ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 17.3 Desember 2016: 88 -97

Resepsi Teks Kakawin Hariwangsa Dalam Geguritan Hariwangsa

I Wayan Peri Yadnyana1*, I Wayan Suardiana2, Ni Made Suryati3 123Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1 [peri. yadnyana@gmail .com] 2[i.suardiana@yahoo .co.id] 3[suryati.jirnaya@yahoo.co.id]

*

Corresponding Author

Abstrak

This study discusses Kakawin Hariwangsa and Geguritan Hariwangsa. The purpose of research describing the structure of narrative and how far do the reception kakawin into shape geguritan.

This study used structural theory of Teeuw, and reception theory of Junus powered by Jausz, Kelvin, and Fokema. Methods and techniques use divided into three stages, namely: (1) at the stage of providing data used method of reading aided engineering log and translation techniques, (2) at the stage of data analysis used descriptive comparative aided engineering analytical description, and (3) at the stage of presentation of the results of analysis Data used informal methods aided engineering inductive and deductive.

The results achieved in this study, known Kakawin Hariwangsa narrative structures using a loose groove with the background of a kingdom Dwarawati, Kundina kingdom, the kingdom of the Pandavas, and setting time in the afternoon. The characters in Kakawin Hariwangsa namely Sang Krishna, Dewi Rukmini, Sang Jarasandha, Sang Pandavas and Hyang Narada. Themes in kakawin hariwangsa is loyalty and mandate that every person who faithfully and waited for her beloved then they will meet and unite with the person loves. Geguritan Hariwangsa using loose groove with background Dwarawati kingdom, the kingdom Kundina, the kingdom Magada, garden Kundina kingdom, and the kingdom Indraprasta and timescapes afternoon, seven in the evening, a full moon toward the fourth month, the afternoon before the evening and when the day was good. The characters in the Geguritan Hariwangsa namely Sang Krishna,Dewi Rukmini, Sang Jarasandha, Hyang Narada SangYudistira, Sang Arjuna, Sang Bima, Ni Kesari and I Priambada. Themes in kakawin hariwangsa is loyalty and mandate that we have to wait for someone to love us because no matter how hard we will unite separated. Kakawin Hariwangsa of narrative structure and Geguritan Hariwangsa obtained reception of kakawin towards geguritan where reception is not done thoroughly because there are some differences.

Key words: Kakawin Hariwangsa, Geguritan Hariwangsa, Reception

  • 1.    Latar Belakang

Menurut Agastia, geguritan merupakan suatu karya sastra tradisional atau klasik yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh-pupuh dan diikat oleh beberapa syarat yang disebut padalingsa, yaitu banyaknya suku kata dalam tiap-tiap baris, banyaknya baris dalam tiap-tiap bait, dan bunyi akhir tiap-tiap baris (Agastia, 1980: 16-17). Geguritan biasanya menggunakan bahasa Bali Kepara, yaitu bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh mayoritas masyarakat Bali yang menganut agama Hindu. Karya sastra geguritan diciptakan dalam tradisi Bali, baik itu berdasarkan wujud kreatif murni, pengalaman, maupun autobiografi pengarang. Disamping itu dalam kenyataan yang ada, terdapat karya sastra dalam bentuk geguritan lahir berdasarkan babon atau karya sastra yang tercipta sebelumnya. Menurut istilah tradisionalnya di Bali disebut dengan istilah peparikan (Agastia, 1980:12).

Terdapat karya sastra geguritan yang lahir ke dalam sastra Bali klasik diciptakan berdasarkan suatu babon seperti Geguritan Dalem Sukawati yang diciptakan berdasarkan Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Arya Kutawaringin Kubon Tubuh yang tercipta berdasarkan Babad Arya Kutawaringin. Dalam kesempatan ini penulis meneliti Geguritan Hariwangsa yang diciptakan beradasarkan Kakawin Hariwangsa. Geguritan Hariwangsa diciptakan oleh Bapak I Nyoman Tangkas dari Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Kakawin Hariwangsa pernah dijadikan objek penelitian oleh Putra Agung Gde Geriya dalam penelitiannya dengan judul "Analisis Struktur Kakawin Hariwangsa".

