HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Vol 25.1 Februari 2021: 1-7

Dekonstruksi dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi

Ahmad Marzuq, Zuriyati, Siti Gomo Attas

Universitas Negeri Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Correspondence e-mail: [email protected] , [email protected] , [email protected]

Info Artikel

Masuk:28 Oktober 2020

Revisi:22 Januari 2021

Diterima:26 Januari 2021

Keywords: deconstruction, descriptive, analysis novel


Kata kunci: dekonstruksi, deskriptif analisis, novel

Corresponding Author:

Ahmad Marzuq emal: [email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.2

021.v25.i01.p01


Abstract

This study aims to find other meanings for the novel Ranah 3 Warna. Researchers use deconstruction theory to uncover and see the other side of the character Alif who is described as a character who is persistent, tough and unyielding. This research uses literature study method to collect and provide data to be analyzed. The data source in this research is the text of the novel Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi, first printed in January 2011 by PT Gramedia Jakarta. The data was collected by using the method of reading repeatedly carefully against the manuscripts that were the object of the research. The data analysis used in this research is descriptive analysis technique by describing the data which is then followed by the analysis. Based on the text analysis and other meanings carried out on the novel Ranah 3 Warna, it is revealed the figures of people who have had a big influence in Alif's life. Among them, Kyai Rais, Ayah, Bang Togar and Randai. Other analysis results reveal that Alif is easily offended, is less grateful and forgets the services of his little friend Randai who has sacrificed a lot for his survival overseas. In addition, Alif also has a character that does not accept reality and is ambitious in achieving what he wants.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pemaknaan lain terhadap novel Ranah 3 Warna. Peneliti menggunakan teori dekonstruksi untuk membongkar dan melihat sisi lain dari tokoh Alif yang digambarkan sebagai karakter yang gigih, tangguh dan pantang menyerah. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka untuk mengumpulkan dan menyediakan data yang akan dianalisis. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi, cetakan pertama Januari 2011 oleh PT Gramedia Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode membaca berulang-ulang secara cermat terhadap naskah yang dijadikan objek penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif analisis dengan cara mendeskripsikan data-data yang kemudian disusul dengan analisis. Berdasarkan analisis teks dan pemaknaan lain yang dilakukan terhadap novel Ranah 3 Warna, terungkap sosok orang-orang yang berpengaruh besar dalam kehidupan Alif. Diantaranya, Kyai Rais, Ayah, Bang Togar dan

Randai. Hasil analisis lainnya mengungkapkan Alif sebagai seorang yang mudah tersinggung, kurang berterimakasih dan melupakan jasa sahabat kecilnya Randai yang telah banyak berkorban bagi kelangsungan hidupnya di rantauan. Selain itu, Alif juga memiliki karakter yang tidak terima kenyataan dan ambisius dalam menggapai apa yang diinginkannya.

PENDAHULUAN

Ilmu sastra menunjukkan keistimewaan, barangkali juga keanehan yang mungkin tidak dapat kita lihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lain, yaitu bahwa obyek utama penelitiannya tidak tentu, malahan tidak keruan. (Teeuw, 1984).

Karya sastra lahir karena adanya keinginan pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang memiliki ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa pengarang secara mendalam melalui proses imajinasi. (Aminuddin dalam Hasina Fajrin, n.d.)

Sebuah karya sastra diciptakan untuk dapat dibaca, dinikmati, dan dipahami sehingga bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra pengarang berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada pembaca.

Dalam pemaknaan sebuah karya juga sangat bervariasi. Ada makna yang memang dituntun oleh pengarang agar pembaca menyimpulkan sesuai dengan maksud pengarang, dan ada pula pengarang yang membebaskan pembacanya untuk menebak dan menafsirkan karyanya. (Sutisno, 2017)

Makna dominan di antara pembaca karya sastra selalu muncul, meski tidak ada jaminan seluruh pembaca sepakat

dengan makna tersebut. Makna dominan ini muncul akibat pengaruh pemikiran barat yang logosentris melalui oposisi biner, suatu konsep yang menyatakan bahwa satu hal lebih baik dari yang lainnya. Hal ini mendorong pembaca untuk mengikuti makna dominan tersebut dan tidak menilai karya sastra melalui perspektif yang berbeda.

