Kehidupan Buruh Migran dalam Novel Burung-Burung Migran Karya Miranda Harlan dan Sutik A.S.
on
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i01.p17
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.1 Pebruari 2018: 115-120
Kehidupan Buruh Migran dalam Novel Burung-Burung Migran Karya Miranda Harlan dan Sutik A.S.
Lita Kartika1 ⃰ , I G.A.A Mas Triadnyani2
-
[12] Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya-Universitas Udayana 1[[email protected]], 2[[email protected]] *Corresponding Author
Abstract
Novel of Burung-Burung Migran by Miranda Harlan and Sutik A.S. is selected as the object of study for several reasons. First, BBM novel contains social issues of migrant workers' lives which is reflected in the story. Second, the novel of BBM tells a conflict how hard the lives of the migrant workers who are fighting for survival. The issues discussed are structural and social aspects of the lives of migrant workers contained in the BBM novel. The theory used in this analysis, namely structural theory that emphasizes the elements of the plot, characterization, and setting. Followed by the theory of sociology of literature that prioritizes literary text as a review in accordance with the theory of Sapardi Djoko Damono. Methods and techniques used in this study are three, namely: (1) methods and techniques of data collection, used literature review which methods and techniques used are the techniques of reading, record; (2) methods and techniques of data analysis used descriptive analysis and then proceed with reading and listening techniques; (3) methods and techniques of presenting the results of data analysis described in the format of a good and correct thesis writing. Based on the results of the analysis can be concluded that, according to Nurgiyantoro structure analysis includes three aspects namely, characterization, plot, and setting. Characterization is divided into main character and additional characters. The main character is Sutik, additional characters, namely: Yamin, Mak-Bapak, Asih, A Beng & A Nyi, Chow & Tessa, Bang Man, Sumiati. Characterization includes three elements namely, physiological, psychological and sociological elements. The plot is divided into three stages, namely the initial stage, middle stage, and the final stage. Chronological plot is used in the BBM novel. The setting is divided into three, i.e. the place, time, and social background. Setting of places, including: Indonesia, Singapore, Malaysia, and Thailand. Setting of time is around the year of 1976-2010. Social background tells the society of Tretes Village. The moral aspects of migrant workers that were revealed in this novel is the problem of good and bad moral. The social aspect deals with Sutik's relationship with family, society, and individual. There are two aspects of education, namely formal education and informal education. The cultural aspect describes the behavior of people in Indonesia and in Malaysia. Economic aspects of the BBM novel reveal the problems of changed level of prosperity in the societies in which Sutik’s live in that is Tretes village.
Keywords: novel, structure, sociology of literature, and migrant workers
Abstrak
Novel Burung-Burung Migran karya Miranda Harlan dan Sutik A.S. dipilih sebagai objek penelitian karena beberapa alasan. Pertama, novel BBM memuat masalah-masalah sosial kehidupan masyarakat buruh migran yang dicerminkan dalam cerita. Kedua, novel BBM mengisahkan konflik betapa kerasnya kehidupan para TKI yang berjuang untuk bertahan hidup. Masalah yang dibahas ialah struktur dan aspek sosial kehidupan buruh migran yang terdapat di dalam novel BBM. Teori yang digunakan dalam analisis ini, yaitu teori struktur yang menekankan pada unsur alur, penokohan, dan latar. Dilanjutkan dengan teori sosiologi sastra
yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan sesuai dengan teori Sapardi Djoko Damono. Metode dan teknik yang digunakan pada penelitian ini ada tiga, yaitu: (1) metode dan teknik pengumpulan data, digunakan metode pustaka dan teknik yang digunakan adalah teknik baca, catat; (2) metode dan teknik analisis data digunakan deskriptif analisis kemudian dilanjutkan dengan teknik membaca dan menyimak; (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data diuraikan dalam format penulisan skripsi yang baik dan benar. Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh kesimpulan bahwa, analisis struktur menurut Nurgiyantoro meliputi tiga aspek yakni, penokohan, alur, dan latar. Penokohan dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama ialah Sutik, tokoh tambahan, yaitu: Yamin, Mak-Bapak, Asih, A Beng-A Nyi, Chow-Tessa, Bang Man, Sumiati. Penokohan meliputi tiga unsur yakni, unsur fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Alur dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Alur novel BBM menggunakan alur maju. Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat, meliputi: Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Latar waktu sekitar tahun 1976-2010. Latar sosial menceritakan kehidupan masyarakat Desa Tretes. Aspek moral buruh migran yang terungkap pada novel BBM ialah masalah moral yang baik dan buruk. Aspek kemasyarakatan membicarakan tentang hubungan Sutik dengan keluarga, masyarakat, dan individu. Aspek pendidikan ada dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal. Aspek budaya menggambarkan tingkah laku masyarakat di Indonesia dan masyarakat di Malaysia. Aspek ekonomi dalam novel BBM mengungkapkan masalah perubahan tingkat kemakmuran pada masyarakat tempat tinggal Sutik yaitu Desa Tretes.