Selain memiliki keterkaitan kisah Mahabharata, di dalam Kakawin Hariwangsa kita dapat belajar bagaimana seseorang pemimpin harus bertindak dan berfikir yang bijaksana serta mengajarkan setia menunggu pasangan kita meskipun telah terpisah. Penelitian dengan kajian resepsi sastra dilakukan untuk mengungkapkan teks Kakawain Hariwangsa sebagai induk maupun Geguritan Hariwangsa sebagai penyambut, sehingga persambungan kedua teks itu dapat ditemukan. Meskipun memiliki pertalian, kadang-kadang terdapat juga perbedaan

cerita yang sampai kepada pembaca karena berada dalam ruang waktu yang berbeda dengan naskah sumber pertama diciptakan dan biasanya telah mengalami penambahan maupun pengurangan.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat di dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana struktur Geguritan Hariwangsa? (2) Bagaimana proses resepsi dari Kakawin Hariwangsa menuju Geguritan Hariwangsa?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian terhadap Geguritan Hariwangsa memiliki tujuan yaitu meningkatkan daya apresiai masyarakat terhadap hasil-hasil sastra Bali tradisional. Tujuan khusus atas dasar teori resepsi sastra dapat mengungkapkan struktur naratif yang membangun Geguritan Hariwangsa. Didapatkan data dan informasi mengenai resepsi Kakawin Hariwangsa menuju Geguritan Hariwangsa yang memuat hubungan atau pertalian antara Kakawin Hariwangsa sebagai naskah induk dan Geguritan Hariwangsa sebagai naskah penyambut.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode adalah cara-cara strategis untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis, untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2009:34). Dalam penelitian ini metode dan teknik dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu: (1) pada tahap penyediaan data digunakan metode membaca dibantu teknik catat dan teknik terjemahan, (2) pada tahap analisis data digunakan deskriptif komparatif dibantu teknik deskriptif analitik, dan (3) pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode informal dibantu teknik induktif dan deduktif.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

  • 1)    Struktur Kakawin Hariwangsa

Teeuw (1984:154), mengungkapkan pendekatan struktural merupakan langkah awal yang sulit dihindari, karena pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahuluan. Dalam teori sastra, khususnya strukturalisme terdapat padangan bahwa teks mempunyai struktur yang utuh dan bulat. Geguritan Hariwangsa merupakan teks naratif yang bercerita di dalamnya terdapat insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat sehingga antara struktur bentuk dan sturktur naratif yang membangun tidak dapat dipisahkan.

  • a)    Alur

Naskah Kakawin Hariwangsa mempunyai alur longgar dimana adanya perbedaan tebal naskah, yang di dalamnya mungkin terjadi penyisipan-penyisipan (interpolasi) atau penghilangan-penghilangan (omssi) dari masing-masing cerita naskah tersebut. Peristiwa-peristiwa di dalam Kakawin Hariwangsa diuraikan secara baik sehingga jalan ceritanya lancar dan terasa hidup, insiden-insiden diuraikan sedimikian rupa sehingga dapat menunjukan kejadian yang logis tanpa merusak keutuhan ceritanya.

  • b)    Tokoh dan Penokohan

Tokoh-tokoh dan penokohan di dalam Kakawin Hariwangsa yaitu :

  •    Sang Kresna, dimana Sang Kresna berwatak ksatria dengan segala budi luhurnya.

  •    Dewi Rukmini, dimana Dewi Rukminitokoh wanita yang mempunyai budi pekerti luhur dan setia pada suaminya.

  •    Sang Jarasanda, dimana Sang Jarasandatokoh yang sombong serta mempunyai sifat iri, dengki dan suka memfitnah.

  •    Pandawa, dimanaPandawa tokoh yang memiliki budi pekerti luhur, dia selalu memberi pertolongan kepada orang-orang yang minta bantuan dan sebagai watak ksatria dalam menegakkan dharma.

  •    Hyang Narada, dimana Hyang Narada memiliki sifat tanggung jawab karena semua disampaikan kepada yang bersangkutan, walaupun menyebabkan perang atau perdamaian.

  • c)    Latar

Latar tempat di dalam Kakawin Hariwangsa yaituKerajaan Dwarawati, Kerajaan Kundina, dan Kerajaan Pandawa. Latar waktu yang terdapat di dalam Kakawin Hariwangsayaitu pada sore hari.

  • d)    Tema

Tema yang terdapat didalamKakawin Hariwangsa adalah kesetiaan.

  • e)    Amanat

Amanat yang disampaikan Kakawin Hariwangsayaitu kita harus menunggu seseorang yang mencintai kita, meskipun dipisahkan pasangan tersebut akan bersatu.

  • 2)    Struktur Geguritan Hariwangsa

  • a)    Alur

Terdapat kutipan-kutipan tentang keindahan taman istana Dwarawati di dalam Geguritan Hariwangsa, dimana cerita dalam Geguritan Hariwangsa beralur longgar. Sedangkan jika dilihat dari segi bentuk alurnya, alur dari cerita Geguritan Hariwangsa menggunakan alur lurus, yaitu terbukti dengan adanya peristiwa dari awal, tengah, dan akhir.

