FUNGSI DAN MAKNA KANARAZU, KITTO DAN ZETTAI DALAM OMIK MIDORI NO HIBI VOLUME 1-7 KARYA KAZURO INOUE
on
ISSN: 2302-920X
E-Jurnal Humanis, Fakultas Sastra dan Budaya Unud
Vol 15.3 Juni 2016: 108-115
FUNGSI DAN MAKNA KANARAZU, KITTO DAN ZETTAI DALAM OMIK MIDORI NO HIBI VOLUME 1-7 KARYA KAZURO INOUE
Made Henra Dwikarmawan Sudipa email: henradwikarmawan@gmail.com
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Abstract
This research describes the functions and contextual meaning of adverbs kanarazu, kitto and zettai found in Japanese comics entitled Midori no Hibi volume 1-7 written by Kazuro Inoue. The obtained data were analyzed using descriptive analysis method. This research applied the theory of syntax by Verhaar (2010) and theory of contextual meaning by Pateda (2001). There is one function of kanarazu, three functions of kitto and two functions of zettai. Contextual meaning from these adverbs were influenced by formality and speaker’s mood contexts.
Key words : adverbs, function, contextual meaning
Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki makna yang hampir mirip, salah satunya terdapat pada kelas kata adverbia atau dalam bahasa Jepang disebut dengan fukushi (副詞). Pada kelas kata tersebut terdapat kata-kata yang memiliki kemiripan makna, salah satunya adalah adverbia kanarazu, kitto dan zettai yang sama-sama memiliki makna keyakinan.
Bagi pembelajar bahasa Jepang yang kurang memahami kanarazu, kitto dan zettai kemungkinan tidak terlalu memperhatikan penggunaannya, sehingga menganggap ketiga adverbia tersebut dapat saling menggantikan satu sama lain. Namun pada konteks tertentu pasti terdapat beberapa perbedaan, sehingga bila hal tersebut tidak dipahami oleh pembelajar bahasa Jepang, maka dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan dan menafsirkan kalimat yang menggunakan ketiga adverbia tersebut. Dipilihnya komik Midori no Hibi volume 1-7 karya Kazuro Inoue adalah karena dalam komik ini terdapat data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah fungsi kanarazu, kitto dan zettai dalam komik Midori no Hibi volume 1-7 karya Kazuro Inoue?
-
2. Bagaimanakah makna kanarazu, kitto dan zettai dalam komik Midori no Hibi volume 1-7 karya Kazuro Inoue?
Penelitian ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca terhadap linguistik bahasa Jepang terutama mengenai adverbia dalam bahasa Jepang. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah mengetahui fungsi dan makna adverbia kanarazu, kitto dan zettai dalam komik Midori no Hibi volume 1-7 karya Kazuro Inoue.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1988:2) disertai dengan teknik catat. Pada tahap analisis data, digunakan metode deskriptif milik Sudaryanto (1993:62), disertai teknik ganti atau substitusi. Sedangkan pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode informal Sudaryanto (1993:145).
Dalam menganalisis fungsi digunakan teori sintaksis menurut Verhaar (2010) dan acuan pendapat tentang adverbia dalam bahasa Jepang menurut Takamizawa (1997). Kemudian analisis maknanya menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda (2001) disertai dengan acuan pendapat tentang definisi kanarazu, kitto dan zettai menurut Kamiya (2002) dan Emiko, dkk (2002).
Pada bagian ini disajikan hasil analisis data mengenai fungsi dan makna kanarazu, kitto dan zettai yang terdapat dalam komik Midori no Hibi volume 1-7 karya Kazuro Inoue.
-
5.1 Fungsi kanarazu, kitto dan zettai
Dari data-data yang telah dianalisis, fungsi kanarazu, kitto dan zettai adalah memberikan keterangan tambahan dalam kalimat.
Dari data-data yang dianalisis, hanya ditemukan fungsi kanarazu menerangkan verba dalam kalimat. Berikut contoh kalimat yang menunjukkan fungsi kanarazu tersebut:
-
(1) Izure kanojo jishin de kidzuku toki ga kanarazu kimasu.
‘Pasti tiba saatnya dimana dia akan sadar dengan sendirinya.’
