ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 17.3 Desember 2016: 180 - 187

Legenda Yeh Abang Dan Pura Nampusela Di Desa Padangan: Analisis Struktur, Fungsi, Dan Nilai

Ni Luh Gede Windari Giri1*, I Gde Nala Antara2, I Nyoman Supatra3 123Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]]

3

3[[email protected]

*

Corresponding Author

Abstrak

This study examines the legend of Yeh Abang and Pura Nampusela. The purpose of this research is to be able to describe the structure, function, and value in the Legend Yeh Abang and Pura Nampusela so it can be used as a guide to the behavior of people, especially people of Bali. Grounding theory used in this research is the structural theory, function, and value. Used structural theory based on the theory of Teeuw, Sukada, and Nurgiyantoro. For the analysis of the functions and values guided by the theory of functions and value delivered by Teeuw, Ratna, and Yudibrata. The method used in procuring data that observation and interview methods are supported with recording techniques as well as recording. In the data processing method used is descriptive-analytic and presentation of data analysis using informal methods.

The results obtained in this study is a narrative structure that consists of: incidents, plot, character and characterization, setting, theme, and mandate. That the functions contained religious function, social function and the function of education is closely related to the situation of the villagers Padangan. And contains values of religious, ethics, magical value, social value and educational value.

Keywords: Legend, structure and function

  • 1.    Latar Belakang

Legenda merupakan bagian dari folklore. Folklore adalah sebagian kebudayaan yang tersebar dan diwariskan turun-temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Bila dilihat dari segi sastra, maka legenda adalah sebuah karya sastra yang mengandung nilai-nilai etika moral religious (kepercayaan), nilai adat atau kebiasaan, nilai historis dan mengandung kepercayaan dan kesetiaan yang sangat tinggi. Pada kesempatan ini, hal-hal yang menarik untuk diteliti adalah legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela. Legenda ini sangat menarik untuk diteliti, karena keberadaannya yang sangat dipercaya dan diyakini oleh masyarakat Desa Padangan. Selain sebagai salah

satu tradisi di Desa Padangan, Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela menarik diteliti karena warga penutur di Desa Padangan menggunakan dialek bahasa Bali Aga sehingga banyak terdapat kata-kata yang unik. Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela juga mengandung fungsi dan nilai-nilai yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pokok Permasalahan

  • 1)    Bagaimanakah struktur teks legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela di Desa Padangan?

  • 2)    Bagaimana fungsi legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela di Desa Padangan?

  • 3)    Nilai-nilai apa yang terkandung di dalam legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela di Desa Padangan

  • 3.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melestarikan budaya daerah khususnya legenda yang ada di Desa Padangan, sehingga tumbuh kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Adapun tujuan khusus yaitu;

  • 1)    Untuk mendeskripsikan struktur teks legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela di Desa Padangan.

  • 2)    Untuk mendeskripsikan fungsi legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela di Desa Padangan.

  • 3)    Untuk mendeskripsikan nilai yang terkandung di dalam legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela di Desa Padangan.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Teknik menurut Ratna (2010: 3) berasal dari kata tekhnikos, bahasa Yunani, juga berart alat atau seni menggunakan alat. Mekanisme kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, antara lain: (1) tahap penyediaan data; (2) tahap pengolahan data; (3) tahap penyajian hasil analisis.

  • 1)    Tahap Penyedian Data

Metode yang digunakan pada tahap penyedian data ini adalah metode observasi dan metode wawancara. Metode observasi dilakukan di Desa Padangan untuk memperoleh informasi tentang kepastian adanya Legenda Yeh Abang dan Pura

Nampusela. Setelah dapat dipastikan keberadaan legenda tersebut maka selanjutnya dilakukan wawancara dengan informan di Desa Padangan. Teknik yang digunakan adalah teknik perekaman dan pencatatan. Perekaman dilakukan dengan alat perekaman agar hasil wawancara lebih sempurna dan tidak ada data yang terlewatkan. Kemudian untuk menghindari keterlupaan data digunakan teknik pencatatan, karena keterbatasan untuk mengingat. Dari data yang didapatkan secara lisan tersebut kemudian ditranskripsikan sehingga menjadi dokumen tertulis. Pada tahap penyediaan data didukung dengan beberapa teknik lainnya, yaitu teknik terjemahan dan teknik pencatatan. Teknik terjemahan digunakan untuk mengalih bahasakan Teks Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela yang berbahasa Bali ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia) agar lebih mudah dipahami.