  • b)    Tokoh dan Penokohan

Tokoh-tokoh dan penokohan di dalam Geguritan Hariwangsa yaitu :

  •    Sang Kresna, Sang Kresna digambarkan sebagai seorang raja yang bijaksana dalam mengambil keputusan dan setia menunggu cinta sejatinya.

  •    Dewi Rukmini, Dewi Rukmini memiliki sifat yang setia meskipun ada yang telah melamarnya tetapi dia tidak mau.

  •    Sang Jarasanda, Sang Jarasanda memiliki sifat yang iri hati dan suka menghasut.

  •    Hyang Narada, Hyang Narada memiliki sifat bertanggung jawab.

  •    Sang Yudistira, Sang Yudistira memiliki sifat-sifat yang bijaksana dalam memerintah dan mengambil keputusan selalu berdasarkan ajaran kebenaran, meskipun terkadang hal itu menyebabkan dirinya sakit.

  •    Sang Arjuna, Sang Arjuna berwatak ksatria karena meskipun mengetahui dirinya bersahabat baik dengan Sang Kresna dia tetap membela kebenaran.

  •    Sang Bima, Sang Bima memiliki sifat yang cepat marah dan bertindak kasar.

  •    I Priyambada, I Priambada memiliki sifat yang patuh dan setia kepada tuannya yaitu Sang Kresna.

  •    Ni Kesari, memiliki sifat-sifat yang sama dengan I Primbada yaitu sebagai pelayan yang ingat akan tugas, patuh, dan setia pada tuannya.

  • c)    Latar

Latar tempat di dalam Geguritan Hariwangsa yaitu Kerajaan Dwarawati, Kerajaan Kundina, Kerajaan Magada, taman Kerajaan Kundina, dan Kerajaan Indraprasta. Latar waktu yang terdapat didalam Geguritan Hariwangsa diantaranya sore hari, jam tujuh malam, bulan purnama menuju bulan keempat, sore menjelang malam hari dan pada saat hari yang baik.

  • d)    Tema

Tema yang terdapat di dalam Geguritan Hariwangsa yaitu kesetiaan.

  • e)    Amanat

Amanat yang terdapat di dalam Geguritan Hariwangsa yaitu setiap orang yang setia dan menunggu yang dicintainya maka mereka akan bertemu dan bersatu dengan orang yang dia cintai.

  • 3)    Resepsi Teks Kakawin Hariwangsa dalam Geguritan Hariwangsa

Resepsi adalah bagaimana "pembaca" memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya (Junus, 1985:1). Peranan pembaca dapat dlihat sebagai bagian penting dan istimewa dalam penelitian karya sastra. Jausz, (1983:20-21) mengajukan tujuh tesus dalam teori estetika resepsi, yaitu: pertama, sebuah karya sastra bukanlah objek yang berdiri sendiri dan memberikan wajah sama kepada 93

masing-masing pembaca pada setiap periode. Kedua, pegalaman pembaca itu akan melahirkan horison harapan yang berperan megarahkan pembaca ketika membaca suatu karya sastra. Ketiga, horison harapan suatu karya sastra mengizinkan seseorang menemukan karakter astistiknya melalui sesamanya ataupun derajat tingkat pengaruhnya kepada pembaca yang disyaratkan. Keempat, rekrontruksi horison harapan dalam wajah suatu karya yang diciptakan dan diterima pada masa lampau memungkinkan seseorang di sisi lain bertanya bahwa teks juga memberikan suatu jawaban, dan dengan demikian untuk menemukan pembaca masa kini dapat memandang dan memahami karya. Kelima, teori resepsi tidak hanya mengizinkan seseorang untuk memahami arti dan bentuk karya sastra dalam bentangan historis pemahamannya. Keenam, teori resespsi menempatkan teks bacaan dalam satu perspektif diakroik (kedudukan historisnya) dan sinkronik (kedudukan sezamannya) secara baik. Ketujuh, resepsi tidak hanya menempatkan suatu karya sastra dalam penampang diakronik ataupun sinkronik, tetapi melihat sejarah khusus dalam hubungan unuk yang dmilikinya terhadap sejarah umum.

