ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 20.1 Agustus 2017: 83-90

Pelanggaran Kesantunan dalam Acara Comedy Night Live di Net TV: Kajian Pragmatik

I Gusti Ayu Ketut Swadiari1*, I Wayan Simpen2.

[12]Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Udayana 1[email: [email protected]], 2[email: [email protected]].

*

Corresponding Author

Abstract

This research entitled “The Violations of Politeness in Comedy Night Live on NET. TV: A Pragmatic Study. There are two problems analyzed in this research, namely violation of the principle of politeness and the violation factors contained in CNL on NET. TV. The aims of this research are to know the violation of the principle of politeness and the factors that caused violation.

The theories used are principles of pragmatics stated by Leech and the Ethnography of Communication by Hymes. Several techniques and methods were applied to achieve the aims of this study. The data source used as the analysis material is the CNL video on Net TV. This study covers all CNL videos on Net TV in July-December 2015 every Saturday and Sunday. In this research, the principle of pragmatics and the theory of situation context is used. Based on the analysis that has been done on CNL on NET. TV, it can be concluded as follows. First, the violation of the principle of politeness is most often done against the maxim of praise in the CNL show on NET. TV. Second, the violation factor is influenced by the age factor that proves that comedy shows are not concerned about respect.

Keyword: comedy, violation, politeness

  • 1.    Latar Belakang

Bahasa     merupakan     alat

komunikasi yang wajib dimiliki oleh setiap orang yang melakukan hubungan sosial. Segala sesuatu yang ingin diutarakan oleh   seseorang   dapat

disampaikan dengan baik melalui bahasa (Kurnia,   2015). Kegiatan

berbahasa dapat  dilakukan  secara

tertulis dan lisan. Ragam bahasa yang biasa digunakan  seseorang  dalam

melakukan hubungan sosial dengan yang lainnya adalah ragam bahasa lisan. Salah satu contoh ragam bahasa lisan, yaitu pemakaian bahasa dalam acara televisi. Dewasa ini banyak acara TV yang tidak menggunakan bahasa santun. Salah satu program TV komedi yang tidak mengandung kesantunan, yaitu acara Comedy Night Live di Net TV.

Dalam pragmatik terdapat banyak prinsip kesantuanan. Salah satu di

antaranya adalah prinsip kesantunan Leech (selanjutnya disebut prinsip kesantunan). Prinsip kesantunan menjelaskan cara bertutur santun. Cara bertutur santun dilakukan dengan enam maksim. Keenam maksim tersebut masing-masing dibagi atas dua submaksim secara lebih terperinci. Keenam maksim yang dirumuskan oleh Leech digunakan untuk menganalisis tuturan dalam CNL di Net TV. Tujuannya adalah untuk mengetahui tuturan yang digunakan kepada orang lain, termasuk santun atau tidak.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

  • 1)    Bagaimanakah        bentuk

pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara CNL di Net TV?

  • 2)    Faktor-faktor apa sajakah yang menimbulkan    pelanggaran

dalam acara CNL di Net TV?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diuraikan tujuan penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitiam ini sebagai berikut.

  • 1)    Mendeskripsikan      bentuk

pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara CNL di Net TV.

  • 2)    Mendeskripsikan faktor-faktor yang          menimbulkan

pelanggaran dalam acara CNL di Net TV.

  • 4.    Metode Penelitian

Sumber data penelitian yang digunakan adalah sumber data sekunder, yaitu berupa serial komedi yang diunduh dari youtube. Penyediaan data dilakukan dengan menggunakann metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik pencatatan dan pemilahan dalam bentuk tulisan. Penyajian hasil analisis data disajikan melalui dua cara, yakni (1) metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa dan (2) metode formal adalah perumusan dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pembahasan, pada penelitian ini dilakukan dengan membagi data berdasarkan bentuk prinsip kesantunan dan faktor-faktor dalam acara CNL di

Net TV. Data yang diteliti adalah pelanggaran    kesantunan    kajian

pragmatik.

  • 5.1    Bentuk Pelanggaran Prinsip

Kesantunan dalam Acara Comedy

Night Live di Net TV

Teori yang digunakan untuk menganalisis bentuk pelanggaran prinsip kesantunan, yaitu toeri prinsip kesantunan Leech. Teori kesantunan tersebut menjelaskan cara bertutur santun dengan enam maksim.

  • 5.1.1    Maksim Kearifan

Pada maksim kearifan terdapat dua sukmaksim, yaitu (a) buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin dan (b) buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Contoh sebagai berikut “Duduk di pangkuanku dong.” Kerugian itu adalah bila petutur mau duduk di pangkuan penutur, petutur benar-benar akan merasa malu karena sangat tidak pantas dilakukan di depan umum walaupun mereka berdua berpacaran.

  • 5.1.2    Maksim Kedermawanan

Pada maksim kedermawanan terdapat dua submaksim, yaitu (a) buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan (b) buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Contoh sebagai berikut.

Andre   : Kalian semua tidak harus

di lapangan di sini.

Andre   : Di hati aku.