(Midori no Hibi volume 3:160)
Pada data (1), kanarazu berfungsi memberikan keterangan pada verba kuru yang mengalami perubahan bentuk sopan menjadi kimasu. Kanarazu memiliki arti ‘pasti’ pada kalimat tersebut.
5.1.2 Fungsi kitto
Kitto dapat berfungsi menerangkan baik verba, adjektiva dan adverbia. Berikut contoh kalimat yang menunjukkan fungsi kitto tersebut:
-
(2) Demo, moshi ittetemo...kitto watashi tooku kara mitsumeru koto shika dekinain darouna...
‘Tapi jika pun aku pergi, aku pasti hanya bisa memandangnya dari jauh’
(Midori no Hibi volume 2:174)
Pada data (2), kitto memberikan keterangan pada verba mitsumeru. Verba tersebut terdapat dalam frase watashi wa tooku kara mitsumeru koto shika dekinai sehingga frase tersebut memiliki arti ‘aku pasti hanya bisa memandangnya dari jauh’.
-
(3) Sonna koto nai desuyo! Aredake yattandesumono!! Kitto daijoubu desuyo!
‘Tidak begitu kok! Sudah mengerjakan segitu! Pasti akan baik-baik saja!’
(Midori no Hibi volume 3:143)
Pada data (3), kitto menerangkan daijoubu. Daijoubu termasuk dalam golongan adjektiva-na. Pada kalimat ini, kitto memiliki arti ‘pasti’ dan menerangkan adjektiva daijoubu sehingga memiliki arti ‘pasti tidak apa-apa’
-
(4) Kitto sou yo! Futari de sounanshita no mo kono rabu hoteru wo mitsuketa no mo, ima koushite micchaku shiteru no mo...
‘Pasti seperti itu! Kami berdua mengalami kecelakaan, lalu menemukan love hotel ini, dan sekarang bisa saling berdekatan seperti ini’
(Midori no Hibi volume 5:101)
Pada data (4), kitto berfungsi memberikan keterangan pada sou yang termasuk dalam kelas kata adverbia. Pada kalimat tersebut kalau diterangkan oleh kitto memiliki arti ‘pasti seperti itu’ atau ‘pasti begitu’.
Fungsi zettai yang ditemukan dalam komik cenderung menerangkan verba. Namun ada beberapa data yang menunjukkan bahwa zettai dapat digunakan untuk menerangkan adjektiva. Berikut contoh kalimat yang menunjukkan fungsi zettai tersebut:
-
(5) ano metsuki..ariyaa, zettai nanika takuran deruzo.
‘Pandangan matanya itu...pasti dia sedang merencanakan sesuatu.’
(Midori no Hibi volume 3:62)
Pada data (5) zettai menerangkan verba takuramu. Takuramu mengalami perubahan menjadi bentuk {~te iru} sehingga menjadi takurande iru yang bila diterjemahkan menjadi ‘sedang merencanakan’. Kalau diberikan keterangan oleh zettai, maka takurande iru menjadi ‘pasti sedang merencanakan sesuatu’.
-
(6) Motto romancikku na situation de nakya zettai iya!
‘Aku pokoknya tidak mau kalau situasinya lebih romantis lagi!’
(Midori no Hibi volume 5:91)
Pada data (6), zettai berfungsi menerangkan adjektiva iya. Kata iya termasuk dalam kelas kata adjektiva-na. Pada kalimat tersebut, zettai memiliki arti ‘pokoknya’.
-
5.2 Makna kanarazu, kitto dan zettai
Makna yang dianalisis menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda (2001) dan acuan pendapat Kamiya (2002) dan Emiko, dkk (2002) mengenai definisi kanarazu, kitto dan zettai.
Kanarazu memiliki makna mengekspresikan keyakinan kuat dalam konteks formal dan mengeksresikan suatu kejadian yang berulang-ulang.
-
(7) Watashi wa shinjitemasuyo, kanarazu naorutte...mou ichido ojousama to isshoni oryouri wo...
‘Saya percaya bahwa nona pasti akan sembuh, saya ingin masak bersama dengan nona lagi.’
(Midori no Hibi volume 3:164)
Pada data (7), kanarazu mengekspresikan keyakinan kuat. Terdapat konteks formal saat pembicara menggunakan panggilan ojousama terhadap lawan bicara. Panggilan ojousama memiliki kesan formal dan bila diterjemahkan dapat berarti ‘tuan putri’ atau ‘nona’. Pembicara menggunakan panggilan tersebut karena pembicara merupakan seorang pembantu yang sedang berbicara dengan majikannya.