Novel Ranah 3 Warna (R3W) karya (Fuadi, 2013) merupakan karya kedua dari trilogi, lanjutan dari “Negeri 5 Menara”. Dikisahkan, tokoh utama Alif Fikri merupakan sosok yang gigih dan pantang menyerah dalam menggapai cita-citanya, meski begitu banyak hambatan dan rintangan bahkan cercaan dari orangorang sekitarnya.

Cerita dimulai dari sepulangnya Alif dari Pondok Madani setelah menyelesaikan pendidikannya di sana. Hambatan pertamanya adalah ketika ia tidak memiliki ijazah SMA karena Pondok Madani memang tidak melaksanakan ujian nasional. Hal ini menghambat cita-citanya yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang perkuliahan.

Alif harus bekerja keras mengejar ketertinggalannya dalam pelajaran umum karena pendidikan di Pondok Madani lebih berfokus pada mata pelajaran keagamaan dan bahasa Arab. Hal ini ia lakukan agar dapat lulus ujian persamaan agar mendapatkan ijazah SMA dan mengikuti ujian seleksi masuk perguruan tinggi.

Keinginan Alif ini mendapat ejekan dan cemoohan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk sahabat kecilnya, Randai. Namun ayah dan amaknya terus

memotivasi Alif agar berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan impiannya.

Berkat kerja kerasnya Alif dapat melalui hambatan pertamanya dengan diterima di perguruan tinggi negeri, meski tidak di jurusan dan kampus yang ia impikan.

Terpaan cobaan terus datang menimpa Alif selama menjalani perantauannya di kota Bandung. Mulai dari masalah tempat tinggal, kesedihannya karena ditinggal oleh ayahnya yang meninggal dunia, dan keuangan yang mencapai titik terendah dalam hidupnya.

Namun perlahan Alif bangkit dengan belajar menulis di buletin kampus dan media massa lokal, dengan berguru pada Bang Togar, seniornya yang mengajarkan banyak dalam dunia tulisan dan juga kehidupan.

Alif mewujudkan impiannya menginjakkan kaki di benua Amerika berkat kegigihannya menembus seleksi program pertukaran pemuda Indonesia dan Kanada. Di Kanada, tepatnya Quebec, Alif mendapatkan pengalaman berharga dengan merasakan perbedaan budaya, makanan hingga sikap politik masyarakatnya. Juga dengan teman-temannya, baik dari Indonesia maupun Kanada yang tergabung dalam program tersebut.

Di Quebec, Alif merasakan kehangatan keluarga angkatnya, meski berbeda ras, agama dan budaya. Adalah Ferdinand dan Mado, sepasang suami istri yang menjadi orangtua angkatnya selama di Kanada. Serta Franc, pemuda Kanada yang menjadi homologue (teman serumah)-nya.

Sekilas tokoh utama Alif seperti manusia super yang dapat mengatasi segala permasalahan kehidupannya sendiri. Padahal banyak tokoh lain seperti Amak, Ayah, Kyai Rais, Randai, Bang Togar, Ferdinand dan Mado (orang tua angkat Alif di Kanada), Raisa dan lain-

lain yang turut serta membentuk karakter Alif hingga dewasa.

Penelitian terkait novel R3W telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Namun berdasarkan pencarian yang dilakukan peneliti, belum ada penelitian yang menggunakan metode dekonstruksi untuk melihat pembalikan oposisi biner yang ada di dalam novel tersebut.

Penelitian-penelitian lain cenderung fokus pada nilai-nilai pendidikan seperti yang dilakukan oleh Istariyah (2012), Hawa (2012) dan Wahyuningsih (2013). Sementara nilai-nilai karakter bangsa diungkapkan dalam penelitian Tansliova (2018), dan motivasi hidup dikaji oleh Harini (2013). Aspek kesantunan berbahasa dalam novel R3W dikaji oleh Mudassir dan Adriana (2020), alihkode dan campur kode oleh Ramadhan (2015) dan Izzati (2020). Sementara itu aspek nilai religius, kehidupan dan moral dikaji dalam penelitian yang ditulis oleh Setiawan & Setiadi (2020), dan Nuraini & Arifin (2020).

Pemaknaan melalui perspektif yang berbeda tersebut salah satunya menggunakan pendekatan dekonstruksi, yaitu pendekatan yang tidak mau menerima ide yang struktur berikan (Norris dalam Althalarik et al., 2020). Pendekatan ini merupakan alat analisis yang bertujuan untuk mengkaji tokoh melalui dua sisi.