  • 2)    Tahap Analisis Data

Dalam tahap analisis data ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2010:53). Analisis dilakukan terlebih dahulu dengan menganalisis struktur legenda yang meliputi struktur naratif, kemudian dilanjutkan dengan analisis fungsi dan nilai.

  • 3)    Tahap Penyajian Hasil Analisis

Setelah data diolah dengan maksimal, maka akan dilanjutkan dengan tahap penyajian hasil analisis. Pada tahap penyajian hasil analisis, metode yang digunakan adalah metode informal. Metode informal merupakan cara penyajian data dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sebagai sarananya.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

    • 5.1    Struktur Teks Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela

  • (1)    Insiden

Insiden dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela terdiri dari enam insiden yang terjadi secara berurutan sehingga membangun cerita dengan baik karena merupakan insiden yang logis.

  • (2)    Alur

Alur Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela menggunakan pola alur menurut Tasrif, yang terdiri dari lima tahapan meliputi; 1) tahap situation, 2)

tahap generating circumstances, 3) tahap rising action, 4) tahap climax, dan 5) tahap denouement (dalam Nurgiyantoro, 2009: 149-150).

  • (3)    Tokoh dan penokohan

Tokoh dan penokohan dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela secara umum dibedakan menjadi tiga yaitu tokoh utama, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer. Tokoh utama dalam Legenda Yeh Abang yaitu Ida Dukuh Sakti, sedangkan tokoh utama dalam Legenda Pura Nampusela yaitu Ayu Laksmi Dewi. Tokoh sekunder dalam Legenda Yeh Abang yaitu warga pemburu dan istri salah satu warga pemburu, sedangkan tokoh sekunder dalam Legenda Pura Nampusela yaitu Bagus Made Mentang Yudha dan Aji Panji Reret. Tokoh komplementer atau tokoh pelengkap dalam Legenda Yeh Abang yaitu Ida Ayu Arum, anak Ida Dukuh Sakti, dan warga Desa. Sedangkan tokoh komplementer dalam Legenda Pura Nampusela yaitu warga Desa Padangan. Penokohan dari Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela dilihat dari dimensi fisikologis, psikologis, dan sosiologis dengan menggunakan cara analitik dan dramatik.

  • (4)    Latar

Latar dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela mencakup tiga unsur yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat yang digunakan dalam Legenda Yeh Abang yaitu Desa Padangan, hutan di Desa Padangan, rumah Ida Dukuh Sakti, rumah salah satu warga, dan di sisi pangkung. Sedangkan latar tempat pada Legenda Pura Nampusela yaitu di Paras Putih, taman, dan di Pura Nampusela. Latar waktu dalam Legenda Yeh Abang meliputi dua hari setelah tiga bulanan, dan menjelang malam hari. Sedangkan latar waktu pada Legenda Pura Nampusela yaitu piodalan di Pura Nampusela hanya dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun sekali. Kemudian latar sosial dalam Legenda Yeh Abang yaitu upacara tiga bulanan, dan keluarga brahmana. Latar sosial Legenda Pura Nampusela yaitu piodalan.

  • (5)    Tema

Tema dalam cerita Legenda Yeh Abang yaitu tentang terjadinya Yeh Abang dan karmaphala. Selanjutnya amanat yang terdapat dalam Legenda Yeh Abang terkandung pesan-pesan yang ingin disampaikan diantaranya setiap

tindakan harus berlandaskan Tri Kaya Parisudha dan setiap tindakan akan mendapatkan phala sesuai dengan karmanya. Kemudian tema dalam Legenda Pura Nampusela yaitu pelaksanaan upacara di Pura Nampusela.

