FAKTA-FAKTA PERILAKU MENYIMPANG

DALAM MASYARAKAT JEPANG

PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

Oleh :

NI KADEK ANIK KUSYANTI

Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Udayana

Abstrak

Japan is a modern country that is famous for its manner and cultures. However, In Japanese society also found the fact about deviant behaviors that often happen in Japan. This study use an analysis descriptive method and dialectical method to analyze data. The result showed that in Japanese society often happened some deviant behaviors like Ijime, suicide, self injury, drugs, and smoking. Such behaviors is caused by lack of attention from their parents and a bad environment around them.

Keywords: deviant behaviors, Japanese society

  • 1.    Latar Belakang

Sebagai cerminan masyarakat karya sastra menampilkan berbagai fakta-fakta sosial dalam masyarakat. Salah satu bentuk karya sastra yang mencerminkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat adalah komik.

Komik dari Jepang mampu memberikan gambaran fakta-fakta sosial yang terdapat dalam masyarakat Jepang pada masa atau jaman tertentu. Salah satu komik Jepang yang memberikan gambaran mengenai fakta-fakta sosial dalam masyarakat Jepang adalah komik Raifu. Komik ini menceritakan tentang kehidupan siswa SMA di Jepang yang melakukan berbagai perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari ciriciri karakteristik masyarakat secara umum atau suatu tindakan yang bertentangan dengan hukum legal (Kartono, 2005 : 11-14).

Contoh perilaku menyimpang masyarakat Jepang yang tercermin dalam komik Raifu tersebut antara lain, percobaan bunuh diri, ijime (bullyying), dan selfinjury (melukai diri). Cerminan masyarakat tersebut merupakan masalah sosial yang merupakan realita dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Dalam komik Raifu ini Keiko Suenobu menekankan alur cerita pada aspek sosial masyarakat Jepang. Dilihat dari aspek sosialnya, cerminan perilaku

menyimpang siswa SMA di Jepang sangat menonjol dalam komik ini terutama perilaku ijime dan percobaan bunuh diri.

Oleh karena itulah, komik Raifu karya Keiko Suenobu dipilih sebagai objek penelitian. Perilaku menyimpang merupakan masalah sosial yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam masyarakat Jepang. Hal tersebut membuat komik ini menarik untuk dianalisis dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Dengan beberapa pertimbangan yang dijadikan pijakan tersebut maka dipilihlah komik Raifu karya Keiko Suenobu sebagai objek penelitian, khususnya dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dirumuskan beberapa sebuah yaitu sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimanakah fakta-fakta sosial perilaku menyimpang yang terdapat dalam masyarakat Jepang?

  • 3.    Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penghargaan terhadap karya sastra Jepang sehingga karya sastra Jepang semakin dikenal dan diapresiasi dalam masyarakat Indonesia. Selain itu, bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta sosial perilaku menyimpang yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Jepang.

  • 4.    Metode dan Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka untuk mengumpulkan data dan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Pada tahap analisis data, metode yang digunakan ialah metode deskriptif analisis dan metode dialektik. Metode deskiptif analisis untuk mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan menganalisis fakta tersebut (Ratna, 2006:49, 53 ). Sementara itu, metode dialektik untuk mengkaji hubungan timbal balik antara karya sastra dengan realita sosial dan dibantu dengan teknik sebagai berikut.

  • 1.    Analisis faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra yang akan diteliti.

  • 2.    Analisis faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat atau literatur-literatur yang menjelaskan kondisi masyarakat tempat karya sastra itu lahir.

  • 3.    Setelah hasil dari analisis satu dan analisis dua diperoleh, hasil tersebut dihubungkan untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara faktor-faktor sosial yang ada di dalam masyarakat (Sangidu, 2005 : 28 ).

Dalam penelitian ini digunakan metode informal untuk menyajikan data dalam penyajian hasil analisis serta menggunakan teknik lanjutan teknik induktif.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Dalam kehidupan masyarakat Jepang ditemukan adanya fakta-fakta yang mengacu pada kehidupan sosial masyarakat Jepang. Berdasarkan hasil penelitian pada karya sastra ditemukan adanya keterkaitan dengan kehidupan nyata masyarakat Jepang. Fakta-fakta sosial tersebut merupakan suatu perilaku menyimpang yang terjadi dalam kehidupan remaja di Jepang.

  • 5.1    Ijime

Pada umumnya tindakan ijime dilakukan di dalam lingkungan sekolah dan lingkungan kerja. Hal ini karena intensitas komunikasi dan kebersamaan dalam lingkungan tersebut cukup tinggi. Selain itu, ijime di Jepang hampir serupa dengan bullying anak remaja di negara barat, yaitu berupa tekanan psikis dengan menyakiti perasaan korban dan dilakukan secara berkelompok dalam sebuah komunitas      atau      kelompok      yang      saling      mengenal

(http://saniroy.archiplan.ugm.ac.id).

