Jigoku dalam Komik Hoozuki No Reitetsu Karya Natsumi Eguchi
on
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i01.p14 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.1 Pebruari 2018: 96-101
ini bercerita tentang raja Jigoku beserta bawahannya yang bertugas memberi hukuman kepada roh yang berdosa, namun karakter yang digambarkan melalui ilustrasi komik tersebut sangat lucu. Contohnya adalah penggambaran tentang karakter Raja Jigoku yang bertingkah konyol, berbeda dengan penggambaran Enma Daio (Raja Neraka) pada ajaran agama Buddha yang berkarakter seram. Penulis ingin menyampaikan pesan bahwa hukuman yang didapat roh yang berdosa hampir sama seperti hukuman yang diajarkan oleh agama Buddha, namun Natsumi dengan daya imajinasinya berusaha membuat konsep komik yang bertujuan menarik minat pembaca.
-
2. Pokok Permasalahan
Masalah yang terdapat di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah penggambaran
Jigoku dalam komik Hoozuki No Reitetsu karya Natsumi Eguchi?
-
2. Bagaimanakah fungsi cerita dalam komik Hoozuki No Reitetsu karya
Jigoku dalam Komik Hoozuki No Reitetsu Karya Natsumi Eguchi
Anak Agung Alit Anggarani Apsari1*, Silvia Damayanti 2, Renny Anggraeny3
-
[123] Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1[[email protected]] 2 [[email protected]] 3 3[[email protected]]
*
Corresponding Author
Abstract
This research, entitled “Jigoku in Hoozuki No Reitetsu Comic by Natsumi Eguchi”, analyzed the image of hell (Jigoku) in a comic entitled Hoozuki No Reitetsu. This study used liguistic anthropology theory and semiotic theory by Marcel Danesi. The result of the research is that there are so many kinds of Jigoku with different way of images. Hell is described as a spot to torture sinners after death based on buddhism. There are fifteen layers of hell based on the comic. Meanwhile the real purpose of Hoozuki No Reitetsu comic for the citizen of Japan is for entertainment, central of information, and for reflection of one's self.
Key words : representation, buddhist, function
1. Pendahuluan
Jigoku menurut kepercayaan agama Buddha dalam masyarakat Jepang adalah alam tempat menghukum roh yang telah berbuat dosa (Yoda dan Alt, 2012:172). Kisah Jigoku dimulai saat masuknya agama Buddha ke Jepang pada abad ke-5 sampai ke-6 yang berasal dari Korea. Aliran dalam agama Buddha yang terkait dengan Jigoku adalah Nichiren Shoshu. Nichiren Shoshu merupakan salah satu sekte dari agama Buddha Mahayana yaitu aliran Buddha yang berkembang pesat di daerah Asia Timur. Sekte tersebut muncul di Jepang pada tahun 1253 (Taufiq, 2015:3).
Natsumi Eguchi adalah seorang penulis komik Jepang yang menganut ajaran agama Buddha. Sejak kecil, Natsumi sering diceritakan oleh orang tuanya mengenai kisah makhluk supernatural seperti Yuurei, Yokai dan alam Jigoku, sehingga menginspirasi Natsumi untuk membuat komik Hoozuki No Reitetsu yang bertemakan penghukuman di Jigoku serta memiliki konsep hampir sama dengan ajaran kitab agama Buddha (Natalie, 2012). Komik
Natsumi Eguchi bagi masyarakat Jepang?
Tujuan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepercayaan masyarakat di Jepang, serta menambah referensi penelitian atau karya sastra dibidang agama Buddha khususnya Jigoku. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu mengetahui penggambaran Jigoku dan fungsi cerita dalam komik Hoozuki No Reitetsu karya Natsumi Eguchi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (Ratna, 2006:39). Pada tahap analisis data, digunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai fakta-fakta yang ada (Ratna, 2006:49). Sedangkan dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal (Ratna, 2006: 50). Teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah teori semiotika Danesi (2012: 223-224) dan teori fungsi cerita komik McCloud (1993: 9).
Pada bagian ini disajikan hasil analisis data mengenai penggambaran serta fungsi cerita Jigoku dalam komik Hoozuki No Reitetsu karya Natsumi Eguchi.
