Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 21.1 Nopember 2017: 12-18
Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail
Ni Wayan Kencanawati1*, I Nyoman Suparwa2, Made Sri Satyawati3 [123]Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya ̶ Universitas Udayana 1[[email protected]], 2[[email protected]], 3
*
Corresponding Author
Abstract
This Study is analyzed the affixes with source of data, which is the collection poetry of Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia by Taufiq Ismail. This research is intended to know the use of words and analyze the use of affixes seen from the form, function, and meaning. The method of data collection that used by researcher was observation method with uninvolved conversation observation technique and writing technique. In analyzing data, the researcher used distributional method with change technique and also analytical method, meanwhile in the presentation of data analysis methods used are formal and informal methods. The result showed that the used of affixes consist of singular word and complex word which is affixes word, repetition word, compound word and also the used of klitik word. The singular word had found consist of 22.717 and the compound word was 5.184. So, on the collection poetry Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia by Taufiq Ismail was tend use a singular word. Affixes had found on the collection of poetry was prefix meng-, ke-, ber-, di-, se-, per-, peng-, and ter-; inffixes -el-, -er-, and -em-; suffixes -an, -i, -kan, and -nya; and confict ke-…-an, ber-…-an, per-…-an, peng-…-
an, and se-…-nya; and also simulffixes meng-memper-…-i, meng-…-i, ter-…-kan, per-…-kan.
Keyword: affixes, analyzing, poetry.
Puisi adalah salah satu hasil karya sastra yang masih berkembang dengan ciri-ciri yang dimilikinya dapat memberikan nilai estetis (indah) pada ketepatan bunyi-bunyi dan kata (Anindyarini, 2008:84).
Puisi memiliki ketatabahasaan yang dinamakan licentia peotica. Licentia peotica adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari (penggunaan bahasa) biasa di dalam karya sastra yang dapat menyimpang dari kenyataan,
bentuk/aturan konvensional (Tria, 2015).
Bahasa puisi adalah bahasa yang tidak sepenuhnya terpaku pada bahasa
-kan, di-…-kan, memper-…-kan, diper-…-kan,
keilmiahan dan bahasa puisi yang digunakan mengandung banyak kemungkin-an makna. Bahasa puisi dituangkan dalam bentuk kata-kata. Kata sebagai pembentuk puisi terdiri atas kata tanpa afiks (kata tunggal) dan kata berafiks (kata kompleks).
Kata berafiks dibentuk melalui proses morfologis. Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1985:46). Kata-kata tersusun oleh beberapa morfem dan mengalami proses pembubuhan afiks (afiksasi), seperti prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),
konfiks (imbuhan terbelah), dan simulfiks (imbuhan gabung).
Dengan kebebasan penggunaan bahasa sesuai dengan yang telah disebutkan di atas, penyair bebas menggunakan afiks ataupun
menanggalkan afiks. Penyair dapat membuat kata atau afiks sendiri sesuai dengan kehendaknya sehingga dalam penggunaan bahasa dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan afiks. Dengan demikian, afiks yang digunakan oleh penyair menjadi hal yang menarik untuk diteliti.
Alasan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti pemakaian afiks pada kumpulan puisi karya Taufiq Ismail.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
-
1) Bagaimanakah pemakaian kata yang terdapat pada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail?
-
2) Bagaimanakah pemakaian afiks dilihat dari bentuk, fungsi, dan makna pada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail?
Tujuan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data serta memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan di bidang linguistik pada umumnya dan morfologi pada khususnya, sedangkan secara khusus penelitian ini secara menganalisis afiksasi pada sebuah karya sastra yaitu, puisi. Adapun tujuan khusus tersebut sebagai berikut.
-
1) Untuk mengetahui pemakaian kata yang terdapat pada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail.
-
2) Untuk menganalisis pemakaian afiks dilihat dari bentuk, fungsi, dan makna pada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail.
Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan metode dan teknik penelitian, yaitu (1) metode dan teknik pengumpulan data, (2) metode dan teknik analisis data, (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak atau penyimakan dibantu dengan teknik (SBLC) dan teknik catat. Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional (agih) dengan teknik lanjutan yaitu, teknik ganti. Kemudian, metode dan teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal dan informal.
Dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail dibahas pemakaian kata dan pemakaian afiks dilihat dari bentuk, fungsi, dan makna.
-
5.1 Pemakaian Kata pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail
Dalam kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail ditemukan pemakaian seluruh kata sejumlah 29.448 kata. Pemakaian kata dapat digolongkan ke dalam dua tipe. Kedua tipe yang dimaksud, yaitu kata tunggal
dan kata kompleks. Kata kompleks terdiri atas kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk. Selain kata yang telah disebutkan di atas, terdapat juga pemakaian klitik yang ditemukan pada kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail. Tipe kata yang ditemukan dengan jumlah angka kuantitatifnya terlihat pada tabel berikut ini.
No. |
Kata |
Jumlah Kata |
Persentase (%) |
1. |
Kata Tunggal |
22.717 |
77,2% |
2. |
Kata Berafiks |
5.184 |
17,7% |
3. |
Kata Ulang |
188 |
0,6% |
4. |
Kata Majemuk |
73 |
0,2% |
5. |
Kata Berklitik |
1.286 |
4,3% |
Jumlah |
29.448 |
100% |
Pada tabel di atas tampak bahwa pemakaian kata tunggal lebih banyak yaitu 22.717 kata. Kata kompleks yang terdiri atas kata berafiks berjumlah 5.184, kata ulang berjumlah 188, dan kata majemuk berjumlah 73. Pemakaian klitik berjumlah 1.286. Persentase data diambil berdasarkan jumlah temuan jenis kata dibagi jumlah keseluruhan kata dan dikalikan 100%. Berdasarkan persentase tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata tunggal lebih banyak, yakni (77,2%).
Kata tunggal ialah kata yang hanya dibangun oleh satu morfem bebas (Simpen, 2009:17--18). Pemakaian kata tunggal yang ditemukan dalam kumpulan puisi MAJOI berjumlah 22.717 atau 77,2%. Contoh kata tunggal, yaitu buka (KKDDB, 167).
Kata berafiks adalah kata yang sudah mengalami afiksasi atau mendapat tambahan afiks berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), dan simulfiks (imbuhan gabung). Pemakaian kata berafiks dalam kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail berjumlah 5.184 kata atau 17,7%. Salah satu contoh adalah berjalan (TTSKDBK, 25).
Kata ulang adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2007:182). Kata kompleks yang terbentuk sebagai akibat proses pengulangan dan afiksasi yang ditemukan pada kumpulan puisi MAJOI berjumlah 188 atau 0,6%. Contoh kata ulang, yaitu melupa-lupakan (YMYM, 128).
Kata majemuk atau pemajemukan adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru (Chaer, 2007:185). Kata kompleks terbentuk sebagai akibat pemajemukan yang ditemukan pada kumpulan puisi MAJOI berjumlah 73 kata atau 0,2%. Contoh kata majemuk, yaitu pesawat tempur (MAJOI, 20).
Klitik adalah bentuk terikat yang secara fonologis tidak mempunyai tekanan sendiri dan yang tidak dapat dianggap morfem terikat karena dapat
mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, tetapi tidak mempunyai ciri-ciri kata karena tidak dapat berlaku sebagai bentuk bebas (Kridalaksana, 2008:126). Klitik yang ditemukan pada kumpulan puisi MAJOI berjumlah 1.286 atau 4,3%. Contoh kata berklitik, yaitu melihatmu (SH, 79).
Selain pemakaian kata yang telah dijelaskan di atas, dalam kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail ini ditemukan pemakaian afiks dan pemakaian kata tunggal yang salah. Contoh kesalahan pemakaian afiks yang salah, yaitu mencat
(KSKDT2040KMPC,52), pemboman (KBMSM, 08), dan dirubah (Fh, 169). Contoh kata tunggal yang salah ialah kata apotik (YSTDAG, 09) yang seharusnya adalah apotek.
