Gagasan Pelestarian Lingkungan dalam Antologi Merayakan Pohon di Kebun Puisi Karya Nyoman Wirata: Analisis Semiotik
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 20.1 Agustus 2017: 139-145
Gagasan Pelestarian Lingkungan dalam Antologi Merayakan Pohon di Kebun Puisi Karya Nyoman Wirata: Analisis Semiotik
Ni Putu Sri Puspitawati
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana [[email protected]]
Abstract
This research was conducted to analyzed “The Environmental Conservation Idea in the Anthology of Merayakan Pohon di Kebun Puisi by Nyoman Wirata”. Nyoman Wirata is a poet who cares about environmental preservation. His interest in environment is because of his profession as a teacher of environtment and art at one of SMP Negeri in Denpasar.This research discussed structure problem and expression of environmental conservation idea in the anthology of Merayakan Pohon di Kebun Puisi by Nyoman Wirata.Of the fifty-seven poems in this anthology, ten poems with the theme of environmental damage were selected by using the word “pohon” in each title. This research used literature review and analitical descriptive method of study. The theory used was structuralism and semiotic theories that focus on the study of signs used in literary works. These signs are interpreted to understand the idea of environmental preservation in the anthology of Merayakan Pohon di Kebun Puisi by Nyoman Wirata.Ten poems of Nyoman Wirata contain the idea of environmental conservation. This idea of environmental preservation was modified into figure of speech that describes the environment in a sadness situation.
Keyword: tree, structure, semiotic.
-
1. Latar Belakang Antologi Merayakan Pohon di
Kebun Puisi karya Nyoman Wirata
Karya sastra sebagai karya kreatif
diterbitkan oleh Arti Foundation pada memerlukan sarana bahasa. Bahasa
tahun 2007, terdiri atas 57 halaman memiliki peranan penting dalam proses
dengan 55 judul puisi di dalamnya. I penulisan karya sastra. Bahasa adalah
Nyoman Wirata lahir di Banjar Titih medium utama karya sastra karena tidak
Denpasar. Nyoman Wirata mulai ada karya sastra tanpa bahasa
menulis puisi sejak tahun 1972. Karya-(Ratna,2009:148). Puisi merupakan
karya Nyoman Wirata dimuat di koran karya sastra yang menarik untuk diteliti
daerah dan pusat, antara lain Harian karena dalam meneliti puisi, peneliti
Sinar Harapan, Harian Mahasiswa, seolah dapat membayangkan dan
Beritha Buana, majalah sastra Horison, merasakan apa yang dirasakan oleh
dan Cak.
penyair saat mencipta puisi itu sendiri.
Antologi puisi Merayakan Pohon di Kebun Puisi dipilih sebagai objek penelitian karena (1) Isu lingkungan yang, menjadi isu menarik saat ini. Dewasa ini, lingkungan sedang mengalami kerusakan mengkhawatirkan; (2) Sajak di dalam “Merayakan Pohon di Kebun Puisi” mengandung ajakan kepada masyarakat agar tetap menjaga dan melestarikan lingkungan ; (3) Antologi puisi “Merayakan Pohon di Kebun Puisi” berkaitan langsung dengan proses kreatif pengarang yang juga seorang seniman dan pecinta lingkungan.
Dipilih sepuluh sajak yang menggambarkan gagasan pelestarian lingkungan, yakni sajak yang menggunakan kata “pohon” dalam setiap judulnya. Alasan dipilih sajak yang menggunakan kata “pohon” dalam setiap judulnya, karena “pohon” dapat dihubungkan langsung dengan simbol lingkungan. Sajak-sajak yang dipilih, yaitu “ Pohon Berhentilah Meratap”, “ Tentang Pohon Pinang”, “Reinkarnasi Pohon “, “Sedekah Pohon”, “Nama-nama Pohon, nama- nama Bunga”, “Pohon Bunga Karang”, “Merayakan Pohon-pohon”, “Pohon Kata Hati”, “Mengingat Berkah Pohon”, “Kepada Taman dan Pohon”.
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul permasalahan-permasalahan
yang dianalisis.
-
1) Bagaimanakah struktur puisi yang menggunakan kata “pohon” dalam
antologi Merayakan Pohon di Kebun Puisi karya Nyoman Wirata ?
-
2) Bagaimanakan gagasan pelestarian lingkungan yang ada di dalam puisi-puisi yang menggunakan kata “pohon” sebagai judul dalam antologi Merayakan Pohon di Kebun Puisi karya Nyoman Wirata ?