Hasil yang didapat dalam analisis penelitian ini adalah Jigoku yang digambarkan dalam komik Hoozuki No Reitetsu menyerupai Jigoku dalam ajaran agama Buddha. Jigoku dalam komik Hoozuki No Reitetsu mengisahkan
tentang empat Jigoku besar dan sebelas Jigoku kecil. Lapisan Jigoku dalam ajaran agama Buddha terdiri dari delapan Jigoku besar dan seratus dua puluh delapan Jigoku kecil (Ezawa,2012:45). Kyoukan Jigoku adalah salah satu Jigoku yang ada di komik Hoozuki No Reitetsu.
Kyoukan Jigoku dalam kitab agama Buddha merupakan tempat menghukum roh pendosa yang pernah melakukan pembunuhan, mencuri, cabul dan bermabuk-mabukan. Kyoukan Jigoku terletak pada tingkat keempat dalam struktur bangunan Jigoku dengan kedalaman seratus delapan puluh sembilan ribu kilometer di bawah tanah, dibawah Shuugou Jigoku dan diatas Daikyoukan Jigoku. Luas area Kyoukan Jigoku adalah empat belas ribu kilometer (Ezawa, 2012:47). Berikut data dari Kyoukan Jigoku.
Data (1)
鬼 :叫喚地獄の亡者共
が雑用係八岐大蛇の 持っていた酒を奪い ました!
鬼灯 :どういうことです
か!
(Hoozuki no Reitetsu vol 3, 2011:74)
Oni : Kyoukan Jigoku no
moujya ga zatsu yougakari yamata no orochi no motteita sake wo ubaimashita!
Hoozuki : Dou iu koto desuka!
Terjemahan
Oni : Roh dari kyoukan
Jigoku telah mencuri sake yang di bawa oleh Yamata No Orochi
Hoozuki : Apa yang Anda maksud!
Data (1) menjelaskan situasi
Kyoukan Jigoku sedang kacau
diakibatkan roh yang berhasil lolos dan mengambil sake milik Yamata no Orochi (siluman ular berkepala delapan). Mereka minum sake sampai mabuk di Kyoukan Jigoku. Satu Oni dari Kyoukan Jigoku melaporkan kejadian tersebut kepada Hoozuki yang sedang duduk di kedai bersama Enma Daio. Hoozuki sangat terkejut dengan kejadian itu dan bergegas menuju ke Kyoukan Jigoku.
Gambar 1. Kyoukan Jigoku (Hoozuki No Reitetsu vol 3, 2011: 86
Gambar 2. Kyoukan Jigoku (Ezawa, 2012:47)
Gambar (1) menunjukkan hukuman bagi orang yang sering mabuk setelah pulang dari bekerja. Hukuman berupa mencekoki roh dengan sake dalam jumlah yang banyak hingga roh tidak mampu untuk menelan dan meminta ampun pada Oni untuk berhenti. Oni penjaga pada komik Hoozuki No Reitetsu digambarkan mengenakan
pakaian formal seperti jas hitam, kemeja, dan dasi.
Gambar (2) merupakan penghukuman dari Jigoku Kyoukan Jigoku dalam komik Hoozuki No Reitetsu. Hukuman bagi pemabuk dalam ajaran agama Buddha adalah dengan bola besi yang dipanaskan hingga berwarna merah membara. Bola besi ini kemudian dimasukkan ke dalam mulut roh. Bola akan membakar seluruh isi tubuh roh mulai dari mulut, tenggorokan, dan perut. Jigoku dalam kitab agama Buddha dijaga oleh Oni raksasa. Oni penjaga pada kitab agama Buddha digambarkan memiliki taring yang tajam, berambut panjang, bertelanjang dada, menggunakan sehelai kain berwarna putih yang dibalutkan pada bagian pinggang.
Persamaan ciri-ciri Oni dan teknik penghukuman roh antara ajaran agama Buddha dengan komik Hoozuki No Reitetsu adalah Oni digambarkan memiliki tanduk yang tumbuh di kepala, dan Oni memasukkan sesuatu ke mulut roh yang berdosa.
Perbedaan konsep Oni dalam komik Hoozuki No Reitetsu dan ajaran agama Buddha adalah pada ukuran tubuhnya. Oni dalam ajaran agama Buddha digambarkan berukuran besar sedangkan pada komik Hoozuki No Reitetsu, Oni digambarkan seukuran tubuh manusia. Perbedaan lainnya yaitu pada pakaian yang dikenakan, dan alat yang digunakan untuk menghukum.
