ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 18.2 Pebruari 2017: 47-55

Pemanfaatan Situs Pura Taman Sari di Banjar Sengguhan, Semarapura Kangin, Klungkung Sebagai Daya Tarik Wisata

Ni Putu Ari Trisna Amelia1, I Wayan Srijaya2, I Nyoman Wardi3

123Prodi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Unud

1[e-mail: aritrisnaamelia@gmail.com] 2[e-mail: srijaya59@yahoo.co.id] 3[e-mail:

wardi_ecoculture@yahoo.co.id]

*Corresponding Author

Abstract

Taman Sari Temple has been builded around in 1710, this temple has been designated as a cultural heritage in Klungkung regency. Taman Sari Temple of the kingdom of Klungkung, existing structures on the site he has the remains of a building of which the meru tumpang sebelas, meru tumpang sembilan and ancient statues. This study aims to determine the potential that can be exploited as a tourist attraction and what efforts need to be made in the utilization of the site as a tourist attraction.

This study used a structural functional theory and this study used data collection techniques are observation, literature study and interviews. Data analysis techniques used, is a qualitative analysis, quantitative analysis and SWOT analysis.

Based on the results of data processing and data analysis in this study provides an overview of the potential that exists in the Taman Sari Temple, and efforts to use public perception needs to be done to make this site as a tourist attraction. There is potential for tangible and intangible form of two buildings meru, namely tumpang sebelas dan meru tumpang sembilan, ancient statues, pools and other support buildings and accompanied by the supporting factors around the site which has become a leading tourist attraction in Klungkung regency. Efforts should be made to make the temple as a tourist attraction, such a improving human resources, additional facilities, and infrastructure, dissemination of information, as well as structuring site conservation efforts.

Keywords: Taman Sari Temple, potential, utilization, tourist attraction

  • 1.    Pendahuluan

Cagar budaya sebagai hasil cipta, karsa, dan karya manusia merupakan bukti peradaban umat manusia pada masa lalu. Melalui wujud peradaban tersebut akan dapat dipetik nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya guna dijadikan pedoman bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Mengingat pentingnya peran cagar budaya, maka tidaklah mengherankan jika cagar budaya mendapat perhatian baik oleh masyarakat

internasional, nasional, dan lokal. Cagar budaya memiliki beberapa nilai dan makna, yaitu nilai dan makna informatif, simbolik, estetis, dan ekonomis (Laksmi, dkk, 2011 : 1).

Beberapa penelitian telah dilakukan di Situs Pura Taman Sari, namun belum ada pembahasan mengenai pemanfaatan situs sebagai daya tarik wisata. Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, NTB, NTT (2014), terkait dengan laporan kegiatan tahunan berupa kegiatan data inventaris yang dilakukan BPCB hanya terfokus kepada pendeskripsian secara umum terkait dengan tinggalan dua buah meru beserta arca-arca kuno yang terdapat di Situs Pura Taman Sari. Penelitian terdahulu dilakukan oleh I Wayan Sutedja pada tahun 1980 dengan judul Suatu Deskripsi Kekunaan Pura Taman Sari Di Klungkung.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut.

  • a.    Potensi apa saja yang terdapat di Situs Pura Taman Sari sebagai daya tarik wisata?

  • b.    Upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk pemanfaatan Situs Pura Taman Sari sebagai daya tarik wisata?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini terdapat dua tujuan diantaranya tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini yakni untuk memberikan sumbangan data inventaris untuk penelitian selanjutnya terkait dengan upaya pemanfaatan situs sebagai daya tarik wisata. Sedangkan, tujuan khusus dalam penelitian ini yakni untuk menjawab permasalahan mengenai potensi cagar budaya yang ada di Situs Pura Taman Sari Klungkung. Selain itu, untuk menjawab permasalahan terkait upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk pemanfaatan pura yang umumnya sebagai tempat suci dan kini dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata.

  • 4.    Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh dari lapangan, wawancara, studi kepustakaan. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis ataupun lisan dari objek yang dapat diamati (Moleong, 2007 : 4).

Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan juga berupa sumber tertulis mengenai lokasi penelitian yang bersifat deskriptif. Data primer yang digunakan yaitu data artefaktual yang ada di Situs Pura Tman Sari. Data sekunder yaitu berupa jurnal, artikel, buku serta karya ilmiah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni observasi, wawancara, dan studi pustaka. Data yang telah terkumpul selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan teori yaitu teori fungsionalisme struktural. Penggunaan teori dalam pengembangan data juga didukung dengan beberapa analisis yakni analisis kualitatif, kuantitatif, dan SWOT sehingga memudahkan penulis dalam mengkaji dan memecahkan permasalahan penelitian.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

    a.    Potensi Situs Pura Taman Sari sebagai Daya Tarik Wisata
    1)    Potensi Tangible

Potensi yang bersifat tangible terdiri atas potensi arkeologis dan non arkeologis. Potensi arkeologisnya ialah sebagai berikut:

  •    Meru Tumpang Sebelas

Bangunan meru tumpang sebelas dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian dasar (kaki), bagian badan dan atap (tumpang). Bagian kaki bangunan meru tumpang sebelas ini terbuat dari struktur batu padas dengan denah berbentuk bujur sangkar dan terbagi menjadi tiga tingkatan. Ornamen berupa Naga Ananthaboga yang melilit bagian bawah badan bangunan meru, dimana kepala-ekornya hampir bertemu di depan pintu meru. Terdapat juga kura-kura bermoncong api yang disebut dengan Kurmagni atau Bedawangnala. Bagian atap bangunan meru tumpang sebelas terbuat dari bahan kayu dan ditutupi dengan ijuk.

  •    Meru Tumpang Sembilan

Bangunan meru tumpang sembilan secara vertikal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian dasar, badan dan atap. Antara bagian kaki dan badan tidak terlihat jelas, hanya dipisahkan dengan motif hias. Pada bagian ini, tidak terdapat ornament tapi terdapat hiasan yang berbentuk perbingkaian, seperti karang mata atau buntulu serta hiasan pada setiap sudut terdapat ornamen berupa karang goak. Bagian badan meru memiliki ornament pada setiap bidangnya. Ornamen-ornamen yang terdapat pada bagian badan bangunan meru ini merupakan perbingkaian yang membentuk pola seperti simbar. Pada bagian simbar bawah, pola hias yang menghiasi berupa relief tokoh pewayangan sedangkan simbar atas dibuat polos tanpa relief. Selain itu, pada bagian badan bangunan meru juga terdapat beberapa perbingkaian untuk menempatkan piring-piring keramik. Bagian atap bangunan meru terbuat dari bahan kayu dan ditutupi dengan ijuk.

  •    Arca

Terdapat enam arca penjaga di Situs Pura Taman Sari yang berada di areal jeroan pura. Empat buah arca penjaga berada di masing-masing sudut Bangunan Bale Pawedan, dan dua buah arca berada di sisi selatan. Keenam arca tersebut digambarkan dengan wajah menyeramkan seperti raksasa.

  •    Kolam

Kolam mengelilingi bangunan bale piasan, meru tumpang sebelas dan meru tumpang sembilan. Adapun kolam ini menjadi simbol dari pemutaran lautan susu untuk mendapatkan Tirta Amertha. Kolam ini pada waktu dahulu merupakan suatu pemandangan yang sangat indah, terlebih-lebih dipadukan dengan bangunan meru tumpang sebelas dan meru tumpang sembilan dan piasan.

- Potensi Non Arkeologis

Potensi non arkeologis yang terdapat di Pura Taman Sari, yaitu berupa bangunan pendukung atau pelengkap seperti wantilan, bale panjang, bale gong, kori agung, candi bentar dan bale piasan.

  • 2)    Potensi Intangible

       Nilai Estetika

Nilai estetika terbagi menjadi dua, yaitu estetika budaya dan estetika alamiah. Estetika budaya yaitu hasil cipta karya, karsa dan rasa, sedangkan estetika alamiah yaitu keindahan dari lingkungannya. Jadi nilai estetika yang terdapat di Situs Pura Taman Sari ini sangat tinggi, hal ini dapat dilihat suasana keindahan dan kemegahan pura. Keberadaan taman, pepohonan dan adanya bukit tinggi yang hijau di sebelah timur pura yang menambah keteduhan, kesejukan dan kedamaian di dalam pura.