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam menganalisis penelitian ini, untuk menambah khazanah penelitian sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi dalam setiap perkembangan ilmu sastra Indonesia, khususnya di bidang studi sastra.
Pada tahapan pengumpulan data menggunakan metode studi kepustakaan, dengan membaca objek penelitian secara intensif. Setelah membaca objek dengan
lebih teliti, dilanjutkan dengan teknik simak, mencatat, dan menulis hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Pada tahapan pengolahan data digunakan metode deskriptif analitik, yakni metode yang digunakan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Pada tahapan penyajian hasil analisis data digunakan metode deskripsi. Data yang telah dikumpulkan, dianalisis, dan hasilnya disajikan dalam format skripsi dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah.
Gagasan pelestarian lingkungan ada dalam setiap puisi di dalam “Merayakan Pohon di Kebun Puisi”. Puisi yang dipakai sebagai objek penelitian merupakan puisi yang memiiliki kesamaan tema, yaitu puisi yang bertema keindahan alam yang disimbolkan dengan sebuah pohon serta kritik terhadap kesadaran manusia yang tidak menjaga simbol alam tersebut hingga menyebabkan rusaknya alam.
-
5.1 Analisis Struktur Antologi “Merayakan Pohon di Kebun
Puisi”
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi karya sastra. Karya sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa beragam. Contoh bait puisi yang menghadirkan keindahan lingkungan ada pada puisi yang berjudul “Tentang Pohon Pinang” adalah sebagai berikut.
Di kebun puncak bukit Tulamben Pohon pinang ramping tubuhnya Cahaya di daun yang muda bergetar Ditengah angin yang sangat tua usianya
Si tubuh jenjang terasing di kebun moyang
Tema dari keseluruhan puisi yang terdapat dalam antologi “Merayakan Pohon di Kebun Puisi” yakni konsep pelestarian lingkungan yang nantinya diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap keberlangsungan lingkungan. Konsep pelestarian lingkungan tersebut tidak hanya tersaji melalui sajak yang menampilkan kerusakan lingkungan,
tetapi juga melalui sajak yang mengambarkan keindahan lingkungan.
Alasan dipakai sajak yang mengggambarkan lingkungan semata-mata untuk mengingatkan masyarakat, bahwa keindahan tersebut dapat tetap terjaga apabila masyarakat selalu menumbuhkan kecintaannya terhadap lingkungan.
Pilihan kata atau diksi menurut Pradopo (2005:54) adalah pemilihan kata untuk mendapatkan kepuitisan atau nilai estetik puisi. Pilihan kata memiliki dua aspek arti, yaitu denotasi dan konotasi. Dalam puisi karya Nyoman Wirata penggunaan diksi yang mengandung makna denotatif ada dalam tiga puisi berjudul “Pohon Kata Hati”, “Merayakan Pohon-pohon” dan “Mengingat Berkah Pohon”. Untuk tujuh puisi lainnya menggunakan diksi konotatif.
Beberapa perpaduan antara majas personifikasi, metafora, alegori dan sinisme dapat dilihat dalam kutipan puisi “Tentang Pohon Pinang”. Bentuk personifikasi yang dihadirkan pada puisi “Tentang Pohon Pinang” adalah penggambaran pohon pinang yang diibaratkan menyerupai manusia yang memiliki tubuh ramping dan seorang
gadis yang anggun. Pada bait pertama hadir gaya bahasa yang berisi ungkapan yang membandingkan dua hal secara langsung atau majas metafora. Metafora juga merupakan pemadanan langsung satu hal dengan hal lain, tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Puisi pada bait kedua yakni: //pohon pinang ramping tubuhnya//cahaya di daun yang muda bergetar//di tengah angin yang sangat tua usianya//. Perbandingan itu tampak bagaimana penyair membandingkan keindahan alam dengan keadaan bumi yang sudah tampak tua.
Alegori pada puisi “Tentang Pohon Pinang” terdapat pada bait keempat baris 1 dan 2 yaitu: //aku menyaksikan di punggung bukit//berdiri bagai tombak bercahaya daunnya perak//. Aku yang dimaksudkan adalah sosok penyair yang menikmati keadaan lingkungan di puncak Bukit Tulamben. Kata ‘tombak’ pada bait ini adalah sebagai senjata tajam yang dapat berguna dan dapat juga menyakitkan. Sama halnya dengan alam, sumber daya alam bisa saja berguna untuk manusia tetapi jika tidak dijaga, alam bisa menimbulkan bencana.
