ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 17.2 Nopember 2016: 165 - 171

Temuan Manik-Manik Bekal Kubur Di Situs Pangkungparuk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

Ni Made Dwi Andriyani1*, Rochtri Agung Bawono2, Ida Bagus Sapta Jaya3 123Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]

Corresponding Author

Abstract

North Bali is an area in the northern part of the island of Bali that posses many archaeological remains associated with the burial site. On of them is a diverse variety of goods burial treasures such as beads contained in Pangkungparuk, Seririt buleleng. These archaeological remains are evidence of a civilization that has taken place in this region. The purpose of this study is to determine the typology and technique of manufacture and raw materials used in the manufacture of beads contained in Pangkungparuk village, district Seririt Buleleng regency.

The theories used in this research are the theory of typology and structural functional theory. The method used in this study is as follows, the data collection phase is done by observation, interview and literature study, then the second phase is data processing by analyzing data used analytical techniques articatural, contectual analysis, qualitative analysis and comparative analysis.

From the analysis it can be concluded that the beads contained in the Site Pangkungparuk have various shapes of beads like round, oblate, double cone which cut the top, double cone concave, elliptical, ovate, flat, and disc cylinder. Technique used in making beads contained on the site pangkungparuk are shaping techniques for spherical beads and printing techniques for double cone beads, while the raw material for making beads vary from natural raw material such as of shells, rocks and pearls as well as raw material made of glass and bronze metal.

Keywords: beads, goods burial, typology, manufacturing, and materials

  • 1.    Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki wilayah yang luas dari Sabang sampai Marauke. Wilayah Indonesia sangat luas sehingga Indonesia secara geografis terletak di sekitar garis khatulistiwa. Posisi geografis mempengaruhi musim yang terjadi di Indonesia yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan keadaan tanah yang subur salah satu faktor yang sangat menarik bagi manusia untuk menetap di suatu pulau

tertentu, dengan mengembangkan kebudayaan masing-masing di suatu daerah yang dihuni. Beragam corak kebudayaan tersebut dikarenakan adanya berbagai lingkungan budaya yang hidup berdampingan dalam suatu masa. Ragam corak kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya lapisan-lapisan budaya yang tersusun dari masa ke masa. Awal dari berbagai kebudayaan yang hampir terjadi di semua daerah yang ada di Indonesia yaitu lapisan kebudayaan prasejarah (Yuliati, 2008: 92-93).

Bali utara merupakan suatu wilayah di bagian utara Pulau Bali yang banyak menyimpan tinggalan arkeologi. Salah satu tinggalan arkeologi yang sangat menarik di wilayah ini yaitu kubur batu (sarkofagus) di Pangkungparuk, Seririt Buleleng. Tinggalan arkeologi ini merupakan bukti adanya peradaban yang telah berlangsung di wilayah ini. Hubungan manusia dengan lingkungan tidak terlepas dari sistem budaya, teknologi, sistem sosial dan ideologi yang dianutnya (Abdillah,2012: 290).

Manik-manik di Pangkungparuk berjumlah 778 buah dengan berbagai variasi bentuk, teknik pembuatan, dan bahan baku Penelitian ini dilakukan karena adanya keunikan yaitu bahan dari manik-manik tersebut tidak ditemukan di Bali kemungkinan di datangkan dari luar. Manik-manik yang ditemukan merupakan manik-manik bekal kubur, dimana pada masa lampau manik-manik dikubur dengan si mati dengan tujuan sebagai bekal si mati untuk pergi ke alam arwah selain itu manik-manik juga digunakan dalam menunjukkan strata sosial di masyarakat. Masyarakat yang memiliki peran penting dalam suatu perkumpulan seperti tokoh utama merupakan orang terpandang yang pada saat mati, bekal kubur yang diberikan merupakan benda yang langka dan biasanya benda-benda tersebut tidak berasal dari lingkungnya tetapi dari luar.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini. Adapun permasalahan yang akan diajukan yaitu sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimana tipologi, teknik pembuatan, dan bahan baku yang terdapat di Situs Pangkungparuk?

  • 2.    Apakah terdapat perubahan fungsi pada manik-manik yang tersimpan di Situs Pangkungparuk?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengungkap sasaran yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitiannya serta dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menjawab setiap permasalahan yang diuraikan pada rumusan masalah. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memahami proses pembuatan manik-manik menjabarkan berbagai tipologi dan bahan pembutan manik-manik. Penelitian ini juga bertujuan untuk menambah perkembangan ilmu arkeologi khususnya dalam bidang ilmu prasejarah. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah secara terperinci. Guna mengetahui bagaimana tipologi dan teknik pembuatan manik-manik yang ditemukan di Situs Pangkung Paruk dan juga untuk mengetahui bahan baku pembuatan manik-manik yang ditemukan di Situs Pangkungparuk.

