Penggunaan Setsuzokushi Uchi Ni, Aida Ni, Kagiri Dan Ijou Wa Dalam Novel Tobu Ga Gotoku Karya Ryoutarou Shiba
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 16.3 September 2016: 237 - 242
Penggunaan Setsuzokushi Uchi Ni, Aida Ni, Kagiri Dan Ijou Wa Dalam Novel Tobu Ga Gotoku Karya Ryoutarou Shiba
Ni Wayan Prismayanti1*, Ni Luh Kade Yuliani Giri2, Maria Gorethy Nie Nie3 123Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]
Corresponding Author
Abstract
This research entitled “The Usage of Setsuzokushi Uchi ni, Aida ni, Kagiri and Ijou wa in Tobu ga Gotoku Novel by Ryoutarou Shiba”. This research describes the structure and contextual meaning of setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri and ijou wa in Tobu ga Gotoku Novel by Ryoutarou Shiba. The obtained data were analyzed using descriptive analysis method. The theories used for analyzing are syntax theory by Verhaar (2012) and contextual meaning theory by Pateda (2001). As the result, setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri and ijou wa are always connected with verb, adjective and noun. Setsuzokushi uchi ni and aida ni are not always use their particle “ni” in the sentence. Setsuzokushi ijou wa is not always use it particle “wa” in the sentence. There are four kinds of contextual meaning that found in the setsuzokushi uchi ni’s data, that are situation context, purpose context, mood context and time context. There are three contextual meaning that found in the setsuzokushi aida ni’s data, that are situation context, time context and location context. In the kagiri’s data there are situation context, purpose context and time context. And in the ijou wa’s data there are two context that are person context and purpose context.
Key words : setsuzokushi uchi ni, aida ni, ijou wa.
Konjungsi dalam bahasa Jepang disebut dengan setsuzokushi. Setsuzokushi berfungsi sebagai kata sambung yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan kalimat dengan kalimat ataupun kalimat dengan bagian-bagian kalimat (Nagayama dalam Sudjianto, 1996:100). Dalam bahasa Jepang terdapat setsuzokushi yang memiliki padanan kata yang mirip bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia diantaranya setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijou wa. Keempat setsuzokushi tersebut digunakan untuk menyatakan rentang waktu pada suatu peristiwa dan memiliki padanan kata ‘selama’. Hal tersebut menimbulkan
kebingungan pada para pembelajar bahasa Jepang mengenai penggunaan keempat setsuzokushi tersebut dalam suatu kalimat. Berdasarkan latar belakang tersebut, topik mengenai penggunaan setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijou wa diangkat kedalam sebuah penelitian.
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah mengenai variasi struktur dan makna kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijou wa dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba (1980).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi struktur dan makna kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijou wa dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou shiba (1980).
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah simak dan teknik catat menurut Sudaryanto (menurut Sudaryanto (1993:113-132). Pada tahap analisis data, digunakan metode agih dan teknik bagi unsur langsung menurut Sudaryanto menurut Sudaryanto (1993:15-31). Kemudian pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode informal menurut Sudaryanto (1993:145) dan teknik deduktif menurut Hadi (1983:44). Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori sintaksis menurut Verhaar (2012) dan makna kontekstual menurut Pateda (2001).
Berdasarkan hasil analisis, setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijou wa dapat digabungkan dengan verba, adjektiva dan nomina. Berikut merupakan pembahasan mengenai variasi struktur dan makna kontekstual yang terdapat pada kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijou wa.
-
(1) . 村田三介 はみちみち斥候を出すうち、敵はよほどの人数らしいことがわか った。
Murata sansuke wa michi michi sekkou o dasu uchi, teki wa yohodo ninzuu rashii koto ga wakatta.
‘Ketika Murata Sansuke mengirim mata-matanya, perlahan-lahan ia menjadi tahu bahwa jumlah musuhnya cukup banyak’
(TGG.VIII:189)
Pada data (1), setsuzokushi uchi dilekati oleh verba dasu. Verba dasu merupakan verba bentuk kamus (jishokei) dan termasuk ke dalam golongan godan doushi yang tidak mengalami perubahan bentuk ketika digabungkan dengan setsuzokushi uchi. Verba dasu berarti ‘mengirim’, bila digabungkan dengan setsuzokushi uchi maka memiliki arti ‘ketika mengirim’. Pada data tersebut setsuzokushi uchi ni ditulis tanpa partikel ni dan diikuti dengan tanda koma (,) sehingga menjadi dasu uchi,. Partikel ni pada setsuzokushi uchi ni digunakan untuk menyatakan titik final pada suatu aktivitas atau gerakan. Makna kontekstual yang terdapat pada data di atas adalah konteks tujuan. Konteks tujuan adalah saat pembicara menggunakan kata-kata yang maknanya berkaitan dengan tujuan. Misalnya, tujuan meminta atau mengharapkan (Pateda, 2001:116). Berdasarkan data (1) konteks tujuan tersebut terlihat dari tujuan tokoh Murata Sansuke yang mengirim mata-matanya ketempat musuh yaitu untuk mengetahui jumlah musuhnya.
