ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 20.1 Agustus 2017:1-9

Eksistensi Balian Usada Dalam Pengobatan Pada Masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli

I Gusti Bagus Arya Putra1* , A. A. Ngr. Anom Kumbara2, I Wayan Suwena3 123[Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Unud]

1[email: [email protected]] 2[email: [email protected]] 3[email: [email protected]]

*

Corresponding Author

Abstract

The advancement of Western modern medication is not forever able to provide total remedy for the patient. Complement to the existing treatment, the community at Tiga Village, District of Susut, Bangli, is still seeking traditional treatment as an alternative of therapy. Whereas this research aims to find out: (a) why balian usada is still exist in health service, and (b) how is the process and mechanism of health treatment system performed by balian usada in treating the patient.

The choice of therapy towards balian usada can be examined through the health ecology approach, the reason to choose balian usada as alternative of therapy can be examined through health belief model theory. The concept being used in this research is existence concept, balian usada concept, and treatment concept. Therefore, this research is using ethnography research method.

The result of research shows that the existence of balian usada in health service at Tiga Village up to now is still high. It is influenced by four factors, namely (a) the factor of patients’ closeness to balian usada; (b) factor of the same cultural background; (c) factor of community’s trust towards balian usada; and (d) cost factor. Meanwhile the process and mechanism of health treatment system on treating patient applied by balian usada at Tiga Village, is starting from diagnosing the disease with various means. Related to the treatment and therapy for the patient, balian usada has a guideline on Lontar Usada and verbal knowledge hereditarily.

Keywords: balian usada, existence, and treatment.

  • 1.    Latar Belakang

Kondisi tubuh yang sehat merupakan idaman dan jaminan manusia dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Selama beraktivitas, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia terkadang mengalami ketidakseimbangan kondisi tubuh (sakit) yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Adapun sumber

penyebab sakit di dunia khususnya wilayah non-Barat menurut Foster dan Anderson (1986: 63), yaitu personalistik dan naturalistik. Berdasarkan artikel phdi.or.id pada Bulan April Tahun 2007 yang berjudul, “Fungsi dan Makna Ritual Melukat dalam Penyembuhan Gangguan Jiwa di Bali” disebutkan bahwa hingga kini masyarakat Bali memiliki kepercayaan bahwa faktor

utama penyebab terganggunya jiwa seseorang adalah karena masuknya roh jahat ke dalam tubuh. Kecanggihan pengobatan modern Barat tidak selamanya mampu memberikan kesembuhan secara menyeluruh kepada pasien yang menerima pengobatan. Berdasarkan artikel tempo.co tertanggal 25 Maret 2013 yang berjudul, “Sampai Akhir 2012, Terjadi 182 Kasus Malpraktik” disebutkan bahwa terdapat 182 kasus kelalaian medik atau malpraktik dari Tahun 2006 hingga 2012. Maka dari itu, untuk melengkapi pengobatan yang ada, masyarakat Indonesia melirik pengobatan tradisional sebagai pengobatan alternatifnya.

Pada masyarakat Bali, pelaku pengobatan tradisional (usada) dikenal dengan istilah balian. Di dalam praktiknya, balian usada menggunakan beraneka jenis tumbuhan sebagai ramuan obat. Selanjutnya, balian usada biasanya menggunakan sumber terpercaya dan tertulis sebagai pedoman yang disebut Lontar Usada, namun tidak jarang seorang balian usada menggunakan pengetahuan dan teknik pengobatan di luar dari Lontar Usada. Terkait dengan kondisi geografis Bangli, di beberapa desa dapat dijumpai

keberadaan seorang balian usada, salah satunya balian usada di Desa Tiga. Terdapat beberapa balian usada yang masih eksis dan terkenal hingga saat ini, di antaranya: Jero Tegeh, Jero Mangku Alit, Jero Wicaksana, Jero Sinar, dan Jero Lingsir.

Di tengah gempuran pengobatan modern Barat yang semakin maju dan penggunaan obat farmasi Barat yang semakin mendominasi, masyarakat Desa Tiga tetap memilih pengobat tradisional (balian usada) sebagai pengobatan alternatifnya. Berdasarkan hal tersebut dan pemaparan-pemaparan yang telah disampaikan sebelumnya, maka fenomena ini dapat dikaji dalam sebuah penelitian yang berjudul, “Eksistensi Balian Usada dalam Pengobatan pada Masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli”.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang di atas, secara spesifik permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut.

