Prosedur Penerjemahan Kategori Istilah Budaya Ekologi Pada Novel Laskar Pelangi Beserta Terjemahannya Niji No Shounen Tachi
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 17.2 Nopember 2016: 50 - 56
Prosedur Penerjemahan Kategori Istilah Budaya Ekologi Pada Novel Laskar Pelangi Beserta Terjemahannya Niji No Shounen Tachi
I Dewa Made Mertha Harimbawa1*, I Gede Oeinada2, Ni Made Wiriani3
123
-
123Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
*
*Corresponding Author
Abstract
This research is entitled “Procedure of Translation of Ecology Cultural Terms in Laskar Pelangi Novel With Japanese Translated Niji No Shounen Tachi”. This research discuss about procedure of translation and ecology cultural terms in Laskar Pelangi novel. The main theory used in the analysis were procedure of translation Theory by Newmark (1988), and ecology cultural terms by Newmark (1988). The analysis in this paper shows that in all 54 datas, there are 5 kind of sub category of ecology cultural terms and 5 kind of procedur of translation in Laskar Pelangi novel. From all that data, Cultural Equivalent is mostly use to translating ecology cultural terms than other procedure. The ecology cultural terms are contained in sourch languange have been translated in the target languange.
Key Words : Translated, ecology cultural terms, procedure of translation
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan terbukanya batas-batas komunikasi antar wilayah ataupun negara, maka diperlukan penerjemahan bahasa asing. Terdapat banyak definisi tentang penerjemahan yang dapat ditemukan, salah satunya menurut Larson (1984:3) yang merupakan ahli linguistik mengatakan bahwa seorang penerjemah perlu untuk memperhatikan bentuk teks bahasa sumber, karena penerjemahan merupakan proses mengganti bentuk kalimat tanpa merubah makna.
Selain memperhatikan bentuk bahasa untuk mendapatkan makna yang ekuivalen, seorang penerjemah juga harus memperhatikan aspek budaya yang terkandung dalam sebuah teks bahasa. Linton (1945:30) seorang ahli budaya mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan cara dari kehidupan masyarakat dan kebudayaan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup yang dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Jadi kebudayaan menunjukkan berbagai
macam aspek kehidupan meliputi cara bertindak, kepercayaan dan perilaku yang merupakan hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk masyarakat atau kelompok tertentu.
Di dalam sebuah teks bahasa seluruh aspek budaya dapat terungkap melalui kata-kata yang berorientasi pada budaya atau disebut dengan cultural words (Newmark, 1988:95-102). Kata-kata yang bermuatan budaya dapat diterjemahkan dalam berbagai teknik penerjemahan sesuai dengan peranannya.
Kegiatan penerjemahan istilah budaya bukanlah hal yang mudah akan tetapi masih mungkin untuk dilakukan. Menurut Bell (1991:15), masalah perbedaan sistem linguistik dan budaya, keragu-raguan, informasi yang hilang adalah masalah yang akan dihadapi oleh seorang penerjemah. Untuk mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapi oleh seorang penerjemah, maka diperlukan prosedur yang tepat supaya hasil yang ingin dicapai dapat diperoleh secara maksimal.
-
1. Bagaimanakah distribusi kategori istilah budaya ekologi yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi beserta terjemahannya Niji No Shounen Tachi ?
-
2. Bagaimanakah prosedur penerjemahan yang diaplikasikan dalam menerjemahkan kategori istilah budaya ekologi pada novel Laskar Pelangi ?
-
3. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah khasanah penelitian tentang kajian penerjemahan dan aplikasinya pada bahasa Jepang. Khususnya memahami istilah budaya dan prosedur penerjemahan istilah budaya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori istilah budaya ekologi yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005 beserta terjemahannya Niji No Shounen Tachi yang dialihbahasakan oleh Hiroaki Kato yang diterbitkan oleh Sunmark pada tahun 2012 dan mengetahui prosedur penerjemahan yang diaplikasikan pada kategori istilah budaya ekologi dalam novel Laskar Pelangi beserta terjemahannya Niji No Shounen Tachi.
Pada proses pengumpulan data digunakan metode simak. Metode simak atau penyimakan adalah metode yang dilakukan dengan cara menyimak objek yang akan diteliti (Sudaryanto, 1993:135). Data dibaca dengan teliti, setelah data ditemukan kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu teknik catat untuk mempermudah proses klasifikasi dan pengumpulan data-data yang ditemukan pada novel Laskar Pelangi beserta terjemahannya Niji No Shounen Tachi.