-
(8) Hikitorou toshita hito mo, nannin kaita rashiindakedo, kanarazu koko ni modotte kisama un da to...
‘Katanya ada beberapa orang yang mencoba mengambilnya, tapi dia selalu kembali lagi kesini.’
(Midori no Hibi volume 5:33)
Pada data (8), kanarazu mengekspresikan makna suatu kejadian yang berulang-ulang. Dalam hal ini, pembicara mengungkapkan bahwa anak anjing yang dilihatnya terus kembali ke tempat tersebut, padahal ia mendengar sudah banyak orang yang mencoba mengambilnya anak anjing tersebut.
Kitto memiliki makna mengekspresikan keyakinan pembicara. Keyakinan tersebut memiliki tingkat kepastian yang tidak terlalu tinggi dan terdapat kesan pemikiran diri sendiri. Kitto sering diikuti {~yo}, {~deshou}, {~darou} dan sebagainya. Selain itu, terdapat konteks percakapan tidak formal kalau menggunakan kitto dalam mengekspresikan keyakinan.
-
(9) Boku wa kitto, midori san ni deautameni umaretekita no kamoshirenai.
‘Aku pasti, kemungkinan terlahir untuk bertemu dengan Midori.’
(Midori no Hibi volume 4:50)
Pada data (9), pembicara memiliki keyakinan bahwa dirinya terlahir untuk bertemu Midori. Pada akhir kalimat tersebut terdapat kata {kamoshirenai} yang bila diterjemahkan memiliki arti ‘kemungkinan’, sehingga terlihat pembicara hanya mengungkapkan keyakinan berdasarkan pemikirannya sendiri. Pada kalimat tersebut juga terdapat konteks tidak formal karena pembicara melakukan percakapan sesama teman sekolahnya.
Zettai memiliki dua buah makna, yaitu mengekspresikan keyakinan kuat pembicara dan menegaskan pernyataan pembicara. Makna zettai dipengaruhi konteks suasana hati pembicara, misalnya suasana hati yang jengkel, marah, senang dan sebagainya.
-
(10) Ano metsuki..ariyaa, zettai nanika takuranderu zo.
‘Pandangan matanya itu...pasti dia sedang merencanakan sesuatu.’
(Midori no Hibi volume 3:62)
Pada data (10), Seiji sebagai pembicara memiliki keyakinan bahwa Nao, teman sekelas Seiji, sedang merencanakan sesuatu untuk dirinya. Seiji menegaskan keyakinannya tersebut karena mengetahui Nao dan ayahnya selalu mencoba untuk memisahkan Seiji dan Midori. Pada kalimat tersebut terdapat konteks suasana hati saat pembicara merasa ketakutan dengan lawan bicara.
-
(11) Zettai yurusenai wa, so yu yatsu! Omoshirohanbun de onna no ko wo hazukashimeru nante!
‘Aku benar-benar tidak bisa memaafkan orang seperti itu! Mempermalukan anak perempuan untuk bersenang-senang!’
(Midori no Hibi volume 2:46)
Pada data (11), pembicara menegaskan pernyataan bahwa dirinya tidak bisa memaafkan orang yang telah mempermalukan anak perempuan hanya untuk bersenang-senang semata. Pada kalimat sebelumnya, salah satu teman pembicara dipermalukan oleh orang yang tidak dikenal. Maka dari itu, terdapat konteks suasana hati saat pembicara mengungkapkan kemarahannya.
5.1.4 Substitusi kanarazu, kitto dan zettai
Kanarazu, kitto dan zettai memiliki satu buah makna yang memiliki kesamaan yaitu sama-sama dapat digunakan untuk mengekspresikan makna keyakinan pembicara. Terdapat perbedaan tingkat kepastian, kalau menggunakan kanarazu atau zettai pembicara mengekspresikan bentuk keyakinan dengan tingkat kepastian yang tinggi. Kalau menggunakan kitto pembicara mengekspresikan keyakinan, namun dengan tingkat kepastian yang tidak terlalu tinggi.
Kemudian terdapat beberapa situasi ketika kanarazu, kitto dan zettai tidak dapat saling menggantikan.