  • 1.    Mengapa balian usada masih tetap eksis dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli?

  • 2.    Bagaimana     proses     dan

mekanisme sistem perawatan kesehatan yang dilakukan oleh balian usada di Desa Tiga dalam menangani pasien?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut: 1) Mengetahui alasan di balik masih tetap eksisnya balian usada dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli; 2) Mendapatkan pengetahuan mengenai proses dan mekanisme sistem perawatan kesehatan yang dilakukan oleh balian usada di Desa Tiga dalam menangani pasien

  • 4.    Metode Penelitian

Penelitian eksistensi balian usada dalam pengobatan pada masyarakat Desa Tiga ini, menggunakan model penelitian etnografi yang termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini secara triangulasi dan hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pada penelitian kualitatif, informan ditentukan melalui teknik purposive. Teknik pengumpulan

data yang digunakan di antaranya: teknik observasi partisipasi moderat, wawancara mendalam, dan studi pustaka.

Adapun langkah-langkah dalam analisis data ini, di antaranya peneliti mengumpulkan data fieldnote dan rekaman audiovisual yang kemudian dicatat kembali dalam bentuk catatan etnografi yang lengkap. Selanjutnya peneliti menyusun kode dan catatan mengenai berbagai hal yang berisi gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui di lapangan. Pada tahap akhir, peneliti menyusun rancangan konsep serta penjelasan berkaitan dengan tema dan pola data yang bersangkutan.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

    • 5.1    Eksistensi Balian Usada dalam Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat Desa Tiga

Terdapat keluhan masyarakat Desa Tiga pada fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, yakni terkait jarak tempuh dan alat-alat penunjang kesehatan yang belum memadai. Berkaitan dengan jarak tempuh dialami oleh masyarakat Banjar Pukuh misalnya, di mana jarak tempuh Banjar

Pukuh menuju puskesmas pembantu yang menaungi daerah tersebut terlampau sangat jauh. Selain mengenai jarak tempuh, permasalahan terkait alat kesehatan yang belum memadai juga menjadi keluhan masyarakat Desa Tiga. Seperti misalnya di puskesmas pembantu di Banjar Malet Tengah masih minim sarana kesehatan penunjang, bahkan alat pengukur berat badan tidak dimiliki di puskesmas ini. Selain itu, puskesmas rawat inap di Banjar Kayuamba, walaupun menyediakan fasilitas rawat inap dan pelayanan 24 jam, tetap saja hanya rawat inap tertentu yang dapat dilakukan di puskesmas ini, seperti proses persalinan.

Proses menjadi balian usada di Desa Tiga harus melalui beberapa tahapan. Menurut Narwoko dan Suyanto (2004: 160), peran dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan cara memperolehnya, di antaranya peran bawaan (ascribed roles), yaitu peran yang diperoleh secara otomatis tanpa melalui usaha individu tersebut dan peran pilihan (achieved roles), yaitu peran yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri. Apabila melihat kepada profesi balian usada di Desa Tiga, bahwa dapat dijelaskan peran

dalam diri balian usada diperoleh secara otomatis atau peran bawaan (ascribed roles).

Masyarakat Desa Tiga juga memiliki andil besar dalam membentuk indivdu menjadi balian usada. Masyarakat di sana memiliki keyakinan yang tinggi terhadap profesi balian usada, hal ini membentuk pandangan masyarakat terhadap keturunan dari balian usada yang juga memiliki kemampuan serupa di dalam hal pengobatan. Selain dari pandangan masyarakat, proses belajar sejak dini juga membentuk individu menjadi balian usada. Balian usada yang memiliki kemampuan mengobati didasarkan atas keturunan, terbiasa sejak kecil melihat orang tua maupun kakeknya melakukan praktik-praktik pengobatan. Namun ada yang perlu diperhatikan, bahwa tidak semua keturunan dari seseorang yang berprofesi sebagai balian usada juga akan menjadi balian usada. Ternyata terdapat faktor lain selain keturunan yang membentuk individu menjadi balian usada, yakni petunjuk dari alam. Seseorang yang sudah ditunjuk secara niskala, baik melalui mimpi maupun pawisik harus memiliki kemauan untuk menjalankannya. Hal ini dianggap

menjadi kodrat alam dan tidak bisa ditentang. Seseorang yang menjadi balian usada di Desa Tiga harus melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap ini hampir serupa dengan tahapan menjadi balian usada di Bali pada umumnya, yang meliputi persiapan diri, proses belajar, dan praktik pengobatan.

