ANALISIS PALEOANTROPOLOGI RANGKA R.X3 SITUS GILIMANUK KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR
on
1
ANALISIS PALEOANTROPOLOGI RANGKA R.X3 SITUS GILIMANUK KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR
Retka Syamyanti
Jurusan Arkeologi di Fakultas Sastra
ABSTRACK
Gilimanuk necropolis site is a site that is full of archaeological. Some of Archaeological findings are in form of burial and settlement which been found at the year 1962-2006. The skeleton of Gilimanuk Site could explain their people in the past.
Gilimanuk’s Paleoanthropology also analized by its R.X3 which is collected by Balai Arkeologi Denpasar by observing the condition and size of the components of anatomy. This research is multidisiplim science and carried out systematically. The first stage in this research are observation, interviews, and literature. The second stage of the analysis using anthropometric analysis, antroposkopi, and comparison to determine the size of anatomical components R.X3 framework so that it can be identified race. The last step is drawing conclusions based on the data that has been collected to complete the information repertoire of human socio-cultural life Gilimanuk Site. The results of the analysis indicate that paleoanthropology order R.X3 this individual with the morphological characteristics of the Mongoloid race.
Keywords: Gilimanuk site,paleoanthropology, and race.
Arkeolog seringkali menemukan sisa rangka manusia dalam penelitian arkeologi lapangan. Sisa rangka manusia dalam konteks data arkeologi merupakan bagian jenis data ekofak. Penelitian untuk mengungkap kehidupan manusia masa lalu melalui analisis terhadap ekofak berupa tulang membutuhkan ilmu bantu dari bidang studi lain yaitu kedokteran forensik. Ilmu kedokteran forensik merupakan salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan (Devison, 2009:1). Seiring perkembangan zaman ilmu kedokteran forensik menjadi ilmu yang universal karena meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya juga digunakan dalam arkeologi yang dikenal dengan istilah paleoantropologi.
Temuan rangka manusia di Bali paling banyak ditemukan di Situs Nekropolis
Gilimanuk. Ekskavasi di Situs Gilimanuk telah dilakukan semenjak tahun 1962-2006.
Sampai saat ini penelitian terhadap Situs Gilimanuk masih terus dilakukan. Hasil identifikasi terhadap temuan rangka manusia Gilimanuk menunjukkan ciri-ciri dominan yang ditemukan adalah ras Mongoloid (Suprijo, 1983:512; 1985:397; Tim Peneliti Balai Arkeologi Denpasar, 1985:29-30; Aziz, 1994:209-210; Soejono, 2008:115-116). Pada penelitian kali ini penulis akan menganalisis rangka untuk mengidentifikasi ras pada tengkorak rangka R.X3 manusia Situs Gilimanuk koleksi Balai Arkeologi Denpasar. Rangka ini merupakan temuan ekskavasi penyelamatan pada saat pembangunan Museum Gilimanuk tahun 1991 dan sampai saat ini belum pernah diteliti.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan penulis kaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana identifikasi ras rangka R.X3 manusia Situs Gilimanuk.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manusia pendukung kebudayaan Situs Gilimanuk melalui analisis terhadap temuan rangka R.X3 dan secara khusus untuk mengetahui jenis ras manusia yang tinggal di Situs Gilimanuk pada masa lalu.
Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan hasil penjajagan temuan rangka R.X3 dan tinjauan pustaka terhadap sumber-sumber terkait. Penelitian ini menggunakan multidisiplin ilmu yaitu arkeologi, antropologi, dan paleoantropologi. Sedangkan metode pengumpulan data dalam penelitian bersifat kuantitatif-kualitatif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara narasumber, dan studi pustaka. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode analisis antropometri, antroposkopi, dan komparasi. Analisis antropomentri adalah metode dalam mengukur fisik manusia untuk mengetahui bentuk (shape) rangka R.X3 sehingga dapat
diketahui jenis rasnya, misalnya dengan mengukur indeks tengkorak. Analisis antroposkopi yaitu metode pengamatan ciri-ciri fisik yang tidak dapat diukur pada fisik manusia, misalnya ras mongoloid mempunyai bentuk tulang zygomatik yang menonjol. Analisis komparasi digunakan untuk mencari perbedaan atau persamaan antara rangka R.X3 dengan R.II dan R.XLII temuan rangka manusia Gilimanuk koleksi Laboratorium Biantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran UGM sebagai objek pembanding.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penghuni Situs Gilimanuk berafinitas ras Mongoloid (Suprijo 1983:512; 1985:496; Soejono 2008:137). Ras pada prinsipnya adalah penggolongan manusia secara biologis berdasarkan penampakan fisik atau fenotipnya dan bukan berdasarkan struktur genetisnya. Secara umum ras manusia digolongkan menjadi 3, yaitu Mongoloid, Negroid, dan Kaukasoid. Berdasarkan ciri-ciri morfologisnya ketiga ras tersebut dapat dibedakan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Perbedaan Morfologis Ras pada Tengkorak