Kata kunci : novel, struktur, sosiologi sastra, dan buruh migran
Dalam kehidupan, manusia memiliki kebutuhan tersendiri yang harus dipenuhi, baik kebutuhan primer, sekunder, atau tersier. Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam rangka menyejahterakan hidup, termasuk kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial.
Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagaian besar terdiri atas kenyataan sosial (Wellek dan Werren, 1993:109). Untuk hidup manusia harus bekerja keras agar mendapatkan penghasilan guna menunjang kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sedangkan, di dalam masyarakat yang tingkat kemiskinannya tinggi sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akibatnya, banyak bermunculan cara untuk memperoleh penghasilan
dengan melakukan pekerjaan yang baik ataupun pekerjaan yang buruk. Mulai dari pekerjaan dengan pendapatan terendah, pekerjaan kriminalitas, hingga pekerjaan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) sampai menjadi buruh migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negara asing.
Buruh migran atau yang biasa disebut TKI adalah orang yang bermigrasi atau berpindah dari wilayah kelahiran atau lokasi tinggal yang bersifat tetap untuk keperluan bekerja sehingga buruh migran akan menetap di tempat bekerja tersebut dalam kurun waktu tertentu (http://buruhmigran.ac.com//).
Banyak fenomena menerpa para buruh migran, khususnya problematika sosial tenaga kerja yang menginginkan kehidupan yang layak dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Hal itu disebabkan mayoritas perusahaan atau lapangan kerja lainnya lebih memilih tenaga kerja yang berkualitas baik.
Sehingga jarang tenaga kerja yang berkualitas rendah mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Keterampilan dan pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan. Fenomena seperti inilah yang menarik minat sebagian masyarakat untuk menjadi buruh migran/TKI, sehingga muncul berbagai masalah seperti buruh migran/TKI yang disiksa, dibunuh, diperkosa, pelecehan seksual, bunuh diri, digantung, membunuh, dipenjara, gaji tidak dibayar, pekerjaan tidak sesuai perjanjian kerja, sakit akibat kerja, komunikasi tidak lancar, dan penganiayaan sadis lainnya. Salah satu karya sastra yang kuat dengan unsur kehidupan buruh migran di dalamnya adalah novel Burung-Burung Migran (BBM) karya Miranda Harlan dan Sutik A.S.
Novel BBM mengisahkan seorang ibu mempunyai lima orang anak yang ingin mencari suaminya yang bekerja sebagai TKI di Malaysia. Ia melakukan pencarian tersebut untuk meminta uang guna membayar hutang dan menghidupi keluarganya serta mengajaknya kembali ke tanah air. Dalam pencarian Yamin ke tanah Jiran, Sutik dihadapkan dalam berbagai dilema yang menimpanya. Sampai kembalinya di Indonesia pun Sutik menjadi “mami” di Desa Tretes.
Tretes adalah sebuah daerah wisata pegunungan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Tretes terletak 60 km sebelah selatan Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur. Wilayah Tretes berada di kaki pegunungan Arjuno-Welirang. Daerah ini terkenal sebagai daerah wisata, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Tretes dikenal sebagai tempat peristirahatan penduduk Surabaya karena kesejukan dan keindahan alamnya. Beberapa pariwisata yang terkenal di Tretes adalah air terjun Kakek
Bodo, Finna Golf, dan Taman Safari Indonesia 2 (https://id.wikipedia.org/wiki/Tretes).
Akan tetapi, Tretes tak hanya terkenal dengan tempat wisata atau daerah pegunungan yang asri. Tretes ternyata juga dikenal dengan aktivitas prostitusinya.
Berdasarkan latar belakang di atas novel BBM dijadikan sebagai objek penelitian karena beberapa alasan. Pertama, novel BBM memuat masalah-masalah sosial kehidupan masyarakat buruh migran sebagaimana dicerminkan dalam cerita. Kedua, novel BBM mengisahkan konflik tentang kerasnya kehidupan para TKI yang berjuang untuk bertahan hidup.