  • 4.    Metode penelitian

Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, berdasarkan objek penelitian dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Diagram Munsell atau diagram Stanley Gibbens digunakan dalam penamaan warna manik-manik dan dalam penamaan bentuk manik-manik digunakan klasifikasi menurut Beck (Van der Sleen). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berupa data deskriptif. Lagkah awal yang dilakukan berupa studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari hasil penelitian sebelumnya berupa buku, laporan penelitian, artikel, dan lain-lain terkait dengan penelitian yang dilakukan. Tahap pengumpulan data dilapangan dimulai dengan observasi guna mendapatkan data awal dari pengamatan langsung pada objek secara teliti, pencatatan berupa deskripsi objek, dan melakukan pemotretan. Kegiatan selanjutnya berupa wawancara kepada informan yang merupakan masyarakat dan selaku pemilik tanah yaitu I Wayan Sudiarjana yang mengetahui awal mula ditemukannya manik-manik disekitar pekarangnya.

Tahap selanjutnya dilakukan tahap pengolahan data dengan menggunakan analisis artefaktual, analisis kontekstual, analisis kualitatif dan analisis komparatif.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian manik-manik yang diteliti berjumlah 183 dengan tipologi yaitu manik-manik berjumlah 68 buah dengan bentuk cakram silinder berwarna putih dan berbahan dasar kerang, teknik pembuatan. Manik-manik berjumlah 6 buah, bentuk pipih berwarna putih, berbahan dasar kerang caury. Manik-manik berjumlah 28 buah, bentuk elips, warna putih dan berbahan dasar mutiara, dengan teknik pembuatannya sama yaitu secara sederhana melubangi tengah-tengah kerang dengan menggunakan bambu atau kayu serta bubuk pasir kuarsa.

Bentuk bulat dempak berjumlah 4 buah warna biru muda bahan batuan, manik-manik berjumlah 3 buah dengan bentuk bulat, warna hitam bahan batuan kalsedon. Manik-manik dengan jumlah 32 buah bentuk bulat, warna kuning kemerahan, berbahan dasar batuan kornelian dengan teknik pembuatan yaitu sama dengan cara memilih batuan yang digunakan dan bentuknya disesuaikan yaitu bentuk bulat setelah itu manik-manik dibuat cekungan di bagian sisinya yang berguna untuk pembuatan lubang sehingga manik-manik bisa dirangkai setelah itu manik-manik di asah di permukaan kasar dan pemukaan halus yang berguna untuk manik-manik permukaan halus dan mengkilap.

Manik-manik berjumlah 12 buah, bentuk silinder, warna biru dengan bahan kaca, teknik pengerjaanya yaitu dengan cara teknik tarik mula-mula membuat bahan kaca lalu bahan tadi diambil dengan menggunakan tongkat besi kemudian dengan tongkat besi yang lain dibentuk menjadi corong hingga terbentuk lubang. Pipa gelas panjang kemudian dipotong dengan bentuk silinder.

Manik-manik berjumlah 20 buah, berwarna biru, bentuk kerucut ganda yang dipotong atasnya, dengan bahan kaca berjumlah 1 buah manik-manik bentuk bulat telur, bahan kaca, warna merah kekuningan. Teknik pembuatannya yaitu bahan kaca diambil segunpalan lelehan kaca dengan menggunakan tongkat yang berlapis kaca. Kaca panas diletakkan pada wadah cetakan yang terbentuk dan tongkatnya tidak ditarik setelah itu

kaca tercetak, cetakan dibuka lalu tongkat diangkat. Biasanya terdapat sisa-sisa yang meruncing sehingga perlu dibersihkan cengan cara manik-manik didekatkan dengan sumber panas.

Manik-manik berjumlah 6 buah, bentuk kerucut ganda cekung, bahan perunggu, warna coklat kekuningan. Manik-manik jumlah 5 buah, bentuk bulat dempak, warna coklat kekuningan, bahan logam perunggu. Teknik yang digunakan yaitu a cire perdue cetak dengan menggunakan lilin dengan cara cetakan dibuat dari lilin kemudian lilinditutupi dengan tanah liat setelah itu dipanaskan maka selubung dari lilin mencair dan mengalir keluar dari lubang yang tedapat pada sisi cetakan tersebut, seteleah cetakan lilin habis lalu logam cair dituangkan melalui lubang tadi, setelah dingin selubung tanah dipecah dan terdapatlah bentuk manik-manik bulat dempak dan kerucut ganda cekung.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dibahas di atas dapat dihasilkan beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan kesimpulan sementara yang dapat berubah sewaktu-waktu seiring berkembangnya penelitian arkeologi dan penemuan objek atau data-data terbaru di Situs Pangkungparuk. Pada bab ini akan dicoba untuk mengemukaan beberapa simpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini.