Berdasarkan sebuah penelitian mengenai ijime di Jepang yang dilakukan oleh Shisei Cho, ditemukan adanya kemungkinan penyebab ijime tersebut dikarenakan cara pandang orang Jepang tentang konsep shuudanshugi (集団主義). Shuudanshugi merupakan sebuah paham mengenai hidup berkelompok atau mementingkan kelompok. Karena kuatnya paham shuudanshugi yang tertanam dalam masyarakat Jepang, apabila terdapat individu yang berbeda dalam satu komunitas atau tidak disenangi dalam satu komunitas maka semua anggota kelompok tersebut juga akan memberikan reaksi penolakan kepada individu

tersebut. Begitu pula yang tercermin dalam komik Raifu, karena paham shuudanshugi teman-teman sekelas Ayumu terpaksa ikut serta melakukan tindakan ijime kepada Ayumu seperti yang dilakukan Manami (Shisei Cho : 2006).

Tabel 1 Perkembangan Ijime di Jepang pada tahun 1985-2006

Sumber : The Asia-Pacific Journal : Japan Focus

Data di atas menjelaskan tentang perkembangan laporan ijime dari tahun 1985 sampai dengan 2006. Garis merah pada grafik di atas menunjukkan perkembangan berita dalam surat kabar mengenai ijime anak sekolah di Jepang. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 1985-1987 berita tentang kasus ijime dalam surat kabar mengalami penurunan. Akan tetapi, mengalami peningkatan cukup drastis pada tahun 1990 sampai 1994. Garis biru pada grafik di atas menunjukkan laporan dari Departemen Pendidikan mengenai ijime anak sekolah di Jepang. Dapat dilihat dari grafik yang berwarna biru tersebut bahwa perkembangan laporan yang diterima Departemen Pendidikan mengenai anak yang mengalami ijime di Jepang mengalami penurunan dari tahun 1985-1987, namun pada tahun 1993 grafik menanjak hingga akhirnya turun pada tahun 1999. Meskipun tidak stabil namun dalam tiap tahunnya selalu terdapat laporan mengenai tindakan ijime. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan ijime di Jepang merupakan suatu masalah dalam masyarakat Jepang (http://www.japanfocus.org/-Shoko-YONEYAMA/3001).

Jenis-jenis tindakan ijime di Jepang Pertama, physic bullying; yaitu ijime yang berupa memukul, menendang, mendorong, menjatuhkan. Kedua, verbal bullying; yaitu ijime yang berupa mengejek, mencuekkan. Ketiga, social bullying; yaitu ijime yang berupa mendiamkan dan menjauhi dari kelompok lingkungan. Keempat, yaitu ijime yang berupa sexual bullying; candaan seksual, sekuhara (pelecehan seksual). Kelima, racist bullying; mengejek suku ataupun ras. Keenam, religious bullying ; yaitu ijime yang berupa mengejek agama. Ketujuh, cyber bullying; yaitu ijime yang berupa penindasan dengan menggunakan teknologi internet (http://www.japanfocus.org/-Shoko-YONEYAMA/3001).

Guna menekan permasalahan ijime di Jepang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jepang (Monkashou) telah melakukan penelitian mengenai ijime di lingkungan sekolah serta tindakan-tindakan yang harus dilakukan guna mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada setiap sekolah diperlukan adanya pendekatan personal dari pihak sekolah terhadap siswa yang mengalami ijime. Pihak sekolah dianggap perlu memberikan perhatian khusus terhadap masalah ijime di sekolah untuk melindungi semua siswa agar terhindar dari perlakuan ijime. Pihak sekolah juga dihimbau untuk mengaktifkan ruang konseling, para guru diharapkan mampu mengenali karakter siswa dan memahami apa yang menjadi masalah mereka di sekolah. Serta keluarga diharapkan lebih peka terhadap perkembangan anak serta mampu mendeteksi bila terdapat     tanda     anak     yang     mengalami     tindakan     ijime

(http://www.mext.go.jp/b_menu/houdou/22/09_icsFiles/afieldfile/2010/09/14/129 7352_01.pdf). Uraian di atas menunjukkan fakta-fakta kehidupan nyata remaja Jepang yang sangat keras. Cerminan perilaku menyimpang dalam komik Raifu juga menjadi bukti bahwa kehidupan sosial dunia remaja di Jepang sangat keras.

  • 5.2    Bunuh Diri

Sejak tahun 1998 sampai tahun 2006, terdapat lebih dari 30.000 orang melakukan aksi bunuh diri di Jepang. Bagi pemerintah Jepang, kasus bunuh diri tidak saja sebagai masalah pribadi tetapi telah menjadi masalah sosial masyarakat Jepang. Hal ini menunjukan bahwa bunuh diri di Jepang sebagai tindakan patologis dalam masyarakat Jepang (http//www.dailynews.yahoo.co.jp/).

