teti Levo) di

bagian atas dan Lamalera B

(Lali Fatan) di bagian bawah

yang kini sudah diubah

menjadi jalan

4    Lolalita (SS136)

tempat persiapan sebelum    bentuk tunggal   nomina

melaut yang ada di arena

pantai bagian barat

SIMPULAN                          dengan     lingkungannya     telah

Gambaran ekologis masyarakat mengkodekan satuan lingual leksikon nelayan Lamalera yang hidup di yang meliputi khazanah leksikon biotik

lingkungan   wilayah

tepi   samudra    dan abiotik.

ditemukan dalam novel SS karya MMB. Khazanah leksikon biotik yang Masyarakat nelayan Lamalera dengan ditemukan adalah khazanah leksikon tradisi penangkapan ikan pausnya fauna/hewan dan manusia yang merupakan latar novel SS itu. MMB dikodekan dalam bahasa lokal (Lamalera) merangkainya dengan bahasa Indonesia berbentuk tunggal dan kompleks. dan memasukkan diksi bahasa Lamalera Khazanah leksikon fauna/hewan itu sebagai kekuatan dalam novelnya. berkategori nomina, seperti koteklema Khazanah leksikon masyarakat nelayan ‘ikan paus’ dan seguni ‘nama lokal Lamalera yang berada di lingkungan Lamalera untuk ikan paus selain wilayah tepi samudra tersebut secara koteklema’. Khazanah leksikon manusia jelas berhubungan dengan lingkungan juga berkategori nomina, seperti lamafa wilayahnya. Interelasi, interaksi, dan ‘nelayan penikam ikan paus’ dan matros interdependensi masyarakat Lamalera ‘nelayan pendayung perahu’. Ada juga

yang berkategori frasa nomina, seperti ata mola ‘tukang buat perahu’.

Khazanah leksikon abiotik yang ditemukan sama halnya dengan khazanah leksikon biotik, yaitu berbentuk tunggal dan kompleks, berkategori nomina dan frasa nomina. Khazanah leksikon abiotik tersebut terdiri atas (1) jenis-jenis dan bagian-bagian perahu, (2) bahan pembuatan perahu, (3) peralatan dalam perahu, (4) ritual dan tradisi, serta (5) tempat dan tempat menaruh perahu.

Kehadiran khazanah leksikon bahasa Lamalera dalam novel SS karya MMB ini, khususnya tentang tradisi penangkapan ikan paus di Pantai Lamalera merupakan salah satu upaya untuk melestarikan bahasa Lamalera. Upaya itu penting dilakukan untuk memperkaya dan memperkuat potensi bangsa karena tradisi tersebut merupakan bagian budaya bangsa Indonesia. Itu juga akan bermanfaat untuk perkembangan sastra dan bahasa Lamalera karena dalam karya sastra novel SS ini ada revitalisasi bahasa daerah (Lamalera).

DAFTAR PUSTAKA

Almos dkk. (2018). Ecology of Flora and

Fauna in Maninjau Lake. Tersedia: arbitrer.fib.unand. ac,id. Diakses 2 Januari 2021.

Banda, Maria Matildis. (2017). Suara Samudra.     Yogyakarta:    PT

Kanisius.

Kridalaksana, Harimurti. (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Kurniawan, Muh Akbar dkk. (2019) Kearifan Ekologis dalam Leksikon Bahasa Rimba di Hutan Bukit Duabelas     Jambi:     Kajian

Ekolinguistik.             Tersedia:

jurnal.unhas.ac.id. Diakses 2 Januari 2021.

Mbete, Aron Meko. (2009). “Refleksi Ringan tentang Problematika Keetnikan dan Kebahasaan dalam Perspektif Ekolinguistik”. Makalah

Seminar Budaya Etnik III. Medan: USU.

Mbete, Aron Meko. (2013). Penuntun Singkat Penulisan Proposal Penelitian Ekolinguistik. Denpasar: Penerbit Vidia.

Rajistha, I G N A. (2016). Beblabadan Bahasa Bali dalam Perspektif Ekolinguistik.             Tersedia:

ejournal.warmadewa.ac.id. Diakses 2 Januari 2021.

Ramlan, M. (1979). Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. (2005). Sastra

dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Sastra dan Cultural Studies. Cetakan III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Antropologi Sastra Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik      Analisis      Bahasa.

Yogyakarta:    Duta    Wacana

University Press.

Verhaar, J.W.M. (2010). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Widarsini, Ni Putu N. (2019). Ramuan Leksikon Bahasa Lamalera dalam Novel Suara Samudra Karya Maria Matildis Banda dalam Prosiding Seminar Nasional Bahasa Ibu XI dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu I. Denpasar:   Udayana

University Press.

Widarsini, Ni Putu N. (2019). Keyakinan Melaut Masyarakat Lamalera dalam Novel Suara Samudra Karya Maria Matildis Banda dalam Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV. Denpasar: Udayana University Press.