-
(2) . 九日、十日のあいだに山県が待ちのぞんでいたその攻勢条件がととのった。 Kokonoka tooka no aida ni Yamagata ga machi nozondeita sono kousei jouken ga to tonotta.
‘Antara tanggal sembilan sampai sepuluh, persyaratan penyerangan yang ditunggu oleh Yamagata sudah siap’
(TGG.IX:133)
Pada data (2) setuzokushi aida ni dilekati oleh nomina. Nomina tersebut ditambahkan dengan partikel no sebelum digabungkan dengan setsuzokushi aida ni. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tooka memiliki arti ‘tanggal sepuluh’, ketika digabungkan dengan setsuzokushi aida ni menjadi tooka no aida ni yang berarti ‘antara tanggal sepuluh’. Nomina tidak mengalami perubahan bentuk ketika digabungkan dengan setsuzokushi aida ni. Makna kontekstual yang terdapat pada
data (2) adalah konteks waktu. Konteks waktu adalah saat pembicara menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan waktu, misalnya siang dan malam atau pada suatu waktu (Pateda, 2001:116). Berdasarkan data di atas konteks waktu tersebut terlihat dari rentang waktu yang dibutuhkan agar persyaratan penyerangan yang ditunggu oleh Yamagata selesai yaitu rentang waktu antara tanggal sembilan sampai tanggal sepuluh.
-
(3) . この突囲隊がわきめもふらずに疾駆するあいだ、これを城下で阻もうとす る敵に対しては護衛隊ともいうべき隊(三個中隊強)が城外へ突出してあ たり、突囲隊の脱け走りを容易にする、というものだった。Kono totsui tai ga wakime mo furazu ni shikku-suru aida, kore o jooka de habamou to suru teki ni taishite wa goei tai to mo iu beki tai (san kou chuu tai kyou) ga jougai e tosshutsushite atari, totsui tai no datsuke hashiri o youi ni suru, to iu mono-datta. ‘Ketika pasukan Totsui berlari ngebut tanpa menoleh kanan-kiri ke arah musuh yang ada di sekitar tembok benteng, tiga regu skuadron berkonvoi keluar dari tembok benteng dan meloloskan pasukan Totsui katanya.
(TGG.IX:243)
Pada data (3), verba yang melekat dengan setsuzokushi aida adalah verba shikku suru yang berarti ‘berlari’. Verba tersebut merupakan kata kerja kamus (jishokei) yang ditandai dengan kata suru dan merupakan kata kerja golongan henkaku doushi. Ketika digabungkan dengan setsuzokushi aida, maka menjadi shikku suru aida, yang berarti ‘ketika berlari’ dan tidak mengalami perubahan bentuk. Pada kalimat ini setsuzokushi aida ni dituliskan tanpa partikel ni dan ditambahkan tanda koma (,) di belakangnya. Aida digunakan ketika menyatakan antara waktu diantara dua kegiatan yang dilakukan dalam satu waktu yang sama (Makino dan Tsutsui, 1989:70-71).
Pada data (3) terjadi dua buah aktivitas yang terjadi bersamaan dalam satu rentang waktu yang sama yaitu ketika pasukan Totsui berlari ngebut tanpa menoleh kanan-kiri ke arah musuh yang ada di sekitar tembok benteng, dan secara bersamaan tiga regu skuadron berkonvoi keluar dari tembok benteng dan meloloskan pasukan Totsui. Makna kontekstual yang terdapat pada data di atas adalah konteks situasi yaitu situasi yang menegangkan. Hal tersebut terlihat dari perjuangan tiga skuadron
yang berhasil meloloskan pasukan Satsu yang disandra oleh musuh dengan berkonvoi menunggangi kuda mengelilingi tembok benteng.