Hasil survei yang diberitakan oleh Kantor Berita Agence France Presse (AFP) 2/5/2012, menunjukkan bahwa lebih dari seperempat warga Jepang yang berusia 20-an berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) Negara Jepang dengan jumlah penduduk sekitar 128 juta jiwa dinyatakan sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kantor Kabinet Jepang, ditemukan bahwa anak usia 20-an lebih jarang mengobrol antara satu sama lain ketika mereka menghadapi masalah. Mereka sulit untuk menemukan orang yang bisa dijadikan teman berbagi cerita. Mereka yang merasa kesepian cenderung menyiksa dirinya sendiri. Secara gender, tingkat usia bunuh diri perempuan lebih tinggi, yakni 27,1% dan untuk kaum pria 19,1% (http://health.kompas.com).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jepang ditemukan berbagai alasan seorang anak melakukan bunuh diri untuk mengatasi masalah yaitu karena ijime, masalah keluarga, faktor kemiskinan, hubungan yang tidak baik dengan teman, maupun rasa putus asa karena menderita penyakit dan adanya gangguan mental (http://www.mext.go.jp/a_menu/shotou/seitoshidou/06102402/002.htm).

Faktor ijime dan kesepian menjadi salah satu faktor penyebab bunuh diri yang serius. Kasus bunuh diri dalam komik Raifu sebagai cerminan dari aksi bunuh diri akibat dari ijime dan kesepian yang banyak terjadi dalam masyarakat Jepang.

  • 5.3    Melukai Diri Sendiri

Kebiasaan seseorang dalam melukai dirinya merupakan suatu tindakan yang menyimpang. Tindakan melukai diri sendiri ini disebut dengan istilah selfinjury. Dalam sebuah artikel dijelaskan bahwa self-injury adalah suatu kelainan psikologis. Pelaku self-injury biasanya secara sengaja menyayat tubuh mereka dengan menggunakan pisau atau benda tajam. Tindakan lebih spesifik yang dilakukan oleh pelaku self injury adalah tindakan memotong, mengiris, membuat memar diri sendiri, meracuni diri sendiri, membakar diri, dan tindakan lainnya yang secara langsung dilakukan untuk melukai tubuh, namun tindakan tersebut

dilakukan tanpa bermaksud bunuh diri. Perilaku ini dilakukan dengan tujuan mampu melepaskan diri dari tekanan emosi yang tidak tertahankan. Perilaku menyimpang ini memberikan rasa tenang yang bersifat hanya sementara dan tidak mengatasi masalah. Oleh karena itu, pelaku self injury cenderung mengulangi perilaku tersebut dengan tingkat yang lebih tinggi (http://www.papaninfo.com/pdf/self-injury-in-japan.html).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okahara Kosuke ditemukan hasil yang mengejutkan mengenai kebiasaan melukai diri (self injury) siswa SMP dan SMA di Jepang. Penelitian ini menjelaskan bahwa 9,9% siswa SMP dan SMA (laki-laki 7,5% dan perempuan 12,1%) dilaporkan pernah melakukan self injury (http://shisaku.blogspot.com).

Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa dalam kehidupan masyarakat Jepang terdapat pula sebuah fakta sosial yaitu fenomena self injury seperti yang dilakukan oleh tokoh Ayumu dalam komik Raifu. Adanya keterkaitan antara kejadian dalam karya sastra dengan kehidupan semakin membuktikan bahwa karya sastra adalah cerminan dari kehidupan nyata.

  • 5.4    Menggunakan Obat-Obatan terlarang

Perilaku menyimpang sepertina menggunakan naroba dalam komik Raifu ditemukan juga faktanya dalam kehidupan nyata masyarakat Jepang. Penggunaan narkoba dimasukan ke dalam kategori perilaku menyimpang karena obat-obat tersebut dapat memberi pengaruh yang buruk bagi tubuh. Dari penelitian yang dilakukan oleh Komori Sakae, penggunaan narkotika di Jepang diatur dalam aturan hukum dan pengguna yang ketahuan sebagai pengguna dan pengedar barang tersebut akan mendapat jeratan hukum. Dalam penelitiannya mengenai anak muda dan narkotika pada tahun 2009, Komori ditemukan bahwa setiap tahunnya ada 15.000 orang di Jepang yang terjerat hukum karena kasus narkotika. Orang-orang dapat terjerat kasus narkotika karena kedapatan sedang menggunakan atau ditemukan sedang membawa obat tersebut saat adanya pemeriksaan dari polisi (dalam Prilyasinta, 2011:102).