Pemaknaan lain di luar makna dominan tersebut yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini. Penulis ingin memandang novel R3W ini dengan perspektif yang berbeda, agar dapat memunculkan objektifitas dalam pemaknaan novel ini.

METODE DAN TEORI

Metode dan teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data yang akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka

untuk mengumpulkan dan menyediakan data yang akan dianalisis. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi, cetakan pertama Januari 2011 oleh PT Gramedia Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode membaca berulang-ulang secara cermat terhadap naskah yang dijadikan objek penelitian. Metode pembacaan ini penting dilakukan untuk memahami isi dari novel, yang dipadukan dengan teknik pencatatan untuk menghindari terjadinya data yang terlupakan akibat keterbatasan ingatan yang dimiliki oleh peneliti.

Data yang digunakan dalam penelitian sastra dapat berupa unit-unit yang terdapat dalam sumber data yang berkait dengan kata, frasa, kalimat, bait, larik, paragraf, dan/atau metafor yang memiliki signifikansi dengan penelitian (Ahmadi, 2019). Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif analisis. Deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna dalam Setyawati, 2020)

Dekonstruksi dikenalkan oleh filusuf kontemporer Prancis, Jacques Derrida. Dalam bukunya, (Barker, 2004) menjabarkan definisi dekonstruksi sebagai membongkar, membatalkan, mencari dan menampilkan asumsi teks. Secara khusus, dekonstruksi melibatkan pembongkaran oposisi konseptual biner hierarkis seperti pria/wanita, hitam/putih, realitas/penampilan, alam/budaya, alasan/kegilaan, dan lain-lain.

Dekonstruksi pada hakikatnya merupakan suatu cara membaca sebuah teks yang menumbangkan anggapan (walaupun itu hanya secara implisit) bahwa sebuah teks memiliki landasan,

dalam sistem bahasa yang berlaku, untuk menegaskan struktur, keutuhan, dan makna yang telah menentu, (Nurgiyantoro dalam Alfianti & Taqwiem, 2020).

Tujuan dekonstruksi tidak hanya untuk membalik urutan biner tetapi untuk menunjukkan bagaimana mereka diimplikasikan. Dekonstruksi berusaha untuk mengekspos titik-titik buta teks, asumsi-asumsi yang tidak diakui.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Novel R3W berisi kegigihan perjuangan tokoh utama Alif dalam meraih cita-citanya selepas pendidikannya di Pondok Madani. 3 Warna ini digambarkan dalam 3 tempat Alif berpetualang, yakni Bandung, Yordania dan Quebec (Kanada).

Dalam perjuangannya tersebut, Alif berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain yang tentu memiliki karakter beragam. Kegigihan Alif sebagai tokoh utama dideskripsikan sebagai manusia yang luar biasa tangguh dan memiliki ketahanmalangan tinggi.

Namun ada beberapa bagian cerita dalam novel yang menceritakan interaksi Alif sebagai tokoh utama dengan tokoh-tokoh lain dan menunjukkan bahwa tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan besar dalam pembentukan karakter tokoh utama yang gigih dan pantang menyerah. Bahkan ada bagian-bagian yang mencerminkan sikap tokoh utama yang kurang baik terhadap tokoh lain.

Kyai Rais

Kyai Rais adalah tokoh dalam novel sebelumnya, yaitu Negeri 5 Menara. Beliau merupakan pimpinan Pondok Madani yang kharismatik. Dalam R3W Kyai Rais muncul melalui ingatan Alif akan kalimat-kalimat hikmahnya yang selalu terngiang dalam berbagai kondisi, yaitu:

No

Kalimat

Situasi

1

Jadilah seperti anjuran Nabi, khairunnas anfa’uhum linnas

Alif mengajar bahasa Arab di Masjid Salman, ITB

2

Selalu pilih teman dan lingkungan terbaik

Alif berguru menulis pada Bang Togar

3

I’timad ‘ala nafsi, bertumpu pada diri sendiri

Perjalanan bis kembali ke Bandung setelah kematian ayah Alif

4

Tidak berputus asa dalam menghadapi segala problematika kehidupan

Saat Alif terpuruk, keuangan yang sulit, sakit berminggu-minggu


Ayah

Ayah Alif merupakan sosok yang sabar dan selalu mendukung cita-cita anaknya. Saat Alif dicemooh oleh teman-temannya karena bercita-cita lulus Sipenmaru sementara ijazah SMA pun tidak punya, ayah menjadi sosok yang mendorong dan menguatkan Alif untuk belajar secara keras untuk menghadapi ujian SMA dan Sipenmaru. Bahkan ayah Alif tahu betul kondisi Alif yang sedang jenuh dan perlu sedikit hiburan dengan mengajaknya menonton pertandingan sepakbola Piala Eropa.