Adapun mengenai alasan mendasar masyarakat Desa Tiga tetap memilih balian usada di tengah gempuran pengobatan medis modern Barat yang berkembang pesat di Indonesia, adalah didasarkan atas keyakinan, kepercayaan, dan biaya. Hal ini seperti diungkapkan Sudarma (2008: 58), bahwa ada empat keyakinan utama seseorang menentukan pengobatan untuk dirinya ketika mengalami sakit, antara lain yaitu yang didasarkan atas keyakinan tentang kerentanan individu terhadap keadaan sakit, keyakinan terhadap keseriusan atau keganasan suatu penyakit, keyakinan terhadap kemungkinan biaya, dan keyakinan efektivitas tindakan yang dilakukan sehubungan dengan adanya kemungkinan tindakan alternatif.

Masyarakat Desa Tiga hingga kini tetap memilih balian usada dalam perawatan medisnya, dapat dikatakan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

antaranya faktor kedekatan seorang pasien terhadap balian usada tersebut, faktor latar belakang budaya yang sama, faktor kepercayaan masyarakat bahwa mereka dapat sembuh apabila berobat kepada seorang balian usada tersebut, dan faktor biaya yang terbilang dapat dijangkau masyarakat.

Eksistensi balian usada yang cukup tinggi bagi kehidupan kesehatan masyarakat Desa Tiga, juga dipengaruhi oleh peran balian usada yang tinggi dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Terkait balian usada di Desa Tiga, dapat dikatakan bahwa memiliki peran khas sebagai pengobat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit yang diderita pasiennya. Adapun di Desa Tiga, profesi balian usada tidak hanya berfokus sebagai pengobat tradisional, namun juga memiliki peran lain yaitu sebagai pemangku (pemimpin upacara agama) dan sebagai tokoh masyarakat yang dihormati serta berpengaruh bagi kehidupan masyarakat di Desa Tiga.

  • 5.2    Proses dan Mekanisme Sistem Perawatan Kesehatan oleh Balian Usada di Desa Tiga dalam Menangani Pasien

Masyarakat     Desa     Tiga

mempercayai bahwa sakit tidak hanya

dipandang sebagai gejala biologis yang bersifat individu saja, tetapi berkaitan secara keseluruhan dengan masyarakat, alam semesta, dan leluhur. Berdasarkan kosmologi, balian usada di Desa Tiga memiliki hari-hari yang dianggap baik dan sempurna untuk mengobati pasien dan membuat ramuan obat. Hari-hari yang diyakini ini yaitu hari purnama, tilem, dan kajeng kliwon. Selain hari-hari baik, terdapat juga hari-hari tertentu yang dianggap tidak baik untuk melakukan pengobatan maupun memberi ramuan obat kepada pasien. Hari-hari yang diyakini tersebut di antaranya hari pasah dan hari ingkel wong.

Perilaku terhadap pilihan pengobatan dan sistem medis yang digunakan oleh masyarakat Desa Tiga, menurut Pendekatan Ekologi Kesehatan dapat dipandang sebagai strategi adaptif kultural. Pilihan terhadap balian usada dalam mengobati penyakit yang diderita merupakan strategi adaptif kultural dari masyarakat Desa Tiga untuk mempertahankan diri di mana pun mereka hidup dan sudah berlangsung secara turun-temurun.

Mendiagnosa seorang pasien menjadi tugas wajib seorang pengobat untuk mengetahui penyakit apa yang

diderita oleh pasien tersebut. Mendiagnosa sebagai pembuka jalan pengobat tersebut di dalam menyembuhkan penyakit yang dialami pasien tersebut. Suatu diagnosis apabila menunjukkan ancaman yang gawat, sebagian besar orang merasa lega ketika pengobat menentukan tentang apa yang tidak baik, karena kemungkinan dari perjalanan penyakit telah digambarkan, dan pengobat maupun pasien keduanya telah mengetahui apa yang secara wajar bisa diharapkan (Foster dan Anderson, 1986: 186).