Dari adanya kasus seperti di atas, Komori Sakae menghimbau agar setiap orang tua di Jepang lebih peka terhadap perkembangan anak untuk mencegah bertambahnya pengguna narkotika di Jepang (dalam Prilyasinta, 2011:105-106). Data mengenai penggunaan narkoba di atas merupakan suatu bukti nyata terhadap realita kehidupan masyarakat Jepang.

  • 5.5    Merokok

Dalam salah satu survei yang dilakukan terhadap anak SMP dan SMA di Jepang, menunjukkan tingginya tingkat siswa merokok di Jepang. Survei ini dilakukan oleh Central Research Service pada tahun 2011 (www.crs.or.jp_2011).

Dari survei tersebut dapat diketahui bahwa siswa SMA di Jepang memiliki kecenderungan merokok lebih tinggi dibandingkan siswa SMP, yaitu 51,9% pada tahun 1996 untuk siswa laki-laki tingkat SMA dan 33,5% pada tahun 1996 untuk siswa perempuan tingkat SMA sedangkan persentase pada tahun 1996 untuk siswa laki-laki tingat SMP adalah 34,6% dan 19,9% untuk siswa perempuan. Persentase ini terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun hingga tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup drastis dengan persentase 24,9% untuk siswa laki-laki tingkat SMA dan 15,8% untuk siswa perempuan tingkat SMA sedangkan persentase untuk siswa laki-laki tingkat SMP, yaitu 12,3% dan 9,5% untuk siswa perempuan. Pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan untuk terus menekan angka merokok siswa di Jepang hingga titik terendah. Salah satu caranya, yaitu dengan menaikkan harga rokok hingga siswa sekolah tidak mampu lagi membeli rokok. Ditemukan juga fakta bahwa kebiasaan merokok cenderung disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti orang tua dan teman. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan siswa meniru kebiasaan orang disekitarnya (www.crs.or.jp_2011). Dalam komik Raifu pun, kebiasaan merokok yang dilakukan Manami dan Miki disebabkan oleh lingkungan pergaulan mereka. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara karya sastra dengan kehidupan nyata masyarakat Jepang.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

menyimpang yang terdapat dalam komik Raifu juga ditemukan faktanya dalam

kehidupan nyata masyarakat Jepang. Fakta-fakta sosial tersebut adalah Ijime, bunuh diri, melukai diri, menggunakan obat-obatan terlarang, dan merokokDari uraian tersebut juga diketahui bahwa penyebab terjadinya perilaku menyimpang yaitu kurangnya perhatian dari orang tua dan faktor lingkungan yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Central Reseacrh Service (2011) http://.crs.or.jp/backno.No623/6231.html Diakses pada tanggal 25 Juli 2012.

Fitri. 2009. Artikel Psikologi. Diakses dari website

http://www.papaninfo.com/pdf/self-injury-in-japan.html.

Pada tangal 6 Agustus 2012

Kebijakan Mencegah Angka Bunuh Diri Anak oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan     Jepang     (2007)     diakses     dari     website

http://www.mext.go.jp/a_menu/shotou/seitoshidou/06102402/002.htm Diakses pada tanggal 5 Agustus 2012

Kesepian Mendorong Bunuh Diri Di Jepang. 2012. Diakses dari website http://health.kompas.com/read/2012/05/02/14570880/Kesepian.Mendoron g.Bunuh.Diri.di.Jepang

Prilyasinta, 2012. “Perolaku Menyimpang Tokoh-Tokoh dalam Novel Dakara Anata Mo Ikinuite karya Ohira Mitsuyo”(skripsi). Denpasar : Universitas Udayana.

Pusat Bimbingan Siswa dan Penelitian Negeri, Kementerian Pendidikan Jepang (2007) diakses dari website http://www.mext.go.jp/b_menu/houdou/22/09_icsFiles/afieldfile/2010/09/ 14/1297352_01.pdf pada tanggal 1 September 2011

Shisei, Cho. 2006. Nihon Ni Okeru Ijime Ni Kansuru Kenkyuu [Penelitian Mengenai Ijime yang Terjadi di Jepang]. Japan : Univercity of Hiroshima. Diakses         dari         website         http://www.iie.hiroshima-

u.ac.jp/center/activities/japanase/pdf/JJC2006.pdf diakses pada 23 September 2011

The Asia Pacific Jurnal. Japan Fokus. Diakses dari http://www.japanfocus.org/-Shoko-YONEYAMA/3001

Yahoo News Japan (2011) http//www.dailynews.yahoo.co.jp/fc/domestic/suicide/ diakses pada tanggal 15 September 2011

http://saniroy.archiplan.ugm.ac.id/?p=217. Diakses pada tanggal 25 Juli 2012