Penutur yang bertutur “Di hati aku” ditujukan kepada petutur dalam merayu    untuk    mempermudah

mengambil alih lapangan untuk digunakan bermain sepak bola. Penutur ingin mendapatkan lapangan tersebut dengan cara merayu petutur.

  • 5.1.3    Maksim Pujian

Pada maksim pujian terdapat dua submaksim, yaitu (a) kecamlah orang lain sesedikit mungkin dan (b) pujilah orang lain sebanyak mungkin. Contoh sebagai berikut. “Parto: Liat paha lu kayak cilembu bakar.” Penutur menghina petutur berdasarkan tuturan penutur diketahui bahwa petutur memiliki paha yang mirip ubi cilembu bakar, yaitu berwarna hitam.

  • 5.1.4    Maksim Kerendahan Hati

Maksim kerendahan hati terdiri atas dua submaksim, yaitu (a) pujilah diri sendiri sesedikit mungkin dan (b) kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Contoh sebagai berikut. “Parto: Kalo masalah cewek, gue mah tinggal pilih nih lo liat nih.” Pada tuturan tersebut penutur memuji dirinya sendiri sebesar mungkin. Penutur menilai bahwa dirinya hanya tinggal pilih tanpa bingung jika mencari wanita. Dalam hal ini penutur membanggakan dirinya sendiri, yaitu kalau masalah wanita penutur adalah jagonya.

  • 5.1.5    Maksim Kesepakatan

Maksim kesepakan memiliki dua submaksim, yaitu (a) usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin dan (b) usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin. Contoh sebagai berikut. “Andre: Kan aku nyatakan cinta tanggal dua puluh sama kamu.”. Penutur menyatakan ketaksepakatan terhadap Nunung. Penutur tidak setuju dengan apa yang dituturkan oleh Nunung. Dalam hal ini penutur menyatakan bahwa Nunung menyebut mereka bertemu pertama kali pada tanggal tiga.

Penutur yakin bahwa mereka bertemu tanggal dua puluh maka penutur menyatakan ketaksepakatan.

  • 5.1.6    Maksim Simpati

Maksim simpati memiliki dua submaksim, yaitu (a) kurangi rasa antipati antara diri dan lain sekecil mungkin dan (b) tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Contoh sebagai berikut. “Parto: Gak usah cium tangan, gimana kerja di sini?” Petutur yang mencium tangan penutur menunjukkan kesopanannya terhadap penutur yang berperan sebagai bos. Namun, penutur menujukkan antipatinya. Tuturan yang digunakan penutur adalah tindak tutur langsung.

  • 5.2    Faktor-faktor yang

Memengaruhi Terjadinya

Pelanggaran Kesantunan dalam Acara Comedy Night Live di Net TV

Perilaku kesantunan berbahasa mencerminkan pula sifat penutur yang ingin memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap orang yang dianggap layak dihormati. Penghormatan itu diwujudkan dengan menggunakan satuan verbal atau disebut bentuk hormat. Di samping itu,

kesantunan berbahasa juga relevan dengan pandangan Hymes (dalam Simpen, 2008a:173). Salah satu kemampuan berbahasa seseorang secara pragmatis dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi tindakan tersebut.

  • 5.2.1    Faktor Status Sosial

Dalam penelitian ini penutur tidak memberikan penghargaan dan penghormatan menggunakan bentuk hormat kepada petutur, tetapi melanggar faktor-faktor yang ada.

  • a.    Pelanggaran Status Penutur Golongan Menengah kepada Petutur Golongan Bawah

Golongan          menengah

memberikan kesempatan kepada golongan bawah melanggar dalam menanggapi penutur bertutur.

Parto : Ya sudah, saya mengucapkan selamat bekerja pekerjaan baru Anda sesuai keinginan Anda.

Andre : Oke.

Parto termasuk golongan menengah memiliki jabatan sosial sebagai pengusaha dan Andre memiliki jabatan yang lebih rendah, yaitu karyawan termasuk golongan bawah. .

Tanggapan itu terlihat pada tuturan Andre “Oke” yang ditunjukkannya dalam bentuk nonverbal. Andre terlihat percaya diri dan sombong di depan Parto.

  • b.    Pelanggaran Status Penutur Golongan Menengah kepada Petutur Golongan Menengah

Secara sosial tidak ada perbedaan dalam pemakaian satuan verbal. Namun, dalam penelitian ini terdapat pelanggaran status sosial. Pelanggaran tersebut terdapat pada perbedaan tingkatan dalam bertutur walaupun penutur dan petutur memiliki status yang sama. Contoh sebagai berikut. Parto     : Permisi Pak saya ada

urusan ini Bapak nanti daftar besuknya tolong diisi Pak ya.

Dika     : Oh ya.

Penutur dan petutur memiliki status sosial yang sama, tetapi terlihat pada tuturan Parto digunakan kata “Pak”. Di pihak lain petutur hanya menjawab “Oh   ya”.   Hal ini

menunjukkan terdapat perbedaan tingkatan walaupun memiliki status sosial yang sama.