  • (6)    Amanat

Amanat dalam Legenda Pura Nampusela yaitu sikap saling menghargai sesama, dan tidak membeda-bedakan dari segi fisik, serta larangan bagi para wanita untuk melaksanakan kegiatan di Pura Nampusela baik saat piodalan maupun tidak.

  • 5.2    Fungsi dan Nilai Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela

    A.    Fungsi

Fungsi sastra dalam masyarakat sering masih lebih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah (Teeuw, 1984: 304). Luxemburg (1984: 25) berpendapat bahwa suatu karya sastra tidak hanya mencerminkan kenyataan, melainkan juga dapat dan harus turut membangun masyarakat. Karya sastra akan berperan sebagai guru karena ia akan menjalankan fungsinya yang identik.

Fungsi dari Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela meliputi fungsi religius, fungsi sosial, dan fungsi pendidikan. Fungsi religius dalam Legenda Yeh Abang yaitu fungsi tattwa dimana dalam hal ini percaya dengan adanya karmaphala, fungsi etika yaitu setiap melaksanakan upacara manusa yadnya dan pitra yadnya agar nunas toya di Yeh Abang, fungsi ritual yaitu toya Yeh Abang dipergunakan sebagai sarana panglukatan. Fungsi sosial Legenda Yeh Abang yaitu sebagai pemersatu dengan cara gotong royong, fungsi pendidikan Legenda Yeh Abang yaitu memaham dan menjalankan trade yang telah dilaksanakan secara turun temurun.

Fungsi religius dalam Legenda Pura Nampusela yaitu fungi tattwa percaya dengan Ida Sanghyang Widhi dengan manifestasinya sebagai Ida Bhatari Ayu Manik Amertha, fungsi etika yaitu wanita dilarangan dalam mela untuk memasuki Pura Nampusela terkait bisama Ida Ayu Laksmi Dewi, dan fungsi ritual yaitu pelaksanaan piodalan di Pura Nampusela. Fungsi sosial Legenda Pura Nampusela yaitu kebersamaan masyarakat Desa Padangan dalam melaksanakan kegiatan upacara dengan sistem ngayah. Fungsi pendidikan yaitu mendidik para laki-laki untuk mengetahui banten dan rentetan upacara di Pura Nampusela.

  • B.    Nilai

Nilai dapat diartikan harga, sifat dan hal-hal penting atau berharga bagi manusia (Poerwadarminta, 1982: 677). Karya sastra pada umumnya mengandung nilai-nilai budaya yang tertuang lewat deskripsi struktur ceritanya. Sejalan dengan hal tersebut, Koentjaraningrat (1977: 32) mengatakan bahwa dalam karya sastra tertuang deskripsi tentang nilai-nilai didaktik, antripologis, sosial-religius, dan nilai-nilai psikologis.

Nilai yang terkandung dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela meliputi nilai agama, nilai etika, nilai magis, nilai sosial, dan nilai pendidikan.

  • (1)    Nilai Agama

Nilai agama yang terkandung dalam Legenda Yeh Abang yaitu percaya dengan adanya karma phala. Warga Desa Padangan meyakini bahwa bisama Ida Dukuh Sakti benar-benar terjadi dan nunas toya di Yeh Abang sebagai sarana penglukatan dalam upacara manusa yadnya maupun pitra yadnya sudah dilaksakan secara turun temurun. Sedangkan Nilai Agama yang terdapat dalam Legenda Pura Nampusela yaitu percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi (widhi sradha). Terbukti yang dipuja di Pura Nampusela adalah Ayu Laksmi Dewi yang bergelar Ida Bhatari Ayu Manik Amertha sebagai Ista Dewatanya yang dianggap sebagai dewi kesuburan yang memberikan kemakmuran pada penyiwi dan pengemponnya.