Mangaka (pengarang komik) menggambarkan Jigoku dalam komik Hoozuki No Reitetsu dengan penggambaran yang berbeda dengan ajaran agama Buddha bertujuan untuk mengenalkan Jigoku kepada masyarakat Jepang melalui daya imajinasi seorang pengarang dan mengenalkan penggambaran yang berbeda dari kitab agama Buddha yang diperuntukkan bagi remaja dan dewasa agar menjadi bahan renungan.
Kebiasaan orang Jepang
mengkonsumsi alkohol sudah
berlangsung dari zaman Heian (tahun 700-an) hingga sekarang. Kebiasaan ini disebut Inshu bunka (飲酒文化). Inshu bunka adalah budaya meminum minuman yang mengandung alkohol di Jepang. Bagi masyarakat Jepang, minuman beralkohol telah menjadi bagian dari tradisi kebudayaan. Tradisi minum minuman beralkohol telah ada sejak lama dan telah menjadi kebudayaan yang diwariskan turun temurun dalam berbagai bentuk. Masyarakat Jepang banyak menggunakan alkohol dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik dalam acara-acara formal seperti pesta ataupun sebagai minuman sehari-hari (Ginting, 2015:5).
Komik Hoozuki No Reitetsu lebih menekankan pada dosa bermabuk-mabukan. Dosa bermabuk-mabukan lebih ditekankan disini oleh mangaka (pengarang komik) agar masyarakat Jepang mengenal larangan agama Buddha yaitu Dasa Sila (Jikkai). Aturan mengenai menjauhi minuman beralkohol terdapat pada sila kelima, yaitu menghindari minum minuman keras (Chingtu, 2012). Berdasarkan pernyataan sebelumnya, minuman keras dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan menyebabkan hal-hal yang tidak baik bagi kehidupan .
Komik Hoozuki No Reitetsu terdapat tiga fungsi cerita yaitu fungsi hiburan, fungsi renungan dan fungsi penyampaian informasi (McCloud, 1993: 9). A. Fungsi hiburan dalam komik Hoozuki No Reitetsu terlihat pada ceritanya yang mengandung unsur komedi gelap maupun komedi untuk orang dewasa. Komedi gelap pada komik ini dapat dilihat pada saat Hoozuki membantu mengobati sakit pinggang raja,
namun Hoozuki melakukan
penyembuhan tersebut dengan cara yang tidak wajar sehingga terlihat lucu. Komedi dewasa dapat dilihat pada saat Karauri (Oni muda) berada di Jigoku Shugou. Karauri diberi contoh penghukuman cambuk yang di lakukan oleh pegawai Shuugou Jigoku, akan tetapi karauri yang memiliki pikiran yang kotor (cabul), sehingga ia menikmati hukuman cambuk tersebut. Unsur Jigoku yang seram dikemas dengan komedi membantu menghibur pembaca.
-
B. Fungsi renungan dalam komik Hozuki no Reitetsu dapat dilihat pada saat Hoozuki ditantang bertarung oleh arwah seorang pahlawan dalam dongeng Jepang bernama Momotarou. Momotarou melakukan hal-hal yang baik dan buruk pada saat dia hidup. Semasa hidup Momotarou pernah menang melawan Oni dari pulau raksasa, oleh karena itu dia menjadi sombong dan berfoya-foya. Kisah ini menjadi bahan renungan bagi masyarakat Jepang yaitu, apabila sudah memiliki kedudukan di masyarakat agar tidak bertindak semena-mena.
-
C. Penyampaian informasi yang terdapat dalam komik ini adalah agar masyarakat lebih mengenal agama Buddha. Seperti yang terlihat dalam data (2) di bawah ini:
Data (2) 亡者女の子 : わぁお地
蔵様だ。
亡者男の子一 : 今日は私
を助けて。
亡者男の子二 : 僕。
地蔵菩薩 : 今日はこ
の三が現世 へ卒業しま す。
鬼灯 : 貴方がたはここで 修行です。いいで すか子供である貴方 がたは転生を待つ間
ここで現世をしま す。地獄は酷すぎる かといって簡単に 天国へ送る訳にも いかないからです。 ジェンガ積みにも 耐えられないようで は現世してもらいま す。
Moujya Onanoko : Waa Ojizou
sama da.
Moujya Otokonoko I : Kyou wa watashi wo tasukete.