Majas sinisme ada pada bait keempat baris 3 dan 4, yaitu //memuja matahari
memuja tanah//serta meminum air matanya//. Sindiran penyair terhadap manusia ada pada kata-kata /memuja matahari/. Manusia memuja matahari dan memuja tanah, artinya manusia mengagumi dan menikmati hasil dari cahaya matahari dan tanah tetapi juga meminum air matanya. Matahari dan tanah sebagai sumber daya alam yang manfaatnya digunakan oleh manusia, tetapi manusia tidak bisa menjaganya sehingga muncul kutipan puisi yang menyatakan /meminum air matanya/. ‘Air mata’ di sini adalah simbol kesedihan. Hal yang seharusnya dilakukan adalah mengusap air mata. Namun, manusia dianggap meminum air mata yang memiliki arti manusia hanya memanfaatkan sumber daya alam seperti pepohonan dan hasil bumi yang dipakai secara berlebihan untuk kepentingan pribadi.
-
5.2 Analisis Semiotik Antologi “Merayakan Pohon di Kebun Puisi”.
Dalam menganalisis gagasan yang disampaikan oleh penyair, digunakan teori semiotika. Riffaterre (via Endaswara, 2008:67) mengenalkan dua jenis pembacaan puisi yaitu, pembacaan heuristik dan hermeneutik Gagasan
pelestarian lingkungan, dianalisis dengan unsur heuristik dan hermenutik dapat dilihat pada contoh puisi “Mengingat Berkah Pohon”.
“Mengingat Berkah Pohon”
Siapa yang (dapat) melihat tuah pada pohon (itu)
Siapa yang (dapat) melihat jubahnya
Yang berwarna coklat tanah
Rumah rumah (mulai) berlayar Ladang-ladang (kian) terbenam Ruas-ruas jalan (juga) terputus Jalan menuju hutan (dan juga) jalan menuju pulang
Yang melalui lembah sudah hilang
Petani (mulai) menanam belati
Petani lupa menanam janji
Petani kehilangan nabi
Denpasar, 2007 (Wirata, 2017:49)
Dianalisis dari pembacaan hermeneutik, puisi “Mengingat Berkah Pohon” merupakan puisi yang menggambarkan alam yang rusak dan menimbulkan akibat yang buruk bagi masyarakat. Pada bait pertama dengan kutipan sajak //siapa yang melihat tuah pada pohon//siapa yang melihat jubahnya//yang berwarna coklat tanah//,
penyair mempertanyakan masyarakat apakah dapat melihat tuah sebuah pohon. Tuah memiliki arti sebuah kesaktian, kesaktian dapat dianalogikan sebagai manfaat dari sebuah pohon dan jubah merupakan batang pohon.
Akibat yang ditimbulkan dari rusaknya lingkungan itu antara lain : //rumah rumah berlayar//, //ladang-ladang terbenam// yang menunjuk pada bencana banjir dan //ruas-ruas jalan terputus//, // jalan menuju hutan//, //jalan menuju pulang//, //yang melalui lembah sudah hilang// menunjuk pada akses jalan atau transportasi menjadi lumpuh karena bencana yang diakibatkan oleh banjir dan tanah longsor.
Pada akhir puisi, penyair menghadirkan sebuah kritik bernada sinis yang ditujukan kepada masyarakat. Kritikan tersebut berbunyi : //petani
menanam belati//petani lupa menanam janji//petani kehilangan nabi//. Sindiran yang dihadirkan oleh penyair yakni pada zaman sekarang masyarakat jarang turun ke lahan untuk bercocok tanam. Lahan-
lahan banyak bangunan. |
yang berubah |
menjadi |
Banyaknya |
lahan yang |
menjadi |
bangunan, |
disimbolkan |
dengan |
menyebut /petani menanam |
belati/. |
Belati dianalogikan dengan senjata tajam yang dapat melukai manusia. Jika dikaitkan dengan lahan terbuka hijau yang menjadi bangunan, maka manusia akan menerima akibatnya dengan timbulnya bencana alam yang melukai manusia.
Penyair mengungkap gagasannya terhadap lingkungan dengan menggambarkan pohon atau tanaman dapat bermanfaat apabila dijaga kehidupannnya.
Dalam menganalisis antologi ”Merayakan Pohon di Kebun Puisi” digunakan analisis struktural untuk mengetahui unsur unsur yang membangun sebuah puisi seperti tema, diksi dan majas selanjutnya analisis semiotik yang menggunakan teori Riffaterre digunakan untuk mengetahui gagasan pelestarian lingkungan hidup yang hendak disampaikan oleh penyair.
Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wirata, I Nyoman. 2007. Merayakan Pohon di Kebun Puisi.
Denpasar. Arti Foundation.
145
Discussion and feedback