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat dua pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, Bagaimanakah struktur novel BBM karya Miranda Harlan dan Sutik A.S. yang meliputi unsur penokohan, alur, dan latar?; Kedua, Bagaimanakah aspek sosial kehidupan buruh migran yang terdapat dalam novel BBM karya Miranda Harlan dan Sutik A.S.?
Tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mempelajari kajian sosiologi sastra dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya karya sastra berbentuk novel. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah, pertama, untuk memahami struktur novel Burung-Burung Migran karya Miranda Harlan dan Sutik A.S yang meliputi unsur penokohan, alur, dan latar. Kedua, untuk memahami aspek sosial kehidupan buruh migran yang terdapat dalam novel Burung-Burung
Migran karya Miranda Harlan dan Sutik A.S.
Metode dan teknik penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Pada tahapan pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan dengan teknik lanjutan berupa simak dan catat. Sumber tertulis terdiri atas buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moeleong, 1990:113). Data utama dalam analisis ini adalah novel BBM, dibaca secara intensif dan berulang-ulang, kemudian dicatat data-data yang penting. Data-data sebagai penunjang analisis diperoleh dari buku-buku teori yang menunjang penelitian ini. (2) Metode dan Teknik Pengolahan Data. Pada tahapan ini metode yang digunakan adalah metode formal dan metode deskriptif analisis. Metode formal adalah metode yang digunakan dalam analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra (Ratna, 2009:49). Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta, disusul dengan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode deskriptif tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2009:53).
Teknik pengolahan data menggunakan teknik simak dan catat. Teknik simak dan catat merupakan lanjutan dari teknik membaca sebagai pengembangan terhadap pemahaman yang di dapatkan dari proses membaca. (3) Metode dan Teknik Penyajian Hasil Pengolahan Data. Pada tahapan ini digunakan metode deskripsi, yakni mendeskripsikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Kemudian, disusun ke dalam format
penelitian berupa skripsi dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Penyajian hasil pengolahan data akan menggunakan sistematika sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang merupakan pengembangan dari rancangan penelitian, terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian sebelumnya, landasan teori, dan metode dan teknik penelitian. Bab II, Analisis strukturalisme novel BBM. Analisis strukturalisme terdiri atas penokohan, alur, dan latar. Bab III, Analisis sosiologi sastra dalam novel BBM. Bab IV, Penutup yang berisi simpulan dan saran.
Novel BBM karya Miranda Harlan dan Sutik A.S., sebuah novel yang menceritakan kehidupan Sutik ditinggal suami ke Malaysia tanpa pemberitahuan hingga Sutik menyusul menjadi TKI untuk melunasi hutang dan membawa sang Suami kembali ke tanah air.
Tema dalam novel Burung-Burung Migran ialah kehidupan para buruh migran di Malaysia. Tema utama dalam novel ini tidak dapat muncul sekaligus secara sempurna, tetapi didukung oleh subtema tambahan. Hal yang menjadi sorotan pada novel ini ialah kerasnya sistem pembayaran hidup di Malaysia dan maraknya pekerja prostitusi yang ada di Desa Tretes.
Penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Penokohan sering juga disamakan dengan watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi yang menunjuk pengertian yang hampir sama (Nurgiyantoro, 2012:164). Penokohan atau tokoh memiliki peranan yang berbeda, yaitu antara tokoh utama dengan tokoh tambahan. Tokoh-tokoh disoroti dari segi fisiologis dan sosiologis, kemudian dilihat dari segi psikologis. Pembahasan tokoh-tokoh BBM dari segi sosiologi dan
psikologi penggambaran tokohnya seimbang, tetapi dilihat dari segi fisiologis pengarang hanya menyinggung sedikit, dan beberapa tokoh tambahan tidak digambarkan jelas dari segi fisiologisnya. Hal itu terjadi pada tokoh Mak-Bapak, Asih, A Beng & A Nyi, dan Chow & Tessa.
Alur merupakan unsur yang sangat penting dalam karya sastra. Alur disebut juga plot. Stanton mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Kenny mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa berdasarkan kaitan sebab akibat (dalam Nurgiyantoro, 2012:113).
Alur novel BBM disusun secara kronologis. Novel ini menggunakan alur campuran karena terdapat flashbackflashback dalam cerita. Alur disajikan mulai dari tahap awal dilanjutkan dengan tahap tengah, dan tahap akhir. Penyebab terjadinya alur ialah konflik antara para tokoh dalam suatu cerita, sehingga alur berkaitan dengan tokoh-tokohnya.