Moujya Otokonoko II : Boku.
Jizou Bousatsu : Kyou wa kono
san nin ga shugyou e sotsugyoushim asu.
Hoozuki : Anata gata wa koko de
shugyou desu. Iidesuka kodomo de aru anata gata wa tensei wo matsu aida kokode gense wo shimasu. Jigoku wa hido sugiru ka toitte kantan ni tengoku e okuru wake ni moikanai kara desu. Jenga dzumi ni mo taerarenaiyou
dewa gense
shitemoraimasu.
Moujya Onanoko : Wah Ksitigarbha (Buddha penjaga anak-anak)
Moujya Otokonoko I : Selamatkan saya hari ini.
Moujya Otokonoko II : Saya.
Ksitigarbha : Hari ini kalian
bertiga akan dikirim kedunia.
Hoozuki :Sampai kalian akan Reinkarnasi. Kalian akan diam disini. Kami tidak bisa langsung mengirim kalian ke surga, karena Jigoku merupakan
tempat yang keras. Kalian tidak bisa membawa mainan Jenga (permainan menumpuk balok) ini ke dunia. Saya ingin kalian diam disini berlatih
menumpuk Jenga. (Hoozuki No Reitetsu vol 3, 2011:38)
Pada data (2) dijelaskan bahwa Jizou Bousatsu (Buddha pelindung roh anak-anak) berkunjung ke Sai no Kawara (sungai penampung roh anak-anak) memberi belas kasih pada roh anak-anak yang telah berhasil menumpuk Jenga (permainan menumpuk balok) tanpa menjatuhkan balok-baloknya. Roh anak-anak dalam komik Hoozuki No Reitetsu dikirim ke dunia untuk reinkarnasi (lahir kembali).
Komik Hoozuki No Reitetsu memuat unsur reinkarnasi dalam ajaran agama Buddha diharapkan dapat menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakat, serta menjadikan masyarakat berbuat lebih baik dan agar bereinkarnasi ke alam yang baik juga.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:
Gambaran mengenai Jigoku menurut komik Hoozuki No Reitetsu dan menurut ajaran agama memiliki persamaan dalam hal penggambaran terhadap lapisan neraka, hukuman yang diberikan, situasi yang ada di alam neraka, serta dosa-dosa yang diperbuat. Perbedaan dalam Hoozuki No Reitetsu dan menurut ajaran agama Buddha adalah dalam hal baju yang dipakai oleh penjaga neraka, hukuman yang diberikan terhadap roh, alat untuk menghukum, ukuran tubuh dan warna kulit Oni.
Cerita dalam komik Hoozuki No Reitetsu menggambarkan tiga fungsi cerita, yaitu sebagai hiburan yang dalam komik Hoozuki No Reitetsu memuat cerita dengan gaya komedi yang memberikan sorotan terhadap subyek-subyek yang umumnya dianggap serius atau tabu (komedi gelap), sehingga pembaca menjadi lebih menikmati dan terhibur. Fungsi kedua adalah untuk menyampaikan informasi, mengenai himbauan agar lebih mengenal ajaran agama Buddha masyarakat Jepang dan mudah memahami khususnya reinkarnasi. Fungsi yang ketiga adalah sebagai bahan renungan agar nantinya masyarakat Jepang lebih berbuat baik, tidak terlena dengan hal duniawi, dan tidak menambah dosa.
Taufiq, Thiyas Tono. 2015. “Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia”. (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sumber Internet:
Chingtu. 2012 Dasasila Jikkai http://www.chingtu.net/index.php/Bu ddha-dharma/Buddhadharma/189-dasasila pada tanggal 28 februari 2017 pukul 11:05
Natalie. 2012 Penghargaan Hoozuki. Diakses dari website
http://natalie.mu/comic/pp/hozukinor eitetsu pada tanggal 07 maret 2014 pukul 13.00
Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Ezawa, Takashi. 2012. Jigoku no hon. Tokyou. Yosensha
Gardiner, Eileen. 2012. Budhist hell. Newyork:Italica Press.
Ginting, Romando Annas. 2015. “Fungsi Izakaya Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”. (Skripsi). Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara
McCloud, Scott. 1993.
Understanding Comic. New York: Harper Collin.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yoda, Hiroko dan Matt
Alt.2012.Yurei Attack! The Japanese Ghost Survival Guide. Singapore: Tuttle Publishing.
101
Discussion and feedback