Teknik mendiagnosa pasien dari kelima balian usada yang menjadi subjek penelitian, akan dipaparkan sebagai berikut. Perihal diagnosa penyakit, sebelum mendiagnosa pasiennya, biasanya pasien yang berobat kepada balian usada membawa banten atau sesajen berupa canang sari, canang taksu, dan pejati. Pertama, teknik mendiagnosa dari Jero Mangku Alit. Jero Mangku Alit akan mengetahui penyakit apakah secara sekala atau niskala dengan melihat kondisi pasien, menyentuh bagian tubuh pasien yang dianggap sakit, merasakan getaran tubuh yang dikeluarkan pasien kepada lingkungan sekitar, dan memperoleh petunjuk atau pituduh dari alam gaib.

Kedua, teknik mendiagnosa dari Jero Tegeh. Jero Tegeh akan mengetahui penyakit apakah tergolong secara sekala atau niskala dengan bersumber pada sastra terkait kondisi tubuh pasien yang ditampilkan, serta meminta petunjuk dari alam terkait penyakit yang dialami dan melalui proses penglukatan. Ketiga, teknik mendiagnosa dari Jero Sinar. Jero Sinar akan mengetahui penyakit apakah bersifat sekala atau niskala berdasarkan petunjuk-petunjuk dari alam atau pawisik, intuisi dari batin Jero Sinar atau berupa cahya niskala, baos dari sesuunan dan melihat dari kondisi tubuh pasien. Keempat, teknik mendiagnosa dari Jero Wicaksana. Jero Wicaksana dapat mengetahui penyakit yang diderita pasiennya apakah bersumber secara sekala ataupun niskala dengan berdasarkan kepada petunjuk-petunjuk alam atau petunjuk niskala serta berdasarkan pemberitahuan pasien. Selain itu, Jero Wicaksana juga melihat dari bagaimana kondisi bagian tubuh pasien, seperti pada bagian kulit, kuku, mata, dan sebagainya. Kelima, teknik mendiagnosa dari Jero Lingsir. Jero Lingsir dapat mengetahui kondisi penyakit pasien apakah disebabkan secara sekala atau niskala dengan

menggunakan petunjuk-petunjuk alam, selain itu Jero Lingsir juga menggunakan batu wangsa untuk mendiagnosa pasien yang berobat.

Merawat dan mengobati merupakan fase di mana pasien akan mengalami proses perbaikan-perbaikan dalam diri tubuh yang sakit. Menurut Kleinman (1980: 35), sistem perawatan kesehatan yang berkembang di masyarakat dibangun atas dasar kehidupan sosial dan kebudayaan. Terkait praktik pengobatan terhadap pasien akan dibahas sebagai berikut. Pertama, Adapun beberapa metode dan teknik pengobatan yang dilakukan oleh Jero Mangku Alit dalam merawat dan mengobati pasiennya, adalah didasarkan atas beberapa Lontar Usada yang ditekuni dan dipelajari oleh Beliau, seperti Lontar Usada Bayu Pramana, Lontar Usada Taru Pramana, dan Lontar Usada Sidhi Sarana. Balian usada berikutnya adalah Jero Tegeh. Beliau dalam merawat dan mengobati pasien, biasanya dilakukan di rumah pada bagian depan kamar suci yang dimiliki Beliau. Sumber pustaka yang biasa digunakan Beliau dalam menangani pasien, yakni Lontar Usada Taru Pramana. Selanjutnya balian usada Jero Sinar. Beliau dalam merawat dan