  •    Upacara/Ritual Keagamaan

    ^ Upacara Satu Tahun Sekali

Upacara yang dilakukan satu tahun sekali adalah bertepatan dengan hari Tilem Kapitu. Pada waktu hari tersebut diadakan suatu upacara sambang semadi yaitu suatu upacara pembacaan kitab-kitab suci yang dilakukan selama satu malam suntuk. Upacara ini juga lazim disebut dengan Siwaratri.

S Upacara Enam Bulan Sekali

Upacara yang diadakan setiap enam bulan sekali tepat jatuh pada hari Tumpek Landep. Upacara yang jatuh pada hari tersebut merupakan puncak dari segala upacara di Situs Pura Taman Sari tersebut. Tepat pada hari Tumpek Landep diadakan upacara atau ritual pemasupatian terhadap senjata atau benda-benda pusaka kerajaan Klungkung. Selain itu, upacara ngerebonin juga diadakan setiap enam bulan sekali pada setiap hari Sugih Manik. Upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan dan menghilangkan segala kekotoran-kekotoran atau leteh yang mungkin terjadi selama periode enam bulan sebelumnya.

  • b.    Upaya Yang Perlu Diupayakan Untuk Pemanfaatan Situs sebagai Daya Tarik Wisata

    1)    Analisis SWOT Terhadap Situs Pura Taman Sari

Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis berdasarkan logika untuk mengevaluasi berbagai faktor secara sistematis dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalisir ancaman dan kelemahan. Dapat ditarik kesimpulan masalah-masalah apa saja yang ada dalam pemanfaatan Situs Pura Taman Sari yang

harus dibenahi sehingga nantinya tidak akan menghambat dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan Situs Pura Taman Sari kedepannya, yaitu:

  • 1)    Masalah sumberdaya manusia (SDM), untuk mengatasinya yaitu dengan cara mengikutsertakan masyarakat lokal atau yang ditunjuk oleh pengelola dalam pelatihan maupun pendidikan.

  • 2)    Masalah sarana dan prasarana penunjang, yaitu dengan cara melengkapi sarana dan prasarana, seperti petunjuk-petunjuk arah, papan tata tertib, dan sarana prasarana lainnya.

  • 3)    Masalah manajemen pengelolaan, cara mengatasinya yaitu dengan cara membuat struktur organisasi yang jelas dan mengisinya dengan orang-orang yang profesional sehingga mengetahui tugas-tugas yang akan dilakukan.

  • 4)    Masalah terbatasnya media informasi dan promosi, cara mengatasinya yaitu dengan membuat sebuah pusat media informasi untuk Situs Pura Taman Sari, membuat, menyebarkan brosur atau pamplet ke travel-travel, sekolah dan universitas. Selain itu melalui kerjasama dengan pihak swasta lainnya.

  • 2)    Meningkatkan Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia atau masyarakat lokal yang ditunjuk untuk terlibat dalam pemanfaatan Situs Pura Taman Sari sebagai daya tarik wisata, adalah mereka yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang sejarah pura, keberadaan pura, sehingga dapat memberikan informasi yang jelas kepada pengunjung. Untuk mendapatkan sumberdaya manusia tersebut perlu dilakukan pelatihan-pelatihan yang cukup dari lembaga terkait, ataupun kuliah formal.

  • 3)    Penambahan Sarana dan Prasarana

Dalam paradigma pembangunan pariwisata, warisan budaya yang dijadikan sebagai daya tarik wisata sebelumnya sudah diperhitungkan oleh masyarakat pengelolanya terkait upaya-upaya yang harus dilakukan untuk pemanfaatan situs tersebut sebagai produk wisata. Masyarakat juga telah mengidentifikasi usaha-usaha kepariwisataan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Penambahan sarana dan prasarana untuk penunjang pariwisata atau kebutuhan pariwisata (Ardika, 2001 : 6-

  • 7) . Adapun sarana dan prasarana yang sudah ada di Pura Taman Sari berupa warung, areal parkir serta fasilitas umum seperti toilet.

  • 4)    Penyebarluasan Informasi

Pura Taman Sari masih difungsikan sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu, sehingga sudah barang tentu para penyungsungnya bisa menjadi media informasi baik melalui jejaring sosial maupun komunikasi langsung melalui telephone. Semakin tingginya kecintaan terhadap objek wisata yang berbasis warisan budaya serta adanya peluang dan kesempatan untuk menuangkan segala kisah perjalanan seseorang maupun sekelompok orang dalam suatu media seperti blog, paper, majalah, skripsi, maupun karya tulis lainnya.