-
5.2 Pemakaian Afiks Dilihat dari Bentuk, Fungsi, dan Makna pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail 5.2.1 Prefiks
Arifin (2009:6) mengatakan bahwa awalan (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian). Prefiks ada delapan jenis, yaitu meng-, ke-, ber-, di-, se-, peng-, per-, dan ter-. Dalam data kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail ditemukan semua jenis prefiks.
meng- + ikat → mengikat (DJ, 47) ke- + dua → kedua (SMPST, 61)
ber- + saudara →bersaudara (SMOOB, 34)
di- + bunuh → dibunuh (BP, 18) se- + ekor → seekor (MGTTDR,
95)
peng- + bicara →pembicara (MPK,
per- + ternak → peternak (BDS, 90) ter- +dengar →terdengar (YSTDAG,
09)
Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (prefiks verbal aktif, baik transitif maupun intransitif). Berikut ini contoh fungsi prefiks meng-.
-
1. berjuta belalang menyerang lahan pertanian (KBMSM, 07) → transitif
-
2. ada sungai meninggi jalanan (RBPDBKR, 162) → intransitif
Prefiks meng- memiliki makna ‘mengerjakan’ atau ‘melakukan’ terlihat pada contoh berikut ini.
Kulihat anak-anak muda dan anak-anak tua sibuk membaca dan menuliskan catatan (KKDDB, 167) ‘melakukan kegiatan baca’
Bahasa Indonesia mempunyai sisipan -el-, -em-, -er-, dan -in- yang tidak lagi produktif. Sekarang kata dengan infiks cenderung dianggap sebuah kata. Pembentuk kata dengan infiks adalah dengan menyisipkan infiks tersebut pada bentuk dasar.
-
a) Bentuk Infiks
tapak + -el- → telapak (TTSKDBK, 25) kilau + -em- → kemilau
(PDM28M1830, 179)
ter- + cabut + -er- → tercerabut (SJ, 05)
Fungsi infiks -em- pada kata gemerlapan (JP, 111) adalah sebagai pembentuk adjektiva.
Infiks -em- memiliki makna ‘berulang-ulang (frekuentatif)’ terlihat pada contoh berikut ini.
Sesak dan mahal, bertumpuk serta gemerlapan (JP, 111) memiliki makna ‘sesak dan mahal, bertumpuk serta gemerlap’
Sufiks adalah morfem terikat yang dilekatkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata. Jumlah sufiks asli dalam bahasa Indonesia terbatas yaitu -an, -i, -kan, dan -nya (Putrayasa, 2008:27). Sufiks -man, -
wan, -wati, -isasi, -isme merupakan sufiks serapan yang sudah produktif dalam pembentukan bahasa Indonesia. a) Bentuk Sufiks laut + -an → lautan (JR, 168)
lepas + -kan → lepaskan (EJK, 17) marah + -i → marahi (KSDBB, 99) seni + -man → seniman (BSB, 23) sastra + -wan →sastrawan (JR, 168) akhir + -nya → akhirnya (PT, 145)
Sufiks -kan berfungsi sebagai sufiks pembentuk kata kerja (sufiks verbal). Contoh fungsi sufiks -kan, yaitu berikan (DW, 15)
Sufiks -kan memiliki makna ‘melakukan untuk/bagi orang lain’ terlihat pada contoh di bawah ini.
Saksikan inilah yang kepada kami mereka wariskan (PGSTT30T, 78) ‘memberi waris/warisan’
Menurut Arifin (2009:75), konfiks adalah imbuhan tunggal yang terdiri atas dua unsur yang terpisah, satu unsur terletak di sebelah kiri dan satu
unsur lagi di sebelah kanan bentuk dasar yang dilekatinya. Itulah sebabnya konfiks sering juga disebut imbuhan terbelah. Konfiks tidak boleh melekat secara berurutan. Konfiks dapat dibagi menjadi lima, yaitu konfiks ke-…-an, ber-…-an, peng-…-an, per-…-an, dan se-…-nya.