  • a)    Pertalian Alur

  •    Kresna menantikan penjelmaan Dewi Sri, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Ni Kesari bertemu Priambada dan menerima titipan dari Kresna, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Narada memberitahu rencana Kresna, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa dimana pengarang Geguritan Hariwangsa melakukan pengubahan dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Kresna menulik Rukmini, pengarang Geguritan Hariwangsataat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Jarasanda meminta bantuan Pandawa menyerang Kresna, dalam alur inipengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Pertempuran antara pasukan Kresna melawan pasukan Jarasanda dan kemunculan Dewa Wisnu, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Kresna dan Arjuna menjadi Dewa Wisnu, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Bersatunya Sang Kresna dan Dewi Rukmini, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  • b)    Pertalian Latar

Resepsi yang dilakukan oleh pengarang pada penggamabaran latar tempat dan waktu dalam Geguritan Hariwangsa pengarang melakukan modifikasi karena latar dalam Kakawin Hariwangsa terdapat dalam Geguritan Hariwangsa meskipun terdapat pengurangan.

  • c)    Pertalian Tokoh

  •    Sang Kresna, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Dewi Rukmini, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Hyang Narada, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    Sang Yudistira, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  • Sang Arjuna, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi

sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  • Sang Bima, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi

sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  •    I Priyambada, pengarang Geguritan Hariwangsa taat dalam meresepsi sumbernya Kakawin Hariwangsa.

  • d)    Pertalian Tema

Dilihat dari kedua tema yang membangun Kakawin Hariwangsa dan Geguritan Hariwangsa bahwa terdapat kesamaan karena dalam isi cerita agar tidak mengubah jalan cerita Kakawin Hariwangsa menuju Geguritan Hariwangsa. Hal ini bertujuan agar pembaca tetap menemukan inti cerita yang sama meskipun mengalami perubahan bentuk dari Kakawin Hariwangsa menuju Geguritan Hariwangsa.

  • e)    Pertalian Amanat

Amanat yang terdapat dalam Kakawin Hariwangsa dan Geguritan Hariwangsa sama karena tema yang membangun Kakawin Hariwangsa dan Geguritan Hariwangsa memiliki kesamaan. Tema yang membangun Hariwangsa dan Geguritan Hariwangsa sama bertujuan untuk tidak mengubah isi cerita sehingga pembaca tidak mengalami perbedaan penyerapan amanat.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan pemaaran diatas dapat disimpulkan bahwa alur dalam Kakawin Hariwangsa menggunakan alur longgar. Latar Kakawin Hariwangsa meliputi latar tempat yaitu daerah Kerajaan Kundina, Kerajaan Dwarawati, kerjaan Indraprasta, dipinggir pantai. Latar waktu dalam Kakawin Hariwangsa salah satunya pada saat menuju sasih kapat (bulan keempat). Tokoh-tokoh dalam Kakawin Hariwangsa yaitu Sang Kresna Dewi Rukmini, Jarasanda, Hyang Narada, dan Pandawa. Tema dalam Kakawin Hariwangsaadalah kesetiaan dan amanatnya yaitu kita harus menunggu seseorang yang mencintai kita karena sekeras apapun dipisahkan kita akan bersatu. Geguritan Hariwangsa menggunakan alur longgar. Latar tempat di dalam Geguritan Hariwangsa yaitu Kerajaan Dwarawati, Kerajaan Kundina, Kerajaan Magada, taman Kerajaan Kundina, dan Kerajaan Indraprasta serta latar waktu diantaranya sore hari, jam tujuh malam, bulan purnama menuju bulan keempat, sore menjelang malam hari dan pada saat hari yang baik. Tokoh-tokoh dalam Geguritan Hariwangsa yaitu Sang Kresna Dewi Rukmini, Jarasanda, Hyang Narada, Priambada, Ni Kesari dan

Pandawa. Tema dalam Geguritan Hariwangsa adalah kesetiaan dan amanatnya yaitu setiap orang yang setia dan menunggu yang dicintainya maka mereka akan bertemu dan bersatu dengan orang yang dia cintai.

Dalam resepsinya sendiri secara umum pengarang Geguritan Hariwangsa taat melakukan resepsi, meskipun terdapat juga perubahan dari naskah sumbernya yaitu Kakawin Hariwangsa. Hal tidak mengubah isi dan jalan cerita tetapi perubahan ini lebih untuk penyesuaian dengan isi cerita.

  • 7.    Daftar Pustaka

Agastia, Ida Bagus Gede.1980, "Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali" (Makalah untuk Sarasehan Sastra Daerah Pesta Kesenian Bali II di Denpasar).

Geriya, Anak Agung Gde.1984, "Analisis Struktur Kakawin Hariwangsa".Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Jauss, Hans Robert, 1983. Toward an Aesthetic of Recepstion.Minneapolis: University of Minnesotta Press.

Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta. PT. Gramedia.

Teeuw.1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

97