Pada tahap akhir novel BBM, pengarang tidak menggambarkan secara jelas akhir cerita novel ini apakah berakhir menyenangkan (happy ending) atau menyedihkan (sad ending). Peneliti menafsirkan bahwa cerita ini berakhir menyedihkan (sad ending), dikarenakan tokoh utama yakni Sutik tidak bisa hidup bersama dengan Yamin karena Yamin lebih memilih hidup di Malaysia. Anak-anak Sutik sudah berkeluarga dan As, memilih kos dekat kampus di luar kota. Hal itu membuat Sutik hidup kesepian. Akan tetapi Sutik menemukan jalan untuk dapat berbahagia dalam hidupnya
dengan melakukan kegiatan-kegiatan aktivis.
Cerita dalam novel BBM berlatar tempat di Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Thailand. Secara implisit latar waktu pada novel ini ialah tahun 1976 hingga 2010. Selanjutnya, latar sosial pada novel BBM tentang kehidupan masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman minim sehingga banyak diantaranya bekerja sebagai PSK maupun TKI.
Analisis sosiologi sastra meliputi beberapa aspek, yaitu: aspek moral, aspek kemasyarakatan, aspek pendidikan, aspek budaya, dan aspek ekonomi. Pada aspek moral dibedakan menjadi moral yang baik dan moral yang kurang baik (menyimpang). Aspek pendidikan merupakan suatu aspek yang ditekankan pada setiap individu, karena melalui pendidikan manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Aspek pendidikan pada novel BBM dibagi menjadi dua, yaitu: pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal digambarkan pada tokoh Sutik, Yamin dan anak-anaknya yang sudah menempuh pendidikan yang memadai. Pendidikan informal terlihat pada kemampuan Sutik yang mampu menjadi aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat, meski ia hanya berpendidikan sekolah rakyat saja. Selain itu, ia juga mendapatkan pendidikan informal dari keluarga dan teman-teman aktivis.
Aspek kemasyarakatan dalam novel Burung-Burung Migran mencakup hubungan Sutik dengan keluarganya, hubungan Sutik dengan Masyarakat Desa Tretes, dan hubungan antara Sutik dengan individu. Hubungan Sutik dengan individu meliputi hubungannya dengan Sutik dan orangtuanya. Aspek budaya dalam novel BBM menggambarkan tingkah laku masyarakat di Malaysia dan masyarakat di Indonesia. Aspek ekonomi
dalam novel BBM menceritakan tentang perubahan tingkat kemakmuran
masyarakat Desa Tretes yang mengandalkan hasil sawah dan ladang sebagai penunjang hidup sehari-hari. Kini dijual dan dijadikan bangunan-bangunan besar dan padat penduduk. Akibatnya dengan penduduk yang banyak dan jumlah lapangan pekerjaan yang sedikit dan penghasilan yang tidak seberapa. Masyarakat dikampung Tretes, terutama perempuan banyak yang menjerumuskan diri menjadi PSK dan TKI sehingga terdapat banyak rumah-rumah mucikari di Tretes.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Novel BBM merupakan sebuah karya sastra yang hadir sebagai penggambaran dinamika kehidupan buruh migran di Malaysia dan pekerja prostitusi di Tretes. Kehidupan buruh migran telah mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya di Desa Tretes. Pengetahuan dan pendidikan yang minim dengan tingkat lapangan pekerjaan yang sedikit, mempengaruhi masyarakat Desa Tretes untuk menjadi TKI maupun PSK. Sutik sebagai tokoh utama dalam novel BBM, mempunyai pengalaman pahit dalam bidang pekerjaan tersebut, akhirnya dapat menyelamatkan masyarakat Desa Tretes dengan kemampuan yang dimiliki serta peran serta anggota lembaga aktivis. Sutik membantu masyarakat untuk mendapatkan pengalaman kerja dan dapat membuka usaha sendiri, agar tidak mengandalkan tubuh mereka untuk mencari penghasilan maupun menjadi TKI.
Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Harlan, Miranda & Sutik A.S.2011. Burung-Burung Migran. Jakarta: Qanita.
http://buruhmigran.ac.com//. Diakses 02/07/2017
Moeleong, Lexy J. 1990. Metode Peneltian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan, diterjemahkan oleh Melanie Budianta dari Theory of Literature. Jakarta: PT Gramedia.
120
Discussion and feedback