-
a) Bentuk Konfiks
uang + ke-…-an |
→ |
keuangan |
(SEKDT, 28 lebih + ber-…-an |
→ |
berlebihan |
(DW, 15) adil + peng-…-an |
→ |
pengadilan |
(MAJOI, 21) tani + per-…-an |
→ |
pertanian |
(KBMSM, 07)
utuh + se-…-nya → seutuhnya (GL, 31)
Konfiks ber-…-an berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (konfiks verbal). Berikut ini contoh data ber-…-an sebagai pembentuk kata kerja yang ditemukan pada kumpulan puisi MAJOI.
berserakan (T, 181)
Konfiks ber-…-an memiliki makna ‘saling’ atau ‘berbalasan’ (resiprokal) terlihat pada contoh di bawah ini.
Mata kita berpapasan memang mungkin kenal di mana (SH, 79) ‘saling papas’
Menurut Putrayasa (2008:34), ciri-ciri simulfiks (imbuhan gabung) ialah (1) tidak secara bersama-sama membentuk nosi atau arti yang baru, (2) imbuhan gabung biasanya membentuk kata jenis verba. Contoh imbuhan gabung yang dikemukakan oleh Putrayasa, yaitu imbuhan gabung meng-
…-kan, di-…-kan, memper-…-kan,
diper-…-kan, memper-…-i, diper-…-i.
ajar + memper-…-i → mempelajari (ACW, 65)
tukar + meng-…-kan → menukarkan (CR, 11)
tanya + diper-…-kan → dipertanyakan (GL, 31)
main + memper-…-kan → mempermainkan (DJ, 47)
Simulfiks memper-…-kan berfungsi sebagai pembentuk verba, contoh pada kumpulan puisi MAJOI sebagai berikut. memperjuangkan (ARPZYIDB, 148)
Simulfiks memper-…-kan memiliki makna ‘menjadikan sesuatu’ terlihat pada contoh di bawah ini.
mempermainkan cahaya (DJ, 47)
‘memainkan cahaya’
6. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai pemakaian afiks pada kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail, dapat disimpulkan hal-hal seperti di bawah ini.
Pemakaian kata yang ditemukan pada kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail berwujud kata tunggal (yang belum mengalami proses pembentukan), kata kompleks yang terdiri atas kata berafiks, kata berulang, kata majemuk, dan kata berklitik. Seluruh pemakaian kata pada kumpulan puisi MAJOI ini berjumlah 29.448 kata. Pada kumpulan puisi MAJOI juga ditemukan kesalahan pemakaian kata. Kesalahan pemakaian kata dilihat dari kata kompleks yang berwujud kata
berafiks dan kesalahan pemakaian kata pada kata tunggal.
Pemakaian afiks dilihat dari bentuk, fungsi, dan makna ditemukan pada kumpulan puisi MAJOI karya Taufiq Ismail terdiri atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), dan simulfiks (imbuhan gabung). Prefiks yang ditemukan ialah meng-, ke-, ber-, di-, se-, peng-, per-, ter-. Infiks yang ditemukan ialah -el-, -em-, -er-. Sufiks yang ditemukan ialah -an, -i, -kan, dan -nya serta sufiks-sufiks serapan. Konfiks yang ditemukan ialah ke-…-an, ber-…-an, peng-…-an, per-…-an, dan se-…-nya. Simulfiks yang ditemukan ialah meng-…-kan, member-…-kan, di-…-kan, memper-…-kan, diper-…-kan,
memper-…-i, diper-…-i.
DAFTAR PUSTAKA
Anindyarini, Atikah dan Sri Ningsih.
2008. Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Arifin, Z. dan Junaiyah. 2009. Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Chaer, A. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi: (Bentuk Derivasional
dan Infleksional). Bandung: PT Rafika Aditama.
Ramlan, M. 1985. Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi Suatu
Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Simpen, I Wayan. 2009. Morfologi Sebuah Pengantar Ringkas.
Denpasar: Udayana University
Press.
Tria, Uci. 2015. “Pengertian Licentia Poetica”.
https://plus.google.com/104603254 733299294710/posts/GWFUyZ5Ht Ye. Diakses 22 Mei 2017.
18
Discussion and feedback