  • 5)    Upaya Konservasi Cagar Budaya

Kerusakan yang terjadi di Situs Pura Taman Sari berupa kerusakan fisik, mekanis, biotis, kemis dan vandalism. Upaya konservasi atau pemeliharaan yang sifatnya berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, yaitu:

  • 1.    Pemeliharaan yang bersifat tradisional, yaitu pemeliharaan dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti cetok, kapi, sapu lidi, sabit, dan lain sebagainya.

  • 2.    Pemeliharaan dengan cara konservasi, yaitu pemeliharaan dalam rangka pelestarian benda-benda sejarah dan purbakala dengan menggunakan bahan-bahan kimiawi dan mempergunakan alat-alat khusus konservasi.

  • 6)    Penataan Situs Pura Taman Sari

Menurut informasi yang peneliti dapatkan dari pihak pengelola Situs Pura Taman Sari mengatakan bahwa “Penataan Situs Pura Taman Sari dalam waktu dekat akan dilakukan pembenahan pada kolam yang ada di halaman dalam pura, karena kolam tersebut sudah lama kering akibat terhambatnya akses air. Untuk mengatasi kekeringan tersebut, akan dibuatkan sumur bor untuk mengalirkan air atau mengisi air kolam. Akan ada penambahan fasilitas umum lagi, seperti washtafle, penambahan bak sampah serta tidak lupa yaitu penataan pada halaman luar pura untuk tempat memajang papan informasi. (Cokorda Raka Parta Wijaya, 18 Mei 2016).

  • 7)    Persepsi Masyarakat Jika Situs Dijadikan Daya Tarik Wisata

Persepsi adalah mengevaluasi besarnya perasaan suka atau tidak suka, menilai atau tidak menilai suatu objek tertentu (Mueller, 1992 : 86). Menurut Bimo Walgito (1991 : 106), mengatakan bahwa persepsi merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi, yang disertai adanya perasaan tertentu, yang memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Dari 20 kuesioner yang disebar kepada responden, secara keseluruhan berpendapat setuju jika situs dijadikan sebagai daya tarik wisata. Responden juga memberikan saran-saran kepada pihak pengelola dan pemerintah untuk lebih meningkatkan promosi terkait dengan situs agar masyarakat luas mengetahui tentang keberadaan Situs Pura Taman Sari.

  • 6.    Simpulan

Simpulan berdasarkan permasalahan pertama dalam penelitian ini, terdapat beberapa potensi tangible dan intangible. Potensi tangible dibagi menjadi dua, yaitu potensi arkeologis dan non arkeologis. Potensi arkeologis berupa meru tumpang sebelas, meru tumpang sembilan, kolam serta arca-arca kuna. Potensi non arkeologisnya berupa bangunan pendukung, seperti wantilan, bale panjang, bale gong, candi bentar dan kori agung. Sedangkan potensi intangible berupa nilai estetika dan upacara keagamaan yang ada di Pura Taman Sari. Simpulan berdasarkan permasalahan kedua dalam penelitian ini yaitu Situs Pura Taman Sari perlu dilakukan strategi pengelolaan yang baik dan benar untuk pemanfaatan dan pengembangan situs kedepannya dengan menggunakan matriks SWOT. Selain menyusun strategi pengelolaan, adapun upaya yang perlu dilakukan dalam pemanfaatan situs tersebut, seperti meningkatkan sumberdaya manusianya.

  • 7.    Daftar Pustaka

Ardika, I Gede. 2001. “Pembangunan Pariwisata Bali Berkelanjutan yang Berbasis Kerakyatan”. Makalah dalam Seminar Nasional Bali. The Last Or The Lost Paradise. Denpasar: Program Studi Diploma 4 Pariwisata.

Laksmi, A.A. Rai Sita. dkk. 2011. Cagar Budaya Bali Menggali Kearifan Lokal dan Model Pelestariannya. Denpasar: Udayana University Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Mueller, D.J. 1992. Mengukur Sikap Sosial Pegangan untuk Penelitian dan Praktisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Penyusun. 2014. “Laporan Kegiatan Inventaris Cagar Budaya di Pura Taman Sari dan Pura Gumi Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar, Wilayah Kerja Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Walgito, Bimo. 1991. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset.

55