Setelah data terkumpul, data tersebut dianalisis menggunakan metode deskriptif. Langkah–langkah analisis data dijabarkan sebagai berikut: Pertama, data dianalisis berdasarkan prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark (1988), kemudian data disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan prosedur yang digunakan, selanjutnya mengkategorikan istilah budaya ekologi berdasarkan kategori istilah budaya yang dikemukakan oleh Newmark (1988) beserta pemaparan maknanya. Pemaparan makna dilakukan untuk mempermudah proses analisis prosedur penerjemahan.
Setelah data dianalisis, data kemudian disajikan menggunakan metode formal yaitu metode yang perumusan kaidah-kaidahnya menggunakan tanda tabel dan lambang. Metode formal berupa tabel digunakan untuk menyajikan analisis komponen makna kategori istilah budaya ekologi. Selanjutnya pada tahap ini digunakan metode informal. Metode informal adalah metode yang menyajikan hasil analisis melalui katakata atau kalimat tanpa menggunakan simbol atau gambar (Sudaryanto, 1993:145).
-
5. Hasil dan Pembahasan
-
5.1 Prosedur Penerjemahan Kategori Istilah Budaya Ekologi
-
-
a. Prosedur Penerjemahan Literal Translation
-
(1) Angin Barat
TSu: Pada musim angin barat ketika nelayan enggan melaut, menu utama adalah
ikan gabus
(Laskar Pelangi, 2005:44)
TSa: 西風の季節、すなわち漁師がこ漁に出られない季節のメイン。デイッシ
ュはドジョウだ
nishikaze no kisetsu, sunawachi ryoushi ga ko ryou ni derarenai kisetsu no mein.
Disshu ha dojyou da
(Niji No Shounen Tachi, 2012:48)
Melihat hasil terjemahan dari nomina angin barat, yaitu西風 (nishikaze) masuk ke dalam prosedur literal translation, terlihat dari kanji 西 (nishi) yang berarti “barat” dan kanji 風 (kaze) yang berarti “angin”. Pada teks sasaran, istilah secara penuh diterjemahan secara kata untuk kata, tidak ada penambahan ataupun pengurangan yang terjadi dari istilah “nishikaze” jika dibandingkan dengan istilah pada teks sumber. Jadi, meskipun diterjemahkan secara literal pembaca teks sasaran hanya memahami istilah angin barat sebagai angin yang berhembus dari arah barat, sedangkan bagi pembaca teks sumber memahami istilah angin barat tidak hanya angin yang berhembus dari arah barat tapi menandakan bahwa musim penghujan akan segera datang.
TSu: Jika aku menoleh ke belakang, maka aku dapat menyaksikan pemandangan
padang sabana
(Laskar Pelangi, 2005:134)
TSa: 背後に目を向けると、そこには一面サバナが広がっていた
Haigo ni me wo mukeru to, soko ni ha ichimen sabana ga hirogatte ita
(Niji No Shounen Tachi, 2012:134)
Nomina sabana pada data (2) diterjemahkan menjadi サバナ(sabana) pada teks sasaran. Melihat hasil terjemahannya ditransfers begitu saja, karena istilah sabana pada teks sumber maupun pada teks sasaran secara umum dan lumrah digunakan untuk menyebutkan istilah padang rumput. Istilah yang dipakai dalam teks sumber memiliki kesamaan makna dengan apa yang dipakai dalam teks sasaran, karena pada kamus bahasa Inggris-Indonesia maupun kamus bahasa Inggris-Jepang istilah savanna diterjemahkan menjadi ‘sabana’ pada bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.
TSu: Wanita yang menenggelamkan diri belasan tahun sendirian di tengah rimba
untuk menyelamatkan beberapa keluarga orang utan
(Laskar Pelangi, 2005:29)
TSa: オランウータンを守るために十数年もひとりで森に住んでいた女性
Orang utan wo mamoru tameni jusunen mo hitorite mori ni sunde ita joseiya
(Niji No Shounen Tachi, 2012:32)
Nomina Orang utan pada teks sumber diterjemahkan menjadi オランウータン (Oran utan) pada teks sasaran. Melihat hasil terjemahan orang utan pada teks sasaran diterjemahkan begitu saja, namun terjadi sedikit penyesuaian ejaan yang sesuai dengan teks sasaran. Jika dicari padanan yang sesuai dengan teks sasaran sangat mustahil untuk ditemukan, meskipun simbol yang digunakan berbeda dengan yang terdapat pada teks sumber, pada teks sasaran secara fonetis mengandung struktur dan makna yang sama persis dengan yang terdapat pada teks sumber, baik dari teks sumber maupun dari teks sasaran maknanya tetap terjaga dan konstan.