mengobati pasien, biasanya ditangani di rumah Beliau pada bagian dalam kamar suci. Adapun penyakit yang sering ditangani oleh Jero Sinar, di antaranya sakit kepala (sirah), sakit perut (basang), lumpuh (kepek), dan gatal-gatal (genit). Semua penyakit ini dapat diobati dengan menggunakan sarana minyak yang berasal dari olahan berbagai tanaman obat dan air yang sudah diberi doa, pengolahan ini bersumber dari Lontar Usada Tiwas. Balian usada selanjutnya adalah Jero Wicaksana. Adapun beberapa penyakit yang sering ditangani oleh Jero Wicaksana, di antaranya: penyakit panas (panes), sakit dingin (nyem), gatal-gatal (genit), ambien, luka akibat terjatuh, dan lain sebagainya. Sarana yang digunakan untuk mengobati adalah ramuan tanaman obat. Pengolahan tanaman obat ini berdasarkan atas Lontar Usada Taru Pramana. Balian usada yang terakhir adalah Jero Lingsir. Beliau dalam merawat dan mengobati pasien bersumber dari Lontar Usada Taru Pramana, biasanya dilakukan pada bagian dalam kamar suci di rumah Beliau. Adapun penyakit yang pernah dirawat dan ditangani oleh Jero Lingsir, di antaranya: penyakit panas (panes), penyakit dingin (dingin), dan tumor.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis data tentang eksistensi balian usada dalam pengobatan pada masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli dapat disimpulkan dan dirumuskan sebagai berikut: Pertama, hingga saat ini eksistensi dan peran balian usada di Desa Tiga dalam perawatan kesehatan masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor kedekatan pasien terhadap seorang balian usada, faktor latar belakang budaya yang sama, faktor kepercayaan, dan faktor biaya. Selain itu, pilihan terhadap balian usada juga disebabkan kurang memadainya fasilitas-fasilitas dan pelayanan kesehatan medis modern yang ada di Desa Tiga.

Pilihan proses pengobatan terhadap balian usada merupakan strategi adaptif kultural masyarakat Desa Tiga dalam bidang kesehatan. Kedua, proses dan mekanisme perawatan kesehatan yang dilakukan oleh balian usada dalam menangani pasien, meliputi tahapan: dimulai dari mendiagnosa penyakit pasien, cara merawat dan mengobati pasien. Balian usada di Desa Tiga memiliki berbagai

cara dalam mendiagnosa pasien, seperti melihat kondisi pasien, menyentuh bagian tubuh pasien yang dianggap sakit, merasakan getaran tubuh yang dikeluarkan pasien kepada lingkungan sekitar,      mengetahui      penyakit

berdasarkan petunjuk (pawisik) dari alam gaib, baos dari sesuunan terkait penyakit pasien yang diderita, dan mengetahui      penyakit      pasien

mengggunakan media atau benda yang dianggap sakral. Balian usada Desa Tiga dalam hal merawat dan mengobati berpedoman pada Lontar Usada, seperti Lontar Usada Bayu Pramana, Lontar Usada Taru Pramana, Lontar Usada Sidhi Sarana, dan Lontar Usada Tiwas. Balian usada merawat dan mengobati penyakit dengan media ramuan obat yang diolah baik dalam bentuk loloh, boreh,   maupun minyak. Selain

menggunakan ramuan obat, balian usada juga menggunakan metode upacara, penglukatan, pijatan, dan mantra.

  • 7.    Daftar Pustaka

Foster, George M., dan Barbara Gallatin Anderson., 1986. Antropologi Kesehatan, cetakan ke. I, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Kleinman, Arthur., 1980. Patients and Healers in the Context of Culture: An Exploration of the Borderland

between Anthropology Medicine and Psychiatry, First edition, University of California Press, USA.

Narwoko, Dwi J., dan Bagong Suyanto., 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, edisi ke. IV, Jakarta, Kencana.

Sudarma, Momon., 2008. Sosiologi untuk Kesehatan, cetakan ke. I, Jakarta, Salemba Medika.

Fungsi dan Makna Ritual Melukat dalam Penyembuhan Gangguan Jiwa di Bali,                       dalam

http://phdi.or.id/artikel/fungsi-dan-makna-ritual-melukat-dalam-penyembuhan-gangguan-jiwa-di-bali/2016/09/01.

Sampai Akhir 2012, Terjadi 182 Kasus Malpraktek,               dalam

https://m.tempo.co/read/news/2013/ 03/25/058469172/sampai-akhir-2012-terjadi-182-kasus-malpraktek/2016/09/04.

9