-
(12) Demo, moshi ittetemo...kitto watashi tooku kara mitsumeru koto shika dekinain darouna...
‘Tapi jika pun aku pergi, aku pasti hanya bisa memandangnya dari jauh’
(Midori no Hibi volume 2:174)
Kitto pada data (12) tidak dapat digantikan dengan kanarazu dan zettai. Hal ini dikarenakan kitto pada kalimat tersebut diikuti dengan {~darou} sehingga terlihat makna keyakinan berdasarkan pemikiran diri sendiri. Kanarazu dan zettai cenderung digunakan untuk mengekspresikan keyakinan kuat dengan tingkat kepastian yang tinggi, sehingga pada kalimat yang terdapat {~yo}, {~deshou}, {~darou} dan sebagainya tidak dapat menggantikan kitto.
-
(13) Aa mou yameta yameta. Mou kenka nanka zettai shinai zo.
‘Hentikan, hentikan! Aku tidak mau melakukan perkelahian lagi.’
(Midori no Hibi volume 1:75)
Zettai pada data (13) tidak dapat digantikan dengan kanarazu. Hal ini dikarenakan kanarazu tidak dapat digunakan pada kalimat yang memiliki tujuan subyektif, seperti kalimat bentuk negatif dan bentuk keinginan.
Berdasarkan hasil analisis, simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Dari 12 data kanarazu, hanya ditemukan fungsi menerangkan verba. Kanarazu memiliki arti ‘pasti’ dan ‘selalu’. Dari 26 data kitto, terdapat 23 data kitto yang menunjukkan fungsi menerangkan verba, 2 data menerangkan adjektiva-na dan 1 data menerangkan adverbia. Kitto juga memiliki arti ‘pasti’. Dari 39 data zettai, terdapat 35
data zettai yang menunjukkan fungsi menerangkan verba dan 4 data yang menunjukkan fungsi menerangkan adjektiva-na. Zettai memiliki arti ‘pasti’, ‘benar-benar’ dan ‘pokoknya’.
Kanarazu memiliki dua buah makna yaitu: mengekspresikan keyakinan kuat dalam konteks formal dan mengeksresikan suatu kejadian yang berulang-ulang. Kitto memiliki makna mengeksresikan keyakinan dalam konteks tidak formal. Kitto sering diikuti {~yo}, {~darou}, {~kamoshirenai} dan sebagainya pada akhir kalimat. Zettai memiliki makna mengekspresikan keyakinan kuat dan menegaskan pernyataan dengan konteks suasana hati pembicara.
Kanarazu, kitto dan zettai dapat saling menggantikan ketika digunakan untuk mengekspresikan keyakinan. Ada perbedaan dalam tingkat kepastian saat kanarazu dan zettai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari kitto. Kemudian kitto tidak dapat digantikan dengan kanarazu dan zettai apabila dalam kalimat tersebut diikuti oleh {~yo}, {~darou}, {~kamoshirenai}. Zettai tidak dapat digantikan dengan kanarazu ketika digunakan pada kalimat dengan tujuan subjektif, seperti kalimat negatif dan kalimat bentuk keinginan.
Emiko, dkk. 2002. Fukushi (sho/chukyu) Practical Japanese Workbook. Japan: Senmon Kyouiku Publishing
Kamiya, Taeko. 2002. The Handbook of Japanese Adjectives and Adverbs. Tokyo: Kodansha International.
Kazuro, Inoue. 2003. Midori no Hibi Volume 1. Tokyo: Shogakukan.
Kazuro, Inoue. 2003. Midori no Hibi Volume 2. Tokyo: Shogakukan.
Kazuro, Inoue. 2003. Midori no Hibi Volume 3. Tokyo: Shogakukan.
Kazuro, Inoue. 2003. Midori no Hibi Volume 4. Tokyo: Shogakukan.
Kazuro, Inoue. 2004. Midori no Hibi Volume 5. Tokyo: Shogakukan.
Kazuro, Inoue. 2004. Midori no Hibi Volume 6. Tokyo: Shogakukan.
Kazuro, Inoue. 2004. Midori no Hibi Volume 7. Tokyo: Shogakukan.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Takamizawa, Hajime. 1997. Hajimete no Nihongo Kyouiku. Japan: Aruku.
Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
115
Discussion and feedback