Bang Togar

Sosok penting dalam salah satu fase kehidupan Alif yaitu Bang Togar. Dia yang mengajarkan Alif tentang menulis di media. Dengan segala tempaan kerasnya-lah Alif mampu menjadi penulis yang andal di kemudian hari.

Dalam R3W Bang Togar dicitrakan sebagai sosok yang dingin, keras dan tidak mau berbagi ilmu. Tapi sikapnya itu beralasan, ia tidak mau orang yang belajar padanya memiliki mental tempe. Begitupun ia terapkan ketika Alif menyatakan ingin berguru menulis padanya.

Selain kemampuan menulis, Bang Togar juga mengajarkan pada Alif tentang konsep bersyukur akan nikmat yang diterima dan berbagi dengan orang yang tidak lebih beruntung. Ini tercermin dari situasi dimana Bang Togar mengajak Alif, yang sedang merasakan kebuntuan dalam menulis, pergi ke suatu kawasan

kumuh yang disebut Bang Togar sebagai “rumah sakit malas”.

Randai

Ia adalah sahabat kecil Alif. Dengannya Alif selalu berlomba dalam segala hal, memancing, prestasi belajar, hingga asmara. Randai memiliki kondisi yang lebih beruntung dari Alif. Dia adalah anak tunggal dari keluarga berada, yang selalu memenuhi segala kebutuhannya. Meski kadang sikapnya meremehkan kemampuan Alif, namun ia juga seorang kawan yang murah hati dan suka menolong.

Alif yang Mudah Tersinggung dan Egois

Ada satu bagian yang menunjukkan bahwa Alif sebagai orang yang mudah tersinggung. Ini terjadi ketika Alif meminjam komputer Randai di sela-sela tugas yang sedang dikerjakan Randai. Saat Randai istirahat, Alif meminjam komputer tersebut untuk menulis artikel dan terjadi masalah dengan komputer Randai. Sementara Randai sedang dikejar deadline tugas kuliahnya.

Selanjutnya terjadi pertengkaran antara kedua orang bersahabat itu. Meski dalam posisi yang salah, Alif tersinggung dengan perkataan Randai: “ini karena wa’ang pinjam lama-lama, mesin jadi panas dan tampaknya hard-disk jebol”. Saking tersinggungnya, Alif sampai memutuskan untuk kos di tempat lain dan meninggalkan sahabatnya yang sudah banyak berjasa padanya.

Menurut peneliti, sikap ini kurang baik. Alif dalam posisi yang salah dan melupakan semua jasa Randai terhadap dirinya. Saat Alif belum mendapatkan tempat kos, Randai-lah yang mengajaknya tinggal sementara di tempat kosnya. Saat Alif sakit lama, semua kebutuhan ekonominya ditanggulangi oleh Randai.

Selain mudah tersinggung, ternyata Alif juga seorang yang tidak terima dengan kenyataan dan ambisius. Ini tercermin saat menjalani program pertukaran pemuda di Quebec, Alif tidak terima ditempatkan bekerja di panti jompo. Alif ingin ditempatkan di bidang media seperti koran atau TV lokal. Segala upaya ia lakukan, mulai dari merayu kawan-kawannya agar bersedia bertukar tempat dengannya, sampai meminta pertimbangan untuk dipindahkan ke tempat bekerja yang sesuai dengan keinginannya.

Hal tersebut terlihat dari kalimat dialog Alif dengan Rusdi, salah seorang kawannya yang bernasib sama: “Rusdi, kayaknya kita harus bersyukur dengan apa yang kita terima sekarang” kataku sok bijak, mengumbar kata-kata penghibur. Hatiku berontak tidak sepakat dengan lidahku. Bagaimana bisa bersyukur dalam situasi tidak puas ini?”