  • (2)    Nilai Etika

Nilai etika dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela tercermin dari tingkah laku tokoh-tokohnya. Nilai etika yang terdapat dalam Legenda Yeh Abang yaitu tingkah laku yang baik mengenai sopan santun yang diperlihatkan dari sikap Ida Dukuh Sakti. Sedangkan nilai etika yang terdapat dalam Legenda Pura Nampusela adalah tingkah laku yang baik yaitu mematuhi perintah orangtua seperti yang dilakukan oleh Bagus Made Mentang Yudha untuk tinggal di tanah yang beralaskan perak, sehingga bagus Made Mentang Yudha tinggal di Desa Padangan.

  • (3)    Nilai Magis

Nilai magis yang terdapat dalam Legenda Yeh Abang yaitu ketika Ida Dukuh Sakti menanak beras hanya sebutir kulit telur saja, namun ketika rombongan

warga yang berburu memakannya nasi tersebut tidak habis-habis. Sedangkan milai magis yang terdapat dalam Legenda Pura Nampusela yaitu kekuatan dari bisama Ayu Laksmi Dewi yang melarang para wanita untuk memasuki Pura Nampusela. Jika ada yang melanggarnya akan terjadi malapetaka bagi yang melanggarnya.

  • (4)    Nilai Sosial

Nilai sosial yang terdapat dalam Legenda Yeh Abang yaitu ketika Ida Dukuh Sakti melaksanakan upacara tiga bulanan anaknya. Sedangkan Nilai sosial dalam Leganda Pura Nampusela yaitu ketika dua orang wanita melanggar bisama Ayu Laksmi Dewi dan peraturan adat yang berlaku di Pura Nampusela

  • (5)    Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan dalam Legenda Yeh Abang mengajarkan kita hidup dalam bermasyarakat, dalam masyarakat hendaknya saling menghormati. Sedangkan dalam legenda Pura Nampusela diajarkan untuk tidak memandang seseorang dari fisiknya saja, karena fisik bukan tolak ukur dari baik buruknya seseorang. Kita harus lebih memiliki rasa peduli terhadap seseorang yang memiliki kekurangan fisik, bukan mengesampingkannya.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan hasil, maka dapat disimpulkan analisis struktur, fungsi, dan nilai dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela sebagai berikut:

  • 1.    Analisis terhadap struktur naratif pertama yaitu insiden. Insiden dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela terdapat enam insiden penting. Alur dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela secara umum sama-sama memiliki alur lurus. Tokoh dan penokohan pada Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela yang meliputi tokoh utama, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer atau pelengkap, digambarkan juga perwatakan tokoh pada Legenda tersebut kedalam tiga dimensi pokok yaitu fisikologis, psikologis, dan sosiologis. Pada Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela terdapat tiga latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Tema dari Legenda Yeh Abang adalah terjadinya Yeh Abang dan karmaphala, sedangkan tema dari Legenda Pura Nampusela yaitu

prosesi upacara di Pura Nampusela. Serta adanya amanat pada Legenda Yeh Abang yaitu agar setiap tindakan harus berlandaskan Tri Kaya Parisudha, setiap perbuatan akan mendapatkan phala sesuai karmanya. Sedangkan amanat dari Legenda Pura Nampusela yaitu sikap saling menghargai sesama serta larangan bagi para wanita untuk tidak melaksanakan kegiatan di Pura Nampusela baik itu saat piodalan maupun tidak.

  • 2.    Fungsi Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela meliputi fungsi religius, fungsi sosial, dan fungsi pendidikan.

  • 3.    Nilai yang terkandung dalam Legenda Yeh Abang dan Pura Nampusela meliputi nilai agama, nilai etika, nilai magis, nilai sosial, dan nilai pendidikan.

  • 7.    Daftar Pustaka

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Luxemburg, Jan Van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

187