No |
Indikator |
Mongoloid |
Negroid |
Kaokasoid |
1 |
Bentuk tulang zygomatik |
Menonjol |
menjorok |
Mundur |
2 |
Lebar apertura nasalis |
Sedang |
Lebar |
Sempit |
3 |
Bentuk tulang orbita |
Sirkulair |
persegiempat |
miring ke bawah |
4 |
Bentuk tulang palatum |
Sedang |
Lebar |
Sempit |
5 |
Bentuk sutura zygomaticomaxillaris |
Lurus |
huruf S |
Membelok |
(Sumber: Indriati, 2010:60)
Secara antroposkopi rangka RX.3 memiliki ciri-ciri bentuk tulang zygomatik menonjol, lebar apertura nasalis sedang, bentuk orbita sirkulair, bentuk langit-langit sedang, dan sutura zygomaticomaxillaris berbentuk lurus. Berdasarkan ciri-ciri morfologis tersebut, rangka R.X3 memiliki ciri ras Mongoloid. Adanya ciri-ciri ras Mongoloid pada rangka R.X3 juga dapat dilihat pada gigi seri yang berbentuk sekop
(shovel shape), pada umumnya bentuk gigi yang seperti ini ditemukan pada ras Mongoloid. Bentuk gigi sekop juga ditemukan pada gigi seri rangka R.II dan R.XLII.
Selain pengamatan antroposkopi, identifikasi ras juga dapat dilakukan melalui analisis antropometri yaitu dengan menghitung indeks tengkorak. Klasifikasi indeks tengkorak manusia dapat dibedakan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Indeks Tengkorak Manusia
Klasifikasi |
Indeks |
Ras |
Dolicokran (pendek) |
70,0-74,9 |
Negroid |
Mesokran (sedang) |
74,0-79,9 |
Kaukasoid |
Brachykran (tinggi) |
80,0-84,9 |
Mongoloid |
(Sumber: Krogman dan Iscan, 1986:530; Bass, 1987:69; dan Glinka, 2008:42)
Indeks tengkorak rangka R.X3
Lebar maksimal tengkorak
x 100
Panjang maksimal tengkorak
(eu-eu)
(g-op)
x 100
14
= — x 100
17
= 82,3
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa indeks tengkorak rangka R.X3 adalah 82,3 dan tergolong dalam klasifikasi bentuk brachykran (tinggi). Bentuk tengkorak yang demikian merupakan jenis tengkorak ras Mongoloid (lihat tabel 1).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis antropometri, antroposkopi, dan komparasi terhadap rangka R.II dan R.XLIII dapat diidentifikasi bahwa rangka R.X3 berafinitas ras Mongoloid, hal ini diketahui melalui: bentuk tulang zygomatik menonjol, lebar aperture nasalis sedang, bentuk
tulang orbita sirkulair; bentuk tulang palatum sedang, bentuk sutura zygomaticomaxillaris lurus; dan indeks tengkorak 82,3 tergolong klasifikasi tengkorak brachykran.
Daftar pustaka
Aziz, Fadhila Arifin, 1994, “Studi Arkeologi-Demografi pada Situs Kubur Gilimanuk (Bali) dari Masa Perundagian”, Pertemuan Ilmiah Arkeologi VI, Hal 197220, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Bass, William M., 1987, Human Osteology: A Laboratory And Field Manual, Columbia: Missouri Archaeological Society, Inc.
Devison, Reinhard John, 2009, “Penentuan Tinggi Badan berdasarkan Panjang Lengan Bawah”, Tesis, Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
Available:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6194/1/09E0139 7.pdf (Accessed: 2011, Oktober 29).
Glinka, Josef. SVD, Myrtati Dyah Artaria, Toetik Koesbardiati, 2008, Metode Pengukuran Manusia, Surabaya: Airlangga University Press.
Indriati, Etty, 2010, Antropologi Forensik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Krogman, Wilton Marion dan Mehmet Yasar Iscan, 1986, The Human Skeleton in Forensic Medicine, Springfield: Charles C. Thomas Publisher.
Soejono, R.P, 2008, “Sistem-sistem Penguburan pada Akhir Masa Prasejarah di Bali”, Disertasi, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Suprijo, Agus, 1983, “Penelitian terhadap Rangka Gilimanuk, Bali”, Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi I, Hal 511-531, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
_________, 1985, “Penelitian terhadap Rangka Gilimanuk Tahun 1979”, Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi II, Hal 491-499, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Tim Peneliti Balai Arkeologi Denpasar, 1985, “Ekskavasi Gilimanuk, Bali”, Laporan Penelitian Arkeologi, Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar.
Discussion and feedback