-
(4) . 川畑と隈元は、この夜、可能なかぎり地形偵察をした。
Kawabata to kumamoto kono yoru, kanouna kagiri chikei teisatsu o shita. ‘Kawabata dan Kumamoto sebisa mungkin melakukan pengintaian konfigurasi malam ini’
(TGG.IX:153)
Pada data (4), adjektiva yang melekati setsuzokushi kagiri adalah kanou na yang memiliki arti ‘mungkin’ dan merupakan adjektiva golongan na- keiyoushi karena memiliki akhiran na. Bila digabungkan dengan setsuzokushi kagiri, akan menjadi kanou na kagiri yang berarti ‘selama memungkinkan’. Adjektiva tersebut tidak mengalami perubahan bentuk ketika digabungkan dengan setsuzokushi kagiri. Makna kontekstual yang terdapat pada data di atas adalah konteks waktu. Konteks waktu adalah saat pembicara menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan waktu, misalnya siang dan malam atau pada suatu waktu (Pateda, 2001:116). Berdasarkan data (4) konteks waktu yang terkandung dalam kalimat tersebut dapat dilihat pada rencana dilakukannya pengintaian oleh Kawabata dan Kumamoto yaitu pada malam ini.
-
(5) . 戦士である以上、自分が大尉であろうが少尉であろうが, どちらでもよく、 その点典型的な薩摩武士であったといっていい。
Senshi de aru ijou, jibun ga taii de arou ga shoui de arou ga, dochira demo yoku, sono tentenkeitekina Satsuma bushi de atta to itte ii.
‘Sebagai prajurit, boleh saja memandang diri sebagai diri sendiri, kapten, letnan muda, yang manapun tidak kalah baiknya. Maka berdasarkan poin itu bisa dikatakan ia adalah samurai Satsuma yang tipikal’
(TGG.IX:69)
Pada data (5) merupakan penggabungan nomina senshi yang berarti ‘prajurit’ dengan setsuzokushi ijou. Nomina tersebut diikuti dengan kopula de aru sebelum digabungkan dengan setsuzokushi ijou. Ketika digabungkan dengan setsuzokushi ijou, nomina tidak mengalami perubahan bentuk. Pada data di atas setsuzokushi ijou
wa ditulis tanpa partikel wa dan diikuti dengan tanda koma (,) dibelakangnya. Partikel wa berfungsi hanya sebagai penegas atau penekanan kalimat yang berada sebelum partikel tersebut. Makna kontekstual yang terdapat pada data di atas adalah konteks orangan. Konteks orangan ialah saat pembicara menggunakan kata-kata yang maknanya berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pendengar atau pembicara, latar belakang sosial ekonomi pendengar atau pembicara (Pateda, 2001:116). Berdasarkan data (5) konteks orangan yang terdapat pada kalimat tersebut merupakan konteks orangan yang berkaitan dengan kedudukan pembicara yaitu sebagai seorang prajurit. Hal tersebut terlihat pada kalimat sebagai prajurit Satsu boleh saja menganggap dirinya sebagai seorang kapten atau letnan muda yang manapun tidak kalah baiknya. Yang terpenting adalah bisa menjaga kewibawaannya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa struktur pembentukan kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijou wa dapat digabungkan dengan verba, adjektiva dan nomina. Partikel ni pada setsuzokushi uchi ni berfungsi sebagai titik final pada suatu aktivitas atau gerakan. Setsuzokushi uchi berfungsi untuk menyatakan rentang waktu diantara dua buah kegiatan yang dilakukan dalam satu waktu yang sama. Setsuzokushi aida digunakan ketika menyatakan antara waktu diantara dua kegiatan yang dilakukan dalam satu waktu yang sama sedangkan aida ni digunakan untuk menyatakan antara waktu diantara dua kegiatan yang tidak dilakukan dalam satu waktu yang sama. Partikel wa pada setsuzokushi ijou wa berfungsi untuk menegaskan kalimat yang berada sebelum partikel tersebut.
Dari segi makna kontekstualnya disimpulkan bahwa setsuzokushi uchi ni mempunyai makna konteks situasi, konteks tujuan, konteks suasana hati dan konteks waktu. Setsuzokushi aida ni memiliki makna konteks situasi, konteks waktu dan konteks tempat. Pada data setsuzokushi kagiri makna yang ditemukan adalah konteks situasi, konteks tujuan dan konteks waktu dan pada setsuzokushi ijou wa makna yang ditemukan adalah konteks orangan dan konteks tujuan.
Hadi, Sutrisno. 1983. Metodelogi Research 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Makino, Seichi dan Michio, Tsutsui. 1989. A Dictionary of Basic Japanese Grammar. Japan: Japanese Time.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Shiba, Ryoutarou.1980. Tobu ga Gotoku 1-10. Japan: Bunshun Bunko.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern seri A. Jakarta: Kesaint Blanc.
Verhaar. J.W.M. 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
243
Discussion and feedback