Istilah tipologi dalam bidang ilmu arkeologi diartikan sebagai mengklasifiksai dan mengelompokkan tinggalan melalui ciri-cirinya. Tipologi manik-manik yang terdapat di Situs Pangkungparuk Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng adalah beragam seperti bentuk cakram silinder, pipih, elips, bulat, silinder, kerucut ganda yang dipotong atasnya, bulat dempak di kedua sisinya, kerucut ganda cekung, dan bulat telur. Teknik yang digunakan dalam pembuatan manik-manik dengan bentuk-bentuk yang sudah disebut, adalah teknik atau cara kerja dalam pembuatan awal hingga akhir sehingga menjadi manik-manik yang siap pakai.

Bahan pembuatan manik-manik dapat dibedakan menjadi bahan olahan dan bahan alami. Bahan olahan merupakan bahan yang sudah diolah dan mengalami olahan lebih lanjut, pada bahan ini bisa ada penambahan atau pengurangan unsur-unsur

lainnya. Bahan-bahan yang termasuk organik adalah berupa cangkang kerang, kerang caury, dan mutiara. Bahan organik adalah bahan yang berasal dari alam yang tidak mengubah bentuknya melainkan menambahkan lubang pada tengah-tengah cangkang kerang dengan cara yang sederhana yaitu dengan cara melubangkan dengan menggunakan alat yang sederhana sehingga mutiara cangkang kerang, dan kerang caury bisa diuntai, dirangkai hingga menjadi gelang dan kalung. Selain bahan tersebut terdapat juga bahan berupa bahan kaca, batuan dan logam yang berupa perunggu. Bahan kaca harus dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan campuran terdiri dari bubuk kuarsa atau pasir murni dengan alkali (soda, potassium atau nitrit) dengan tambahan sedikit kapur (lime) setelah bahan cairan kaca sudah dibuat maka dicetaklah manik-manik dengan bentuk kerucut ganda dan bulat dempak, sedangkan bentuk silinder menggunakan teknik tarik. Bahan dari batuan yaitu batu alam seperti batu kalsedon dan kornelian bentuk sesuai yang dikendaki dengan alat bantu bor untuk melubangi manik-manik batuan dan digosok pada atas batu asah sehingga permukaan manik-manik licin dan mengkilap . Teknik dalam pembuatan manik-manik seperti berbahan dasar perunggu digunakan cara pembuatan teknik cetak lilin atau a cire perdue.

Caranya yaitu dengan menyiapkan leburan logam yang telah dipanaskan dari bijihnya, kemudian di cetak menggunakan cetakan terbuat dari tanah yang di dalamnya dimasukkan lilin, ketika lilin mencair, keluar dari lubang yang telah dibuat sebelumnya, maka cairan logam tadi dimasukkan ke dalam cetakan tanah tadi tunggu dingin lalu bisa cetakan tanah tadi dipecahkan sehingga bentuknya sama dengan cetakan seperti bentuk bulat dempak kedua sisinya dan bentuk kerucut ganda cekung. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan manik-manik yang terdapat di Pangkungparuk yaitu bahan dari organik yaitu berupa kerang, mutiara, batuan bahan dari kaca dan logam perunggu.

Manik-manik yang terdapat di Situs Pangkungparuk pada masa lampau di fungsikan sebagai bekal kubur seiring perkembangannya manik-manik berubah fungsi menjadi pemujaan. Benda-benda bekal kubur seperti manik-manik di puja dan di sembah karena manik-manik tersebut merupakan tinggalan yang dimiliki oleh nenek moyang yang dahulu pernah mendiami desa di Pangkungparuk.

  • 7.    Daftar pustaka

Abdillah, Dariusman. 2012. "Lingkungan Geologi Situs Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali". Forum Arkeologi Volume 25 No. 3 November 2012. Halaman 290-291. Denpasar: Kementriaan Pariwisata Ekonomi Kreatif Balai Arkeologi Denpasar.

Yuliati, Luh Kade Citha. 2008. Tinggalan Arkeologis dalam Kajian Budaya (Tinjauan Etnoarkeologis). Forum Arkeologi No.III Oktober 2008. Halaman 92 - 93. Denpasar: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Arkeologi Denpasar.

171