Kalimat di atas menunjukkan Alif tidak terima dengan kenyataan dan tetap berambisi mendapatkan tempat kerja yang lebih sesuai dengan keinginannya. Meskipun sikap ini sangat mungkin dipengaruhi oleh karakternya yang gigih dan pantang menyerah, namun digunakan pada keadaan yang kurang tepat

SIMPULAN

Berdasarkan analisis teks dan pemaknaan lain yang dilakukan terhadap novel Ranah 3 Warna, terungkap sosok orang-orang yang berpengaruh besar dalam kehidupan Alif. Diantaranya, Kyai Rais, Ayah, Bang Togar dan Randai.

Hasil analisis lainnya yaitu ditemukan sisi lain dari karakter tokoh utama Alif. Alif digambarkan sebagai tokoh yang gigih, tangguh dan pantang menyerah. Ia juga seorang yang taat beragama. Namun di balik itu, Alif juga seorang yang mudah tersinggung, kurang berterimakasih dan melupakan jasa sahabat kecilnya Randai yang telah banyak berkorban bagi kelangsungan hidupnya di rantauan. Selain itu, Alif juga memiliki karakter yang tidak terima kenyataan dan ambisius dalam menggapai apa yang diinginkannya.

Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti berikutnya dengan menganalisis secara psikologi tokoh utama Alif dewasa melalui novel ketiga dari trilogi ini yaitu novel Rantau 1 Muara.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2019). Metode Penelitian Sastra. Gresik: Graniti.

Alfianti, D., & Taqwiem, A. (2020).

Intertekstual Dekonstruktif Novel Lambung Mangkurat atas Hikayat Banjar dan Tutur Candi. Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajaran, 9(1), 1–15.

Althalarik, G. A., Samingin, F. X., & Baihaqi, I. (2020). Dekonstruksi Tokoh Kompleks Franklin Clarke dalam Novel Pembunuhan ABC karya Agatha Christie sebagai Materi Ajar Sastra di SMA. Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(2), 85–96.

Barker, C. (2004). The Sage dictionary of cultural studies. Sage.

Fuadi, A. (2013). Ranah 3 warna. Gramedia Pustaka Utama.

Harini, A. S. (2013). Motivasi Hidup Tokoh dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi (Kajian     Psikologi     Sastra).

Universitas      Muhammadiyah

Purwokerto.

Hasina Fajrin, R. (n.d.). Dekonstruksi Dalam Novel Laskar Pelangi.

Hawa, M. (2012). Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi Analisis Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan. UNS (Sebelas Maret University).

Istariyah, A. (2012). Nilai-Nilai Edukatif Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Sosiologi Sastra. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Izzati, I. Q. N. (2020). Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi.

Mudassir, A., & Adriana, I. (2020).

Kesantunan Berbahasa dalam Novel Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi. GHANCARAN:   Jurnal

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(2), 69–83.

Nuraini, A., & Arifin, E. Z. (2020). Nilai Kehidupan dan Moral dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi.     Diskursus:     Jurnal

Pendidikan Bahasa  Indonesia,

3(01), 1–8.

Ramadhan, N. G. (2015). Code Mixing and Code Switching Analysis in Ranah 3 Warna Novel by Ahmad Fuadi. Diponegoro University.

Setiawan, W., & Setiadi, T. A. D. (2020). Analisis Nilai Religius Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi dan RRP Kelas XII. Bahastra:   Jurnal Pendidikan

Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(1), 81–88.

Setyawati, I. I. S. (2020). Dekonstruksi Tokoh Dalam Novel Sitayana Karya Cok Sawitri (Kajian Dekonstruksi Jacques Derrida). BAPALA, 7(1).

Sutisno, A. (2017). Kajian Dekonstruksi Derrida dalam Novel Sengsara

Membawa Nikmat Karya Sutan Sati. Bahtera Indonesia; Jurnal Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 1–12.

Tansliova, L. (2018). Nilai–nilai Karakter Bangsa pada Novel “Ranah 3 Warna” dan “Rantau 1 Muara” Karya Ahmad Fuadi serta kontribusinya Terhadap Pendidikan Karakter. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 9(2).

Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu sastra:  Pengantar teori sastra

(Issue 7). Pustaka Jaya.

Wahyuningsih, T. (2013). Nilai Pendidikan Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di Kelas XI SMA. PBSI-FKIP.