TSu: Maka hadirlah beberapa keluarga jalak kerbau
(Laskar Pelangi, 2005:51)
TSa: そうするとその後から何組かのムクドリの親子がやってくる
sousuruto sono ato kara nankumi ka no mukudori no oyako ga yattekuru
(Niji No Shounen Tachi, 2012:56)
Pada data (4) nomina jalak kerbau dalam teks sumber diterjemahkan menjadi ム クドリ(mukudori) pada teks sasaran. Dalam kamus Jepang-Indonesia, nomina mukudori memiliki arti jalak yang secara makna memiliki pengertian yang terlalu umum, sedangkan nomina jalak kerbau pada teks sumber memiliki pengertian khusus untuk menyebutkan jalak yang memiliki bulu berwarna hitam dan sering hinggap di pundak kerbau mencari makanan sehingga dinamakan jalak kerbau.
-
e. Prosedur penerjemahan Reduction and Expansion
-
1) Reduction
-
(51) Pohon Gayam
TSu: Misalnya menyangkut sepeda pak fahmi guru kelas empat yang tidak bermutu
dan selalu menggertak murid di dahan pohon gayam, trapatani harus minta izin dulu pada ibunya
(Laskar Pelangi, 2005:58)
TSa: たとえば四年生のとき、理由なくいつも怒っていたファヒミ先生の自転
車を木に引っ掛けようと盛り上がったときも、トラパータに母の許しを 事前に得なければならなかった
tatoeba yon nen sei no toki, riyuu naku itsumo okotte ita fahimi sensei no jitennsha wo ki ni hikkakeyou to moriagatta toki mo, torapatani ha haha no yurushi wo jizen ni enakerebanaranakatta
(Niji No Shounen Tachi, 2012:64)
Pada data (51) nomina pohon gayam diterjemahkan menjadi 木 (ki) pada teks sumber. Melihat hasil terjemahannya, terjadi pengurangan nomina gayam pada teks sasaran. Berdasarkan pengertian tersebut pengurangan yang terjadi pada teks sasaran bersifat minor, tapi sangat mempengaruhi informasi yang tersampaikan pada pembaca teks sasaran, karena pada terjemahannya istilah 木 (ki) memiliki pengertian yang terlalu umum untuk menyebut istilah pohon, sedangkan istilah pohon gayam bersifat khusus, karena pohon ini berbeda dengan jenis pohon lainnya, meskipun kedua istlah tersebut termasuk golongan yang sama yaitu tumbuh-tumbuhan.
-
2) Expansion
-
(54 ) Puting Beliung
TSu: Pada musim angin barat puting beliung, pada musim demam, pada musim
sampar, sehari pun lintang tak pernah bolos
(Laskar Pelangi, 2005:72)
TSa: 竜巻ような強風が吹き荒れる西風の季節も、感染症のはやる季節も、リ
ンタンは一日も休まなかった
Tatsumaki youna Kyofu ga fuki areru seifu no kisetsu mo kansen-sho no hayaru kisetsu mo, rintan ha tsuitachi mo yasumanakatta
(Niji No Shounen Tachi, 20012:80)
Nomina angin puting beliung pada teks sumber diterjemahkan menjadi 竜巻の ^5⅛^S (Tatsumaki no youna Kyofu) pada teks sasaran. Jika diterjemahkan secara harfiah maka memiliki pengertian ‘angin kencang seperti tornado’. Sesuai dengan
penjabaran data diatas, angin tornado dan puting beliung memiliki karakteristik yang berbeda tapi memiliki makna yang sama tentang angin kencang yang dapat menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Jika dicarikan padanan yang sama persis pada teks sasaran maka akan sulit ditemukan, sehingga penerjemah menambahkan nomina 竜巻 (tatsumaki) untuk memberikan informasi tambahan tentang angin kencang yang mirip seperti tornado.
Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan bahwa prosedur cultural equivalent lebih dominan digunakan daripada prosedur lainnya, karena istilah budaya ekologi yang terdapat pada teks sumber cenderung sudah diterjemahkan pada teks sasaran. Sebagian besar ekologi yang terdapat pada teks sumber ditemukan juga pada teks sasaran. Istilah budaya ekologi yang padanannya tidak ditemukan pada teks sasaran lebih cenderung menggunakan prosedur naturalization. Istilah yang diterjemahkan menggunakan prosedur naturalization maknanya tetap terjaga dan konstan, karena sebagian istilah tersebut mudah dikenali.
Bell, T. Roger. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. Longman.
Hirata, Andrea. 2005. Laskar Pelangi. Jakarta: Bentang Pustaka
Hirata, Andrea. 2012. Niji No Shounen Tachi (Hiroaki Kato). Tokyo: Sunmark
Larson, M. L. 1984. Meaning-based Translation. Lanham: University Press of America Inc.
Linton, Ralph. 1945. The Cultural Background of Personality. New York and London: Century Company.
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Oxford: Pergamon Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
56
Discussion and feedback