  • c.    Pelanggaran Status Penutur Golongan Bawah kepada Petutur Golongan Menengah atau Atas

Status sosial penutur golongan bawah memiliki jarak sosial yang jauh dengan petutur golongan menengah. Oleh karena itu, secara sosial penutur golongan bawah harus menggunakan bentuk hormat. Contoh sebagai berikut. Andre: Bawa hatiku padamu.

Jaksa: Oh... ya saya serius saya serius ini tolong-tolong dengerin saya.

Tuturan Andre menggunakan bentuk lepas hormat, yaitu “Bawa hatiku padamu”. Penutur tidak serius menanggapi apa yang dituturkan oleh petutur. Pada tuturan tersebut penutur bertutur dengan canda tawa. Namun, petutur yang berstatus sosial jaksa menanggapinya dengan kesal. Hal ini menunjukkan bahwa Andre yang berstatus sosial golongan bawah melanggar status sosial golongan menengah.

  • 5.2.2    Faktor Umur

Kajian    ini    membicarakan

pelanggaran terhadap penutur dan petutur, baik dalam berperilaku maupun bertutur antara penutur usia tua dan usia muda, penutur dengan petutur usia

sebaya (muda-muda atau tua-tua), dan usia muda dengan usia tua.

  • a.    Pelanggaran Usia Tua dengan

    Usia Muda

Pada penelitian ini dikaji tuturan dan maksud yang melanggar usia tua dengan usia muda. Pelanggaran tersebut dapat diperhatikan pada contoh di bawah ini.

Bianca : Kakek aku hamil.

Kakek : Bakal anak gua nih.

Dari tuturan itu diketahui bahwa seorang kakek dan cucu tidak pantas membicarakan hal-hal yang belum cukup umur. Tuturan cucu yang berisi canda dan tawa ditanggapi dengan serius oleh kakek. Tuturan kakek memaksimalkan pelanggaran pada faktor umur usia tua dengan usia muda. Dikatakan demikian karena tuturan kakek belum pantas didengar oleh usia lebih muda.

  • b.    Pelanggaran Penutur dan Petutur Usia Sebaya (Tua-Tua atau Muda-Muda)

Pada penelitian ini dikaji pelanggaran penutur dan petutur usia sebaya yang menggunakan tingkatan

pada tuturannya. Contoh sebagai berikut.

Omesh: Eh... eh... eh... ngapaen?

Sule : Beres-beres Kak.

Pelanggaran dalam pertuturan tersebut, yaitu Sule menggunakan kata “kakak” yang menunjukkan adanya tingkatan usia. Sule bertutur “Beres-beres Kak”. Tuturan itu termasuk bentuk hormat.   Sule melakukan

pelanggaran terhadap faktor usia sebaya karena bertutur yang menunjukkan adanya tingkatan usia di antara penutur dan petutur.

  • c.    Pelaggaran Usia Muda dengan

    Usia Tua

Penelitian ini mengkaji tuturan yang sebaliknya, yaitu penutur yang memakai bentuk lepas hormat kepada usia tua. Contoh sebagai berikut.

Kakek : Cucu gak diapa-apain ya

ehm... ini masih cantik.

Andre : Aki cabul.

Tuturan petutur menggunakan bentuk lepas hormat kepada penutur. Petutur menilai bahwa kakek tersebut mata keranjang, yaitu menyukai anak perempuan yang cantik. Seharusnya petutur menggunakan tuturan bentuk

hormat kepada penutur karena memiliki usia yang berbeda.

  • 5.2.3    Faktor Jenis Kelamin

Pada penelitian ini dikaji pelanggaran faktor jenis kelamin, yaitu tentang  pelanggaran  bertutur, baik

antara  wanita dan  pria maupun

sebaliknya. Contoh sebagai berikut. Nunung : Aku kan gadis lapangan.

Andre : Gadis? ah... gadis?

Andre memiliki maksud bahwa Nunung tidak pantas dikatakan gadis. Tuturan Andre termasuk pelanggaran pada faktor jenis kelamin karena Andre tidak mau menerima bahwa Nunung masih gadis. Hal ini menunjukkan bahwa Andre melanggar faktor jenis kelamin.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan analisis pada bab II dan bab III diperoleh dua simpulan dalam penelitian ini. 1). Pelanggaran paling banyak dilakukan terhadap maksim pujian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar humor dalam acara CNL di Net TV dimunculkan dengan cara menghina seseorang. 2). Pada pelanggaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

pelanggaran dalam acara CNL di Net TV yang paling banyak, yaitu faktor umur. Hal ini membuktikan bahwa dalam acara komedi tidak tidak mempermasalahkan bentuk hormat dalam bertutur.

  • 7.    Daftar Pustaka

Kurnia, Jaya. 2015. Pengertian Bahasa Secara Umum, pengayaan.com http://pengayaan.com/pengertian -bahasa-secara-umum/. Diakses 24 September 2015.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Simpen, I Wayan. 2008a. Sopan Santun Berbahasa Masyarakat Sumba Timur.    Denpasar:    Pustaka

Larasan.

www.youtube.com, 8 Juli 2016

90